Kajian Online WA Hamba الله SWT
Jumat, 27 Oktober 2017
Rekapan
Grup Bunda G5
Narasumber : Ustadz Syahrowi
Tema : Kajian Umum
Editor : Rini Ismayanti
Dzat
yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungkan-Nya...
Dzat
yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat
yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan
indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya,
yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untukuk
mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah...
tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat
dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah
kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangkitkan ummat
yang telah mati, memepersauntukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing
manusia yang tenggelam dalam lautan sayaahwat, membangun generasi yang tertidur
lelap dan menuntukun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan,
kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma
ba'd...
Ukhti
fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya kita awali dengan
lafadz Basamallah
Bismillahirrahmanirrahim...
MENGHINDARI DIRI DARI MUNAFIK
Ciri orang munafik, sesuai sabda
Rasulullah SAW :
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاث إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَ إِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَ إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda orang munafik itu tiga; apabila
ia berucap berdusta, jika membuat janji diingkari, dan jika dipercayai
mengkhianati.” (HR.Bukhari).
Hadits ini umumnya tidak digali dengan
penalaran yang memadai, cukup diarahkan kepada siapa saja yang memang secara
tersurat dinilai memenuhi tiga kriteria tersebut dan itu pasti berurusan dengan
orang lain.
Lantas, apakah itu tidak mungkin terjadi
di dalam hati kita sendiri? Di sinilah setiap Muslim perlu berani mengevaluasu
kondisi hatinya. Apakah dalam setiap gerakan niat, besitan kata dan lintasan
kalimat yang muncul adalah murni demi maslahah umat dan karena Allah atau
jangan-jangan terselip hawa nafsu diri untuk memperoleh kepentingan pribadi?
Tentunya kita berdoa kepada Allah agar
terhindar dari sifat munafik ini karena ancaman dari Allah sangat
dahsyat. Sebab itu ada beberapa cara agar iman kita terhindar dari sifat
munafik.
Cara pertama untuk menjaga hati dari
kemunafikan adalah dengan komitmen kepada iman, dan siap mempertahankannya
apapun resiko yang mesti dihadapi.
Kedua, jangan memberi dengan harapan
mendapat balasan lebih وَلَا تَمۡنُن تَسۡتَكۡثِرُ yang
artinya, “Dan janganlah
kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.” (QS.
Al-Mudatstsir [74]: 6).
Tentunya sebagai Muslim, kita mesti
waspada, jangan sampai dalam setiap kebaikan yang dilakukan terbersit keinginan
mendapat imbalan lebih banyak, lebih besar, lebih terhormat dan lain
sebagainya.
Jika ini terjadi dalam sebuah tim kerja
maka orang yang gagal mewaspadai hal tersebut akan banyak merapat pada atasan
dan menganggap dirinya orang penting. Pada saat yang sama terhadap sesamanya ia
merendahkan. Pekerjaannya hanya mengoreksi kinerja orang, menyalahkannya dan
kemudian memberikan banyak komentar dan semua itu dilakukan dengan bahasa yang
boleh jadi sangat lembut dan ‘mempesona.’
Terhadap sifat-sifat yang demikian,
seorang guru pernah berkata kepada muridnya, “Jangan pernah sekali-kali kamu
mempergunakan kedudukanmu, kebaikanmu apalagi kecerdasanmu untuk mendapat
keuntungan pribadi, lebih-lebih dengan cara-cara yang curang, meski yang di
atasmu adalah orang yang sangat dekat denganmu.”
Ketiga, memohon kepada Allah agar hati
ini tidak cenderung pada ketidakbaikan dan ketidakbenaran.
Nabi Yusuf bisa selamat dari kemunafikan
karena beliau berdoa kepada Allah. Ibnu Katsir menguraikan hal ini dalam
tafsirnya.
“Dan jika Engkau tidak hindarkan
(menjauhkan) tipu daya mereka dariku, tentu aku cenderung untuk (memenuhi
keinginan mereka),” maksudnya, jika Rabb menyerahkan hal itu kepada diriku,
pasti aku tidak mampu dan aku tidak dapat mengendalikan apa yang dapat
merugikan dan berguna bagi diriku kecuali dengan daya—Mu dan kekuatan-Mu.
Engkaulah Al-Musta’an (tempat kami meminta pertolongan) dan kepada-Mu lah kami
bertawakkal, maka janganlah Engkau serahkan (urusan) diriku kepadaku sendiri.
Pada akhirnya semua kembali pada diri
kita masing-masing sebagai Muslim. Tetapi, yang pasti kemunafikan tidak akan
mendatangkan kebahagiaan. Sebab kemunafikan sandarannya pada keuntungan yang
direkayasa rasio sementara ketulusan, keikhlasan adalah keuntungan yang
sandarannya adalah Allah.
Dan, Allah mustahil tidak memberikan
kebahagiaan kepada Muslim-Muslimat yang dengan susah payah menjaga hatinya dari
noda kemunafikan.
Wallahu a’lam
TANYA JAWAB
Q : Ustdz... Jika ada salah 1 di antara
ciri-ciri orang munafik dalam diri seseorang, sementara dia itu termasuk orang
baik dalam hal lainnya.. Apa tetap disamakan kah..?
A : Memahami hadist ini, bukan ketiganya
harus ada pada 1 orang, tetapi salah satu ciri pun yang melekat pada
seseorang, misal : sering berkata dusta, maka dia tergolong orang
munafik.
wallahu'alam
Q : Untuk mencapai yang di inginkan,
kadang ada yang memang mencari cari kesalahan orang lain supaya dia dipercaya dan
naik jabatan ini termasuk munafik juga ya Ustdz..?
A : Jika ini dimaknai berkhianat,
artinya tidak amanah dengan janji dan sumpahnya sehingga merugikam orang
lain, sehingga menimbulkan buruk sangka terhadap orang lain, maka
ini termasuk juga ciri orang munafik
Wallahu'alam
Q : Ustdz.. Jika kita diminta berjanji
tuk hadiri acara... Kita sudah bilang
"in syaa ALLAH saya usahakan
datang". Dan pada saat nya tiba ternyata tidak bisa datang.. Apa termasuk
ciri orang munafik?
A : Sebenarnya insyaAllah adalah
'mengiyakan untuk memenuhi undangan', selebihnya terserah Allah, karena
hanya Allah yang tau apa yang terjadi dimasa depan. Jika ternyata Allah
menghendaki lain, dan ada urusan lain yang sangat penting tanpa
direncanakan, maka kalimat insyAllah sudah menggugurkan 'janji'
tsb. Sebab tidak ada kata memastikan 100 persen. Kalimat
insyaAllah, artinya jika Allah menghendaki. Hanya Allah yang bisa
menentukan 100 persen.
Wallahu'alam
Q : Salah satu ciri orang munafiq adalah
perbuatan dan ucapan berbeda ya? Misalnya kita kesel sama orang karna dengan
alasan apapun, tapi kita berusaha menjaga hubungan baik dengan dia, tidaki
menunjukkan kekesalan kita ke orang tsb, apa itu termasuk munafiq juga?
A : Kalau untuk menjaga
silaturahim, tanpa ada niat untuk berdusta, maka ini tidak termasuk
tanda-tanda munafik
Q : Orang kafir ingkar Tuhan, sedangkan
orang munafik percaya adanya Tuhan. Tapi mengapa umat Islam sepakat bahwa
orang munafik lebih berbahaya terhadap Islam dibanding orang kafir?
A : Orang kafir identitasnya
jelas, sedang orang munafik kadang tidak tampak, karena masih bagian dari
golongan muslim, padahal dianya ingin merongrong umat islam
Q : Bila kita tak sengaja lupa dengan
janji kita pada orang lain apa termasuk munafik ustad setelah ingat baru di
laksanakan bagaimana menurut ustadz..?
A : Lupa itu adalah salah satu
kekhilafan manusia yang Allah ampuni, jadi bukan bagian dari ciri-ciri
orang munafik
Q : Ustaadz apakah penyakit munafik itu
bisa disembuhkan??atau memang udah darisononyaaa
A : Sifat-sifat munafik itu adalah
pemicu dosa. Tentu kita bisa taubat dari dosa.
Q : Ustd mau tanya apakah bohong sama
anak termasuk munafik musalkan bohong mau dibelikan hadiah/mainan biar anaknya
mau belajar/ngaji tapi kenyataannya ga biar anak mau belajar.
A : Tidak boleh sebenarnya berbohong
pada anak, karena akan berpengaruh pada psikologisnya. Jika memang
belum bisa beli yang dijanjikan, di beri tahu saja. Dan sebaiknya
kita sebagai ortu, jujur saja kepada anak.
Q : Ustaz tanya... Bagaimana kah caranya
untuk menjaga hati ini agar tidak cenderung pada ketidakbaikan dan
ketidakbenaran?
A : Hatinya dirawat dengan baik, karena
baiknya hati akan membuat baiknya jasad dan amal. hati adalah raja,
yang mengatur irama amak dari jasad. Makanya ada hadist shahih yang
disampaikan Rasululah, " Allah tidak melihat pada jasad dan
penampilan kalian, tetapi Allah melihat pada hati-hati
kalian". Merawat hati adalah dengan memberikan asupan yang
baik, banyak tilawah, puasa, suka silaturahim,
banyak berdoa, suka bersedekah, tidak ghibah, suka menolong
dan menabung
Q : Ustdz mau tanya bagaimana kalu ada
teman yang waktu pemilihan gubernur memilih bukan non muslim apakah termasuk
munafik,dan bagaimana kalau mau bertaubat apa yang harus dilakukan...
A : Faktornya banyak, ini
sebenarnya tugas kita menyadarkan mereka agar memahami konsep islam secara
utuh, karena bisa jadi sebagian besar yang memilih non muslim sebagai
pemimpin karena kurangnya pemahaman dan ilmu. Tapi jika memang dia
sengaja memilih non muslim dengan dan dia tau itu sebenarnya salah, maka
bisa jadi dia termasuk dalam golongan munafikun karena mengingkari imannya dan
janjinya kepada Allah. Wallahu'alam
Q : Ustadz, apakah hasad termasuk dalam
kriteria orang munafik? Bagaimana menjaga diri dari sikap hasad ?
A : Hasad adalah penyakit hati.
Hasad juga bisa berakibat fatal karena bisa jadi pemicu dosa yang lebih besar karena
jika seseorang hasad, maka ia senang melihat orang lain menderita, ingin
nikmat yang ada pd orang lain pindah padanya, tidak senang melihat orang
lain bahagia. Hasad ini penyakit hati yang harus dikikis habis karena
dampaknya luar biasa. Supaya tidak hasad, biasakan besikap qona'ah,
selalu bersyukur dengan pemberian Allah, tidak iri atas nikmat yang ada
pd orang lain.
Alhamdulillah,
kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan
berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala
yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah
langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan
do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asayahadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment