Kajian Online WA Hamba الله SWT
Senin, 13 Februari 2017
Rekapan Grup Nanda 1
Narasumber : Ustadzah Lilah
Tema : Kajian Umum
Editor : Rini Ismayanti
Dzat
yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungkan-Nya...
Dzat
yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat
yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan
indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya,
yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untuk
mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah...
tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat
dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah
kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangkitkan ummat
yang telah mati, memepersatukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing
manusia yang tenggelam dalam lautan syahwat, membangun generasi yang tertidur
lelap dan menuntun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan,
kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma
ba'd...
Ukhti
fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya kita awali dengan
lafadz Basmallah
Bismillahirrahmanirrahim...
TAWADHU’
Pengertian
Tawadhu’ adalah rendah hati, tidak
sombong. Pengertian yang lebih dalam adalah kalau kita tidak melihat diri kita
memiliki nilai lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya. Orang yang tawadhu’ adalah orang
menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah
SWT. Yang dengan pemahamannya tersebut
maka tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan merasa
lebih baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan potrensi dan prestasi
yang sudah dicapainya. Ia tetap rendah diri dan selalu menjaga hati dan niat
segala amal shalehnya dari segala sesuatu selain Allah. Tetap menjaga
keikhlasan amal ibadahnya hanya karena Allah.
Tawadhu
ialah bersikap tenang, sederhana dan sungguh-sungguh menjauhi perbuatan
takabbur (sombong), ataupun sum’ah ingin diketahui orang lain amal kebaikan
kita.
Tawadhu
merupakan salah satu bagian dari akhlak mulia jadi sudah selayaknya kita
sebagai umat muslim bersikap tawadhu, karena tawadhu merupakan salah satu
akhlak terpuji yang wajib dimiliki oleh setiap umat islam. Perhatikan sabda
Nabi SAW berikut ini :
Rasulullah
SAW bersabda: yang artinya “Tiada berkurang harta karena sedekah, dan Allah
tiada menambah pada seseorang yang memaafkan melainkan kemuliaan. Dan tiada
seseorang yang bertawadhu’ kepada Allah, melainkan dimuliakan (mendapat ‘izzah)
oleh Allah. (HR. Muslim).
Iyadh bin Himar ra. berkata: Bersabda
Rasulullah SAW: “Sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan kepadaku:
“Bertawadhu’lah hingga seseorang tidak menyombongkan diri terhadap lainnya dan
seseorang tidak menganiaya terhadap lainnya.(HR. Muslim).
Rasulullah
SAW bersabda, “Sombong adalah menolak kebenaran dan
meremehkan manusia.” (HR. Muslim)
Ibnu
Taimiyah, seorang ahli dalam madzhab Hambali menerangkan dalam kitabnya,
Madarijus Salikin bahwa tawadhu ialah menunaikan segala yang haq dengan
bersungguh-sungguh, taat menghambakan diri kepada Allah sehingga benar-benar
hamba Allah, (bukan hamba orang banyak, bukan hamba hawa nafsu dan bukan karena
pengaruh siapa pun) dan tanpa menganggap dirinya tinggi.
Tanda
orang yang tawadhu’ adalah disaat seseorang semakin bertambah ilmunya maka
semakin bertambah pula sikap tawadhu’ dan kasih sayangnya. Dan semakin
bertambah amalnya maka semakin meningkat pula rasa takut dan waspadanya. Setiap
kali bertambah usianya maka semakin berkuranglah ketamakan nafsunya. Setiap
kali bertambah hartanya maka bertambahlah kedermawanan dan kemauannya untuk
membantu sesama. Dan setiap kali bertambah tinggi kedudukan dan posisinya maka
semakin dekat pula dia dengan manusia dan berusaha untuk menunaikan berbagai
kebutuhan mereka serta bersikap rendah hati kepada mereka.. Ini karena orang
yang tawadhu menyadari akan segala
nikmat yang didapatnya adalah dari Allah SWT, untuk mengujinya apakah ia
bersykur atau kufur.
Perhatikan firman Allah berikut ini : “Ini termasuk
kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan
nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur
untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya
Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (QS. An Naml: 40).”
Berikut
beberapa ayat-ayat Al Quran yang menegaskan perintah Allah SWT untuk senantiasa bersikap tawadhu’ dan
menjauhi sikap sombong, sebagai berikut :
”Dan janganlah kalian berjalan di atas bumi
ini dengan menyombongkan diri, karena kalian tidak akan mampu menembus bumi
atau menjulang setinggi gunung” (QS al-Isra-37).
Firman
Allah SWT lainnya: ”Negeri akhirat itu
Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menginginkan kesombongan di muka bumi
dan kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi
orang-orang yang bertakwa (QS al-Qashshash-83.)
Dan
hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di
atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka,
mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (QS. Al Furqaan:
63)
Tidak
diragukan lagi bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan
dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong. (QS: an-Nahl: 23)
Sesungguhnya
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya,
sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak
(pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami
memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (QS: al-A’raf:
40)
Dan
apabila dikatakan kepadanya: “Bertakwalah kepada Allah”, bangkitlah
kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya)
neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang
seburuk-buruknya. (QS.Al-Baqarah : 206)
Berikut beberapa contoh Ketawadhu’an Rasulullah SAW
1 Anas ra jika bertemu dengan anak-anak kecil
maka selalu mengucapkan salam pada
mereka, ketika ditanya mengapa ia lakukan hal tersebut ia menjawab: Aku melihat
kekasihku Nabi SAW senantiasa berbuat demikian. (HR Bukhari, Fathul
Bari’-6247).
2. Dari Anas ra berkata: Nabi SAW memiliki
seekor unta yang diberi nama al-’adhba` yang tidak terkalahkan larinya, maka
datang seorang ‘a’rabiy dengan untanya dan mampu mengalahkan, maka hati kaum
muslimin terpukul menyaksikan hal tersebut sampai hal itu diketahui oleh nabi
SAW, maka beliau bersabda: Menjadi haq Allah jika ada sesuatu yang meninggikan
diri di dunia pasti akan direndahkan-Nya. HR Bukhari (Fathul Bari’-2872).
3.
Abu Said al-Khudarii ra pernah berkata: Jadilah kalian seperti Nabi SAW, beliau
SAW menjahit bajunya yang sobek, memberi makan sendiri untanya, memperbaiki
rumahnya, memerah susu kambingnya, membuat sandalnya, makan bersama-sama dengan
pembantu-pembantunya, memberi mereka pakaian, membeli sendiri keperluannya di
pasar dan memikulnya sendiri ke rumahnya, beliau menemui orang kaya maupun
miskin, orang tua maupun anak-anak, mengucapkan salam lebih dulu pada siapa
yang berpapasan baik tua maupun anak, kulit hitam, merah, maupun putih, orang
merdeka maupun hamba sahaya sepanjang termasuk orang yang suka shalat.
Dan
beliau SAW adalah orang yang sangat rendah hati, lembut perangainya, dermawan
luar biasa, indah perilakunya, selalu berseri-seri wajahnya, murah senyum pada
siapa saja, sangat tawadhu’ tapi tidak menghinakan diri, dermawan tapi tidak
berlebih-lebihan, mudah iba hatinya, sangat penyayang pada semua muslimin.
Beliau SAW datang sendiri menjenguk orang sakit, menghadiri penguburan,
berkunjung baik mengendarai keledai maupun berjalan kaki, mengabulkan undangan
dari para hamba sahaya siapapun dan dimanapun. Bahkan ketika kekuasaannya SAW
telah meliputi jazirah Arabia yang besar datang seorang ‘A’rabiy menghadap
beliau SAW dengan gemetar seluruh tubuhnya, maka beliau SAW yang mulia segera
menghampiri orang tersebut dan berkata: Tenanglah, tenanglah, saya ini bukan
Raja, saya hanyalah anak seorang wanita Quraisy yang biasa makan daging kering.
(HR Ibnu Majah-3312 dari abu Mas’ud al-Badariiy)
Berbicara
lebih jauh tentang tawadhu’, sebenarnya tawadhu’ sangat diperlukan bagi siapa
saja yang ingin menjaga amal shaleh atau amal kebaikannya, agar tetap tulus
ikhlas, murni dari tujuan selain Allah.
Karena memang tidak mudah menjaga
keikhlasan amal shaleh atau amal kebaikan kita agar tetap murni, bersih dari
tujuan selain Allah. Sungguh sulit
menjaga agar segala amal shaleh dan amal kebaikan yang kita lakukan tetap
bersih dari tujuan selain mengharapkan ridha-Nya. Karena sangat banyak godaan
yang datang, yang selalu berusaha mengotori amal kebaikan kita. Apalagi disaat
pujian dan ketenaran mulai datang menghampiri kita, maka terasa semakin sulit
bagi kita untuk tetap bisa menjaga kemurnian amal shaleh kita, tanpa terbesit
adanya rasa bangga dihati kita. Disinilah sangat diperlukan tawadhu’ dengan
menyadari sepenuhnya, bahwa sesungguhnya segala amal shaleh, amal kebaikan yang
mampu kita lakukan, semua itu adalah karena pertolongan dan atas ijin Allah
SWT.
Tawadhu’
juga mutlak dimiliki bagi para pendakwah yang sedang berjuang meninggikan
Kalimatullah di muka bumi ini, maka sifat tawadhu’ mutlak diperlukan untuk
kesuksesan misi dakwahnya. Karena bila tidak, maka disaat seorang pendakwah
mendapatkan pujian, mendapatkan banyak jemaah, dikagumi orang dan ketenaran
mulai menghampirinya, tanpa ketawadhu’an, maka seorang pendakwah pun tidak akan
luput dari berbangga diri atas keberhasilannya.
Demikian
materi ttg tawadhu....jika ada yg mau bertanya, monggo
TANYA
JAWAB
Q : Ustadzah apakah
ada doa supaya kita selalu niat karena ALLAH tehindar dari sombong dan tetap
tawadhu??
A : Bisa pakai
doanya Nabi Sulaiman yg kita tahu diberi karunia terbesar oleh Allah swt, Surat
Al ahqof 15.
Q : Bagaimana batasan
ber-socmed agar postingan kita tetep bernilai tawadhu atau yang kita lihat
terhindar dari ujub, sum'ah, dan takabur
A : Ya, ini juga
harus berhati-hati. Apalagi dengan iklim politik seperti sekarang, jika tidak
membatasi diri khawatir terjebak pada hal-hal yang tidak baik. Menurut saya
penting untuk tetap berprinsip diam jika tahu, atau tidak mampu berkata baik.
Q : Bunda ingin
bertanya ketika kita berbicara dengan teman atau orang lain. Obrolan itu memang
sudah tau info atau sesuatu ilmu. Terkadang lawan kita bicara lebih mengetahui
. Bagaimana kita menyikapinya. Dan sederhana itu makna nya seperti apa ya Bun.
Karena pandangan setiap orang berbeda-beda
A : Menahan ego untuk
mengalah memang yang tidak mudah, padahal mengalah bukan berarti kalah. Itulah
sebab Rasulullah tidak menyukai jidaal (perdebatan). Sederhana dalam pengertian
harta maka tidak bermegah-megah dalam penampilan, meskipun mampu. Menjernihkan
pikiran? Kotor karena apa?
Q : Seperti pikiran
yang banyak masalah . Bagaimana kita tetep tenang Ustadz
A : Banyak
berdzikir....Kedepankan husnuzhon dan ridho atas semua kehendak yang Allah
gariskan
Alhamdulillah, kajian kita hari ini
berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat.
Aamiin....
Segala yang benar dari Allah semata, mohon
maaf atas segala kekurangan. Baikloah langsung saja kita tutup dengan istighfar
masing-masing sebanyak-banyakanya dan do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu
allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan
memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan
diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment