Kajian
Online WA Hamba الله SWT
Selasa, 1 November 2017
Rekapan
Grup Nanda 1
Narasumber
: Ustadz Doli
Tema : Kajian Islam
Editor
: Rini Ismayanti
Dzat
yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungkan-Nya...
Dzat
yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat
yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan
indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya,
yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untuk
mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah...
tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat
dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah
kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangkitkan ummat
yang telah mati, memepersatukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing
manusia yang tenggelam dalam lautan syahwat, membangun generasi yang tertidur
lelap dan menuntun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan,
kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma
ba'd...
Ukhti
fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya kita awali dengan
lafadz Basmallah
Bismillahirrahmanirrahim...
TAUBAT DITERIMA DAN
DI TOLAK, ADAKAH TANDANYA?
Adakah
tanda-tanda taubat kita diterima oleh Allah?
SEBELUM
kita jawab pertanyaan ini, ada beberapa point penting yang perlu diketahui.
*Pertama*,
bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Penerima taubat dan memerintahkan kita
bertaubat.
*Kedua*,
buat umat Rasulullah SAW, dosa dan taubat itu memang tidak tampil secara
visual, tetapi ada ciri yang bukan menjadi parameter baku.
Berikut
penjelasannya:
1.
Allah Maha Penerima Taubat
Allah
SWT adalah tuhan yang salah satu sifatnya Maha Penerima taubat. Jadi buat
Allah, taubat itu seorang hamba bukan hal yang sulit untuk diberikan. Sebab
pada dasarnya sifat Allah SWT memang menerima taubat.
Sesungguhnya
Dia (Allah) Maha Penerima taubat dan Maha Kasih (QS. Al-Baqarah : 37)
Bahkan
kita menemukan dalil betapa Allah SWT mencintai orang-orang yang bertaubat.
Perhatikan firman-Nya berikut ini :
Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang bertaubat (QS. Al-Baqarah : 222)
Bahkan
dalam hadits yang masyhur, kita menemukan sabda Nabi SAW yang menyebutkan
betapa Allah SWT bergembira bila ada di antara hamba-Nya yang bertaubat.
Sungguh
Allah sangat berbahagia atas permohonan taubat hamba-Nya, lebih berbahagia dari
bahagianya salah seorang kamu yang kehilangan untanya lalu menemukannya
kembali.” (HR Bukhari Muslim).
Bahkan
digambarkan bahwa Allah SWT menjulurkan tangan-Nya buat orang yang bermaksiat
agar bertaubat.
“Sungguh
Allah SWT menjulurkan kedua tangan-Nya pada malam hari orang-orang yang
bermaksiat di waktu siang bertaubat. Dan Allah SWT menjulurkan kedua tangan-Nya
pada sianghari orang-orang yang bermaksiat di waktu malam bertaubat,” (HR
Muslim).
Dan
perintah Allah buat kita sangat jelas, yaitu kita diperintahkan untuk selalu
bertaubat kepadanya.
2. Tidak
Ada Ciri Visual
Namun
perlu juga kita ketahui bahwa urusan taubat itu diterima oleh Allah SWT atau
tidak, memang tidak ada ciri visualnya yang bisa kita lihat sebagai paremeter.
Sebab apakah seorang betul-betul bertaubat atau hanya berpura-pura saja, semua
itu tidak bisa kita bedakan. Maka belum tentu orang yang kelihatannya bertaubat
itu bisa dipastikan bahwa dia telah melakukan taubat secara sesungguhnya.
Yang
bisa kita lihat hanya ciri luar, tetapi belum tentu apa yang nampak itu
menggambarkan apa yang sesungguhnya. Di antara ciri luar misalnya :
a. Sudah
Tidak Lagi Melakukan Dosa
Kalau
ada orang mengaku sudah taubat dari dosa, tetapi secara visual kita masih saja
menyaksikan dosa-dosa itu masih dilakukannya, tentu kita bisa dengan mudah
mengetahui bahwa taubatnya belum terjadi. Sebab syarat taubat itu adalah
berhenti dari dosa. Kalau dosa masih dilakukan, sudah pasti dia belum taubat.
Kalau belum taubat, mana mungkin taubatnya sudah diterima. Begitu logikanya,
bukan?
Jadi
misalnya seseorang mengaku bahwa dirinya sudah taubat dari judi, tetapi
tiap hari kita masih lihat dia asyik main judi, jelas sekali dengan mudah bisa
kita simpulkan bahwa orang ini boro-boro dterima taubatnya, bertaubat saja pun
belum dikerjakan.
Orang
yang mengaku sudah taubat dari minum khamar, main perempuan, menipu, merampok,
koporusi, menyogok atau menyuap pejabat, atau memperjual-belikan kursi jabatan,
tetapi kita masih saja menyaksikan dirinya masih melakukan semua kejahatan dan
dosa besar di atas, jelas sekali dia belum taubat. Dan sudah pasti orang yang
belum taubat tidak akan diampuni dosanya.
b.
Menyesal dan Trauma
Ciri
yang logis dari orang yang bertaubat itu adalah dia menyesal atas perbuatannya.
Bahkan buat sebagian orang yang taubatnya sangat baik adalah dia merasa trauma
dengan dosa-dosanya.
Yang
namanya orang menyesal apalagi trauma, maka seharusnya dia tidak lagi
mengingat-ingat peristiwa buruk yang menimpanya. Ambil contoh wanita yang
pernah diperkosa secara bergiliran, tidak mudah baginya untuk menghilangkan
dari trauma yang mendalam itu. Tidak mudah baginya untuk mengingat-ingat
peristiwa itu, kecuali dia akan bersedih, bahkan menangis.
Kalau
ada orang mengaku sudah bertaubat dari dosa, tetapi masih sangat menceritakan
dosa-dosanya dengan suka ria bahkan bangga, maka kita perlu pertanyakan
sikapnya itu. Taubat dari dosa kok bangga? Taubat dari dosa kok pamer? Taubat
dari dosa kok malah mengulang-ulang cerita buruk?
c.
Mengajak Orang Untuk Menghindari Dosa Tersebut
Selain
itu biasanya orang yang benar-benar bertaubat akan sangat menyesalkan kalau
sampai ada orang lain yang terperosok di lubang yang sama. Misalnya sudah
ketika kaki kita terinjak lubang menganga di tengah jalan, maka tindakan yang
baik adalah memasang tanda untuk mengingatkan orang lain agar tidak terkena
musibah yang sama.
Memang
ada juga sih orang-orang tertentu yang ketika melihat orang lain tercebur di
tempat dia pernah kecebur, bukannya sedih tetapi malah bergembira dan bersuka
cita. Orang dengan mentalitas seperti ini tidak lain adalah iblis atau manusia
berkarakter iblis.
Ketika
Allah SWT meminta Iblis sujud kepada Adam, bukannya dia taat bersujud tetapi
malah melawan dan menantang. Ketika Iblis dimasukkan ke dalam neraka, juga
bukannya bertaubat dan meminta ampunan, tetapi malah ingin mengajak
sebanyak-banyaknya manusia untuk masuk neraka menemaninya.
Maka
ciri orang yang bertaubat adalah dia sangat menjaga agar orang-orang tidak ada
yang melakkan kesalahan seperti dia pernah berbuat kesalahan.
d. Siap
Mati
Siap
mati bukan ciri orang yang diterima taubatnya, tetapi ini adalah kisah
bagaimana shahabat Rasulullah yang pernah bikin dosa lalu bertaubat.
Kisahnya
terjadi pada seorang wanita shahabiyah yang pernah melakukan zina. Dia lantas
menyesali perbuatannya dan bertaubat taubatan nashuha. Karena dia amat yakin
bahwa Allah SWT Maha Pengampun dan menerima semua taubat hamba-Nya, maka dia
yakin sekali bahwa semua dosanya sudah terhapus.
Ibarat
anak bayi baru lahir dari perut ibunya, dia sudah tidak lagi punya dosa di
dunia ini. Oleh karena itu ketika ada kesempatan untuk bertemu Allah dan masuk
surga, dia pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia datangi Rasulullah SAW
dan meminta agar dijatuhkan hukum rajam, yaitu hukum mati dengan cara dilempari
batu hingga mati.
Sebenarnya
hukuman ini ditolak oleh Rasulullah SAW, sebab masih ada bayi di dalam
perutnya. Tetapi singkat cerita akhirnya Rasulullah SAW mengabulkan
permintaannya, setelah bayinya dilahirkan dan ada pengasuhnya atau orang yang
akan memeliharanya.
Secara
hukum Islam, sebenarnya wanita ini bisa saja kabur dari hukuman. Toh zina itu
tidak ada saksinya, sehingga hukuman rajam bisa saja dibatalkan demi hukum.
Tetapi logika wanita ini berbeda dengan logika kita. Kalau logika kita, mungkin
kita akan berpikir, apa pun yang sekiranya bisa menghindarkan diri kita dari
hukum rajam, pasti akan kita lakukan. Bahkan Rasulullah SAW sendiri pun sebagai
hakim sudah mengupayakannya, terbukti bahwa beliau SAW menolak sampai dua kali
dengan alasan tidak mau membunuh bayi di dalam rahim wanita ini.
Tetapi
wanita ini ngotot dan minta segera dirajam. Semua hal yang menghalangi dirinya
dari rajam justru disingkirkan, tujuannya cuma satu, dia ingin mati secara
syar’i dengan keadaan tidak punya dosa. Kok bisa?
Ya,
karena dia sangat meyakini bahwa semua dosanya sudah dihapus Allah dan bahwa
taubatnya pasti sudh diterima. Dan dia adalah wanita yang beriman atas adanya
surga yang sudah disiapkan buat para penghuninya. Ibaratnya, dia sudah merasa
mengantungi tiket masuk surga, maka dia tidak sabaran untuk segera memasukinya.
Dan
begitulah, wanita ini akhirnya menjalani hukuman rajamnya dan Rasulullah SAW
memberikan kesaksian bahwa taubatnya sudah diterima Allah SWT. Beliau bersabda
:
Wanita
ini telah bertaubat yang jika taubat itu dibagi-bagi bagi tujuh puluh penduduk
Madinah niscaya mencukupi mereka, dan apakah engkau dapati yang lebih baik
daripada orang yang datang menyerahkan dirinya kepada Allah SWT?” (HR.
Muslim).
Tobat yang Tertolak
Allah
SWT adalah Tuhan yang Mahapenyayang, sehingga menerima tobat orang-orang yang
melakukan perbuatan keji (QS. An-Nisa': 17); kejahatan (QS. An-Nisa': 18);
membunuh (QS. An-Nisa': 92); berbuat kesalahan (QS. Asy-Syura: 25); dan
pelanggaran terhadap larangan-Nya.
Secara
garis besar, semua bentuk pelanggaran tersebut akan diampuni oleh Allah SWT
selama memenuhi tiga persyaratan, yaitu berhenti dari perbuatan jahat,
menyesali sungguh-sungguh perbuatan yang dilakuka, dan tidak akan mengulanginya
pada masa yang akan datang.
Di
dalam Surah An-Nisa, Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya bertobat kepada
Allah itu hanya (pantas) bagi mereka yang melakukan kejahatan, kemudian segera
bertobat. Tobat mereka itulah yang diterima Allah. Allah Mahamengetahui,
Mahabijaksana.”
“Dan
tobat itu tidaklah (diterima Allah) dari mereka yang melakukan kejahatan hingga
apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) dia
mengatakan, "Saya benar-benar bertobat sekarang." Dan tidak (pula
diterima tobat) dari orang-orang yang meninggal sedang mereka di dalam
kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan azab yang pedih." (QS.
An-Nisa': 18-19).
Ayat di
atas paling tidak mengandung tiga perkara. Satu perkara berkaitan dengan
diterimanya tobat dan dua perkara lainnya berkaitan dengan tobat yang ditolak. Pertama, mereka yang diterima tobatnya
adalah yang melakukan kejahatan, lalu menyadari kejahatannya dan segera
bertobat.
Mayoritas
para ahli tafsir menegaskan bahwa arti segera di dalam kalimat tersebut berarti
secepatnya bertobat setelah melakukan kejahatan sebab orang yang cerdas adalah
mereka yang segera bertobat setelah melakukan kejahatan, tidak mengakhirkannya
karena dapat menyebabkan hatinya bertambah keruh, jiwa menjadi lemah, dan
dipermainkan hawa nafsu, disamping setiap orang tidak mengetahui kapan ajalnya
tiba.
Kedua, Allah SWT tidak menerima tobat seorang hamba yang dilakukan
menjelang ajal tiba. Mereka yang terbiasa bergelimang dosa tanpa penyesalan dan
kemauan bertobat selama hidupnya memanfaatkan kesempatan (bertobat) dalam
kesempitan (datangnya ajal), namun Allah SWT menolaknya dengan alasan tobatnya
dilakukan dalam kondisi darurat, bukan dalam kondisi normal dan banyak
pilihan.
Allah
SWT mengulang beberapa kali firman-Nya dalam kasus tersebut, salah satunya
berkaitan dengan Fir'aun, "... ketika Fir'aun hampir tenggelam dia
berkata, "Aku percaya bahwa tidak ada tuhan selain Tuhan yang dipercayai
oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang yang muslim (berserah
diri)." (QS. Yunus: 90).
Ketiga, mereka yang tidak diterima tobatnya adalah orang-orang yang
telah mati dalam kekafiran atau tidak membawa keimanan. Hal tersebut karena
kematian berarti penutupan pintu harapan perbaikan disamping kekafiran berarti
peniadaan eksistensi Tuhan.
Dalam
ayat tentang kekafiran (kemusyrikan), Allah SWT berfirman, "Sungguh, Allah
tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa
yang Dia kehendaki... " (QS. An-Nisa': 116).
Maka
senyampang Allah SWT masih memberikan umur dan kesehatan, hendaknya seorang
mukmin menyegerakan diri menuju ampunan Allah dengan bertobat dan meminta maaf
kepada sesama sebelum pintu tobat benar-benar tertutup baginya. Hal tersebut
karena mensegerakan tobat merupakan salah satu karakter orang-orang yang
bertakwa.
"Dan
bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang
bertakwa." (QS. Ali Imran: 133). Dan tiadalah orang yang bertakwa, kecuali
Allah akan membalasnya dengan surga.
Wallahu
a'lam.
Sebagai
tambahan saya akan share juga satu materi berupa buku kecil tentang taubat,
tulusan Syaikh Prof Yusuf Qaradhawie,Ulama kontemporer yang sdh menulis ratusan
buku yg diterjemahkna ke berbagai bahasa.
TANYA JAWAB
-
Alhamdulillah,
kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan
berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala
yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah
langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan
do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asayahadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment