Kajian
Online WA Hamba الله SWT
Kamis, 30 Maret 2017
Rekapan
Grup Nanda 1
Narasumber
: Ustadzah Riyanti
Tema : Kajian Islam
Editor
: Rini Ismayanti
Dzat
yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungkan-Nya...
Dzat
yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat
yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan
indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya,
yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untuk
mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah...
tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat
dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah
kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangkitkan ummat
yang telah mati, memepersatukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing
manusia yang tenggelam dalam lautan syahwat, membangun generasi yang tertidur
lelap dan menuntun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan,
kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma
ba'd...
Ukhti
fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya kita awali dengan
lafadz Basmallah
Bismillahirrahmanirrahim...
HARGA SEBUAH KESHALIHAN ORANGTUA
“Hazm mengatakan, “Saya mendengar al-Hasan al-Bashri
ditanya oleh Katsir bin Ziyad mengenai firman Allah ta’ala, “
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا (٧٤)
“Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri
kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam
bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al Furqan: 74).
Katsir bin Ziyad bertanya kepada al-Hasan, “Wahai Abu
Sa’id, apakah yang dimaksud qurrata a’yun (penyenang hati) dalam ayat ini
terjadi di dunia ataukah di akhirat? Maka al-Hasan pun menjawab, “Tidak, bahkan
hal itu terjadi di dunia.” Katsir pun bertanya kembali, “Bagaimana bisa?”
al-Hasan menjawab, “Demi Allah, Allah akan memperlihatkan kepada seorang hamba,
istri, saudara dan kolega yang taat kepada Allah dan demi Allah tidak ada yang menyenangkan hati seorang
muslim selain dirinya melihat anak, orang tua, kolega dan saudara yang tumbuh
dalam ketaatan kepada Allah ‘azza wa jalla.” ( Tuhfah al
Maudud hal.123 ).
Betapa indahnya, jika kita memandang anak-anak kita
menjadi anak yang shalih, karena hal itu salah satu penyejuk pandangan kita. Namun
yang patut kita perhatikan adalah faktor yang juga mengambil peran penting
dalam pembentukan keshalehan anak adalah keshalihan orang tua itu sendiri.
Jika kita menginginkan anak-anak shalih, maka kita
juga harus menjadi orang yang shalih.
Apa kaitannya keshalihan orangtua terhadap keshalihan
anak?
1. Orangtua
yang shalih (baik) insyaa Allah akan melahirkan keturunan yang shalih (baik).
Allah ta’ala berfirman,
ذُرِّيَّةً بَعْضُهَا مِنْ بَعْضٍ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Keturunan itu sebagiannya merupakan (turunan) dari
yang lain.” ( Ali Imran: 34 ).
Maksud dari ayat di atas adalah orang tua yang baik,
sumber yang baik, insya
Allah akan menghasilkan keturunan yang baik pula.
2. Keshalihan orang tua juga akan memberikan manfaat
positif, karena Allah SWT akan menjaga sang anak. Allah SWT berfirman dalam
surat al-Kahfi ayat 82,
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا (٨٢)
“Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua
orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi
mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh.” ( Al Kahfi: 82).
Dalam ayat ini diberitakan bahwa dikarenakan
keshalihan orang tua, Allah SWT menjaga dan memelihara sang anak, serta tidak
mengecewakan orang tua. Oleh karenanya, keshalihan orang tua itu akan
berpengaruh pada sang anak, bahkan manfaat itu tidak terbatas pada sang anak
semata, tapi juga berdampak kepada cucu-cucunya sebagaimana diriwayatkan oleh
al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah bahwa yang dimaksud ” وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا ” dalam ayat tersebut adalah kakek ketujuh dari dua anak tadi.
3. Kelak di surga, Allah ta’ala pun akan
mengumpulkan sang anak bersama orang tua mereka yang shalih, meskipun amalan
sang anak lebih sedikit dibanding amalan orang tua.
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ (٢١)
“Dan orang-orang yang beriman, dan anak cucu mereka
yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan
mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. tiap-tiap
manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” ( Ath Thuur: 21).
Maka disini, Allah ta’ala memasukkan
anak-anak orang mukmin ke dalam surga dengan syarat mereka juga beriman. Betapa
menyenangkannya, jika kita berkumpul bersama keluarga kita di surga sebagaimana
kita berkumpul di dunia ini. Meskipun amal ibadah sang anak tidak sepadan
dengan kedua orang tuanya, amalnya kurang daripada orang tuanya, namun Allah
SWT tetap memasukkan keturunannya ke dalam surga.
Karena apa? Karena keshalehan kedua orang tuanya.
Ada seorang tabi’in yang bernama Sa’id ibn
al-Musayyib rahimahullah pernah berkata,
إني لأصلي فأذكر ولدي فأزيد في صلاتي
“Ada kalanya ketika aku shalat, aku teringat akan
anakku, maka aku pun menambah shalatku (agar anak-anakku dijaga oleh Allah
ta’ala).”
Adalah cara yang paling tepat untuk meluruskan
anak-anak dengan perubahan yang lebih baik dari kita sebagai orangtua juga
dengan merubah sikap kita menjadi lebih baik kepada orangtua kita.
Maka, mari kita menjadikan diri kita sebagai pribadi
yang baik, taat kepada Allah SWT dan shalih, kita jalankan perintah-perintah
Allah SWT dan meninggalkan larangan-larangan-Nya dengan harapan nantinya
Allah ta’ala menjaga dan memelihara anak-anak kita.
berbagai sumber repost by HSMN dan AIHQ ODOJ
TANYA JAWAB
Q : Bun, kalau orang tua kurang dalam agama (solat
masih bolong-bolong) trus mengharap anaknya jadi penghapal quran boleh gitu?
A : Boleh. Berharap pada sebuah kebaikan itu wajib
hukumnya. Kebaikan dalam bentuk apapun. Dan akan lebih baik kalau harapan itu
diwujudkan dan didukung. Bisa jadi orang tua yang agamanya kurang karena hasil
didikan orang tuanya dulu. Maka ortu ini berharap pengalaman nya ini tidak
terjadi pada anaknya
Q : Bund,
bagaimana jika yang salih itu hanya orang tua/anaknya saja. Apakah allah
akan menjaga keduanya?
A : Insyaallah. Dengan doa. Doa itu penghubung kita
dengan Allah. Minta dan mohon pada Allah apapun yang kita inginkan. Karena
Allah Maha Mendengar dan Maha Pengabul doa.
Q : Bagaimana
ketika seorang anak berusaha menghindari sesuatu yang membawa mudarat
namun ortunya malah mencibir anaknya sendiri kerana tidak sepaham dengan
anaknya..
A :
Seperti pict yang bunda share. Setiap kebaikan itu
ada tantangannya, ada ujiannya. Karena dengan tantangan itu membuat akal dan
pikiran kita berkembang untuk mencari jalan keluar.
Alhamdulillah,
kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan
berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala
yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah
langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan
do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asayahadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment