Kajian Online WA Hamba الله SWT
Selasa, 17 Mei 2016
Rekapan Grup Nanda
Tema : Syakhsiyah Islamiyah
Editor
: Rini Ismayanti
Puji syukur kehadirat
Allah SWT yang masih memberikan kita nikmat iman, islam dan Al Qur'an semoga
kita selalu istiqomah sebagai shohibul qur'an dan ahlul Qur'an dan dikumpulkan
sebagai keluarga Al Qur'an di JannahNya.
Shalawat beriring
salam selalu kita hadiahkan kepada uswah hasanah kita, pejuang peradaban Islam,
Al Qur'an berjalan, kekasih Allah SWT yakninya nabi besar Muhammad SAW, pada
keluarga dan para sahabat nya semoga kita mendapatkan syafaat beliau di hari
akhir nanti. InsyaAllah aamiin
MEMBANGUN RUHIYAH QUR'ANI
Manusia adalah makhluk
yang paling sempurna dan paling mulia dibanding dengan makhluk-makhluk Allah
lainnya. Allah SWT berfirman,
“Dan sesungguhnya
telah kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di
lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami
ciptakan.” (QS. Al Isra: 70)
Menjadi pribadi yang
Islami merupakan suatu hal yang sangat diperhatikan dalam agama Islam. Hal ini
karena Islam itu tidak hanya ajaran normatif yang hanya diyakini dan dipahami
tanpa diwujudkan dalam kehidupan nyata, tapi Islam memadukan dua hal antara
keyakinan dan aplikasi, antara norma dan perbuatan , antara keimanan dan amal
saleh. Oleh sebab itulah ajaran yang diyakini dalam Islam harus tercermin dalam
setiap tingkah laku, perbuatan dan sikap pribadi-pribadi muslim.
Memang, setiap jiwa
yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Tapi bukan berarti kesucian dari lahir
itu meniadakan upaya untuk membangun dan menjaganya, justru karena telah
diawali dengan fitrah itulah, jiwa tersebut harus dijaga dan dirawat
kesuciannya dan selanjutnya dibangun agar menjadi pribadi yang islami.
Aspek ruhiyah adalah
aspek yang harus mendapatkan perhatian khusus oleh setiap muslim. Sebab ruhiyah
menjadi motor utama sisi lainnya, hal ini bisa kita simak dalam firman Allah
SWT di Surat Asy-Syams : 7-10
“Dan jiwa serta
penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketaqwaannya. Sungguh sangat beruntung orang yang mensucikannya
dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya,” (QS. Asy Syams: 7-10).
Dan dalam surat Al
Hadid ayat 16:
“Belumkah datang
waktunya untuk orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka berdzikir
kepada Allah dan kepada kebenaran yang telah turun kepada mereka dan janganlah
mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Alkitab di
dalamnya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka
menjadi keras, dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik ”
QS. Al-Hadid:16).
Ayat-ayat di atas
memberikan pelajaran kepada kita akan pentingnya untuk senantiasa menjaga
ruhiyah, kerugian yang besar bagi orang yang mengotorinya dan peringatan keras
agar kita meninggalkan amalan yang bisa mengeraskan hati. Bahkan tarbiyah
ruhiyah adalah dasar dari seluruh bentuk tarbiyah, menjadi pendorong untuk
beramal saleh dan dia juga memperkokoh jiwa manusia dalam menyikapi berbagai
problematika kehidupan.
Mafahim ruhiyah secara
sederhana seperti yang disimpulkan Ibnu Taimiyah dalam Al-Waabil As-Shayyib
bahwa seluruh perjalanan hidup kita sebagai mukmin akan menjadi sempurna ketika
kita ada dalam dua kaca mata yang berimbang.
Mempersaksikan semua
karunia yang diberikan Allah di satu sisi dan di sisi lain adalah pengakuan
atas kelalaian-kelalaian kita. Antara apa yang kita persembahkan kepada Allah
dengan apa yang diberikan Allah itu tidak pernah imbang. Kita menerima karunia Allah
jauh lebih banyak dari amal yang kita persembahkan kepada Allah. Situasi inilah
yang membuat kita berada di antara al-khauf war-raja (takut dan berharap),
kesadaran yang berkesinambungan bahwa apa yang kita berikan tidak akan pernah
bisa mencukupi atau mengimbangi karunia Allah.
Dalam kesadaran
seperti itulah intisari dari wasail/a’mal tarbiyah ruhiyah terfokus pada tiga
hal yaitu tilawatul quran, shalat, dan dzikir. Dan disini kita akan mencoba
memahami dari aspek tilawah al Qur'an.
Ada dua bentuk tilawah
A. Tilawah ta’abbudiyah (tilawah ritual ibadah) dan tilawah ta-ammuliyah (tilawah perenungan).
B. Yang kedua, memperbanyak waktu untuk tilawah ta-ammuliyah dengan melakukan pendekatan berbasis tematik, kita mulai membaca Quran dengan pendekatan ta-ammul (perenungan mendalam), dan mencoba melakukan istilham (mencari ilham/inspirasi) dari Al-Quran ini. Kita mencoba berimajinasi seperti dahulu Muhammad Iqbal dan Hasan Al-Banna melakukannya. Waktu beliau membaca Al-Quran, orang tuanya bertanya, “Apa yang kamu baca?” Saya sedang membaca Al-Quran. Lalu orang tuanya mengatakan, “Bacalah Al-Quran itu seolah-olah ia diturunkan kepadamu.” Karena Al-Quran ini diturunkan pada fase yang lama, tidak sekaligus, oleh karena itu unsur momentum menjadi penting dalam memahaminya. Dan momentum-momentum itu diciptakan oleh Allah berulang dalam kehidupan manusia sehingga kemungkinan kita melakukan qiyas (analogi) kepada momentum-momentum itu sangat banyak walaupun tidak persis sama kejadiannya, tetapi kita tetap bisa mendapatkan ilham dari situ, karena Al-Quran dating dengan kaidah-kaidah umum dan tidak tergantung kepada kekhususan sebab peristiwa turunnya. Konteks turunnya penting untuk memberikan ilham dalam menemukan kesamaan, tetapi ibrahnya tetap berlaku umum. Surat-surat Al-Quran itu memiliki kedekatan-kedekatan antara satu dengan lainnya. Seperti surat Al-Anfal, At-Taubah, Muhammad dan Al-Fath adalah surat-surat jihad dari sisi tema suratnya.
A. Tilawah ta’abbudiyah (tilawah ritual ibadah) dan tilawah ta-ammuliyah (tilawah perenungan).
B. Yang kedua, memperbanyak waktu untuk tilawah ta-ammuliyah dengan melakukan pendekatan berbasis tematik, kita mulai membaca Quran dengan pendekatan ta-ammul (perenungan mendalam), dan mencoba melakukan istilham (mencari ilham/inspirasi) dari Al-Quran ini. Kita mencoba berimajinasi seperti dahulu Muhammad Iqbal dan Hasan Al-Banna melakukannya. Waktu beliau membaca Al-Quran, orang tuanya bertanya, “Apa yang kamu baca?” Saya sedang membaca Al-Quran. Lalu orang tuanya mengatakan, “Bacalah Al-Quran itu seolah-olah ia diturunkan kepadamu.” Karena Al-Quran ini diturunkan pada fase yang lama, tidak sekaligus, oleh karena itu unsur momentum menjadi penting dalam memahaminya. Dan momentum-momentum itu diciptakan oleh Allah berulang dalam kehidupan manusia sehingga kemungkinan kita melakukan qiyas (analogi) kepada momentum-momentum itu sangat banyak walaupun tidak persis sama kejadiannya, tetapi kita tetap bisa mendapatkan ilham dari situ, karena Al-Quran dating dengan kaidah-kaidah umum dan tidak tergantung kepada kekhususan sebab peristiwa turunnya. Konteks turunnya penting untuk memberikan ilham dalam menemukan kesamaan, tetapi ibrahnya tetap berlaku umum. Surat-surat Al-Quran itu memiliki kedekatan-kedekatan antara satu dengan lainnya. Seperti surat Al-Anfal, At-Taubah, Muhammad dan Al-Fath adalah surat-surat jihad dari sisi tema suratnya.
Contoh lain adalah ketika kita memperhatkan kata al-makr (makar) di dalam Al-Quran, maka ayat-ayatnya menjelaskan bagaimana konstruksi konseptual dari makar itu dalam tinjauan Al-Quran. Salah satu yang menarik bahwa semua makar yang disebutkan dalam Al-Quran selalu dihubungkan dengan sifat Allah yang terkait dengan al-qudrah (Kemahakuasaan Allah) dan selalu diletakkan dalam konteks al-qadha wal qadar, supaya kita membaca tentang makar manusia sehebat apapun, tetapi kendali alam semesta ini tetaplah dalam kekuasaan Allah.
Dan janganlah orang-orang
yang kafir itu mengira, bahwa mereka akan dapat lolos (dari kekuasaan Allah).
Sesungguhnya mereka tidak dapat melemahkan (Allah).
Begitu juga ayat-ayat yang terkait dengan fakta-fakta alam raya, seperti angin yang dijelaskan sebagai salah satu tentara Allah, oleh karena itu sains tidak pernah punya ilmu pasti tentang arah angin, tetapi selalu perkiraan, karena Allahlah yang yusharrifuhu (mengarahkannya) sekehendak-Nya. Bahwa setiap benda ada malaikat yang mengurusnya, waktu kita naik pesawat melalui turbulence, ada malaikat yang khusus mengatur akan dibawa ke mana angin itu.
Pembacaan dan
perenungan seperti ini akan meningkatkan penghayatan kita dan dengan sendirinya
akan memberikan kepada kita pencerahan ruhiyah, terutama saat kita menghadapi
begitu banyak syubuhat (hal-hal yang kabur), atau berhadapan dengan keadaan
kritis. Efek dari penghayatan itu akan muncul di saat-saat seperti itu. Dialah
yang memberikan kita kepastian, dialah yang juga memberikan kita keteguhan.
Wallahua'lam bish
showab
TANYA JAWAB
M114 by Ustdazah Yeni
Q : Bunda bagaimana
menghadapi orang yang keras hati nya? Dia selalu membantah/menolak jika kita
memberi saran yang baik? Padahal sudah usaha dengan cara yang lain agar dia
mengerti/paham kalau ajakan kita itu sebenarnya baik
A : Hati itu milik Allah. Allah yang Maha membolak balikan hati manusia. Jadi jika nasihat baik sudah dsmpaikan.. dan msih juga.. maka kuatkan doa untuknya agar Allah lembutkan hatinya
A : Hati itu milik Allah. Allah yang Maha membolak balikan hati manusia. Jadi jika nasihat baik sudah dsmpaikan.. dan msih juga.. maka kuatkan doa untuknya agar Allah lembutkan hatinya
Q : Saya punya teman
dan ia selalu mengambil manfaat dari kebaikan saya dan tidak meniru keburukan
saya. Namun tanpa ia sadari, dari perkataan nya menyinggung perasaan orang lain
dan mengeluh bagaimana? Afwan bila beda dengan kajian
A : Nasihati dengan cara ahsan. Perhatikan moment penting baginya misal hari lahir, hobbinya. Jika sudah maks, maka doa lebih baik agar dilembutkan hatinya.
A : Nasihati dengan cara ahsan. Perhatikan moment penting baginya misal hari lahir, hobbinya. Jika sudah maks, maka doa lebih baik agar dilembutkan hatinya.
Q : Bunda mau nanya
rukiah syar'i dan bukan syar'i seperti apa?? Apa rukiyah itu harus pake mahar
ya?? Dan sebenernya apa bener seseorang yang di rukiah itu bisa mengeluarkan
benda tajam dari badannya?? Salah 1 media yang di pake itu disimpan di kepala
pasiennya, kemudian digigit dan keluar paku beton bunda, bentuk gulungan pocong
n jalangkung begitu bunda.
A : Rukyah syariyah menggunakan ayat Qur'an sebagai pengobatan dan cara yang benar.
A : Rukyah syariyah menggunakan ayat Qur'an sebagai pengobatan dan cara yang benar.
Maka suatu ruqyah
dinyatakan syar’iyyah jika memenuhi tiga syarat:
Pertama, menggunakan Kalam Allâh (al-Qur’ân al-Karîm), Nama-Nama & Sifat-Nya (disamping dengan do’a-do’a dari Rasûlullâh saw
Pertama, menggunakan Kalam Allâh (al-Qur’ân al-Karîm), Nama-Nama & Sifat-Nya (disamping dengan do’a-do’a dari Rasûlullâh saw
Kedua, menggunakan
(do’a-do’a) bahasa arab atau bahasa apa saja yang diketahui maknanya, tidak menggunakan
lafazh-lafazh yang tak diketahui, mantra yang samar dan jampi-jampi yang
diucapkan para dukun dan dajjal secara tersembunyi, yang diperangi oleh Allah
SWT.
Ketiga,
diyakini bahwa Ruqyah tidak berpengaruh dengan
sendirinya, tetapi atas izin Allâh SWT. Ruqyah dan orang yang
membacanya (al-râqiy) hanyalah wasilah, ikhtiar mengupayakan kesembuhan dari
Allâh SWT.
Adapun ruqyah syirkiyyah, berdasarkan penjelasan para ulama dan temuan di dalam banyak kasus di berbagai tempat, bisa di simpulkan pada poin-poin berikut:
Menggunakan lafazh-lafazh syirik, batil misalnya permohonan kepada jin.
Contoh Kasus: lafazh jangjawokan atau mantra kunjali asih untuk pelet, keduanya menggunakan kata-kata yang tak diketahui artinya, dan bisa dipastikan mengandung kemungkaran. Atau ada juga yang berbahasa arab yang bisa kita pahami maknanya namun jelas batil karena meminta bantuan jin, misalnya Artinya: “Kabulkanlah wahai jin pelayan nama-nama ini: ......... (angka-angka arab)”
Adapun ruqyah syirkiyyah, berdasarkan penjelasan para ulama dan temuan di dalam banyak kasus di berbagai tempat, bisa di simpulkan pada poin-poin berikut:
Menggunakan lafazh-lafazh syirik, batil misalnya permohonan kepada jin.
Contoh Kasus: lafazh jangjawokan atau mantra kunjali asih untuk pelet, keduanya menggunakan kata-kata yang tak diketahui artinya, dan bisa dipastikan mengandung kemungkaran. Atau ada juga yang berbahasa arab yang bisa kita pahami maknanya namun jelas batil karena meminta bantuan jin, misalnya Artinya: “Kabulkanlah wahai jin pelayan nama-nama ini: ......... (angka-angka arab)”
Syaikh Dr. Umar
Sulaiman al-Asyqar menegaskan bahwa tukang sihir (termasuk dukun) tak dapat
mengembangkan sihirnya apabila tak mengabdikan diri kepada
syaithân. Oleh karena itu,tukang sihir mengotori dirinya dengan perbuatan
keji dan rusak serta merasa nyaman dalam melakukan keburukan.
Na'audzubillah
Penyebab Gangguan Jin&Sihir
Pengaruh Keturunan
Kemungkinan jin yang diturunkan berasal dari kerabat kita di masa lalu yang bersahabat atau memelihara teman dari golongan jin.
Jin (Al-Jinn):6 - Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.
Na'audzubillah
Penyebab Gangguan Jin&Sihir
Pengaruh Keturunan
Kemungkinan jin yang diturunkan berasal dari kerabat kita di masa lalu yang bersahabat atau memelihara teman dari golongan jin.
Jin (Al-Jinn):6 - Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.
Pengaruh Benda Pusaka
dimasuki jin, yang diminta oleh seorang pawang. Jin yang datang atas permintaan pawang ini biasanya mempunyai misi khusus, misalnya membuat kekacauan, menimbulkan rasa sakit ( santet, teluh ), atau bahkan sebaliknya untuk melindungi dan bahkan menimbulkan penyakit.
Tanpa Sengaja Mengganggu Kediaman Jin
Segolongan jin mendiami tempat yang jarang dihuni manusia, seperti gurun, gunung, lautan, sungai, gua, rumah kosong.
Maka di tempat-tempat itu manusia harus berhati dalam bersikap dan hendaklah selalu mengingat Allah.
Diminta Datang Oleh Yang Bersangkutan
Jin dapat masuk ke dalam tubuh seseorang atas permintaan. Bahkan dapat hadir tanpa disadari ketika seseorang meminta pertolongan kepada penjaga lembah, gunung, atau leluhur padahal sejatinya panggilan tersebut hanya akan mendatangkan jin
dimasuki jin, yang diminta oleh seorang pawang. Jin yang datang atas permintaan pawang ini biasanya mempunyai misi khusus, misalnya membuat kekacauan, menimbulkan rasa sakit ( santet, teluh ), atau bahkan sebaliknya untuk melindungi dan bahkan menimbulkan penyakit.
Tanpa Sengaja Mengganggu Kediaman Jin
Segolongan jin mendiami tempat yang jarang dihuni manusia, seperti gurun, gunung, lautan, sungai, gua, rumah kosong.
Maka di tempat-tempat itu manusia harus berhati dalam bersikap dan hendaklah selalu mengingat Allah.
Diminta Datang Oleh Yang Bersangkutan
Jin dapat masuk ke dalam tubuh seseorang atas permintaan. Bahkan dapat hadir tanpa disadari ketika seseorang meminta pertolongan kepada penjaga lembah, gunung, atau leluhur padahal sejatinya panggilan tersebut hanya akan mendatangkan jin
Didatangkan atau Dihadirkan oleh Orang Ahli ( Pawang )
Jin dapat dihadirkan merasuk ke tubuh seseorang atas permintaan dari pawang penguasa jin. Orang yang jiwanya lemah juga mudah dimasuki jin, yang diminta oleh seorang pawang. Jin yang datang atas permintaan pawang ini biasanya mempunyai misi khusus, misalnya membuat kekacauan, menimbulkan rasa sakit ( santet, teluh ), atau bahkan sebaliknya untuk melindungi dan bahkan menimbulkan penyakit.
Jin dapat dihadirkan merasuk ke tubuh seseorang atas permintaan dari pawang penguasa jin. Orang yang jiwanya lemah juga mudah dimasuki jin, yang diminta oleh seorang pawang. Jin yang datang atas permintaan pawang ini biasanya mempunyai misi khusus, misalnya membuat kekacauan, menimbulkan rasa sakit ( santet, teluh ), atau bahkan sebaliknya untuk melindungi dan bahkan menimbulkan penyakit.
M103 by Ustadzah Runie
Q : Bagaimana ya
caranya agar tidak malas baca al-qur'an ? Dan bagaimana menjaga hafalan
Al-qur'an?
A : Nanda yang di sayang Allah, fitrahnya iman kita memang up n down, saat alarm keimanan kita nyala; segera lawan dengan per banyak dzikir, jaga dengan air wudhu, dan dorong diri kita untuk menyentuh dan membaca Al Qur'an.
Langkah pertama INI yg berat,, insyaa Allah, setelah membaca akan berbeda. Apalagi saat kita hadirkan rasa Al Qur'an itu berbicara untuk kondisi kita. MasyaAllah, mungkin akan berderai haru.. Langsung jika iman membaik, segerakan untuk muraja'ah dan menguatkan niat berkomitmen menjaga hafalan. Inilah keberkahan nya membalikkan hati sketika, kmudian memberikan ketenangan. Insyaa Allah
A : Nanda yang di sayang Allah, fitrahnya iman kita memang up n down, saat alarm keimanan kita nyala; segera lawan dengan per banyak dzikir, jaga dengan air wudhu, dan dorong diri kita untuk menyentuh dan membaca Al Qur'an.
Langkah pertama INI yg berat,, insyaa Allah, setelah membaca akan berbeda. Apalagi saat kita hadirkan rasa Al Qur'an itu berbicara untuk kondisi kita. MasyaAllah, mungkin akan berderai haru.. Langsung jika iman membaik, segerakan untuk muraja'ah dan menguatkan niat berkomitmen menjaga hafalan. Inilah keberkahan nya membalikkan hati sketika, kmudian memberikan ketenangan. Insyaa Allah
Q : Jadi gini, Bun.
Kita kan diharuskan atau diwajibkan untuk taat dan menghormati orang tua,
terutama ibu. Tapi bagaimana jika ibu itu tidak mendukung atau bahkan melarang
kita dalam hal agama. Contoh, si anak baru hijrah, dari pake hijab yang sekedar
menutup aurat, mulai hijrah memakai pakaian syar'i, yang longgar dan tidak
membentuk lekuk tubuh. Tapi ibunya justru bilang "kenapa pake itu sih?
Emang gak ribet? Pake celana kayak biasa aja. Kenapa pake kaos kaki? Gerah
liatnya." Apa si anak harus menuruti perkataan ibunya? Lalu si anak harus
bersikap seperti apa atas pendapat ibunya itu, Bunda?
A : Kondisi tersebut juga pernah saya alami, tidak hanya 1anggota keluarga, namun smua anggota keluarga inti punya reaksi sprti itu lebih kurang. Prinsipnya, hargai niat kita untuk berubah lebih baik dengan kesungguhan, do'a untuk sendiri pun orang di sekitar kita. Allah lah sang Pemilik Hati, memintalah pada Nya. Kita juga perlu paham bahwa memberikan pemahaman ke keluarga terdekat esp, bukan lah proses yang instan.. Jika kita bisa menghargai proses tsb, insyaa Allah begitu pula keluarga kita.
Tunjukkanlah perubahan kita ini adalah perubahan yang baik. Akhlaq yang baik, hati yang lembut, mengingatkan untuk hal-hal yang benar secara perlahan dengan bahasa mereka. Faktor menunjukkan sosok teman kita yang shaleh ke dalam keluarga, juga bisa menjadi sarana. Ukhuwah. Inilah Islam.
Wallahu'alam.
A : Kondisi tersebut juga pernah saya alami, tidak hanya 1anggota keluarga, namun smua anggota keluarga inti punya reaksi sprti itu lebih kurang. Prinsipnya, hargai niat kita untuk berubah lebih baik dengan kesungguhan, do'a untuk sendiri pun orang di sekitar kita. Allah lah sang Pemilik Hati, memintalah pada Nya. Kita juga perlu paham bahwa memberikan pemahaman ke keluarga terdekat esp, bukan lah proses yang instan.. Jika kita bisa menghargai proses tsb, insyaa Allah begitu pula keluarga kita.
Tunjukkanlah perubahan kita ini adalah perubahan yang baik. Akhlaq yang baik, hati yang lembut, mengingatkan untuk hal-hal yang benar secara perlahan dengan bahasa mereka. Faktor menunjukkan sosok teman kita yang shaleh ke dalam keluarga, juga bisa menjadi sarana. Ukhuwah. Inilah Islam.
Wallahu'alam.
Q : Jika saat baca
al-qur'an merasa kurang dapat feelnya bagaimana ya bun? Apa yang salah
diri dalam diri jika seperti itu? Bagaimana caranya agar feel nya dapat?
A : Ukhty sayang, feelnya didapat klo hati kita mau. Klo kita tidak menset hati kita, ya gak bakal dapet tuh feel. Maksud ana, kenapa klo kita nonton or denger musik, feel kita bisa lebih dapet ya. Padahal tuh film dan lagu gak bakal bisa nolong kita di akhirat....
Al Qur'an, skalipun dimulai dengan membaca nya secara "terpaksa", namun Al Qur'an yang akan mnemani kita di akhirat...
Point nya dalam menghadirkan feel tsb, adalah mau bersama dengennya, mau menjaganya, mau menyentuhnya, mau membacanya, mau memaknainya, mau mengamalkannya, mau memperbaiki bacaannya...serasa Al Qur'an turun untuk kita..
A : Ukhty sayang, feelnya didapat klo hati kita mau. Klo kita tidak menset hati kita, ya gak bakal dapet tuh feel. Maksud ana, kenapa klo kita nonton or denger musik, feel kita bisa lebih dapet ya. Padahal tuh film dan lagu gak bakal bisa nolong kita di akhirat....
Al Qur'an, skalipun dimulai dengan membaca nya secara "terpaksa", namun Al Qur'an yang akan mnemani kita di akhirat...
Point nya dalam menghadirkan feel tsb, adalah mau bersama dengennya, mau menjaganya, mau menyentuhnya, mau membacanya, mau memaknainya, mau mengamalkannya, mau memperbaiki bacaannya...serasa Al Qur'an turun untuk kita..
Q : Akhir-akhir ni
down tilawahnya..bagaimana caranya agar bisa semangat lagi bun? Pengen banget
hafalin al quran tapi selalu gak fokus..
Apa yang harus di benahi bun?
A :bYuk kita perbaiki shalat wajib kita, smakin baik, smakin rapih, smakin bermakna shalat kita..insyaa Allah amalan yang lain kan baik juga.
Apa yang harus di benahi bun?
A :bYuk kita perbaiki shalat wajib kita, smakin baik, smakin rapih, smakin bermakna shalat kita..insyaa Allah amalan yang lain kan baik juga.
Q : Bunda cara
mengobati hati agar tidak mengeras bagaimana? Apa hanya perasaan saya? Akhir
akhir ini saya sering lalai sama perintahNya malah kadang meyepelekannya dan
menundanunda ibadah. Alhamdulillah ibadah wajib masih bisa tercontrol
yang engga tercontrol ibadah sunah bund seperti puasa dan sunah-sunah lainnya
A : Ukhty yang disayang Allah. Ini untuk perenungan kita semua, termasuk ana..
Hati hati saat kita sudah merasa cukup dengan ibadah kita. Di lain sisi Allah slalu mengahargai setiap yang dilakukan oleh kita sebagai hambaNya yang mudah khilaf. Maksud Ana, Allah memang memerintahkan salah satunya untuk shalat, puasa, (wajib pun sunnah); Rasulullah dan sahabat ada yang per 3bln khatam, per 1bln khatam, per 1 minggu khatam bahkan ada yang per 1hari khatam. Masya Allah.
Akhwat, Allah tidak lihat secepat APA, sebanyak apa ibadah kita; tapi Allah kan lihat setulus APA, seikhlas APA, seberapa konsistenkh kita dalam menjalankannya sepenuh hati.... Allah juga menyampaikan dalam Al Qur'an, "Ambillah yang mudah dari Al Qur'an" dengan terus memperbaiki diri.
yang engga tercontrol ibadah sunah bund seperti puasa dan sunah-sunah lainnya
A : Ukhty yang disayang Allah. Ini untuk perenungan kita semua, termasuk ana..
Hati hati saat kita sudah merasa cukup dengan ibadah kita. Di lain sisi Allah slalu mengahargai setiap yang dilakukan oleh kita sebagai hambaNya yang mudah khilaf. Maksud Ana, Allah memang memerintahkan salah satunya untuk shalat, puasa, (wajib pun sunnah); Rasulullah dan sahabat ada yang per 3bln khatam, per 1bln khatam, per 1 minggu khatam bahkan ada yang per 1hari khatam. Masya Allah.
Akhwat, Allah tidak lihat secepat APA, sebanyak apa ibadah kita; tapi Allah kan lihat setulus APA, seikhlas APA, seberapa konsistenkh kita dalam menjalankannya sepenuh hati.... Allah juga menyampaikan dalam Al Qur'an, "Ambillah yang mudah dari Al Qur'an" dengan terus memperbaiki diri.
Q : Bunda, bagaimana
kalau kita setiap hari sudah tilawah tapi belum merenungi apa yang kita baca.
Apakah tilawah kita sia-sia? Bagaimana hukumnya jika menghafal Al-Qur'an tanpa
mengetahui arti dan tafsir dari ayat yang dihafal? Di pesantren saya, kami
hanya mengejar setoran tanpa belajar tafsirnya
A : Di mata Allah kebaikan sebesar biji sawi aja dinilai kebaikan yang luar biasa, jadi TIDAK ada yang sia-sia insyaa Allah. Sudah hafal banyak itu bagus, hafal dgn bacaan yg bagus itu hebat, hafal dengan juga membaca arti- tafsirnya jadi nilai plus, apalagi dengan mengamalkannya jadi plus++. Klo point nya kurikulum belajar, maka kita sekarang jadi lebih kritis untuk mncari tempat belajar yanlg nyaman di hati kita. Smuanya ada plus minusnya mbak. Siasati saja sebaik mungkin, sehingga semuanya menjadi keberkahan. Insyaa Allah.
A : Di mata Allah kebaikan sebesar biji sawi aja dinilai kebaikan yang luar biasa, jadi TIDAK ada yang sia-sia insyaa Allah. Sudah hafal banyak itu bagus, hafal dgn bacaan yg bagus itu hebat, hafal dengan juga membaca arti- tafsirnya jadi nilai plus, apalagi dengan mengamalkannya jadi plus++. Klo point nya kurikulum belajar, maka kita sekarang jadi lebih kritis untuk mncari tempat belajar yanlg nyaman di hati kita. Smuanya ada plus minusnya mbak. Siasati saja sebaik mungkin, sehingga semuanya menjadi keberkahan. Insyaa Allah.
M101 by Ustadzah Fina
Q : Al-makr (makar)
itu apa bun?
A : Dalam kamus bahasa
indonesia makar artinya
1. Akal busuk; tipu
muslihat; Segala makarnya itu sudah diketahui lawannya
2. Perbuatan (usaha)
dengan maksud hendak menyerang (membunuh) orang, dsb; Karena makar
menghilangkan nyawa seseorang, ia dihukum
3. Perbuatan (usaha) menjatuhkan
pemerintah yang sah; Ia dituduh melakukan makar: kaku dan keras (tentang
buah-buahan); bangkar.
Makna
"makar" secara leksikal bermakna pengaturan. Termasuk pengaturan yang
baik atau yang buruk. Atau pengaturan ini dalam perbuatan buruk atau perbuatan
baik. Kendati sebagian makar diartikan sebagai tipu daya dan jika disandarkan
kepada Tuhan, maka maknanya adalah ganjaran dan hajaran tipu daya dan
kelicikan.
Adapun makar Ilahi
dengan memperhatikan ayat-ayat yang menggunakan redaksi makar akan kita jumpai
bahwa yang dimaksud dengan makar adalah pengaturan dan pencarian
alternatif.Namun terkadang baik, juga kadang-kadang buruk. Sebagai contoh pada
ayat, " Mereka memikirkan tipu
daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu
daya." (Qs. Al-Anfal [08]:30).
Maksud dari
redaksi yamkurun di sini
adalah tipu daya dan pengaturan kaum musyrikin yang ingin membunuh Nabi
Muhammad Saw atau memenjarakannya. Adapun maksud "yamkurullah" adalah pengaturan Ilahi yang menitahkan Nabi Saw
untuk hijrah. Dan apa yang kita lihat pada redaksi "makar" disertai
dengan ajektif (sifat) "al-sayyi'u" yang digunakan dalam al-Qur'an
adalah dalil bahwa "makar" terkadang digunakan untuk perbuatan buruk
dan terkadang untuk perbuatan baik.
Q : Saya mau tanya
sikap wara' itu yang seperti apa ya?
A : Mendapatkan banyak
kebaikan. Wara’secara sederhana berarti meninggalkan perkara haram dan
syubhat, itu asalnya. Para ulama seringkali memaksudkan wara’ dalam hal
meninggalkan perkara syubhat dan perkara mubah yang berlebih-lebihan, juga
meninggalkan perkara yang masih samar hukumnya. Sabda Nabi –shallallahu
‘alaihi wa sallam-. Ibnul Qayyim menjelaskan,
وقد جمع النبي الورع كله في كلمة واحدة فقال : من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه فهذا يعم الترك لما لا يعني : من الكلام والنظر والاستماع والبطش والمشي والفكر وسائر الحركات الظاهرة والباطنة فهذه الكلمة كافية شافية في الورع
“Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam telah menghimpun makna wara’ dalam satu kalimat yaitu dalam
sabda beliau, “Di antara tanda kebaikan Islam seseorang yaitu meninggalkan hal
yang tidak bermanfaat.” Hadits ini dimaksudkan untuk meninggalkan hal yang
tidak bermanfaat yaitu mencakup perkataan, pandangan, mendengar, bertindak
anarkis, berjalan, berpikir, dan aktivitas lainnya baik lahir maupun batin.
Hadits tersebut sudah mencukupi untuk memahami arti wara’.” (Madarijus Salikin,
2: 21).
Q : Bun.. gimana
caranya menghilangkan rasa iri dan dendam?
A : Dari ‘Abdullah bin
Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى الْحَقِّ ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ ، فَهْوَ يَقْضِى بِهَا وَيُعَلِّمُهَا
“Tidak boleh hasad
(ghibtoh) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya
harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia
ilmu (Al Qur’an dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya.”
Iri hanya boleh
dilakukan pada dua orang..yang punya kriteria.Gak ada manfaat dari iri apalagi
jika kita tau iri bakal bikin hangus pahala yang kita punya. Waspadalah
terhadap hasud (iri dan dengki), sesungguhnya
hasud mengikis pahala-pahala sebagaimana api memakan kayu. (HR. Abu Dawud).
Salah satu cara agar hilang rasa iri adalah apabila seorang melihat dirinya,
harta miliknya atau saudaranya sesuatu yang menarik hatinya (dikaguminya) maka
hendaklah dia mendoakannya dengan limpahan barokah. Sesungguhnya pengaruh iri adalah benar. (HR. Abu Ya’la). Iri pun
juga bisa terjadi karena diri tak sadar betapa banyak nikmat yang Allah
beri..namun kita selalu melihat bahwa rumput tetangga terlihat lebih hijau
Q : Terus apa yang harus
di lakukan ketika sakit hati bun?
A : Sakit hati ya… Kita test case ya,jika anti diminta untuk
membawa pisang dalam plastik dan diminta untuk membawa plastik tersebut
kemanapun berada bahkan tidur sekalipun, apa yang terjadi setelah sehari, dua
hari, tiga hari atau lebih?
Q : Pisangnya busuk
bun?
A : Nah cakeep.. Sama
dengan ketika kita sakit hati, memendam marah...seakan kita sudah bawa itu
pisang busuk kemana-mana...dia yang bikin sakit hati bisa tidur
nyenyak..kitanya gelisah terus, gak tenang, terasa sakiit bahkan habis energi
plus habis pikiran.
Q : Terus cara
tenangin biar itu pergi jauh-jauh gimana bun?
A : Wamakaruu
wamakarollooh..wallaahu khoirul maakiriin...biarlah Allah yang balas keburukan
yang telah dilakukan kepada kita...manusia boleh membalas keburukan yang
dilakukan padanya namun sebaik-baik manusia adalah yang menahan dan
memaafkan..dalam alqur'an Allah tulis kata memaafkan jauuuuh lebih banyak
daripada meminta maaf. Serahkan semuanya pada Allah dan biarlah Allah yang
menyelesaikan semua tanpa kita membuang energi diri dan energi hati apalagi
sampai mengikis pahala yang kita miliki hanya karena menahan rasa marah dalam
diri.
Q : Nyambung nih
bunda.. ohh memafkan itu beda sama menahan rasa amarah ya bun?
A : Menahan marah
belum tentu memaafkan..memaafkan berarti sudah melewati fase menahan marah, betul
tidak?
Q : Ohh gitu yaa..
pantasan selama ini saya merasa berusaha menahan amarah tapi jadinya malah
dendam..Ternyata belum memaafkan..
A :
وَقَوْلُهُ : ( وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ) أَيْ : إِذَا ثَارَ بِهِمُ الْغَيْظُ كَظَمُوهُ ، بِمَعْنَى : كَتَمُوهُ فَلَمْ يَعْمَلُوهُ وَعَفَوْا مَعَ ذَلِكَ عَمَّنْ أَسَاءَ إِلَيْهِمْ وَقَدْ وَرَدَ فِي بَعْضِ الْآثَارِ : " يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى : ابْنَ آدَمَ اذْكُرْنِي إِذَا غَضِبْتَ ، أَذْكُرُكَ إِذَا غَضِبْتُ ، فَلَا أُهْلِكُكَ فِيمَنْ أُهْلِكُ " رَوَاهُ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ
Telah datang dalam
sebagian atsar,"Allah berfirman: wahai anak adam, ingatlah kepadaKu ketika
engkau marah maka Aku akan mengingatmu ketika Aku marah maka tidaklah Aku
membinasakanmu ketika orang-orang dibinasakan." (HR. Abu Hatim).
عَنْ أَبِي عَمْرِو بْنِ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " مَنْ كَفَّ غَضَبَهُ كَفَّ اللَّهُ عَنْهُ عَذَابَهُ ، وَمَنْ خَزَنَ لِسَانَهُ سَتَرَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ ، وَمَنِ اعْتَذَرَ إِلَى اللَّهِ قَبِلَ عُذْرَهُ " عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : " لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، وَلَكِنَّ الشَّدِيدَ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ "
Dari abi amr bin anas
bin malik dari ayahnya berkata, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda
: " barang siapa yang mencegah amarahnya maka Allah mencegah siksaan
darinya, dan barang siapa menjaga lisannya maka Allah menutupi auratnya, dan
barang siapa meminta uzur kepada Allah maka Allah menerima uzurnya."(HR.
Abu ya'la).
Dari abu Hurairah
radhiyallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda :
"Bukanlah orang
kuat itu yang menang dalam perkelahian, tetapi orang yang kuat adalah yang bisa
menahan dirinya ketika marah." (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim).
Dan alasan kuat untuk
menahan amarah karena teringat janji Allah..
"Hadits Tentang Keutamaan Menahan Amarah"
Dinukil dari kitab
Tafsir Ibnu Katsir, Dan firman Allah (dan orang-orang yang menahan amarahnya
dan mema’afkan kesalahan orang) maksudnya ketika kemarahan mereka bangkit maka
mereka menahannya, makna menahan adalah menyembunyikan dan tidak melakukannya
serta mereka memaafkan hak itu terhadap orang-orang yang berbuat buruk kepada mereka.
وَقَوْلُهُ : ( وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ) أَيْ : إِذَا ثَارَ بِهِمُ الْغَيْظُ كَظَمُوهُ ، بِمَعْنَى : كَتَمُوهُ فَلَمْ يَعْمَلُوهُ وَعَفَوْا مَعَ ذَلِكَ عَمَّنْ أَسَاءَ إِلَيْهِمْ وَقَدْ وَرَدَ فِي بَعْضِ الْآثَارِ : " يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى : ابْنَ آدَمَ اذْكُرْنِي إِذَا غَضِبْتَ ، أَذْكُرُكَ إِذَا غَضِبْتُ ، فَلَا أُهْلِكُكَ فِيمَنْ أُهْلِكُ " رَوَاهُ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ
Telah datang dalam
sebagian atsar,"Allah berfirman: wahai anak adam, ingatlah kepadaKu ketika
engkau marah maka Aku akan mengingatmu ketika Aku marah maka tidaklah Aku
membinasakanmu ketika orang-orang dibinasakan." (HR. Abu Hatim).
عَنْ أَبِي عَمْرِو بْنِ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " مَنْ كَفَّ غَضَبَهُ كَفَّ اللَّهُ عَنْهُ عَذَابَهُ ، وَمَنْ خَزَنَ لِسَانَهُ سَتَرَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ ، وَمَنِ اعْتَذَرَ إِلَى اللَّهِ قَبِلَ عُذْرَهُ " عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : " لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، وَلَكِنَّ الشَّدِيدَ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ "
Dari abi amr bin anas
bin malik dari ayahnya berkata, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda
: " barang siapa yang mencegah amarahnya maka Allah mencegah siksaan
darinya, dan barang siapa menjaga lisannya maka Allah menutupi auratnya, dan
barang siapa meminta uzur kepada Allah maka Allah menerima uzurnya."(HR.
Abu ya'la).
Dari abu Hurairah
radhiyallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda :
"Bukanlah orang
kuat itu yang menang dalam perkelahian, tetapi orang yang kuat adalah yang bisa
menahan dirinya ketika marah." (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim).
عَنِ الْأَحْنَفِ بْنِ قَيْسٍ ، عَنْ عَمٍّ لَهُ يُقَالُ لَهُ : جَارِيَةُ بْنُ قُدَامَةَ السَّعْدِيُّ ، أَنَّهُ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، قُلْ لِي قَوْلًا يَنْفَعُنِي وَأَقْلِلْ عَلَيَّ ، لَعَلِّي أَعِيهِ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " لَا تَغْضَبْ " . فَأَعَادَ عَلَيْهِ حَتَّى أَعَادَ عَلَيْهِ مِرَارًا ، كُلُّ ذَلِكَ يَقُولُ : " لَا تَغْضَبْ"
عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ، عَنْ رَجُلٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : قَالَ رَجُلٌ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَوْصِنِي . قَالَ : " لَا تَغْضَبْ " . قَالَ الرَّجُلُ : فَفَكَّرْتُ حِينَ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا قَالَ ، فَإِذَا الْغَضَبُ يَجْمَعُ الشَّرَّ كُلَّهُ .
Dari Ahnaf bin Qais
dari pamannya yang bernama Jariyah bin Qudamah as-sa'di, sesungguhnya beliau
bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam :
"Wahai
Rasulullah, katakanlah kepadaku suatu kalimat yang memberikanku manfaat,
sedikit saja semoga aku bisa menghafalnya."
Kemudian Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda: "janganlah engkau marah."
kemudian Rasulullah
mengulanginya beberakali kali. (HR. Ahmad).
Dari Humaid bin
Abdurrahman dari salah seorang sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam
berkata,
seorang lelaki berkata
kepada Rasul: "wahai Rasulullah, berikanlah wasiyat kepadaku."
Rasul bersabda
: "janganlah engkau marah."
Lelaki itu berkata :
"kemudian aku memikirkan apa yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam,ternyata kemarahan itu mengumpulkan semua keburukan."(HR.
Ahmad).
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ : كَانَ يَسْقِي عَلَى حَوْضٍ لَهُ ، فَجَاءَ قَوْمٌ قَالُوا أَيُّكُمْ يُورِدُ عَلَى أَبِي ذَرٍّ وَيَحْتَسِبُ شَعَرَاتٍ مِنْ رَأْسِهِ فَقَالَ رَجُلٌ : أَنَا . فَجَاءَ الرَّجُلُ فَأَوْرَدَ عَلَيْهِ الْحَوْضَ فَدَقَّهُ ، وَكَانَ أَبُو ذَرٍّ قَائِمًا فَجَلَسَ ، ثُمَّ اضْطَجَعَ ، فَقِيلَ لَهُ : يَا أَبَا ذَرٍّ ، لِمَ جَلَسْتَ ثُمَّ اضْطَجَعْتَ ؟ فَقَالَ : إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَنَا : " إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ وَإِلَّا فَلْيَضْطَجِعْ"
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " إِنَّ الْغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانِ ، وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ النَّارِ وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ ، فَإِذَا أُغْضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ " .
Abu Dzar dia berkata,
"Ketika dia sedang mengambil air di kolam miliknya, datanglah sekelompok
orang yang salah seorang dari mereka berkata, "Siapakah di antara kalian
yang akan menghampiri Abu Dzar dan mengambil rambut kepalanya?" lalu
seseorang berkata, "Saya!" Kemudian laki-laki itu mendatangi Abu
Dzar, ia lalu melewati kolam dan memukul airnya. Saat itu Abu Dzar dalam
kondisi tegak berdiri, kemudian dia duduk dan berbaring, maka ditanyalah ia,
"Wahai Abu Dzar, kenapa kamu duduk kemudian berbaring?" Abu Dzar
berkata, "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah
bersabda kepada kami: "Jika salah seorang di antara kalian marah sementara
ia sedang berdiri, maka hendaklah ia duduk, jika kemarahan itu reda (itulah
yang diharapkan), jika tidak maka hendaklah ia berbaring."(HR.Ahmad).
Rasulullah alaihi
wasallam bersabda :
“Sesungguhnya marah
itu dari setan dan sesungguhnya setan itu diciptakan dari api, sementara api
bisa dipadamkan oleh air. Karena itu, jika salah seorang di antara kalian
sedang marah, hendaklah dia berwudhu." (HR Abu Dawud).
عَنْ رَجُلٍ مِنْ أَبْنَاءِ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ مَلَأَهُ اللَّهُ أَمْنًا وَإِيمَانًا ، وَمَنْ تَرَكَ لُبْسَ ثَوْبِ جَمَالٍ وَهُوَ يَقْدِرُ عَلَيْهِ - قَالَ بِشْرٌ : أَحْسَبُهُ قَالَ : " تَوَاضُعًا " - كَسَاهُ اللَّهُ حُلَّةَ الْكَرَامَةِ ، وَمَنْ زَوَّجَ لِلَّهِ كَسَاهُ اللَّهُ تَاجَ الْمُلْكِ"
عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ ، عَنْ أَبِيهِ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : " مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ ، دَعَاهُ اللَّهُ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ ، حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنْ أَيِّ الْحُورِ شَاءَ "
Dari seorang lelaki
dari anak2nya sahabatnya Nabi shallallahu alaihi wasallam dari ayahnya berkata,
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
"Barang siapa
menahan marah padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah akan
memenuhinya keamanan dan keimanan, dan barang siapa meninggalkan pakaian yang
bagus padahal dia mampu untuk memakainya - Bisyr berkata; “aku mengira dia
berkata :" karena tawadhu "- maka Allah akan memakaikan perhiasan
kemualiaan padanya, dan barang siapa menikah karena Allah maka Allah akan
memakaikan mahkota raja kepadanya." (HR. Abu dawud).
Q : Saya mau tanya
lagi bunda.. gimana sikap kita kalau kita melihat keburukan orang lain.. tapi
cuma diri sendiri yang liat.. yang lain pada nggak tau.. ?
A : Dari Abu Sa’id Al
Khudri radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barang siapa di antara kalian
yang melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Apabila
tidak mampu maka hendaknya dengan lisannya. Dan apabila tidak mampu lagi maka
dengan hatinya, sesungguhnya itulah selemah-lemah iman.’.” (HR. Muslim).
Tingkatkan cara yang
harus kita lakukan ketika menghadapi kemungkaran.
Q : Bun gimana...menghindari
melihat rumput tetangga lebih hijau?
A : Rumput tetangga
terlihat lebih hijau hanya karena kita melihat sekilas saja nampaknya lebih
hijau padahal nyatanya rumput kita sama hijaunya atau bahkan terlihat lebih
hijau oleh tetangga kita. Semua hanya karena kita tidak/belum melihat apa yang
sudah Allah beri untuk kita...karena kita belum mendapat apa yang kita inginkan
dan itu didapatkan oleh orang lain maka pada akhirnya membuat diri tidak
bersyukur...dan apa akibat dari kurangnya rasa syukur..la'in syakartum
la'aziidannakum..wa la'in kafartum inna 'adzaabi lasyadiid..Allah bilang
tunggulah azab yang pedih selain juga Allah kurangi nikmat yang diberikan
kepada kita.
Q : Nanya lagi ya
bun.. itu maksutnya di hadist kalimat meminta uzur itu apa ya?
A : Meminta uzur
adalah meminta keringanan
Q : Uzur dan udzur
beda yh bun?
A : عُذْر = alasan, dalih, helah, pembelaan.
Itu bahasa arabnya
udzur. Udzur or uzur same saje
M110 by Ustadzah Lien
Q
: Bund, Ruhiyah artinya apa?
A
: Ruhiyah merupakan sebuah kondisi yang menggambarkan tingkat kedekatan seorang
hamba kepada Rabb-Nya. Sebuah kata yang
mewakili seberapa besar tercurahkannya pikiran seorang hamba kepada
pencipta-Nya. Ruhiyah adalah bekal terbaik bagi setiap muslim, terutama bagi
seseorang yang telah meng-azzam-kan dirinya sebagai seorang dai. Ruhiyah bagi
seorang muslim berperan sebagai motivator, penggerak, dan evaluator dari setiap
perbuatan yang dilakukan oleh dirinya.
Q
: Bunda bagaimana cara mengatasi ketika kita futur, biasanya kita malas
ngapa-ngapain, tilawah, dzikir, sholatpun kadang cuma sbentar..
A : 1. Tinggalkan
kemaksiatan dan berlebihan
Penyebab
utama seseorang mengalami kefuturan adalah karena dosa dan kemaksiatan. Dosa
dan kemaksiatan akan menjadikan pelakunya gelisah, lelah, dan payah meskipun
pelakunya tertawa riang saat melakukannya. Adapun ketaatan, seberat apapun
pasti akan mencerahkan, membahagiakan, dan menenangkan jiwa seorang hamba.
2.
Memilih komunitas, dan lingkungan yang sholih
Memilih
komunitas dan lingkungan yang sholih adalah terapi manjur bagi siapa saja yang
dilanda futur. Dalam lingkungan yang sholih seseorang akan senantiasa
terdorong melakukan kebaikan meskipun dalam kondisi futur.
3.
Sesekali refresing untuk menghibur diri dengan yang mubah.
Ketika
jiwa dilanda futur, maka menghibur diri (refreshing) dengan cara yang mubah
sangat dianjurkan. Hiburlah jiwa sejenak untuk mengembalikan semangat
beramal. Kepenatan jiwa yang dipaksakan akan melahirkan kinerja amal yang
buruk.
4.
Memperbanyak baca al-Qur’an, doa, dan istighfar
Membaca
Al-Qur’an adalah terapi futur yang sangat manjur. Ayat Al-Qur’an adalah obat
segala penyakit baik penyakit ruhani maupun jasad. Allah swt berfirman,
“Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang
yang zalim selain kerugian.(QS. Al Isro’[]:82)
5.
Qiyamul lail
Sholat
malam adalah terapi ajaib bagi siapa saja yang dilanda futur. Sholat malam
merupakan bentuk tamasya bagi jiwa seorang hamba. Ia adalah saat yang tepat
bagi jiwa untuk bermanja-manja dan mencurahkan isi hatinya kepada Allah.
6.
Memotivasi diri dengan surga dan kenikmatannya
Surga
adalah “hadiah” termewah dan terindah bagi seorang mukmin. Akan tetapi, jalan
menuju surga adalah jalan yang berliku dan penuh dengan onak duri. Nabi saw
bersabda, “Neraka itu dibatasi dengan hal-hal yang membangkitkan syahwat
sedangkan surga dibatasi dengan hal-hal yang dibenci oleh
jiwa.” (HR.Bukhori)
Q
: Bunda bagaimana cara menyeimbangkan antara ruhiyah, fikriyah dan jasadiyah
kita bun?
A : Memberikan porsi yang
tepat bagi ketiga aspek tersebut. Tidak berlebihan..
Santapan
ruh ini adalah dzikir. Santapan akal adalah ilmu, santapan jasad adalah makanan
yg halal n thoyyib. Menurut Al-Ghazali, puncak kesempurnaan manusia ialah
seimbangnya peran akal dan hati dalam membina ruh manusia. Jadi ketiga komponen
tersebut harus tawazun.
Q
: Mau tanya bund, di dalam materi diatas di jelaskan bahwa orang mukmin akan menjadi
sempurna jika berada dalam dua kacamata berimbang. .. Maksudnya berimbang itu
bersikap tawazun ya bund???
A : Ya mba.. karena
Allah ga suka yang berlebih. Tawazun... seimbang
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita
tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul
majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment