Resume
Kajian Hamba Allah Grup Ikhwan
Tanggal :
27/11/2017 | 8 Rabiul Awal 1439 H
Narasumber :
Ustadz Syaikhul Muqorobin
Tema : Adab dalam Saling Menasehati
Editor : Sapta
==========================
Saling
menasehati merupakan ciri keislaman yang sempurna. Bahkan, seseorang senantiasa
berada dalam kerugian kecuali ia melengkapi iman dan amal sholihnya dengan
perbuatan saling menasehati.
وَالْعَصْرِ
إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي
خُسْرٍ
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
"Demi
masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." (QS.
Al-'Ashr: 1-3)
Dalam ayat
yang lain, Allah Ta`ala menunjukkan bahwa menasehati (amar ma`ruf nahy munkar)
sebagai ciri utama umat terbaik;
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ
لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ
ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
" Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS.
Ali-Imran: 110)
Dalam
menghidupkan budaya saling menasehati, ada beberapa adab yang perlu
diperhatikan.
1. Ikhlash
mengharap ridho Allah
“Sesungguhnya
setiap amal itu bergantung kepada niatnya dan sesungguhnya setiap orang itu
hanya akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang
hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya (dinilai) kepada Allah dan
Rasul-Nya, dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang hendak diraihnya
atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka (hakikat) hijrahnya itu
hanyalah kepada apa yang menjadi tujuan hijrahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Memberi
nasihat bukan karena ingin terlihat pintar, ingin menang, atau mempermalukan
orang lain, tapi karena memang inilah perintah Allah. Maka tujuannya harus
ridho Allah.
2. Berbekal
ilmu
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ
لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ
كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
"Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya." (QS. Al-Isra': 36)
Cukuplah
kita menyampaikan nasihat dari apa-apa yang kita pahami, dan hendaklah kita
menahan diri dari menasehati dengan apa yang kita tidak pahami. Terlebih di
zaman medsos ketika hoax begitu banyak tersebar, hendaklah kita berhati2.
3. Dilakukan
secara rahasia
Al Hafizh Ibnu
Rajab berkata: “Apabila para salaf hendak memberikan nasehat kepada
seseorang, maka mereka menasehatinya secara rahasia… Barangsiapa yang
menasehati saudaranya berduaan saja maka itulah nasehat. Dan barangsiapa yang
menasehatinya di depan orang banyak maka sebenarnya dia mempermalukannya.”
(Jami’ Al ‘Ulum wa Al Hikam, halaman 77)
Hikmah dari
nasihat secara rahasia adalah menghindarkan hadirnya niat lain dalam menasehati
(niat ujub, mempermalukan orang dan lain-lain). Namun adakalanya nasihat
diberikan secara terang-terangan jika kondisinya membutuhkan hal tersebut.
4. Sesuai
waktunya
Ibnu Mas’ud
pernah bertutur: “Sesungguhnya adakalanya hati bersemangat dan mudah
menerima, dan adakalanya hati lesu dan mudah menolak. Maka ajaklah hati saat
dia bersemangat dan mudah menerima dan tinggalkanlah saat dia malas dan mudah
menolak.” (Al Adab Asy Syar’iyyah, Ibnu Muflih)
Termasuk
juga dalam adab memilih waktu, terkadang menjadikan nasihat harus disampaikan
secara terbuka di depan umum, seperti ketika Nabi shallallahu `alayhi wasallam
menasehati sahabat Sulaik al Ghatafani yang tidak sholat tahiyatul masjid dan
langsung duduk, maka Nabi saw menegurnya saat itu juga, karena memang itulah
waktu yang tepat.
Dan masih
banyak dalil lain yang terkadang menuntut diberikannya nasihat secara terbuka.
5. Memakai
perkataan yang lembut
Nabi
shallallaahu ‘alayhi wa sallam bersabda,
إِنَّ الرِّفْقَ لاَ
يَكُونُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Setiap
sikap kelembutan yang ada pada sesuatu, pasti akan menghiasinya. Dan tidaklah
ia dicabut dari sesuatu, kecuali akan memperburuknya. (HR.
Muslim)
Kelembutan
akan menghiasi nasihat, sedangkan tanpa kelembutan nasihat akan terlihat buruk.
6. Sabar
dalam menasehati dan tidak memaksa
Ibnu Hazm
Azh Zhahiri mengatakan: “Janganlah kamu memberi nasehat dengan mensyaratkan
nasehatmu harus diterima. Jika kamu melanggar batas ini, maka kamu adalah
seorang yang zhalim…” (Al Akhlaq wa As Siyar, halaman 44)
Namun, bila
memang ada keimanan dalam diri seseorang niscaya akan ada bekas dari suatu
nasihat dalam dirinya kelak.
Karena itu
hendaklah kita bersabar dalam menasehati, karena tugas utama kita adalah
menasehatinya, bukan memaksanya.
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَىٰ
تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
"Dan
tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi
orang-orang yang beriman." (QS Adz-Dzariyat: 55)
Wallahu
a`lam
Wallahul
musta`an
~~~~~~~~~~~~~~~~
Selanjutnya,
marilah kita tutup kajian kita dengan bacaan istighfar 3x
Doa robithoh
dan kafaratul majelis
Astaghfirullahal'
adzim 3x
Do'a
Rabithah
Allahumma
innaka ta'lamu anna hadzihil qulub,
qadijtama-at
'alaa mahabbatik,
wal taqat
'alaa tha'atik,
wa
tawahhadat 'alaa da'watik,
wa ta ahadat
ala nashrati syari'atik.
Fa
watsiqillahumma rabithataha,
wa adim
wuddaha,wahdiha subuulaha,wamla'ha binuurikal ladzi laa yakhbu,
wasy-syrah
shuduroha bi faidil imaanibik,
wa jami'
lit-tawakkuli 'alaik,
wa ahyiha bi
ma'rifatik,
wa amitha
'alaa syahaadati fii sabiilik...
Innaka
ni'mal maula wa ni'man nashiir.
Artinya :
Ya Allah,
sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa sesungguhnya hati-hati kami ini,
telah
berkumpul karena cinta-Mu,
dan berjumpa
dalam ketaatan pada-Mu,
dan bersatu
dalam dakwah-Mu,
dan berpadu
dalam membela syariat-Mu.
Maka ya
Allah, kuatkanlah ikatannya,
dan
kekalkanlah cintanya,
dan
tunjukkanlah jalannya,
dan
penuhilah ia dengan cahaya yang tiada redup,
dan
lapangkanlah dada-dada dengan iman yang berlimpah kepada-Mu,
dan indahnya
takwa kepada-Mu,
dan hidupkan
ia dengan ma'rifat-Mu,dan matikan ia dalam syahid di jalan-Mu.
Sesungguhnya
Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.
Aamiin...
DOA PENUTUP MAJELIS
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ
إِلَيْكَ
Subhanaka
Allahuma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu
ilaik.Artinya:“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi
bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Aamiin ya Rabb.
======================
Website:
www.hambaAllah.net
FanPage :
Kajian On line-Hamba Allah
FB : Kajian
On Line-Hamba Allah
Twitter:
@kajianonline_HA
IG:
@hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment