Home » , , , » TAUBAT DITERIMA DAN DI TOLAK, ADAKAH TANDANYA?

TAUBAT DITERIMA DAN DI TOLAK, ADAKAH TANDANYA?

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Monday, November 20, 2017

Kajian Online WA  Hamba الله SWT

Selasa, 1 November 2017
Rekapan Grup Nanda 1
Narasumber : Ustadz Doli
Tema : Kajian Islam
Editor : Rini Ismayanti




Dzat yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungkan-Nya...
Dzat yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya, yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untuk mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.

AlhamduliLlah... tsumma AlhamduliLlah...

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangkitkan ummat yang telah mati, memepersatukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing manusia yang tenggelam dalam lautan syahwat, membangun generasi yang tertidur lelap dan menuntun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan, kemuliaan, dan kebahagiaan.

Amma ba'd...
Ukhti fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya kita awali dengan lafadz Basmallah

Bismillahirrahmanirrahim... 

TAUBAT DITERIMA DAN DI TOLAK, ADAKAH TANDANYA?

Adakah tanda-tanda taubat kita diterima oleh Allah?

SEBELUM kita jawab pertanyaan ini, ada beberapa point penting yang perlu diketahui.
*Pertama*, bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Penerima taubat dan memerintahkan kita bertaubat.
*Kedua*, buat umat Rasulullah SAW, dosa dan taubat itu memang tidak tampil secara visual, tetapi ada ciri yang bukan menjadi parameter baku.

Berikut penjelasannya:

1. Allah Maha Penerima Taubat

Allah SWT adalah tuhan yang salah satu sifatnya Maha Penerima taubat. Jadi buat Allah, taubat itu seorang hamba bukan hal yang sulit untuk diberikan. Sebab pada dasarnya sifat Allah SWT memang menerima taubat.

Sesungguhnya Dia (Allah) Maha Penerima taubat dan Maha Kasih (QS. Al-Baqarah : 37)

Bahkan kita menemukan dalil betapa Allah SWT mencintai orang-orang yang bertaubat. Perhatikan firman-Nya berikut ini :

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat (QS. Al-Baqarah : 222)

Bahkan dalam hadits yang masyhur, kita menemukan sabda Nabi SAW yang menyebutkan betapa Allah SWT bergembira bila ada di antara hamba-Nya yang bertaubat.

Sungguh Allah sangat berbahagia atas permohonan taubat hamba-Nya, lebih berbahagia dari bahagianya salah seorang kamu yang kehilangan untanya lalu menemukannya kembali.” (HR Bukhari Muslim).

Bahkan digambarkan bahwa Allah SWT menjulurkan tangan-Nya buat orang yang bermaksiat agar bertaubat.

“Sungguh Allah SWT menjulurkan kedua tangan-Nya pada malam hari orang-orang yang bermaksiat di waktu siang bertaubat. Dan Allah SWT menjulurkan kedua tangan-Nya pada sianghari orang-orang yang bermaksiat di waktu malam bertaubat,” (HR Muslim).

Dan perintah Allah buat kita sangat jelas, yaitu kita diperintahkan untuk selalu bertaubat kepadanya.

2. Tidak Ada Ciri Visual

Namun perlu juga kita ketahui bahwa urusan taubat itu diterima oleh Allah SWT atau tidak, memang tidak ada ciri visualnya yang bisa kita lihat sebagai paremeter. Sebab apakah seorang betul-betul bertaubat atau hanya berpura-pura saja, semua itu tidak bisa kita bedakan. Maka belum tentu orang yang kelihatannya bertaubat itu bisa dipastikan bahwa dia telah melakukan taubat secara sesungguhnya.

Yang bisa kita lihat hanya ciri luar, tetapi belum tentu apa yang nampak itu menggambarkan apa yang sesungguhnya. Di antara ciri luar misalnya :

a. Sudah Tidak Lagi Melakukan Dosa
Kalau ada orang mengaku sudah taubat dari dosa, tetapi secara visual kita masih saja menyaksikan dosa-dosa itu masih dilakukannya, tentu kita bisa dengan mudah mengetahui bahwa taubatnya belum terjadi. Sebab syarat taubat itu adalah berhenti dari dosa. Kalau dosa masih dilakukan, sudah pasti dia belum taubat. Kalau belum taubat, mana mungkin taubatnya sudah diterima. Begitu logikanya, bukan?
Jadi misalnya seseorang mengaku bahwa dirinya sudah taubat  dari judi, tetapi tiap hari kita masih lihat dia asyik main judi, jelas sekali dengan mudah bisa kita simpulkan bahwa orang ini boro-boro dterima taubatnya, bertaubat saja pun belum dikerjakan.
Orang yang mengaku sudah taubat dari minum khamar, main perempuan, menipu, merampok, koporusi, menyogok atau menyuap pejabat, atau memperjual-belikan kursi jabatan, tetapi kita masih saja menyaksikan dirinya masih melakukan semua kejahatan dan dosa besar di atas, jelas sekali dia belum taubat. Dan sudah pasti orang yang belum taubat tidak akan diampuni dosanya.

b. Menyesal dan Trauma
Ciri yang logis dari orang yang bertaubat itu adalah dia menyesal atas perbuatannya. Bahkan buat sebagian orang yang taubatnya sangat baik adalah dia merasa trauma dengan dosa-dosanya.
Yang namanya orang menyesal apalagi trauma, maka seharusnya dia tidak lagi mengingat-ingat peristiwa buruk yang menimpanya. Ambil contoh wanita yang pernah diperkosa secara bergiliran, tidak mudah baginya untuk menghilangkan dari trauma yang mendalam itu. Tidak mudah baginya untuk mengingat-ingat peristiwa itu, kecuali dia akan bersedih, bahkan menangis.
Kalau ada orang mengaku sudah bertaubat dari dosa, tetapi masih sangat menceritakan dosa-dosanya dengan suka ria bahkan bangga, maka kita perlu pertanyakan sikapnya itu. Taubat dari dosa kok bangga? Taubat dari dosa kok pamer? Taubat dari dosa kok malah mengulang-ulang cerita buruk?

c. Mengajak Orang Untuk Menghindari Dosa Tersebut
Selain itu biasanya orang yang benar-benar bertaubat akan sangat menyesalkan kalau sampai ada orang lain yang terperosok di lubang yang sama. Misalnya sudah ketika kaki kita terinjak lubang menganga di tengah jalan, maka tindakan yang baik adalah memasang tanda untuk mengingatkan orang lain agar tidak terkena musibah yang sama.
Memang ada juga sih orang-orang tertentu yang ketika melihat orang lain tercebur di tempat dia pernah kecebur, bukannya sedih tetapi malah bergembira dan bersuka cita. Orang dengan mentalitas seperti ini tidak lain adalah iblis atau manusia berkarakter iblis.
Ketika Allah SWT meminta Iblis sujud kepada Adam, bukannya dia taat bersujud tetapi malah melawan dan menantang. Ketika Iblis dimasukkan ke dalam neraka, juga bukannya bertaubat dan meminta ampunan, tetapi malah ingin mengajak sebanyak-banyaknya manusia untuk masuk neraka menemaninya.
Maka ciri orang yang bertaubat adalah dia sangat menjaga agar orang-orang tidak ada yang melakkan kesalahan seperti dia pernah berbuat kesalahan.

d. Siap Mati
Siap mati bukan ciri orang yang diterima taubatnya, tetapi ini adalah kisah bagaimana shahabat Rasulullah yang pernah bikin dosa lalu bertaubat.
Kisahnya terjadi pada seorang wanita shahabiyah yang pernah melakukan zina. Dia lantas menyesali perbuatannya dan bertaubat taubatan nashuha. Karena dia amat yakin bahwa Allah SWT Maha Pengampun dan menerima semua taubat hamba-Nya, maka dia yakin sekali bahwa semua dosanya sudah terhapus.
Ibarat anak bayi baru lahir dari perut ibunya, dia sudah tidak lagi punya dosa di dunia ini. Oleh karena itu ketika ada kesempatan untuk bertemu Allah dan masuk surga, dia pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia datangi Rasulullah SAW dan meminta agar dijatuhkan hukum rajam, yaitu hukum mati dengan cara dilempari batu hingga mati.
Sebenarnya hukuman ini ditolak oleh Rasulullah SAW, sebab masih ada bayi di dalam perutnya. Tetapi singkat cerita akhirnya Rasulullah SAW mengabulkan permintaannya, setelah bayinya dilahirkan dan ada pengasuhnya atau orang yang akan memeliharanya.
Secara hukum Islam, sebenarnya wanita ini bisa saja kabur dari hukuman. Toh zina itu tidak ada saksinya, sehingga hukuman rajam bisa saja dibatalkan demi hukum. Tetapi logika wanita ini berbeda dengan logika kita. Kalau logika kita, mungkin kita akan berpikir, apa pun yang sekiranya bisa menghindarkan diri kita dari hukum rajam, pasti akan kita lakukan. Bahkan Rasulullah SAW sendiri pun sebagai hakim sudah mengupayakannya, terbukti bahwa beliau SAW menolak sampai dua kali dengan alasan tidak mau membunuh bayi di dalam rahim wanita ini.
Tetapi wanita ini ngotot dan minta segera dirajam. Semua hal yang menghalangi dirinya dari rajam justru disingkirkan, tujuannya cuma satu, dia ingin mati secara syar’i dengan keadaan tidak punya dosa. Kok bisa?
Ya, karena dia sangat meyakini bahwa semua dosanya sudah dihapus Allah dan bahwa taubatnya pasti sudh diterima. Dan dia adalah wanita yang beriman atas adanya surga yang sudah disiapkan buat para penghuninya. Ibaratnya, dia sudah merasa mengantungi tiket masuk surga, maka dia tidak sabaran untuk segera memasukinya.

Dan begitulah, wanita ini akhirnya menjalani hukuman rajamnya dan Rasulullah SAW memberikan kesaksian bahwa taubatnya sudah diterima Allah SWT. Beliau bersabda :

Wanita ini telah bertaubat yang jika taubat itu dibagi-bagi bagi tujuh puluh penduduk Madinah niscaya mencukupi mereka, dan apakah engkau dapati yang lebih baik daripada orang yang datang menyerahkan dirinya kepada Allah SWT?” (HR. Muslim). 

Tobat yang Tertolak

Allah SWT adalah Tuhan yang Mahapenyayang, sehingga menerima tobat orang-orang yang melakukan perbuatan keji (QS. An-Nisa': 17); kejahatan (QS. An-Nisa': 18); membunuh (QS. An-Nisa': 92); berbuat kesalahan (QS. Asy-Syura: 25); dan pelanggaran terhadap larangan-Nya. 

Secara garis besar, semua bentuk pelanggaran tersebut akan diampuni oleh Allah SWT selama memenuhi tiga persyaratan, yaitu berhenti dari perbuatan jahat, menyesali sungguh-sungguh perbuatan yang dilakuka, dan tidak akan mengulanginya pada masa yang akan datang. 

Di dalam Surah An-Nisa, Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya bertobat kepada Allah itu hanya (pantas) bagi mereka yang melakukan kejahatan, kemudian segera bertobat. Tobat mereka itulah yang diterima Allah. Allah Mahamengetahui, Mahabijaksana.” 

“Dan tobat itu tidaklah (diterima Allah) dari mereka yang melakukan kejahatan hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) dia mengatakan, "Saya benar-benar bertobat sekarang." Dan tidak (pula diterima tobat) dari orang-orang yang meninggal sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan azab yang pedih." (QS. An-Nisa': 18-19).

Ayat di atas paling tidak mengandung tiga perkara. Satu perkara berkaitan dengan diterimanya tobat dan dua perkara lainnya berkaitan dengan tobat yang ditolak. Pertama, mereka yang diterima tobatnya adalah yang melakukan kejahatan, lalu menyadari kejahatannya dan segera bertobat. 

Mayoritas para ahli tafsir menegaskan bahwa arti segera di dalam kalimat tersebut berarti secepatnya bertobat setelah melakukan kejahatan sebab orang yang cerdas adalah mereka yang segera bertobat setelah melakukan kejahatan, tidak mengakhirkannya karena dapat menyebabkan hatinya bertambah keruh, jiwa menjadi lemah, dan dipermainkan hawa nafsu, disamping setiap orang tidak mengetahui kapan ajalnya tiba.

Kedua, Allah SWT tidak menerima tobat seorang hamba yang dilakukan menjelang ajal tiba. Mereka yang terbiasa bergelimang dosa tanpa penyesalan dan kemauan bertobat selama hidupnya memanfaatkan kesempatan (bertobat) dalam kesempitan (datangnya ajal), namun Allah SWT menolaknya dengan alasan tobatnya dilakukan dalam kondisi darurat, bukan dalam kondisi normal dan banyak pilihan. 

Allah SWT mengulang beberapa kali firman-Nya dalam kasus tersebut, salah satunya berkaitan dengan Fir'aun, "... ketika Fir'aun hampir tenggelam dia berkata, "Aku percaya bahwa tidak ada tuhan selain Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang yang muslim (berserah diri)." (QS. Yunus: 90).

Ketiga, mereka yang tidak diterima tobatnya adalah orang-orang yang telah mati dalam kekafiran atau tidak membawa keimanan. Hal tersebut karena kematian berarti penutupan pintu harapan perbaikan disamping kekafiran berarti peniadaan eksistensi Tuhan. 

Dalam ayat tentang kekafiran (kemusyrikan), Allah SWT berfirman, "Sungguh, Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki... " (QS. An-Nisa': 116).

Maka senyampang Allah SWT masih memberikan umur dan kesehatan, hendaknya seorang mukmin menyegerakan diri menuju ampunan Allah dengan bertobat dan meminta maaf kepada sesama sebelum pintu tobat benar-benar tertutup baginya. Hal tersebut karena mensegerakan tobat merupakan salah satu karakter orang-orang yang bertakwa. 

"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Ali Imran: 133). Dan tiadalah orang yang bertakwa, kecuali Allah akan membalasnya dengan surga. 

Wallahu a'lam.

Sebagai tambahan saya akan share juga satu materi berupa buku kecil tentang taubat, tulusan Syaikh Prof Yusuf Qaradhawie,Ulama kontemporer yang sdh menulis ratusan buku yg diterjemahkna ke berbagai bahasa.

TANYA JAWAB
-

Alhamdulillah, kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat. Aamiin....

Segala yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan do'a kafaratul majelis:


سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

Subhanakallahumma wabihamdika asayahadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”



Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!