Kajian Online WA Hamba الله SWT
Kamis,
13 Juli 2017
Rekapan
Grup Bunda G5
Narasumber
: Ustadzah Runie
Tema : Kajian
Islam
Editor
: Rini Ismayanti
Dzat
yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungkan-Nya...
Dzat
yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat
yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan
indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya,
yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untukuk
mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah...
tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat
dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah
kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangkitkan ummat
yang telah mati, memepersauntukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing
manusia yang tenggelam dalam lautan sayaahwat, membangun generasi yang tertidur
lelap dan menuntukun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan,
kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma
ba'd...
Ukhti
fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya kita awali dengan
lafadz Basamallah
Bismillahirrahmanirrahim...
MANUSIA MEMILIKI
SIFAT BERKELUH KESAH
Semua orang pasti pernah merasakan sesuatu yang tidak
diinginkan. Semua orang juga pasti mempunyai masalah dan problem kehidupan. Di
saat tertentu orang hidup bahagia dan senang, di saat yang lain pula boleh jadi
sedih dan pilu. Dan ini adalah Sunnatullah.
Dalam menyikapi masalah kehidupannya, orang memiliki beragam
tindakan untuk memecahkannya. Ada yang mencurahkan perasaan dan uneg-unegnya
kepada keluarga, teman, atau bahkan kepada benda-benda mati. Apalagi sering
dijumpai tidak sedikit orang yang apabila mempunyai problem, selalu ia
curhatkan di jejaring sosial seperti facebook atau twitter sehingga semua
manusia mengetahuinya.
Ada pula seseorang yang status upated-nya adalah kegalauan
hidup, seakan-akan tiada hari tanpa kebahagiaan. Semua yang ditulisnya adalah
situasi mengerikan dalam hidupnya. Masalah-masalah kepada teman, guru,
orangtua, atau bahkan masalah rumah tangga pun diceritakannya di sana. Tak
peduli apakah itu aib atau bukan.
Yang paling menyedihkan adalah tidak sedikit di antara kaum
muslimin yang masih saja percaya kepada dukun dan peramal. Sehingga tatkala ia
memiliki masalah, yang pertama kali terbetik dalam hatinya adalah segera
mendatangi dukun untuk mencari solusi. Sungguh ini adalah kelemahan dan kebodohan.
Tidakkah mereka tahu bahwa orang yang mendatangi dukun itu bisa menyebabkan
kekafiran?!
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
مَنْ أَتَى عَرَّافاً أوْكَاهِنافَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
“Siapa yang mendatangi peramal atau dukun lalu membenarkan apa
yang diucapkannya, maka ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada
Muhammad.” [Riwayat Imam Ahmad dalam Al Musnad, Al Hakim dalam Al Mustadrak dan
menilainya shahih, dan Al Baihaqi]
Sesungguhnya semua masalah itu tidak sepantasnya disebar dan
diceritakan kepada setiap orang yang diadukannya. Cukup semua perkara yang
dihadapi seorang muslim hanya dicurhatkan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Seorang
muslim hanya akan menampakkan kelemahannya di hadapan Allah, tidak kepada
makhluk yang sama-sama lemah. Oleh karena itu kita memiliki dzikir لَا حَوْلَ وَ لَا قوَّةّ إِلَّا بِا الله yang maknanya adalah tidak ada daya untuk menghindari
kemaksiatan dan upaya untuk melakukan ketaatan kecuali kekuatan dari Allah.
Lihatlah Nabi Ya’qub ‘alaihissalam ketika menghadapi kesedihan
berupa kehilangan putranya, Yusuf, sehingga anak-anaknya yang lain mengiranya
akan bertambah sakit dan sedih. Maka dengarlah jawaban Nabi Ya’qub yang perlu
diteladani setiap muslim,
قَالَ إِنَّمَا أَشْكُوْ بثّيْ وَ حُزْنِيْ إِلَى اللهِ
“Dia (Ya’qub) menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku
mengadukan kesusahan dan kesedihanku.” (QS Yusuf: 86)
Benar saja. Jika seseorang menampakkan dan mengadukan kesedihan
serta kesulitan kepada manusia, maka hal itu tidak meringankan kesedihan
terdebut. Namun apabila seseorang mengadukan kesedihan itu kepada Allah, itu
lah yang akan bermanfaat baginya.
Bagaimana tidak? Sedangkan Allah Ta’ala telah menjanjikan hal
itu dalam sejumlah firman-Nya. Jika akhwat berkehendak, bacalah dan
renungkanlah beberapa firman Allah ini,
وَ إِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيْبٌ أُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” [QS Al Baqarah: 186]
Allah berfirman :
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الوَرِيْدِ
“Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” [QS Qaf: 16]
Tentu saja kedekatan di sini adalah kedekatan ilmu, bukan Dzat
Allah. Sebagaimana kesepakan Ahlussunnah wal Jama’ah. Sedangkan kedekatan Allah
itu ada dua, yaitu (1) kedekatan ilmu-Nya, dan (2) kedekatan-Nya dengan orang
yang beribadah dan berdoa kepada-Nya dengan pengkabulan, pertolongan, dan
taufik (lihat Taisirul Karimir Rahman). Maka, sesungguhnya ilmu Allah itu
meliputi segala sesuatu, tidak ada sesuatu pun yang samar baginya.
Jika Allah saja dekatnya sedemikian, maka tidak perlu lagi
mencari tempat-tempat curhat dan mengeluhkan problem kepada selain-Nya. Karena,
“Bukankah Allah itu cukup untuk hamba-Nya.” [QS Az Zumar: 36]
Diriwayatkan bahwa dahulu di zaman salaf, segala perkara yang
mereka hadapi, kecil atau besar, selalu diadukan kepada Allah. Sampai garam
dapur pun, mereka meminta kepada Allah. Atau sebagian riwayat, sampai tali
sandal yang terpuus pun, diadukan kepada Allah.
Rasulullah sendiri mengajarkan kepada keponakannya yang masih
kecil agar hanya meminta dan memohon kepada Allah, “Jika kamu meminta, mintalah
kepada Allah. Jika meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah”
[Riwayat At Tirmidzi. Beliau berkomentar, “(Hadits ini) hasan shahih.”] Jika
anak kecil saja diajarkan seperti itu, bagaimana yang lainnya? Tentu lebih lagi.
Inilah potret pendidikan Rasulullah, yaitu menanamkan akidah
yang benar kepada umatnya sejak kecil agar terpatri kuat di sanubari orang
tersebut. Dan pendidikan macam inilah yang seharusnya ditiru oleh para orangtua
mana pun.
Demikian juga dengan orang yang dirundung bingung antara dua
pilihan, jika ia harus memilih.Seluruh ajaran Islam adalah penyeraad diri
kepada Allah. Segala masalah harus diserahkan kepada Allah, tidak kepada
selain-Nya.
Ketika kita tertimpa sakit, hendaknya yang pertama kali terbetik
dalam hati Anda adalah segera kembali kepada Allah ‘Azza wa Jall.
أَمِنْ يُجِيْبُ المُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَ يَكْشِفُ السُّوْءَ
“Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam
kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan.” [QS.
An Naml: 62]
Ini semua bukan berarti tidak boleh sama sekali meminta pendapat
kepada orang lain. Karena Allah sendiri juga berfirman yang artinya, “Dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam perkara itu.” [QS Ali ‘Imran: 159]
Akan tetapi, mana yang ia dahulukan. Datang mengadu kepada Allah
dahulu, atau mendatangi manusia untuk berkeluh kesah.
TANYA JAWAB
Q : Bagaimana cara melatih diri dari amarah? Padahal saya sedikit
tau untuk menahan amarah seperti berwudhu, istigfar, tapi hati ini
selalu saja mudah emosi dalam hal-hal sepele?
A : Bunda yang disayangi Allah, alhamdulillah Allah lembut kan
hati kita untuk mengetahui kelemahan diri- sehingga disitulah Allah memberi
kesempatan untuk kita memperbaiki diri...bukan untuk merugi kan? Jikalau kita
mudah emosi, maka berdoalah untuk hadirkan rasa takut terhadap apa yang tidak
disukai Allah, yang Maha Pemberi segala sesuatu tanpa menuntut. Malah dengan
emosi, berarti kita lah yang menuntut.
Jadi teringat anak saya yang mengingatkan, "La taghdab
walakal jannah" Ummi jangan marah yaaa, Allah sudah kasih surga untuk
Ummi. Disini ana pribadi belajar untuk lebih kuat melawan kejahilan diri. Jika
sudah wudhu atau istighfar tapi masih mudah emosi, maka Kita belum kuat untuk
mengontrol diri.. Ayo kita harus lebih kuat lagi, perkuat dzikir, do'a, shaum untuk
kelembutan hari yang keras.. Mengadulah kepada Allah, mintalah pertolongan
kepada Allah atas kejahilan sifat kita.
Q : Bunda, saya melihat ibu saya, beliau adalah wanita yang taat
beribadah sejak kecil. Tetapi sepanjang kehidupannya hingga kini, diusia beliau
yang sudah sangat sepuh, beliau masih harus banting tulang untuk menghidupi
kedua adik yang tersisa dan ayah. Sejak menikah, ayah adalah seorang yang
lemah, jadi ibulah kekuatan ekonomi kami. Dengan delapan anaknya, 5 perempuan
(4 sudah menikah, satu masih kuliah), dan sibuk dengan kehidupannya
masing-masing. Datang menjenguk belum tentu lima tahun sekali (kecuali saya
yang 2 tahun sekali). Bahkan suami kakak pertama, sudah menikah 15 tahunan tapi
belum pernah sekalipun menjenguk ortu saya di Lampung. Saya sering sedih dan
sakiit sekali melihat keadaan ibu saya Bund, ayah saya sakit-sakitan, sering
tidak ada biaya buat berobat. Saat seperti itu kadang saya bertanya-tanya,
"apa salah dan dosa orangtua saya sehingga ujiannya tidak selesai-selesai?
Sampai kapan sedangkan usia beliau sudah benar-benar sepuh. Apa boleh jika saya
mempertanyakan, dalam kondisi seperti ini, Allah di mana?" Mohon
pencerahannya Bunda. Syukron.
A : MasyaaAllah, betapa kuat nya Ibu Dari Bunda, Inilah
rahasia Allah.
"Allah TIDAK memberikan suatu kondisi kpada hambaNya
melebihi kapasitas hambaNya"
Jika kondisi tersebut dibebankan ke ana mungkin ana tidak
sanggup memikulnya... Namun, Allah memberikan kondisi yang lain yang ana harus
jalani.
Shadaqah yang luar biasa bagi Ibunda, menanggung nafkah- segala
biaya hidup bagi keluarga. InsyaaAllah Allah selalu mendampingi beliau, ada
keberkahan di dalam nya.
Bunda, perihal saudara-saudara Bunda; ambil kesempatan untuk
merapatkan hubungan semua nya. Jika masing-masing memiliki keterbatasan maka
saling menguatkan Dan membantu; bukan sebaliknya. Inilah indahnya silathurahim,
menyambung hubungan di antara anggota keluarga. Setelah itu ingatkan kondisi
kedua orang tua, ijin juga kepada masing-masing pasangan untuk ikut andil dalam
bakti kepada kedua orang tua. Kehidupan kita akan lancar juga atas do'a kedua
orang tua. Ada maksud Allah untuk sama-sama kita memperbaiki diri, tersenyumlah
Dan bersemangatlah, Allah Maha Kaya.
Q : Bagaimana mengingatkan tipe suami yang selalu mengajarkan
ilmu agama kepada istrinya, terlihat rajin beribadah, tetapi dibalik itu dia
tidak pandai menundukan pandangannya. bagaimana cara seorang istri untuk
mengingatkan suami tersebut?
A : Suami kita adalah milik Allah,
Aktivitas nya saat di rumah kita dapat ketahui,
Aktivitas nya saat di luar orang lah yang akan ketahui,
Dan di kedua kondisi tersebut Allah Maha Melihat hambaNya.
Ketika kita melihat kelemahan pasangan kita, maka pertama
ingatkan diri kita bahwa kita juga melakukan maksiat dan harus segera
diperbaiki...
Karena suami-istri ibarat 1 tubuh.
Jika kita sudah lebih baik, maka ingatkanlah pasangan kita untuk
sama-sama menjaga Allah dalam segala aktivitas kita, karena ada Ridha Allah
yang ingin diraih dalam mendayungi bahtera rumah tangga.
InsyaaAllah, kehidupan rumah tangga kita slalu terjaga, aamiin.
Q : Ibu saya tinggal sendiri semenjak ayah meninggal januari
lalu..saya mau ibu saya tinggal bersama saya..tapi suami tidak setuju karena
khawatir ibu saya ikut mempengaruhi pola pendidikan anak kelak..mohon
penjelasannya ustadzah..apakah saya harus mengikuti kata suami..? Padahal ibu
saya perlu penjagaan dari anaknya dan ibu saya maunya tinggal dengan saya..
A : Perkuat do'a, mohon petunjuk kepada Allah.
Jika suami kita memiliki standard tertentu misal dalam hal
pendidikan anak, maka bangunlah sistem nya terlebih dahulu. Jika sdh stabil,
maka akan menjadi point bagi suami kita. Setelah Itu, kembali komunikasi dengan
pasangan kita perihal bakti kpada ortu. Sampaikan kondisi dari Bunda. Selalu
iringi dengan do'a dan memohon petunjuk kepada Allah Swt. InsyaaAllah sgl
urusan Bunda dmudahkan, aamiin.
Alhamdulillah,
kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan
berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala
yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklooah langsung
saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan do'a
kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asayahadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT



0 komentar:
Post a Comment