Kajian Online WA Hamba الله SWT
Selasa, 24 Mei 2016
Rekapan Grup Nanda
Tema : Syakhsiyah Islamiyah
Editor : Rini Ismayanti
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang masih memberikan kita
nikmat iman, islam dan Al Qur'an semoga kita selalu istiqomah sebagai shohibul
qur'an dan ahlul Qur'an dan dikumpulkan sebagai keluarga Al Qur'an di
JannahNya.
Shalawat beriring salam selalu kita hadiahkan kepada uswah
hasanah kita, pejuang peradaban Islam, Al Qur'an berjalan, kekasih Allah SWT
yakninya nabi besar Muhammad SAW, pada keluarga dan para sahabat nya semoga
kita mendapatkan syafaat beliau di hari akhir nanti. InsyaAllah aamiin
RENUNGAN TENTANG BULAN RAMADHAN
Ramadhan adalah bulan perasaan dan ruhani, serta saat
untuk menghadapkan diri kepada Allah. Ketika bulan Ramadhan menjelang,
sebagian Salafush Shalih mengucapkan selamat tinggal kepada sebagian lain
sampai mereka berjumpa lagi dalam shalat 'Id. Yang mereka rasakan adalah ini
bulan ibadah, bulan untuk melaksanakan shiyam (puasa) dan qiyam (shalat
malam) dan kami ingin menyendiri hanya dengan Tuhan kami.
Ramadhan adalah bulan Al Qur'an. Rasulullah saw. pernah bersabda
mengenainya,
"Puasa dan Al Qur'an itu akan memberikan syafaat kepada
hamba di hari kiamat. Puasa akan berkata, "fa Rabbi, aku telah
menghalangi nya dari makan dan syahwat, maka perkenankanlah aku memberikan
syafa 'at untuknya.' Sedangkan Al Qur'an akan berkata, *Ya Rabbi, aku telah
menghalanginya dari tidur di malam hari, maka perkenankan aku memberikan
syafaat untuknya.' Maka Allah memperkenankan keduanya memberikan syafaat."
(HR. Imam Ahmad dan AthThabrani)
"Semua amalan anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa, la
adalah untuk Ku dan Aku akan memberikan balasannya."
Ini mengisyaratkan bahwa setiap amal yang dilaksanakan oleh
manusia mengandung manfaat lahiriah yang bisa dilihat, dan di dalamnya
terkandung semacam bagian untuk diri kita. Kadang kadang jiwa seseorang
terbiasa dengan shalat, sehingga ia ingin melaksanakan banyak shalat sebagai
bagian bagi dirinya. Kadang kadang ia terbiasa dengan dzikir, sehingga ia ingin
banyak berdzikir kepada Allah sebagai bagian bagi dirinya. Kadang kadang ia
terbiasa dengan menangis karena takut kepada Allah, maka ia ingin banyak
menangis karena Allah sebagai bagian bagi dirinya.
Adapun puasa, di dalamnya tidak terkandung apa pun selain
larangan. Ia harus melepaskan diri dari bermacam keinginan terhadap apa yang
menjadi bagian dirinya.
Bila kita terhalang untuk berjumpa satu sama lain, maka kita
akan banyak berbahagia karena bermunajat kepada Allah swt. dan berdiri di
hadapanNya, khususnya ketika melaksanakan shalat tarawih.
Hendaklah senantiasa ingat bahwa kita semua berpuasa karena
melaksanakan perintah Allah swt. Maka berusahalah sungguh sungguh untuk beserta
dengan Allah dengan hati kita pada bulan mulia ini.
Ramadhan adalah bulan keutamaan. Ia mempunyai kedudukan yang
agung di sisi Allah swt. Hal ini telah dinyatakan dalam kitabNya,
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
yang haq dan yang batil)." (Al Baqarah: 185)
Pada akhir ayat tersebut kita mendapati: "Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu." (Al Baqarah:
185).
Puasa adalah kemanfaatan yang tidak mengandung bahaya. Dengan
penyempurnaan puasa ini, Allah swt. akan memberikan hidayah kepada hambaNya.
Jika Allah memberikan taufiq kepada kita untuk menyempurnakan ibadah puasa ini
dalam rangka menaati Allah, maka ia adalah hidayah dan hadiah yang patut
disyukuri dan selayaknya Allah dimahabesarkan atas karunia hidayah tersebut.
"Dan hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan hendaklah
kalian mengagungkan Allah atas petunjukNya yang diberikan kepada kalian,
supaya kalian bersyukur." (Al Baqarah: 185)
Keutamaan dan keistimewaan paling besar bulan ini adalah bahwa
Allah swt. telah memilihnya menjadi waktu turunnya Al Qur'an. Inilah
keistimewaan yang dimiliki oleh bulan Ramadhan. Karena itu, Allah swt.
mengistimewakan dengan menyebutkannya dalam kitab Nya." (Beberapa hari
yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Qur'an." (Al Baqarah: 185).
Ada ikatan hakikat dan fisik antara turunnya Al Qur'an dengan
bulan Ramadhan. Ikatan ini adalah selain bahwa Allah telah menurunkan Al Qur'an
di bulan Ramadhan, maka di bulan ini pula Dia mewajibkan puasa. Karena puasa
artinya menahan diri dari hawa nafsu dan syahwat.
Ini merupakan kemenangan hakikat spiritual atas hakikat materi
dalam diri manusia. Ini berarti, wahai saudaraku, bahwa jiwa, ruh, dan
pemikiran manusia pada bulan Ramadhan akan menghindari tuntutan tuntutan
jasmani. Dalam kondisi seperti ini, ruh manusia berada di puncak
kejernihannya, karena ia tidak disibukkan oleh syahwat Allah swt. Telah
mengistimewakan bulan Ramadhan.
Kemudian, lihatlah dampak dari semua ini.
"Dan apabila hamba hamba Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang
yang mendoa apabila ia berdoa kepada Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran." (Al Baqarah: 186).
Di sini kita melihat bahwa Allah Yang Mahabenar meletakkan ayat
ini di tempat ini untuk menunjukkan bahwa Dia swt. paling dekat kepada hambaNya
adalah pada bulan mulia ini. penyeru dari sisi Allah Yang Mahabenar swt., Wahai
pencari kejahatan,
berhentilah! Dan wahai pencari kebaikan, kemarilah!'"
berhentilah! Dan wahai pencari kebaikan, kemarilah!'"
Pintu pintu surga dibuka, karena manusia berbondong bondong
melaksanakan ketaatan, ibadah, dan taubat, sehingga jumlah pelakunya banyak.
Setan setan dibelenggu, karena manusia akan beralih kepada kebaikan, sehingga
setan tidak mampu berbuat apa apa. Hari hari dan malam malam Ramadhan,
merupakan masa masa kemuliaan
yang diberikan oleh Al Haq swt., agar orang orang yang berbuat baik menambah kebaikannya dan orang orang yang berbuat jahat mencari karunia Allah swt. sehingga Allah mengampuni mereka dan menjadikan mereka hamba hamba yang dicintai dan didekatkan kepada Allah.
yang diberikan oleh Al Haq swt., agar orang orang yang berbuat baik menambah kebaikannya dan orang orang yang berbuat jahat mencari karunia Allah swt. sehingga Allah mengampuni mereka dan menjadikan mereka hamba hamba yang dicintai dan didekatkan kepada Allah.
Mengenai hal itu terdapat beberapa ayat dan hadits. Nabi saw.
bersabda, dan hawa nafsu. Ketika itu ia dalam keadaan paling siap untuk
memahami dan menerima ilmu dari Allah swt. Karena itu, bagi Allah, membaca Al
Qur'an merupakan ibadah paling utama pada bulan Ramadhan yang mulia.
Tujuan asasi dalam kitab Allah swt. dan prinsip prinsip utama
yang menjadi landasan bagi petunjuk Al Qur'an adalah :
Perbaikan Aqidah
Anda mendapad bahwa Al Qur'anul Karim banyak menjelaskan masalah
aqidah dan menarik perhatian kepada apa yang seharusnya tertanam sungguh
sungguh di dalam jiwa seorang mukmin, agar ia bisa mengambil manfaatnya di
dunia dan di akhirat.
Keyakinan bahwa Allah swt. adalah Yang Maha Esa, Yang Mahakuasa,
Yang menyandang seluruh sifat kesempurnaan dan bersih dari seluruh kekurangan.
Kemudian keyakinan kepada hari akhir, agar setiap jiwa dihisab tentang apa saja
yang telah dikerjakan dan ditinggalkannya.
Pengaturan Ibadah
Firman Allah swt. mengenai ibadah.
"Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat."
(Al Baqarah: 43)
"...diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang orang sebelum kalian." (Al Baqarah: 183)
"...mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap
Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah." (Ali Imran: 97)
"Maka aku katakan kepada mereka, 'Mohonlah ampun kepada
Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.'" (Nuh: 10)
Dan banyak lagi ayat ayat lain mengenai ibadah.
Pengaturan Akhlak
Mengenai pengaturan akhlak, kita bisa membaca firman Allah swt.
"Dan demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya. Maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya."
(Asy Syams: 78)
"...Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum,
sehingga mereka mengubah keadaan yang ada dalam diri mereka sendiri."
(Ar Ra'd : 11)
(Ar Ra'd : 11)
"Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta?
Hanyalah orang orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. (Yaitu)
orang orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian. Dan
orangorang yang sabar karena mencari ridha Tuhannya, mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi
atau terang terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang
itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik). (Yaitu) surga 'Adn yang
mereka masuk ke dalamnya bersama sama dengan orang orang yang shalih dari bapak
bapaknya, istri istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat malaikat masuk ke
tempat tempat mereka dari semua pintu. (Sambil mengucapkan), 'Salamun 'alaikum
bima shabartum
(keselamatan atasmu berkat kesabaranmu),' maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu."
(Ar Ra'd: 19-24)
(keselamatan atasmu berkat kesabaranmu),' maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu."
(Ar Ra'd: 19-24)
Wallahu a'lam
TANYA JAWAB
M101 by Ustadzah Fina
Q : Assalamu'alaikum bun. Saya mau minta solusi nih bun. Kan
kalo orang puasa itu kadang lemes terus bawaannya ngantuk bun, terus cara
nyiasatinnya gimana ya bun? Biar ngga males gitu
A : Pertama yang perlu dilakukan adalah makan sahur yang
sip,minum air putih ditambah sedikit perasan jeruk nipis. Kemudian makan
buah,sekitar 30 menit setelah itu makan sahur. In syaa Allah terbukti tidak
terasa lemas walau seharian,kemudian yang kedua karena ramadhan ini judulnya
fastabiqul khoirot, maka kita berlomba dalam kebaikan,tidak hanya dengan muslim
yang lain,melainkan berlomba dengan hawa nafsu dan yang pasti berlomba dengan
usia. Pastikan setiap detik aktivitas kita besar manfaatnya dan pahalanya dari
10 kali lipat sampai 700 kali lipat in syaa Allah lemes dan ngantuk bakal ilang
Q : Bun, saya ingin bertanya tentang point 'perbaikan aqidah'.
setelah melewati ramadhan, seharusnya aqidah seorang muslim semakin kuat ya
bun? Namun jika setelah melewati ramadhan aqidahnya sama saja atau bahkan
melemah kira-kira kenapa ya bun ? Padahal dia melakukan puasa serta semua
amalan-amalan sunnah pada bulan ramadhan
A :
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan
dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy
dalam Al Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al Albani
dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1084 mengatakan bahwa hadits
ini shohih ligoirihi – yaitu shohih dilihat dari jalur lainnya)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ.
“Semua amalan bani adam adalah untuknya kecuali puasa, karena
puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya, dan puasa adalah perisai,
jika salah seorang dari kalian berpuasa maka janganlah ia berkata keji dan
berteriak-teriak. Jika ada orang yang mencacinya atau mengajaknya berkelahi
maka hendaklah ia mengatakan, ‘sesungguhnya aku sedang berpuasa’. Dan demi
Allah yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang
berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau misk. Orang yang berpuasa
mempunyai dua kegembiraan, ia bergembira ketika berbuka, dan ia bergembira
ketika bertemu dengan rabbnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Karena itulah keistimewaan ibadah puasa,dari semua ibadah yang
dilakukan adalah kembali kepada diri kita namun ibadah puasa adalah khusus
untuk Allah dan Allah yang menilai serta memberikan balasan. Saking luar
biasanya keistimewaannya dan luar biasa pula effort untuk kita melaksanakannya.
Maka ketika kemudian ibadah puasa kita tidak membawa kepada pribadi yang lebih
baik aqidah maupun akhlaknya maka perlu dipertanyakan apakah puasa yang kita
lakukan sudah sesuai dengan apa yang dimau Allah,yang diridhoi Allah..jangan
sampai segala amal ibadah yang kita lakukan hanya seperti buih di lautan atau
debu tertiup angin.wallahu a'lam.
Q : Afwan bunda, ana mau tanya .. Kan bulan ramadhon itu bulan
yang diharuskan untuk memperbanyak baca alquran, sedangkan perempuan itu kan
ada masa dimana ia tidak suci .. Nah kalo misalnya kita ganti dengan
mendengarkan murrotal itu sama saja tidak pahalanya ? Syukron ..
A : Mendengarkan ada pahalanya..membacanya pun ada
pahalanya..yang penting usaha kita untuk terus berdekatan dengan alqur'an. Jika
mengikuti jumhur ulama maka tidak mengapa membaca alqur'an asalkan tidak
memegang mushaf alqur'an,kalo ini all ulama sepakat melarang perempuan yang
tidak suci untuk menyentuhnya..so bisa baca lewat gadget atau tafsir atau
terjemah qur'an..namun jika keyakinannya adalah tidak boleh membaca ketika
haid,tafadholy bisa mendengarkan murottal atau mentadabburi alqur'an atau
murojaah hafalan yang penting dekeeet terus sama alqur'an.
Q : Bun.... ketika puasa boleh sikat gigi menggukan odol? Apa
malah ga boleh sikat gigi ketika siang hari ketika puasa?
A : Sikat gigi pake odol boleh mba..yang gak boleh makan odol
saat sikat gigi
Q : Misalkan kita sedang di kamar mandi lalu terdengar lantunan
ayat alquran yang kita hafal, apakah boleh kita juga melantunkannya walau di
kamar mandi? Trus pada saat haid apa masih boleh membaca ayat suci alquran?
A : Adab terhadap alqur'an yang suci salah satunya juga
membacanya di tempat yang suci..tidak membacanya di kamar mandi sebagaimana
kita tidak diperkenankan menyebut asma Allah di dalam kamar mandi. Pada saat
haid boleh baca qur'an...penjelasannya sudah saya sampaikan di atas.
Tambahannya hadits yang melarang perempuan haid baca qur'an rata-rata haditsnya
lemah/dhoif.
Q : Kalo sedang haid alangkah baiknya boleh masuk masjid atau
tidak.
A : Boleh. Shahabiyah ada yang tinggal di masjid dan tidak
disebutkan riwayatnya beliau keluar dan menjauh dari masjid ketika
haid... Ada kisah juga dari Aisyah ra...Dalam hadits riwayat Muslim
disebutkan,
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ لِيْ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله و عليه و سلم: نَاوِلِيْنِى الْجُمْرَةَ مِنَ الْمَسْجِدِ. فَقُلْتُ: إِنِّيْ حَائِضٌ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم: إِنَّ حَيْضَتَكِ لَيْسَتْ فِى يَدِكِ.
“Dari ‘Aisyah, ia berkata bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda padanya, “Ambilkan untukku khumroh (sajadah kecil) di
masjid.” “Sesungguhnya aku sedang haid”, jawab ‘Aisyah. Lalu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya
haidmu itu bukan karena sebabmu” (HR. Muslim no. 298)
Tapi ada syaratnya klo ke masjid dalam keadaan haid :
(1) ada hajat dan (2) tidak sampai mengotori masjid. Demikian dua syarat yang mesti dipenuhi bagi wanita haid yang ingin masuk masjid.
(1) ada hajat dan (2) tidak sampai mengotori masjid. Demikian dua syarat yang mesti dipenuhi bagi wanita haid yang ingin masuk masjid.
M111 by Ustadzah Evi
Q : Bolehkah saya melepas pekerjaan di bulan ramadhan dengan
niat memperbanyak ibadah nantinya. Padahal pekerjaan sendiri kan juga ibadah.
Karena jam kerja yang 12 jam, kemudian saya berasumsi sepertinya.. Kalau tetap
bekerja.. Akan banyak ibadah yang terlewat..
A : Kita tetap bisa bekerja. Dan beribadah secara optimal
tinggal bagaimana cara kita memanage waktu kita dengan disiplin. Bunda juga
kerja. Juga mengisi kegiatan dll. Tidak menjamin orang yang tidak bekerja
ibadahnya akan optimal. Seperti kata nanda kerja juga ibadah. Buatlah
penjadwalan agar ibadah selama ramadhan dapat tercapai sesuai target. Dan kita
komitmen dengan agenda yang kita buat. Ya nanda.
Q : Bunda sayang... bolehkah puasa sekaligus dijadikan jalan
untuk diet?
A : Kita akan mendapatkan sesuai dengan apa yang kita niatkan.
Jadi jika ingin mendapatkan kesempurnaan dalam pahala yang kita raih.
Sudah seharusnya jangan ada niat-niat yang lain dalam ibadah . Jika
kemudian kita mendapatkan kebaikan lain dari ibadah kita misal kesehatan. Tubuh
langsing itu sebagai buah dari keberkahan ibadah tsb.
Q : Saya mau bertanya hukum gosok gigi pada saat puasa gimana?
Sama berwudhu pas puasa.
A : Nanda sayang menggosok gigi saat berpuasa tidak dilarang.
Namun sebaiknya kita lakukan setelah sahur saja khawatir ada yang tertelan saat
menggosok gigi tsb. Begitu juga berkumur-kumur saat berwudhu diperbolehkan
hanya kita harus berhati-hati juga jangan sampai tertelan air. Ya. Nanda
Q : Kalo setelah sahur tidak boleh gosok gigi ya.. Untuk wudhu
kan ada kumur-kumur ya? Itu boleh saja asalkan tidak sampe tertelan air ya bu?
A : Nanda, setelah sahur boleh kita menggosok gigi. Tapi
sebaiknya tidak menggunakan pasta gigi. Kehati-hatian jika ada rasa dari pasta
gigi yang membuat kita menjadi ragu. Termasuk berkumur dibolehkan saat
berwudhu namun berhati-hati agar tidak tertelan.
M114 by Ustadzah Ning
Q : Kan bulan ramadhan bulan yang suci dimana umat muslim
menunaikannya, nah bagaimana bila setelah ramadhan mereka kembali tersesat
tidak menambah amalan mereka?
A : Wuah sayang sekali ya sayang...seharus nya setelah romadhon kita harus bisa lebih semangaat lagi dalam beribadah...karena hati kita sudah di charger selama 1 bulan penuh...mohon ampun dan selalu diisi dengan ibadah-ibadah serta kebaikan-kebaikan lainnya...nah kalau ba'da Romadhon berbuat maksiat lagi apa yang kita sudah panen akan menjadi gagal...artinya amalan-amalan serta pahala-pahala yang sudah kita kumpulkan akan tertutup kembali dengan kesesatan...
A : Wuah sayang sekali ya sayang...seharus nya setelah romadhon kita harus bisa lebih semangaat lagi dalam beribadah...karena hati kita sudah di charger selama 1 bulan penuh...mohon ampun dan selalu diisi dengan ibadah-ibadah serta kebaikan-kebaikan lainnya...nah kalau ba'da Romadhon berbuat maksiat lagi apa yang kita sudah panen akan menjadi gagal...artinya amalan-amalan serta pahala-pahala yang sudah kita kumpulkan akan tertutup kembali dengan kesesatan...
Sebaiknya segera istighfar kembali.
Nah jika kita ingin memepertahankn penen nya yang sudah ditanam
dibulan romadhon kemarin untuk bekal nanti ada hal-hal yang perlu kita lakukan
:
1. Tetap terus untuk tilawah jugan sampai berhenti
2. Agar bisa terjaga dan selalu tenang beristighfar lah terus.perbaharui terus niat kita.
3. Terus tetap berdo'a untuk dijauhkan dari kesesatan
4. Selalu berteman dan berkumpul dengan orang-orang sholeh
5. Sering-sering membaca kisah rasulullah dan para sahabat atau salafush sholeh untuk bisa diambil pelajaran darinya
6. Selalu muhasabah
2. Agar bisa terjaga dan selalu tenang beristighfar lah terus.perbaharui terus niat kita.
3. Terus tetap berdo'a untuk dijauhkan dari kesesatan
4. Selalu berteman dan berkumpul dengan orang-orang sholeh
5. Sering-sering membaca kisah rasulullah dan para sahabat atau salafush sholeh untuk bisa diambil pelajaran darinya
6. Selalu muhasabah
Wallahu a'lam
Q : Bunda,,, mau tanya.. Kalau untuk membayar kan hutang puasa
orang tua yang meninggal apa harus kita yang berpuasa/ bayar fidyah aja bun,,?
A : Kalau memang orang tuanya sudah meninggal ndak apa sayang dibayarkan dengan fidyah saja...karena sama hal nya seperti juga bisa dikatagorikan seseorang yang sedang uzur...artinya seseorang yang jika berpuasa selalu sakit ndak bisa untuk menahan jika dibawa berpuasa. Memang dalam hal ini ada perbedaan juga sama dengan orang yang sudah meninggal kan ndak akan bisa hidup lagi dan keluarganya lah yang membayarkan hutangnya termasuk fidyahnya...
A : Kalau memang orang tuanya sudah meninggal ndak apa sayang dibayarkan dengan fidyah saja...karena sama hal nya seperti juga bisa dikatagorikan seseorang yang sedang uzur...artinya seseorang yang jika berpuasa selalu sakit ndak bisa untuk menahan jika dibawa berpuasa. Memang dalam hal ini ada perbedaan juga sama dengan orang yang sudah meninggal kan ndak akan bisa hidup lagi dan keluarganya lah yang membayarkan hutangnya termasuk fidyahnya...
Wallahu a'lam
Q : Bunda aku mau tanya , bagaimana kalo kita masih punya hutang
puasa, sedangkan bentar lagi udah mau memasuki bulan ramadhan .. ?
A : Allah membolehkan, bagi orang yang tidak mampu menjalankan puasa, baik karena sakit yang ada harapan sembuh atau safar atau sebab lainnya, untuk tidak berpuasa, dan diganti dengan qadha di luar ramadhan. Allah berfirman,
A : Allah membolehkan, bagi orang yang tidak mampu menjalankan puasa, baik karena sakit yang ada harapan sembuh atau safar atau sebab lainnya, untuk tidak berpuasa, dan diganti dengan qadha di luar ramadhan. Allah berfirman,
فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan
(lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang
ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. (QS. Al-Baqarah: 184)
Kemudian, para ulama mewajibkan, bagi orang yang memiliki hutang
puasa ramadhan, sementara dia masih mampu melaksanakan puasa, agar melunasinya
sebelum datang ramadhan berikutnya. Berdasarkan keterangan A’isyah radhiyallahu
‘anha,
كَانَ يَكُونُ عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَ إِلَّا فِي شَعْبَانَ
Dulu saya pernah memiliki utang puasa ramadhan. Namun saya tidak
mampu melunasinya kecuali di bulan sya’ban. (HR. Bukhari 1950 & Muslim
1146)
Dalam riwayat muslim terdapat tambahan,
الشُّغْلُ بِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
‘Karena beliau sibuk melayani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.’
A’isyah, istri tercinta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
selalu siap sedia untuk melayani suaminya, kapanpun suami datang. Sehingga
A’isyah tidak ingin hajat suaminya tertunda gara-gara beliau sedang qadha puasa
ramadhan. Hingga beliau akhirkan qadhanya, sampai bulan sya’ban, dan itu
kesempatan terakhir untuk qadha.
Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan,
وَيؤْخَذ مِنْ حِرْصهَا عَلَى ذلك في شَعْبَان: أَنَّهُ لا يجُوز تَأْخِير الْقَضَاء حَتَّى يدْخُلَ رَمَضَان آخر
Disimpulkan dari semangatnya A’isyah untuk mengqadha puasa di
bulan sya’ban, menunjukkan bahwa tidak boleh mengakhirkan qadha puasa ramadhan,
hingga masuk ramadhan berikutnya. (Fathul Bari, 4/191).
Bagaimana jika belum diqadha hingga datang ramadhan berikutnya?
Sebagian ulama memberikan rincian berikut,
Pertama, menunda qadha karena udzur, misalnya kelupaan, sakit,
hamil, atau udzur lainnya. Dalam kondisi ini, dia hanya berkewajiban qadha
tanpa harus membayar kaffarah. Karena dia menunda di luar kemampuannya.
Imam Ibnu Baz rahimahullah pernah ditanya tentang orang yang
sakit selama dua tahun. Sehingga utang ramadhan sebelumnya tidak bisa diqadha
hingga masuk ramadhan berikutnya.
Jawaban yang beliau sampaikan,
ليس عليها إطعام إذا كان تأخيرها للقضاء بسبب المرض حتى جاء رمضان آخر ، أما إن كانت أخرت ذلك عن تساهل ، فعليها مع القضاء إطعام مسكين عن كل يوم
Dia tidak wajib membayar kaffarah, jika dia mengakhirkan qadha
disebabkan sakitnyam hingga datang ramadhan berikutnya. Namun jika dia
mengakhirkan qadha karena menganggap remeh, maka dia wajib qadha dan bayar
kaffarah dengan memberi makan orang miskin sejumlah hari utang puasanya.
Kedua, sengaja menunda qadha hingga masuk ramadhan berikutnya,
tanpa udzur atau karena meremehkan. Ada 3 hukum untuk kasus ini:
1.Hukum qadha tidak hilang. Artinya tetap wajib qadha, sekalipun
sudah melewati ramadhan berikutnya. Ulama sepakat akan hal ini.
2.Kewajiban bertaubat. Karena orang yang secara sengaja menunda qadha tanpa udzur hingga masuk ramadhan berikutnya, termasuk bentuk menunda kewajiban, dan itu terlarang. Sehingga dia melakukan pelanggaran. Karena itu, dia harus bertaubat.
3.Apakah dia harus membayar kaffarah atas keterlambatan ini?
2.Kewajiban bertaubat. Karena orang yang secara sengaja menunda qadha tanpa udzur hingga masuk ramadhan berikutnya, termasuk bentuk menunda kewajiban, dan itu terlarang. Sehingga dia melakukan pelanggaran. Karena itu, dia harus bertaubat.
3.Apakah dia harus membayar kaffarah atas keterlambatan ini?
Bagian ini yang diperselisihkan ulama.
Pendapat pertama, dia wajib membayar kaffarah, ini adalah
pendapat mayoritas ulama.
As-Syaukani menjelaskan,
وقوله صلى الله عليه وسلم: “ويطعم كل يوم مسكينًا”: استدل به وبما ورد في معناه مَن قال: بأنها تلزم الفدية من لم يصم ما فات عليه في رمضان حتى حال عليه رمضان آخر، وهم الجمهور، ورُوي عن جماعة من الصحابة؛ منهم: ابن عمر، وابن عباس، وأبو هريرة. وقال الطحاوي عن يحيى بن أكثم قال: وجدته عن ستة من الصحابة، لا أعلم لهم مخالفًا
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Dia harus membayar
fidyah dengan memberi makan orang miskin”, hadis ini dan hadis semisalnya,
dijadikan dalil ulama yang berpendapat bahwa wajib membayar fidyah bagi orang
yang belum mengqadha ramadhan, hingga masuk ramadhan berikutnya. Dan ini adalah
pendapat mayoritas ulama, dan pendapat yang diriwayatkan dari beberapa sahabat,
diantaranya Ibnu Umar, Ibnu Abbas, dan Abu Hurairah.
At-Thahawi menyebuntukan riwayat dari Yahya bin Akhtsam, yang
mengatakan,
وجدته عن ستة من الصحابة، لا أعلم لهم مخالفًا
Aku jumpai pendapat ini dari 6 sahabat, dan aku tidak mengetahui
adanya sahabat lain yang mengingkarinya. (Nailul Authar, 4/278)
Pendapat kedua, dia hanya wajib qadha dan tidak wajib kaffarah.
Ini pendapat an-Nakhai, Abu Hanifah, dan para ulama hanafiyah. Dalilnya adalah
firman Allah,
فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
Barangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka),
maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada
hari-hari yang lain. (QS. Al-Baqarah: 184)
Dalam ayat ini, Allah tidak menyebuntukan fidyah sama sekali,
dan hanya menyebuntukan qadha.
Imam al-Albani pernah ditanya tentang kewajiban kaffarah bagi
orang yang menunda qadha hingga datang ramadhan berikutnya. Jawaban beliau,
هناك قول، ولكن ليس هناك حديث مرفوع
Ada yang berpendapat demikian, namun tidak ada hadis marfu’
(sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) di sana. (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah
al-Muyassarah, 3/327)
Demikian,
Allahu a’lam.
M110 by Ustadzah Tribuana
Q : Ustadzh,, di bulan ramadhan jika setiap amalan kebaikan
dilipat gandakan pahalanya, apakah jika kita melakukan keburukan juga akan
dilipat gandakan kan dosanya?
A : Kebaikan itu berlipat dilihat dari kammiyah (kuantitas
atau jumlah) dan kayfiyah (kualitas). Adapun dosa berlipat-lipat
dilihat dari kayfiyah (kualitas), bukan
dari kammiyah (kuantitas). [Maksudnya: dosa tidak dilipatgandakan
dari sisi jumlah, namun dipandang dari sisi besarnya].
Allah Ta’ala berfirman,
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلا يُجْزَى إِلا مِثْلَهَا وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ
“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh
kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak
diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka
sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-An’am: 160)
Begitu juga dalam ayat lainnya disebutkan,
وَمَنْ يُرِدْ فِيهِ بِإِلْحَادٍ بِظُلْمٍ نُذِقْهُ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ
“Dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara
zalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih.” (QS.
Al-Hajj: 25). Dalam ayat tidak dikatakan akan dilipatgandakan, namun dikatakan
akan ditimpakan azab. Sehingga yang melakukan dosa di Makkah atau di Madinah,
berarti secara kualitas dosanya bertambah besar, bukan dari sisi jumlah yang
berlipat-lipat. Maksudnya, siksanya lebih pedih.
Q : Bunda gimana caranya agar semangat kita dalam beribadah ga turun
naik shabis sudah.a bulan ramadhan
A : Dengan tetap menjaga amalan-amalan ibadah yang telah
dilaksanakan pada bulan ramadhan, berteman dengan orang-orang sholih, berdoa
agar di kuatkan dalam agama ini
Q : Di materi dijelaskan bahwa setan-setan itu dibelenggu,
tapi kenyataannya malah tambah banyak orang yang tidak memanfaatkan bulan
ramadhan sebaik-baiknya contohnya makin banyak orang yang main kartu katanya
tuk mngisi kekosongan.... Nah itu gimana ustdzh?
A : Dalam lafazh lain disebutkan,
إِذَا كَانَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ
“Jika masuk bulan Ramadhan, pintu-pintu rahmat dibukan,
pintu-pintu Jahannam ditutup dan setan-setan pun diikat dengan
rantai.” (HR. Bukhari no. 3277 dan Muslim no. 1079).
Selanjutnya, kita kembali ke pertanyaan di atas. Mengapa masih ada
maksiat, jika setan telah dibelenggu? Ada beberapa pendekatan yang disampaikan
ulama dalam memahami kasus ini. Pertama, sumber maksiat tidak hanya setan.
Karena hawa nafsu manusia di sana berperan. Keterangan disampaikan Imam
as-Sindi dalam Hasyiyah-nya (catatan) untuk sunan an-Nasai. Beliau
mengatakan,
ولا ينافيه وقوع المعاصي، إذ يكفي وجود المعاصي شرارة النفس وخبائثها، ولا يلزم أن تكون كل معصية بواسطة شيطان، وإلا لكان لكل شيطان شيطان ويتسلسل، وأيضاً معلوم أنه ما سبق إبليس شيطان آخر، فمعصيته ما كانت إلا من قبل نفسه، والله تعالى أعلم
Hadis ‘setan dibelenggu’ tidak berarti meniadakan segala bentuk
maksiat. Karena bisa saja maksiat itu muncul disebabkan pengaruh jiwa yang
buruk dan jahat. Dan timbulnya maksiat, tidak selalu berasal dari setan. Jika
semua berasal dari setan, berarti ada setan yang mengganggu setan (setannya
setan), dan seterusnya bersambung. Sementara kita tahu, tidak ada setan yang
mendahului maksiat Iblis. Sehingga maksiat Iblis murni dari
dirinya. Allahu a’lam. (Hasyiyah Sunan an-Nasai, as-Sindi, 4/126).
