Kajian
Online WA Hamba الله SWT
Senin, 3 April 2017
Rekapan
Grup Nanda 2
Narasumber
: Ustadz Kholid
Tema : Kajian Umum
Editor
: Rini Ismayanti
Dzat
yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungakan-Nya...
Dzat
yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat
yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan
indahanyaa ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya,
yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untuk
mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah...
tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat
dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah
kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangakitkan ummat
yang telah mati, memepersatukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing
manusia yang tenggelam dlm lautan syahwat, membangun generasi yang tertidur
lelap dan menuntun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan,
kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma
ba'd...
Ukhti
fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangakah indahanyaa kita awali dengan
lafadz Basmallah
Bismillahirrahmanirrahim...
KIAT MENGGAPAI
PERSAUDARAAN IMAN
Namun ingat Allah
Subhanahu wa Ta’ala tidak merubah keadaan satu kaum tanpa ada usaha dari mereka
untuk merubah keaadannya. Inilah yang dijelaskan AllahSubhanahu wa Ta’alal
dalam firman-Nya:
ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ
Sesungguhnya Allah
tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri. [ar-Ra’d/13:11].
Sehingga untuk
mendapatkan persaudaraan iman tersebut dibutuhkan usaha dari kaum Muslimin
untuk merubah keadaan mereka sekarang. Mereka harus berusaha untuk menjalankan
sebab-sebab persatuan hati dengan meniti iman dan takwa. Di antara cara
menggapainya adalah:
1. Meluruskan Aqidah
dan cara beragama dengan melakukan tashfiyah (pemurnian agama) dan tarbiyah
(pembinaan umat di atas ajaran agama yang murni). Sebab persaudaraan iman yang
pernah ada dahulu dihancurkan oleh kebid’ahan dan penyimpangan agama.
Syaikh Muhammad
al-Basyîr al-Ibrâhimi menjelaskan :” Setelah kita berfikir, meneliti dan
mengkaji keadaan umat dan sumber penyakit-penyakitnya. Kita benar-benar
mengetahui bahwa jalan-jalan kebid’ahan dalam Islam adalah pemecah belah kaum
Muslimin. Juga kita mengetahui ketika kita melawannya berarti melawan seluruh
keburukan”.
Jelas, persaudaraan
iman harus tegak di atas kemurnian ajaran Islam dan pembinaan umat diatasnya.
Kemudian terwujudnya persaudaraan iman di atas ajaran Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam akan mengantarkan kepada kejayaan Islam sebagaimana pernah
dicapai para pendahulunya.
Tentang tasfiyah dan
tarbiyah ini Syaikh al-Albâni menyatakan: “Apabila kita ingin kejayaan dari
Allah Azza wa Jalla, diangkat dari kerendahan serta dimenangkan dari
musuh-musuh kita, maka tidak cukup hanya dengan meluruskan pemahaman dan
menghilangkan pemikiran-pemikiran yang menyelisihi dalil-dalil syar’i….,ada
faktor lagi yang sangat penting yaitu beramal; karena ilmu adalah sarana untuk
beramal. Apabila seorang telah belajar dan ilmunya sudah tertashfiyah, kemudian
tidak beramal dengannya, maka secara otomatis ilmu tersebut tidak menghasilkan
buah. Sehingga harus menyertakan ilmu ini dengan amal. Sudah menjadi kewajiban
para ulama untuk mengurus pembinaan kaum Muslimin yang baru di atas dasar
ketetapan yang ada dalam al-Qur`an dan Sunnah. Jangan membiarkan manusia berada
di atas pemikiran dan kesalahan yang mereka warisi. Karena sebagiannya pasti
batil menurut kesepakatan para ulama.,.Sebagiannya masih diperselisihkan dan
memiliki kekuatan dalam penelitian dan ijtihad serta ra’yu dan sebagian ijtihad
dan ra’yu ini menyelisihi sunnah. Setelah tashfiyah terhadap perkara-perkara
ini dan menjelaskan semua kewajiban memulai dan berjalan padanya, maka harus
ada tarbiyah (pembinaan) terhadap orang-orang baru di atas ilmu yang shahih
ini. Pembinaan inilah yang akan membentuk masyarakat Islam yang bersih dan
kemudian akan tegak daulah Islam untuk kita. Tanpa dua hal ini, yaitu ilmu yang
shahih dan pembinaan yang benar di atas ilmu yang shahîh ini mustahil –menurut
keyakinan saya- akan tegak tiang-tiang Islam atau hukum Islam atau Negara
Islam.
Beriman dan bertakwa
dengan benar yang dihasilkan dari proses at-tashfiyah dan tarbiyah di atas.
Sebab persaudaran ini didasarkan kepada iman dan takwa seperti dijelaskan Allah
Subahnahu wa Ta’ala dalam firman-Nya:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
Sesungguhnya
orang-orang mu’min adalah bersaudara [al-Hujurât/49:10].
Syaikh Abdurrahmân
as-Sa’di rahimahullah menafsirkan ayat ini dengan menyatakan: “Ini adalah
ikatan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala jadikan sebagai pengikat antar
orang-orang yang beriman. Apabila didapatkan pada siapapun juga yang ada
diseluruh dunia memiliki iman kepada Allah Azza wa Jalla, malaikat, kitab-kitab
suci, para rasulnya dan hari akhir (dengan benar (pen)), maka ia adalah saudara
bagi orang-orang yang beriman. Persaudaraan yang mengharuskan kaum Mukminin
mencintai (kebaikan-red) untuk mereka sebagaimana mereka mencintai
(kebaikan-red) untuk diri mereka sendiri.
Allah Subhanahu wa
Ta’ala juga menjelaskan hubungan tersebut harus ditegakkan dengan takwa dalam
firman-Nya:
الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
Teman-teman akrab pada
hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang
yang bertaqwa. [az-Zukhruf/43:67]
Kecintaan orang-orang
bertakwa kekal dan terus bersambung dengan sebab kesinambungan orang yang
mencintai karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2. Dasar persaudaraan
iman adalah ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai konsekwensi
kesempurnaan iman dan takwa. Sebab persaudaraan iman ini adalah ibadah yang
tidak diterima tanpa keikhlasan.
3. Komitmen dengan
manhaj Islam yang benar dan ketentuannya yang merupakan kesempurnaan ikhlas.
Sehingga bersatu dan berpisahpun di atas manhaj Allah Azza wa Jalla sebagaimana
dijelaskan dalam firman Allah Azza wa Jalla :
أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تُتْرَكُوا وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنكُمْ وَلَمْ يَتَّخِذُوا مِن دُونِ اللَّهِ وَلَا رَسُولِهِ وَلَا الْمُؤْمِنِينَ وَلِيجَةً ۚ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Apakah kamu akan
mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), sedang Allah belum mengetahui
(dalam kenyatan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil
menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. [at-Taubah/9:16] demikian
juga sabda beliau kepada 7 orang yang mendapatkan naungan-Nya:
وَرَجُلاَنِ تَحَابَا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ
Dua orang saling
mencintai di jalan Allah berkumpul dan berpisah di atasnya. [Muttafaqun
‘alaihi].
Syaikh Salîm bin ‘Ied
al Hilâli Hafizhahullâh mengomentari hal ini dengan menyatakan: “Berpegang
teguh kepada manhaj Islam yang benar dengan semua yang telah Allah syariatkan.
Penerapan teladan baik dari kehidupan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah standar (kebenaran). Bukan berpegang teguh kepada hubungan nasab, tokoh,
organisasi, partai, madzhab, kelompok, pemerintahan atau kebangsaan.
Sesungguhnya kelemahan dan ketidak mampuan yang menggerogoti kehidupan Islam
bersumber dari sikap penentangan dan berpaling dari standar (kebenaran) ini.
Atau juga usaha-usaha merampasnya dari tangan seorang muslim.”
4. Melaksanakan tugas
nasehat-menasehati yang menjadi bagian tak terpisahkan dari komitmen terhadap
manhaj yang shahîh. Oleh karena itu para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dahulu berbai’at dengannya, sebagaimana dijelaskan Jarîr bin Abdillâh
Radhiyallahu ‘anhu :
بَايَعْتُ رَسُوْلَ اللهِ عَلَى إِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَالنُّصْحِ لِكُلِّ مُسْلِمٍ
Aku berbai’at kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salalm untuk menegakkan shalat, menunaikan
zakat dan menasehati setiap muslim. [HR al-Bukhâri 1/20]
5. Tugas
nasehat-menasehati tentunya menjadikan kaum Muslimin bekerjasama dalam kebaikan
dan takwa, sebagaimana diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam
firman-Nya:
ۘ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ
Dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa. [al-Mâidah/5:2].
Kerja sama yang baik
ini akan menghasilkan sikap solidaritas terhadap saudaranya seiman.
6. Memiliki
solidaritas, berkorban dan tolong menolong dalam memenuhi kebutuhan hidup
saudaranya, sebagai wujud kesempurnaan iman. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Tidak sempurna iman
salah seorang kalian hingga mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk
dirinya. (Muttafaqun ‘Alaihi) Demikian juga sabda Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam :
مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عَضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَى
Permisalan kaum
mukminin dalam saling mencintai, saling menyayangi dan saling berlemah lembuti
seperti satu tubuh; apabila salah satu anggotanya sakit maka menjadikan seluruh
tubuhnya demam dan tidak bisa tidur. [Muttafaqun ‘Alaihi]
Demikianlah, antara
lain sebab terwujudnya ukhuwah imaniyah (persaudaraan iman). Mudah-mudahan
Allah Subhanahahu wa Ta’ala memberikan taufiq kepada kaum Muslimin untuk bisa
menggapainya.
TANYA JAWAB
-
-
Alhamdulillah,
kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan
berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala
yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklooah
langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan
do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asayahadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment