Kajian
Online WA Hamba الله SWT
Senin, 4 Desember 2017
Rekapan
Grup Nanda 1
Narasumber
: Ustadzah Lien
Tema : Kajian Parenting
Editor
: Rini Ismayanti
Dzat
yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungkan-Nya...
Dzat
yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat
yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan
indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya,
yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untuk
mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah...
tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat
dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah
kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangkitkan ummat
yang telah mati, memepersatukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing
manusia yang tenggelam dalam lautan syahwat, membangun generasi yang tertidur
lelap dan menuntun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan,
kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma
ba'd...
Ukhti
fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya kita awali dengan
lafadz Basmallah
Bismillahirrahmanirrahim...
BELAJAR SANTUN PADA DIRI SENDIRI
“Barangsiapa yang memiliki rambut maka
hendaklah dia memuliakannya.” (HR. Abu Dawud)
Santun pada diri sendiri artinya kita
harus beretika, punya perasaan, mengenali apa yang menjadi hak kita dan apa
yang menjadi kewajiban kita. Dengan itu kita akan mendapatkan gelar kemuliaan
sebagai seorang manusia dalam pandangan Allah, dalam pandangan kita sendiri,
dan juga dalam pandangan orang lain.
Allah sendiri telah berbuat santun pada
kita, sebagaimana firman-Nya,
”Dan sesungguhnya telah Kami muliakan
anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka
rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Isra’:70)
Ayat ini begitu lugas menceritakan,
bahwa Allah ternyata tidak hanya membuat sempurna penciptaan-Nya atas diri
kita. Tetapi juga memuliakan kita. Dia melebihkan kita atas makhluk-makhluk
yang lain. Maka, adakah kita juga berbuat yang sama pada diri sendiri. Apakah
kita memiliki sikap santun terhadapnya? Dan bagaimana seharusnya kita melakukan
hal itu?
Menghargai Keindahan Peforma dan
Penciptaan
Bentuk tubuh yang sempurna dan menawan
yang Allah SWT berikan pada kita adalah salah satu keindahan dunia ini.
Keindahan itu tentulah harus selalu dijaga sebagai bentuk rasa syukur kita
kepada-Nya. Maka, merawat diri dengan senantiasa memperlihatkan penampilan
menarik tidak hanya sekedar memenuhi anjuran agama, tetapi juga merupakan satu
kesopanan dan penghargaan pada diri yang telah dicipta begitu menarik oleh Sang
Al-Mushawwir.
Ibnu Handhaliyah menceritakan, bahwa
Nabi SAW pernah bersabda kepada para sahabatnya ketika mereka hendak mendatangi
saudara mereka,”Kalian akan mendatangi saudara-saudara kalian. Karenanya
perbaikilah kendaraan kalian, dan pakailah pakaian yang bagus sehingga kalian
menjadi seperti tahi lalat (yang indah) di tengah-tengah umat manusia.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai sesuatu yang buruk.”(HR. Abu Dawud dan
Hakim).
Bukan hanya mandi dan memakai wewangian
yang dianjurkan, tetapi terhadap hal-hal kecil pun perhatian Islam begitu
besar. Memotong kuku, menipiskan kumis, mencabut bulu ketiak, yang mungkin
sering kita abaikan, bahkan disebut sebagai fitrah.
Rasulullah SAW bersabda,
”Lima hal yang termasuk fitrah
(kesucian): mencukur bulu kemaluan, khitan, menipiskan kumis, mencabut bulu
ketiak dan memotong kuku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kebersihan gigi dan mulut, yang
dengannya kita berdzikir dan berkomunikasi dengan sesama, juga sangat
diperhatikan.
Tentang hal ini Rasulullah SAW
bersabda,
”Barangsiapa makan bawang putih atau
bawang merah, maka janganlah ia mendekati masjid kami dan hendaklah ia sholat
dirumahnya, karena sesungguhnya malaikat itu juga terganggu dengan apa-apa yang
mengganggu manusia.” (HR. Bukhari)
Islam juga menganjurkan kita untuk
selalu merawat rambut karena dia adalah mahkota. Maka rambut hendaklah selalu
dijaga kebersihannya, disisir, dirapikan serta diperindah bentuknya.
Maka perbaiki penampilan kita. Jaga dan
tata peforma kita, karena tubuh kita adalah amanah yang keindahannya harus
selalu dipelihara dengan baik. Dengan memperhatikan hal-hal ini sama artinya
kita telah menjaga kesantunan pada diri sendiri.
Memberi Manfaat kepada Orang Lain
Memberi manfaat kepada orang lain,
dengan cara apapun, juga merupakan bagian dari sikap santun kita pada diri
sendiri. Maka, jangan pernah kita beranggapan bahwa apa yang kita lakukan untuk
orang lain, manfaatnya hanya untuk orang lain. Sedangkan kita hanya merasakan
keletihan, atau barangkali mengalami defisit harta jika yang kita lakukan
adalah memberi bantuan materi.
Ketika kita berkontribusi untuk
memberikan rasa gembira pada orang lain yang sedang kesusahan, menolong mereka
dari kesulitan hidupnya, membuatnya tersenyum dari beban yang menghimpitnya,
menuntunnya kepada jalan yang benar, mencegahnya dari perbuatan buruk, semua
adalah bagian dari sikap santun kita pada diri sendiri. Sebab, semua itu
merupakan sedekah bagi setiap ruas yang terdapat dalam tubuh kita.
Prinsip berbagi yang diajarkan Al-Qur’an
kepada kita adalah, kebaikan yang dilakukan kepada orang lain, pada akhirnya
akan kembali kepada pelakunya sendiri. Kitalah yang akan lebih banyak menerima
manfaat daripada orang yang menerima pertolongan kita.
Allah SWT berfirman,
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu
berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan)
itu bagi dirimu sendiri.” (QS. Al-Isra’:7)
Telah banyak kisah yang pernah kita
dengar tentang orang yang sembuh dari penyakitnya; tentang pedagang yang
bertambah maju usahanya; tentang orang yang dalam situasi sulit yang menemukan
kemudahan dalam urusannya, karena sedekah dan atau karena memberi pertolongan
kepada orang lain, dalam bentuk apapun. Karena itu, bersikap santunlah kita
pada diri sendiri dengan berbagi kepada sesama.
Memaksimalkan Fungsi Sumber Daya
Karunia Allah SWT yang terhimpun dalam
struktur tubuh kita ini, adalah satu kesatuan yang memiliki potensi besar untuk
melakukan hal-hal yang besar. Kaki, tangan, mulut, mata, hati, akal, dan
seluruh anggota tubuh yang ada, dengan perannya masing-masing saling bersinergi
untuk melahirkan daya cipta yang luar biasa, meski pada akhirnya hanya anggota
tertentu yang terlihat dominan atas yang lain.
Ada orang yang dengan kemampuan olah
kakinya, kemudian menjadi pesepak bola hebat. Ada yang dengan kelincahan
tangannya mampu mengubah benda-benda rongsokan yang tak berharga, menjadi
karya-karya seni yang indah nan bernilai tinggi. Ada pula orang dengan
kelenturan lidahnya menjadi orator hebat, yang memesona dan menyihir orang
dengan kata-katanya.
Ada banyak lagi orang dengan
keahlian-keahlian tertentu yang memukau dan mengagumkan, begitu juga dengan
kita yang mungkin sudah mencipta suatu karya yang berbeda.
Tetapi apapun keahlian itu, kita tak
boleh lupa bahwa Allah-lah yang telah memberi kita sumber daya yang dahsyat,
sehingga bisa bertahan hidup seperti sekarang. Maka siapakah di antara kita
yang mau menjual sebelah tangannya, sebelah kakinya, atau sebelah matanya, lalu
menukarnya dengan tangan, kaki, serta mata imitasi yang tak berfungsi. Tidak
ada, kecuali orang yang terdapat gangguan di akalnya.
Allah SWT berfirman,
”…dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu
sendiri kedalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik.”(QS. Al-Baqarah:195)
Memelihara sumber daya ini adalah
bentuk sikap santun kita kepada diri sendiri. Karena, dengan diri yang kuat,
Allah SWT akan menempatkan kekuasaan di tangan kita.
“Dan Allah telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih
bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana
Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia
akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia
benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan
menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan
sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji)
itu,maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS.An-Nur:55)
Menciptakan Keseimbangan dalam Hidup
Dunia ini dan perputarannya diciptakan
Allah SWT mengikuti sunnah-sunnah yang telah Dia tentukan. Sunnah-sunnah itu
kokoh dan tak akan pernah berubah. Salah satunya adalah Sunnah keseimbangan,
atau yang kita sebut dengan tawazun.
Jika di amati makhluk-makhluk yang ada
di sekeliling kita,dari sungai, gunung, hewan dan tumbuh-tumbuhan, semua
berjalan di atas sunnah keseimbangan itu. Baik secara fisik, kualitas,
kuantitas hingga pada bagian-bagian terkecil dari tubuh makhluk-makhluk itu.
Hanya kadang, manusia seringkali mengganggu keseimbangan itu dengan tingkah
polahnya yang suka merusak dan mengeksploitasi lingkungan dan ekosistem.
Allah SWT menciptakan kita terdiri dari
banyak unsur. Ada raga, hati, akal, dan ada jiwa. Semua unsur ini punya kebutuhan
yang harus kita penuhi secara berimbang. Semua harus mendapatkan perhatian yang
sama, juga hak-haknya mesti ditunaikan sesuai kebutuhannya.
Raga perlu diberi makan, hati dan akal
serta jiwa pun juga perlu makan. Dengan mencukupi makan dan kebutuhan-kebutuhannya
yang lain maka kita bias hidup dengan tenang dan damai.
Kita tidak boleh hanya memperhatikan
makanan untuk fisik, sementara lupa memberi makan akal, hati dan jiwa kita.
Tetapi semua harus berimbang. Keseimbangan itu terlihat dari sabda Rasulullah
SAW,
”Manusia tidak mengisi suatu tempat yang
lebih buruk daripada perutnya. Cukup baginya beberapa suapan sekedar menegakkan
tulang sulbinya. Jika tidak mampu melakukannya, maka hendaknya ia jadikan
sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minum dan sepertiga lagi untuk
nafasnya.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dari Hakim)
Rasulullah juga memerintahkan kepada
kita menjaga keseimbangan spiritual. Karenanya, ia menolak rencana tiga orang
yang akan sholat malam selamanya, puasa selamanya, dan ketiga tidak akan
menikahi wanita. Bahkan itu bentuk melanggar sunnahnya.
Tidak Mengabaikan Kekuatan Spiritual
Beribadah secara berlebih memang tidak
dianjurkan. Tetapi minim ibadah lebih tidak dianjurkan. Sebab tidak ada
keselamatan tanpa kekuatan spiritual. Dan kekuatan spiritual tak mungkin
dicapai tanpa ibadah. Maka beribadah adalah bentuk kecintaan dan kasih saying
kita kepada diri sendiri.
Rasanya tidak ada orang yang
menginginkan raganya yang tampan dan mengagumkan di dunia, dibakar dan
dihanguskan dengan api neraka di akhirat kelak. Kita semua ingin selamat, dan
kunci keselamatan itu adalah kedekatan dengan Allah yang diperoleh melalui
modal ruhiyah yang baik.
Secara umum, diri kita terbagi dua.
Jasad dan ruh. Keberadaan ruh sangat menentukan hidup matinya jasad manusia.
Tidak berfungsinya anggota badan manusia secara total (mati) adalah karena
dicabutnya ruh dalam dirinya. Namun kita sering menyaksikan bahwa pembinaan
ruhiyah terkadang kurang mendapat perhatian. Sementara pemenuhan terhadap
kebutuhan jasmaniah yang bersifat materi, dengan berbagai cara, berusaha
dipenuhi walaupun itu diluar kemampuan.
Tanpa bekal kekuatan ruhiyah, seseorang
akan berani melakukan perbuatan-perbuatan amoral.
Seseorang yang memiliki kekuatan ruhiyah
yang baik, akan dengan cepat merespon keadaan yang tidak baik disekelilingnya.
Dia akan memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap lingkungan, kemudian
melakukan usaha-usaha perbaikan agar dirinya tidak ikut binasa karena keadaan
yang buruk itu.
Sedangkan ruhiyah yang lemah, akan
memudahkan diri kita terpedaya oleh godaan dunia, gampang terperangkap ke dalam
jebakan-jebakan syaithon, dan tentu saja cenderung menyimpang dari jalan yang
benar.
Minim dalam ibadah sesungguhnya sama
dengan menyiksa diri sendiri dan tidak menyayanginya. Dengan sebab itu, hati
akan sering gelisah, gampang putus asa, dan banyak lagi efek negative yang bias
muncul dari diri yang jauh dari Allah SWT.
Maka, sekali lagi, menyayangi diri harus
pula dilakukan dengan selalu memberinya makanan rohani (ghiza’ruhiy) yang
memadai, selain hal-hal yang lain.
Wallahu a’lam
TANYA JAWAB
Q :
Waalaikumsalam war. Wb Bunda.. Mengenai menjaga keindahan tubuh..hukum memakai
behel untuk estetika itu bagaimana ya Bun?
A : Tidak
dibenarkan mb... akan dibenarkan jika untuk kesehatan. Allah sudah berikan yang
terbaik untuk kita sesuai dengan diri kita
Alhamdulillah,
kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan
berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala
yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah
langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan
do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asayahadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment