LOVE ALL, BUT TRUST A FEW

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Wednesday, May 25, 2016

Kajian Online WA Hamba الله SWT

Rabu,  21 Oktober 2015, 25 Mei 2016
Narasumber : Ustadzah Lara Fridani
Rekapan Grup Nanda M115 (Widya), M110 (Ranie)
Tema : Psikologi
Editor : Rini Ismayanti


LOVE ALL, BUT TRUST A FEW

Seorang ibu bercerita tentang anak remajanya yang sedang kecewa berat karena merasa dikhianati oleh sobat yang dia sayangi. Mungkin bagi orang dewasa, masalahnya nampak sepele, karena hanya seputar ‘game’, namun ternyata ‘kisahnya’ tak sesederhana itu.
“Hanya 2 orang teman yang tahu password– ku. Aku yakin sekali dia yang ambil.  Karena  sebelumnya level game dia masih rendah, eh tiba tiba dalam sekejap bisa  jadi melejit tinggi. Dan yang bikin aku yakin, dia pakai ‘peralatan’ punyaku. Terus, dia pakai pamer segala di status  fb-nya, katanya ‘OOOH …LOOK AT MY NEW ITEMS MATE’….!” Kata sang anak sambil memanyunkan bibirnya dengan emosi.
Sang ibu hanya geleng- geleng kepala dan berusaha mencairkan suasana. ‘Sudahlah… masa gara-gara hal kecil begitu, kalian tak mau bersahabat lagi?“
Sang anak berbalik protes pada  ibunya. “Mom, If he is careless with small things, how can I trust him with other big matters?  You told me that we have to be ‘aman’……eh amanah! Temanku gak amanah!” sambungnya lagi masih berapi-api.
“Well okay….but you know… ‘A lie has no future’…. so please calm down! jawab sang ibu sekenanya.
Mempertahankan sebuah kepercayaan pada seorang sahabat  memang tidak mudah. Perlu kebersamaan, perlu keyakinan, perlu pengorbanan dan perlu bukti.  Di satu sisi, idealnya, sang sahabat harus punya kriteria tertentu untuk layak dipercaya sehingga  bisa menjaga  ‘password-password’ kita. Di sisi lain, Idealnya, kita pun harus waspada untuk memilih teman yang tepat  yang bisa dipercaya untuk memegang ‘amanah’ tersebut. Namun adakalanya, bocornya rahasia seseorang pada temannya tidak mengikuti  kedua ‘standar’ ini. Terkadang kita lupa bahwa dari sekian banyak teman yang kita sayangi, bukan tidak mungkin kalau hanya ‘a few’ yang bisa dipercaya.
Katakanlah tentang cerita yang lebih serius- bukan sekedar cerita game versi anak-anak- yang terjadi pada seorang ibu muda dengan karir bagus. Saat emosinya memuncak akibat bertumpuknya masalah seputar hubungan dengan suaminya, seorang teman kerja yang selama ini sering  berkolaborasi dengannya  dijadikannya sebagai tempat curahan hati. Sekalipun sang ibu  muda tidak punya keyakinan utuh, bahkan tidak punya bukti yang cukup bahwa teman kerjanya ini memang layak  dipercaya, apalah daya, di saat yang ‘sensitif’ itu, dialah  orang yang berada bersamanya. Jadilah dia membeberkan tentang ‘kelemahan’ suaminya sehingga   walau sekian tahun telah menikah, mereka belum dikarunia seorang anak.
Sang teman yang mendapat rahasia besar ini ternyata juga ingin berbagi ‘rasa prihatin’ tersebut kepada yang lain.  Tanpa bermaksud ‘membuka aib’ (katanya) , dia tuliskan dalam status fb-nya tentang dukacitanya tersebut. Jadilah tebak menebak di antara para pembaca status hingga rahasia sang ibu muda menyebar ke seluruh sudut kantor. Komentar pun berdatangan mulai dari pernyataan ikut berempati hingga pernyataan yang menunjukkan ego diri.
“Aduuuh kasihan ya, dia tertipu…untung suamiku gak begitu!”
“Ya ampuuun, kenapa masih bertahan sampai sekarang?!”
“ Makanya, nyari jodoh kok sembarangan, bukannya lihat-lihat dulu!”
Solusi dari berbagai cerita ini bisa berhenti pada  ‘sad ending’, jika kedua belah pihak tidak punya standar yang ‘jelas’ sehingga terus berargumen karena tak mau disalahkan. Dalam kasus game, ketika sang anak menegur ketidakjujuran temannya karena mencuri ‘password’nya, sang teman spontan membuat pertahanan diri. Mulai dari tidak mengaku berbuat, hingga terpojok harus mengaku, tapi akhirnya membagi  kesalahan tersebut bukan hanya untuk dirinya, tapi juga pada pemilik password karena sang teman  merasa  harga dirinya menjadi jatuh di depan teman yang lain. Dalam kasus rahasia sang ibu muda, teman sekantornya tak mau dipersalahkan karena saat curhat sang ibu muda tidak mengatakan padanya untuk berjanji tidak menyebarkan aib ini ke teman-teman yang lain. Apalagi dalam statusnya dia tidak menyebutkan nama sang ibu muda sama sekali.  Sungguh ‘tricky’.
Keluar dari konteks ‘sekedar cerita’, saya sangat terkesan dengan nasehat  guru saya mengenai praktek menjaga kepercayaan atau amanah ini. Beliau mengingatkan Firman Allah tentang keyakinan orang –orang yang beriman bahwa Allah maha mengetahui segala yang kita sembunyikan dan segala yang kita nyatakan. Beliau juga mengatakan bahwa orang beriman memiliki ‘standar yang jelas’ tentang amanah. Ada beberapa tingkatan amanah yang harus kita lakukan. Prioritas utama adalah amanah Allah, amanah Rasullullah, barulah kemudian amanah antara sesama orang beriman.
Melaksanakan amanah Allah dan RasulNya adalah yang terpenting, terbesar dan terberat tanggungjawabnya. Seseorang yang mampu menjaga amanat Allah dan RasulNya pastilah mampu untuk menjaga kepercayaan sesamanya.  Dengan kemampuan menjaga amanah /kepercayaan Allah dan Rasulnya, hal ini  akan menjadi pertahanan yang kuat bagi seseorang untuk melaksanakan amanah sebaik-baiknya. Sebaliknya, akan sangat berat bagi seseorang untuk bisa melaksanakan kepercayaan yang diberikan sesama manusia jika kepercayaan dari Allah dan Rasulnya dia abaikan.
Suatu kepastian bahwa aturan dalam  Islam sangat bermanfaat sebagai rujukan pertama bagi kita dalam memilih teman-teman yang amanah. Jika ada pengalaman masa lalu kita yang ‘tidak sukses’ dalam memilih teman yang bisa dipercaya, tentunya bisa dijadikan sebuah pelajaran yang berharga. Selanjutnya, kita perlu terus menata diri untuk menjalankan amanah Allah dan RasulNya agar bisa menjadi orang yang dicintai dan menjadi bagian dari  ‘a few people’ yang layak untuk dipercaya. Aamiin.
Rasulullah SAW bersabda :
Tidak ada iman bagi orang yang tidak menunaikan amanah. Dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janji.

TANYA JAWAB :

M115
Q : Bunda,saya mau bertanya. Saya dan ibu sangat akrab, kita sering berbagi dalam segala hal,masalah saya, saya ceritakan kepada beliau,terkadang menyangkut cerita teman juga,tapi saya percaya bahwa ibu tidak akan memceritakan kepada orang lain, karena sudah terbukti selama ini rahasia saya aman pada beliau. Yang mau saya tanyakan,apakah jika saya menceritakan tentang masalah teman saya pada ibu saya, apakah itu termasuk gibah?? Maaf,keluar dari materi
A : Mbak ayu, karena bidang saya bukan dari pendidikan agama, saya kurang paham masalah hukum ghibah dsb. Tapi sebatas pengetahuan saya, sekalipun kita curhat sama ibu kita, nama nama teman kita dirahasiakan saja ya. Ini sepertinya juga berlaku ketika keluarga besar misalnya ngobrolin ponakan atau paman, bibi dsb. Niat mungkin untuk mengambil hikmah. Tapi jangan sampai terjerumus jadi ghibah. Samarkan saja  namanya dll agar tak terbongkar aibnya. Wallahualam

Q : Assalamualaikum. . Terimakasih banyak atas materinya... hal yang dijelaskan di atas sangat dekat dengan kehidupan kita... dan hampir setiap hari kita alami... begitu juga di lingkungan kantor saya... saya selalu terlibat menjadi tempat curhat teman-teman.. yang ingin saya tanyakan, bagaimana kalau ada teman yang curhat tentang teman yang lain yang sebenarnya salah paham.. si A curhat tentang si B dan si B curhat tentang si A dan ternyata mereka hanya salah paham saja .. haruskah saya menceritakan curhatan si A kepada si B dan bgitu juga sbaliknya demi meluruskan kesalahpahaman mereka??? Atau kah saya tetap harus menjaga curhatan masing-masing agar tidak bocor???? Saya sering sekali merasa bingung ketika dilibatkan dalam masalah orang lain... terimakasih...
A : Waalaikumsalam mbak, job nya konselor yah? Semoga jadi amal ibadah.
Usahakan kita menengahi dan memperbaiki hubungan teman-teman kita agar terjalin silaturrahim. Hal buruk yang diungkapkan kepada mbak dari X pada Y, tak perlu kita sampaikan pada Y, nanti malah tambah runyam. Nah tugas kita menasehati mereka dengan bijak dan mengusahakan perdamaian. Ingatkan kebaikan kebaikan mereka terlepas tiap orang punya kekurangan. Usahakan mempertemukan mereka di saat yang tepat, tapi kondisikan keduanya secara terpisah bahwa mereka niat kuat untuk berbaikan dan saling introspeksi diri

Q : Sering kali yang saya alami, tiap kali saya nasehatin dan minta mereka untuk berdamai, mereka tidak mau karena merasa paling benar sndiri, jika sudah seperti itu saya yang akan mundur dan diam... apa itu sikap yang benar??? Maaf sudah kluar topik, Bun... 
A : Kita hanya bisa usaha dan mengkondisikan ya bu. Sesekali buat program terkait kasus kasus yang terjadi di sekolah. Diskusikan antar mereka dan minta mereka untuk berembuk mencari solusi. Kadang solusi dari mereka sendiri bisa lebih efektif. Kita hanya fasilitasi. Jangan mundur mbak. Maju terus pantang mundur.


M110
Q : Berbicara soal amanah itu memang sulit. Ketika kita lagi temenan kemudian curhat semua nya kepada teman kita tapi suatu ketika ada masalah yang membuat kita musuhan, nah pertanyaannya bagaimana posisi kita supaya amanah ceritanya tetap dijaga walaupn ada perasaan kesel ke dia.
A : Ingat tentang hadist yang intinya " Allah akan menutup aib hambaNya selagi hamba itu menutup aib saudaranya". Semoga dengan mgetahui hadist itu kita berusaha untuk menjaga aib nya walaupun hati kita kesel. Untuk itu blajar ikhlas dengan sikap teman yang tdk kita sukai supaya hati plong, tidak kesel.

Q : Ai mo tanya ya ,, seandainya kita mendapat suatu amanah,lalu kita berusaha menjaganya namun tanpa sengaja sang pemberi amanah justru membocorkanya sendiri tapi tidak detail,nah akhirnya teman-teman malah tanya ke kita sebaiknya apa yang hrus kita lakukan,,
A : Jujur saja klo yang diceritakannya benar

Q : Jika kita di titipi amanah berupa uang eh kita lupa mau di kasiin sama orang tersebut...jadi sampe sekarang uang itu ada. Dosa kah kita terus kalau kita infaqkan uang tersebut bagaimana?
A : Yang dosa klo uangnya tak berkabar. InsyaAllah klo di infaqkan gak masalah klo yang empunya sudah diberitahu tapi alangakah baiknya klo uang yang sudah di.infaqkan kita ganti untuk diberikan ke yang berhak.
Sebagai tambahan :
Setiap harta ada pemiliknya. Hukumnya wajib meminta izin kepada pemilik harta sebelum berbuat sesuatu terhadap harta itu walaupun menginfakkannya ini standarnya. Kalau sudah berusaha tapi tidak berhasil menemukan/mengontak pemilik harta, maka boleh diinfakkan. Tapi nanti ketika berhasil mengontak pemiliknya, wajib meminta kerelaannya. jika ia rela, maka selesai. jika tidak rela, maka wajib menggantinya, dan pahala infak buat pemegang amanah.
Wallahu a'lam

Q : Bagaimana semestinya menyikapi  jika sorang sahabat kita melakukan suatu kesalahan kemudian kita memberikan nasihat/ mengingatkannya , namun dia malah marah sama kita dan kemudian sikapnya berubah..
A : Baiknya sikap kita tetap baik walaupun kecewa tapi tidak semua orang mudah melakukannya perlu kelapangan dada dan do'a supaya Allah memberikan kita ksabaran dan lapang dada.

Q : Bagaimana jika seseorang curhat ke kita, karena kita gak tau solusinya akhirnya kita ceritakan itu pada ustadzah atau sekiranya orang itu bisa kasih solusi tapi tanpa sepengetahuan teman itu tadi,, apakah hal itu melanggar amanah??
A : InsyaAllah klo dengan orang yang kita percaya dan untuk mencari solusi masih bisa ditolerir

Q : Ustadzah, bagaimana sikap kita bila ada teman yang membohongi kita & banyak orang, dia mengatakan dia sakit parah terus banyak yang ngasih sumbangan moril maupun materi. Setelah berapa lama ketauan kebohongannya, dia minta maaf tapi tidak tulus & kembali mengulanginya pada orang lain. Apa yang harus kita lakukan Ustadzah?
A : Doakan ia agar berubah, nasihati dengan baik, klo kejadian terus berulang, boleh mengumumkan kejahatannya agar saudara kita yang lain tidak ikut menjadi korban. Pilihan lain: laporkan polisi.

Alhamdulillah, kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Moga ilmu yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat. Aamiin....

Segala yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul majelis:


سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

​السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ





Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!