Kedua, setan dibelenggu tapi dia masih bisa mengganggu. Hanya
saja, dia tidak sebebas ketika dilepas. Karena makhluk yang dibelenggu hanya
terikat bagian tangan dan lehernya. Sementara kakinya, lidahnya masih bisa
berkarya. Kita simak keterangan Imam al-Baji – ulama Malikiyah –
dalam Syarh Muwatha’
قوله وصفدت الشياطين يحتمل أن يريد به أنها تصفد حقيقة، فتمتنع من بعض الأفعال التي لا تطيقها إلا مع الانطلاق، وليس في ذلك دليل على امتناع تصرفها جملة، لأن المصفد هو المغلول العنق إلى اليد يتصرف بالكلام والرأي وكثير من السعي
Sabda beliau, ‘Setan dibelenggu’ bisa dipahami bahwa itu
dibelenggu secara hakiki. Sehingga dia terhalangi untuk melakukan beberapa
perbuatan yang tidak mampu dia lakukan kecuali dalam kondisi bebas. Dan hadis
ini bukan dalil bahwa setan terhalangi untuk mengganggu sama
sekali. Karena orang yang dibelenggu, dia hanya terikat dari leher sampai
tangan. Dia masih bisa bicara, membisikkan ide maksiat, atau banyak gangguan
lainnya.
Ketiga, sejatinya setan tidak dibelenggu secara hakiki. Sifatnya
hanya kiasan. Mengingat keberkahan bulan ramadhan, dan banyaknya ampunan Allah
untuk para hamba-Nya selama ramadhan. Sehingga setan seperti terbelenggu. Masih
kita lanjuntukan keterangan al-Baji,
ويحتمل أن هذا الشهر لبركته وثواب الأعمال فيه وغفران الذنوب تكون الشياطين فيه كالمصفدة، لأن سعيها لا يؤثر، وإغواءها لا يضر…
Bisa juga kita maknai, bahwa mengingat bulan ini bulan pernuh
berkah, penuh pahala amal, banyak ampunan dosa, menyebab setan seperti
terbelenggu selama ramadhan. Karena upaya dia menggoda tidak berefek, dan upaya
dia menyesatkan tidak membahayakan manusia… (al-Muntaqa Syarh al-Muwatha’,
al-Baji, 2/75)
Keempat, yang dibelenggu tidak semua setan. Tapi hanya setan kelas
kakap (maradatul jin). Sementara setan-setan lainnya masih bisa bebas. Terjadi
maksiat, disebabkan bisikan setan-setan kelas biasa. Dalam
fatwa syabakah islamiyah dinyatakan,
وقد ذهب بعض أهل العلم إلى أن الذين يصفدون من الشياطين مردتهم، فعلى هذا فقد تقع المعصية بوسوسة من لم يصفد من الشياطين
Sebagian ulama berpendapat bahwa setan yang dibelenggu hanyalah
setan kelas kakap. Berdasarkan pendapat ini, adanya maksiat, disebabkan bisikan
setan yang belum dibelenggu. (Fatwa Syabakah Islamiyah, no. 40990).
Yang lebih penting adalah kita berupaya untuk menghindari maksiat
sebisa yang kita lakukan. Agar puasa kita semakin berkualitas.
Allahu a’lam
Q : Ustdzah Ramadhan kemarin saya pernah menghukum keponakan saya
karena dia tidak puasa.. (hukumannya: fasilitas dia saya cabut mis hp &
main, saya cubit juga kakinya) ponakan saya sekarang udah smp. Apakah
tindakan saya ini berlebihan/ gimana ya?
A : Tidak
Q : Puasa ramadhan di lingkungan rumah selalu berbeda dengan
pemerintah..menurut ustadzah bagaimana menyikapi nya apa ikut lingkunggan atau
pemerintah??? Jazakillah khair ustadzah
A : Ikut lingkungan sekitar asal perbedaannya tidak lebih dari
sehari, kalo lebih dari sehari ikut pemerintah saja
Alhamdulillah, kajian kita hari ini berjalan dengan lancar.
Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala
kekurangan. Baiklah langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing
sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta
astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa
tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon
pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment