Kajian Online Hamba Allah Ummi G-3
Hari/Tgl : Senin 11 September 2017
Materi : Dosa-dosa Istri Yang Terlupakan
Narasumber : Ustadz Cipto
Waktu kajian : Ba'da ashar -
selesai
Editor : Sapta
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
MATERI
Dengan dalil dari Al-Ma'arij 70:13
وَفَصِيلَتِهِ ٱلَّتِى تُـْٔوِيهِ
“dan keluarga yang melindunginya (di
dunia),”
Juga dalam At-Tahrim 66:6
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا
يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman!
Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang
tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Nah kali ini bahasan diskusi kita seputar
diri masing-masing personel keluarga, atas masukan dari berbagai pihak (admin)
tentang kesalahan-kesalahan istri yang berpotensi menjadi dosa.
Dari artikel dan dari berbagai sumber
kesalahan seorang istri sebagai berikut :
1. Menuntut keluarga yang ideal dan
sempurna
Sebelum menikah, seorang wanita
membayangkan pernikahan yang begitu indah, kehidupan yang sangat romantis
sebagaimana ia baca dalam novel maupun ia saksikan dalam sinetron-sinetron.
Ia memiliki gambaran yang sangat ideal
dari sebuah pernikahan. Kelelahan yang sangat, cape, masalah keuangan, dan
segudang problematika di dalam sebuah keluarga luput dari gambaran nya. Ia
hanya membayangkan yang indah-indah dan enak-enak dalam sebuah perkawinan.
Akhirnya, ketika ia harus menghadapi semua
itu, ia tidak siap. Ia kurang bisa menerima keadaan, hal ini terjadi
berlarut-larut, ia selalu saja menuntut suaminya agar keluarga yang mereka bina
sesuai dengan gambaran ideal yang senantiasa ia impikan sejak muda.
Seorang wanita yang hendak menikah,
alangkah baiknya jika ia melihat lembaga perkawinan dengan pemahaman yang utuh,
tidak sepotong-potong, romantika keluarga beserta problematika yang ada di
dalamnya.
2. Nusyus (tidak taat kepada suami)
Nusyus adalah sikap membangkang, tidak
patuh dan tidak taat kepada suami. Wanita yang melakukan nusyus adalah wanita
yang melawan suami, melanggar perintahnya, tidak taat kepadanya, dan tidak
ridha pada kedudukan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah tetapkan untuknya.
Nusyus memiliki beberapa bentuk,
diantaranya adalah:
1. Menolak ajakan suami ketika mengajaknya
ke tempat tidur, dengan terang-terangan maupun secara samar.
2. Mengkhianati suami, misalnya dengan
menjalin hubungan gelap dengan pria lain.
3. Memasukkan seseorang yang tidak
disenangi suami ke dalam rumah
4. Lalai dalam melayani suami
5. Mubazir dan menghambur-hamburkan uang
pada yang bukan tempatnya
6. Menyakiti suami dengan tutur kata yang
buruk, mencela, dan mengejeknya
7. Keluar rumah tanpa izin suami
8. Menyebarkan dan mencela rahasia-rahasia
suami.
Seorang istri shalihah akan senantiasa
menempatkan ketaatan kepada suami di atas segala-galanya. Tentu saja bukan
ketaatan dalam kedurhakaan kepada Allah, karena tidak ada ketaatan dalam
maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia akan taat kapan pun, dalam situasi
apapun, senang maupun susah, lapang maupun sempit, suka ataupun duka. Ketaatan
istri seperti ini sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan cinta dan
memelihara kesetiaan suami.
3. Tidak menyukai keluarga suami
Terkadang seorang istri menginginkan agar
seluruh perhatian dan kasih sayang sang suami hanya tercurah pada dirinya. Tak
boleh sedikit pun waktu dan perhatian diberikan kepada selainnya. Termasuk juga
kepada orang tua suami. Padahal, di satu sisi, suami harus berbakti dan
memuliakan orang tuanya, terlebih ibunya.
Salah satu bentuknya adalah cemburu
terhadap ibu mertuanya. Ia menganggap ibu mertua sebagai pesaing utama dalam
mendapatkan cinta, perhatian, dan kasih sayang suami. Terkadang, sebagian istri
berani menghina dan melecehkan orang tua suami, bahkan ia tak jarang berusaha
merayu suami untuk berbuat durhaka kepada orang tuanya. Terkadang istri sengaja
mencari-cari kesalahan dan kelemahan orang tua dan keluarga suami, atau membesar-besarkan
suatu masalah, bahkan tak segan untuk memfitnah keluarga suami.
Ada juga seorang istri yang menuntut
suaminya agar lebih menyukai keluarga istri, ia berusaha menjauhkan suami dari
keluarganya dengan berbagai cara.
Ikatan pernikahan bukan hanya menyatukan
dua insan dalam sebuah lembaga pernikahan, namun juga ‘pernikahan antar
keluarga’. Kedua orang tua suami adalah orang tua istri, keluarga suami adalah
keluarga istri, demikian sebaliknya. Menjalin hubungan baik dengan keluarga
suami merupakan salah satu keharmonisan keluarga. Suami akan merasa tenang dan
bahagia jika istrinya mampu memposisikan dirinya dalam kelurga suami. Hal ini
akan menambah cinta dan kasih sayang suami.
4. Tidak menjaga penampilan
Terkadang, seorang istri berhias,
berdandan, dan mengenakan pakaian yang indah hanya ketika ia keluar rumah,
ketika hendak bepergian, menghadiri undangan, ke kantor, mengunjungi saudara
maupun teman-temannya, pergi ke tempat perbelanjaan, atau ketika ada acara
lainnya di luar rumah. Keadaan ini sungguh berbalik ketika ia di depan
suaminya. Ia tidak peduli dengan tubuhnya yang kotor, cukup hanya mengenakan
pakaian seadanya: terkadang kotor, lusuh, dan berbau, rambutnya kusut masai, ia
juga hanya mencukupkan dengan aroma dapur yang menyengat.
Jika keadaan ini terus menerus dipelihara
oleh istri, jangan heran jika suami tidak betah di rumah, ia lebih suka
menghabiskan waktunya di luar ketimbang di rumah. Semestinya, berhiasnya dia
lebih ditujukan kepada suami Janganlah keindahan yang telah dianugerahkan oleh
Allah diberikan kepada orang lain, padahal suami nya di rumah lebih berhak
untuk itu.
5. Kurang berterima kasih
Tidak jarang, seorang suami tidak mampu
memenuhi keinginan sang istri. Apa yang diberikan suami jauh dari apa yang ia
harapkan. Ia tidak puas dengan apa yang diberikan suami, meskipun suaminya
sudah berusaha secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan
keinginan-keinginan istrinya.
Istri kurang bahkan tidak memiliki rasa
terima kasih kepada suaminya. Ia tidak bersyukur atas karunia Allah yang
diberikan kepadanya lewat suaminya. Ia senantiasa merasa sempit dan kekurangan.
Sifat qona’ah dan ridho terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya sangat jauh
dari dirinya.
Seorang istri yang shalihah tentunya mampu
memahami keterbatasan kemampuan suami. Ia tidak akan membebani suami dengan
sesuatu yang tidak mampu dilakukan suami. Ia akan berterima kasih dan
mensyukuri apa yang telah diberikan suami. Ia bersyukur atas nikmat yang
dikaruniakan Allah kepadanya, dengan bersyukur, insya Allah, nikmat Allah akan
bertambah.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti
Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.”
6. Mengingkari kebaikan suami
“Wanita merupakan mayoritas penduduk
neraka.”
Demikian disampaikan Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah shalat gerhana ketika terjadi gerhana
matahari.
Ajaib !! wanita sangat dimuliakan di mata
Islam, bahkan seorang ibu memperoleh hak untuk dihormati tiga kali lebih besar
ketimbang ayah. Sosok yang dimuliakan, namun malah menjadi penghuni mayoritas
neraka. Bagaimana ini terjadi?
“Karena kekufuran mereka,” jawab
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika para sabahat bertanya mengapa
hal itu bisa terjadi. Apakah mereka mengingkari Allah?
Bukan, mereka tidak mengingkari Allah,
tapi mereka mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah diperbuat
suaminya. Andaikata seorang suami berbuat kebaikan sepanjang masa, kemudian
seorang istri melihat sesuatu yang tidak disenanginya dari seorang suami, maka
si istri akan mengatakan bahwa ia tidak melihat kebaikan sedikitpun dari
suaminya. Demikian penjelasan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam
hadits yang diriwayatkan Bukhari (5197).
Mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan
yang telah dilakukan suami!!
Inilah penyebab banyaknya kaum wanita
berada di dalam neraka. Mari kita lihat diri setiap kita, kita saling
introspeksi , apa dan bagaimana yang telah kita lakukan kepada suami-suami
kita?
Jika kita terbebas dari yang demikian,
alhamdulillah. Itulah yang kita harapkan. Berita gembira untukmu wahai
saudariku.
Namun jika tidak, kita (sering)
mengingkari suami, mengingkari kebaikan-kebaikannya, maka berhati-hatilah
dengan apa yang telah disinyalir oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Bertobat, satu-satunya pilihan utuk terhindar dari pedihnya siksa neraka.
Selama matahari belum terbit dari barat, atau nafas telah ada di kerongkongan,
masih ada waktu untuk bertobat. Tapi mengapa mesti nanti? Mengapa mesti
menunggu sakaratul maut?
Janganlah engkau katakan besok dan besok
wahai saudariku; kejarlah ajalmu, bukankah engkau tidak tahu kapan engkau
akan menemui Robb mu?
“Tidaklah seorang isteri yang menyakiti
suaminya di dunia, melainkan isterinya (di akhirat kelak): bidadari yang
menjadi pasangan suaminya (berkata): “Jangan engkau menyakitinya, kelak kamu
dimurkai Allah, seorang suami begimu hanyalah seorang tamu yang bisa segera
berpisah dengan kamu menuju kami.” (HR. At Tirmidzi, hasan)
Wahai saudariku, mari kita lihat, apa yang
telah kita lakukan selama ini , jangan pernah bosan dan henti untuk introspeksi
diri, jangan sampai apa yang kita lakukan tanpa kita sadari membawa kita
kepada neraka, yang kedahsyatannya tentu sudah Engkau ketahui.
Jika suatu saat, muncul sesuatu yang tidak
kita sukai dari suami; janganlah kita mengingkari dan melupakan semua kebaikan
yang telah suami kita lakukan.
“Maka lihatlah kedudukanmu di sisinya.
Sesungguhnya suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR.Ahmad)
7. Mengungkit-ungkit kebaikan
Setiap orang tentunya memiliki kebaikan,
tak terkecuali seorang istri. Yang jadi masalah adalah jika seorang istri
menyebut kebaikan-kebaikannya di depan suami dalam rangka mengungkit-ungkit
kebaikannya semata.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan
si penerima).” [Al Baqarah: 264]
Abu Dzar radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan,
bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Ada tiga kelompok
manusia dimana Allah tidak akan berbicara dan tak akan memandang mereka pada
hari kiamat. Dia tidak mensucikan mereka dan untuk mereka adzab yang pedih.” Abu
Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengatakannya sebanyak tiga kali.” Lalu Abu Dzar bertanya, “Siapakah mereka
yang rugi itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang menjulurkan kain
sarungnya ke bawah mata kaki (isbal), orang yang suka mengungkit-ungkit
kebaikannya dan orang yang suka bersumpah palsu ketika menjual. ” [HR.
Muslim]
8. Sibuk di luar rumah
Seorang istri terkadang memiliki banyak
kesibukan di luar rumah. Kesibukan ini tidak ada salahnya, asalkan mendapat
izin suami dan tidak sampai mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya.
Jangan sampai aktivitas tersebut
melalaikan tanggung jawab nya sebagai seorang istri. Jangan sampai amanah yang
sudah dipikulnya terabaikan.
Ketika suami pulang dari mencari nafkah,
ia mendapati rumah belum beres, cucian masih menumpuk, hidangan belum siap,
anak-anak belum mandi, dan lain sebagainya. Jika hni terjadi terus menerus,
bisa jadi suami tidak betah di rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di
luar atau di kantor.
9. Cemburu buta
Cemburu merupakan tabiat wanita, ia
merupakan suatu ekspresi cinta. Dalam batas-batas tertentu, dapat dikatakan
wajar bila seorang istri merasa cemburu dan memendam rasa curiga kepada suami
yang jarang berada di rumah. Namun jika rasa cemburu ini berlebihan, melampaui
batas, tidak mendasar, dan hanya berasal dari praduga; maka rasa cemburu ini
dapat berubah menjadi cemburu yang tercela.
Cemburu yang disyariatkan adalah
cemburunya istri terhadap suami karena kemaksiatan yang dilakukannya, misalnya:
berzina, mengurangi hak-hak nya, menzhaliminya, atau lebih mendahulukan istri
lain ketimbang dirinya. Jika terdapat tanda-tanda yang membenarkan hal ini,
maka ini adalah cemburu yang terpuji. Jika hanya dugaan belaka tanpa fakta dan
bukti, maka ini adalah cemburu yang tercela.
Jika kecurigaan istri berlebihan, tidak
berdasar pada fakta dan bukti, cemburu buta, hal ini tentunya akan mengundang
kekesalan dan kejengkelan suami. Ia tidak akan pernah merasa nyaman ketika ada
di rumah. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, kejengkelannya akan dilampiaskan
dengan cara melakukan apa yang disangkakan istri kepada dirinya.
10. Kurang menjaga perasaan suami
Kepekaan suami maupun istri terhadap
perasaan pasangannya sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya konflik,
kesalahpahaman, dan ketersinggungan. Seorang istri hendaknya senantiasa
berhati-hati dalam setiap ucapan dan perbuatannya agar tidak menyakiti perasaan
suami, ia mampu menjaga lisannya dari kebiasaan mencaci, berkata keras, dan
mengkritik dengan cara memojokkan. Istri selalu berusaha untuk menampakkan
wajah yang ramah, menyenangkan, tidak bermuka masam, dan menyejukkan ketika
dipandang suaminya.
Demikian beberapa kesalahan-kesalahan
istri yang terkadang dilakukan kepada suami yang seyogyanya kita hindari agar
suami semakin sayang pada setiap istri. Semoga keluarga kita menjadi keluarga
yang sakinah, mawadah, warohmah.
amin…
~~~~~~
Artikel ini dapat dilihat pada link sbb :
Eramuslim.com - Media Islam Rujukan
Diantara tujuan pembahasan ini adalah tuk
menumbuhkan kesadaran para istri.... sisi lain pihak suami pun punya kesalahan-kesalahan
yang juga berpotensi dosa... namun karena forum ini banyak para umahat maka
kita bahas agar jadi bahan introspeksi diri.
=============
TANYA JAWAB
T : Saya mau bertanya ustadz, kalau
seorang istri memberi saran yang bagus tapi tidak diindahkan oleh suami, karena
suami lebih memilih saran dari teman-temannya itu bagaimana?
J : Sifat saran itu ya masukan mau dipakai
atau tidak terserah yang menjalankan. Kaidahnya tak perlu memaksakan saran atau
kehendak kita, penyertaan argumentasi dan dalil penting namun tetap keputusan
pada yang melaksanakan
T : Terkadang masalah penampilan juga ustadz,
mau pergi undangan nih, saya sudah siap, tapi Beliau pengennya saya memakai
jilbab yang saya kurang nyaman, sehingga timbul lah percekcokan bagaimana
mensiasatinya ustadz?
J : Ahsan dituruti, cari cara untuk
menyamankan diri, sudah kerasa khan kalau tidak nurut malah terjadi cekcok, ketidaknyamanannya
malah berujung panjang, jadi mengalahlah, niatkan untuk menurut dan taat kepada
suami agar Allah ridho.
T : Materinya sangat bagus, sebagai
seorang istri pasti punya banyak kekurangan, lalu bagaimana ketika kita
berusaha untuk menjadi istri yang taat tetapi tidak berbanding lurus dengan
perlakuan suami, misalnya dalam beribadah, ketika suami masih sering lalai dalam
beribadah sehingga menimbulkan kedongkolan dalam hati, bukankah suami punya
kewajiban untuk mengajari istri dalam masalah agama, atau bagaimana ya ustad?
Jadi bingung?!
J : Naam terus perbaiki diri lebih
baik....terkadang perubahan sikap suami adalah dari ketaatan kita. Saya pribadi
bahkan sering menyampaikan, saya akan tunduk pada wanita yang taat padamu dalam
kebaikan tentunya. Komunikasi dan fiqh dakwah keluarga perlu dipelajari, bersabar
dengan kelakuan suami bunda bisa jadi sebuah wasilah terbukanya hidayah pada
suami kita, titik penting hal ini adalah komunikasi.
Kumpul keluarga dan tarbiyah islamiyah
keluarga harus diperhatikan, mendidik anak kadang bisa jadi bagian untuk
melibatkan dan merubah suami menjadi lebih, ajak anak-anak untuk belajar pada
ayahnya, insya Allah ayah yang baik akan bersiap-siap dan belajar.
T : Saya mau bertanya ustadz, bolehkah
seorang istri menolak ajakan suami untuk tinggal dengan mertua dikarenakan
istri tidak nyaman dengan sifat mertua dan disana banyak ipar laki-laki?
J : Laa.....ikut selama tidak ada
kemaksiyatan wajib ikut... tinggal pengaturan teknis.... dan ahsan
komunikasikan dengan baik kepada suami terkait ketidak nyamanan, cari juga
solusi jangan hanya menuntut ya, tapi prinsip dasar wajib nurut selama tidak dalam
bermaksiyat kepada Allah.
T : Anne ijin bertanya ustadz, bolehkan
penghasilan istri disedekahkan atau dibelanjakan tanpa sepengetahuan suami,
misalnya membelikan orang tua baju? Dan terkait kalau istri bekerja bagaimana
supaya menjaga batas sehingga suami tidak curiga atau sebaliknya? Terima kasih.
J : Penghasilan istri adalah harta milik
istri, pengaturannya menjadi hak penuh istri dan harus terpahamkan dan ter-komunikasi-kan
dengan baik kepada suami. Karena itu hak istri tak ada batas hanya ahsan
dikomunikasikan.
T : Ijin bertanya ustadz. Apakah boleh
kalau suami memberi apa-apa terhadap keluarganya secara sembunyi-sembunyi?
Ketika ditanya kenapa bagitu jawabnya tidak enak sama istrinya. (permintaan keluarganya
banyak ustadz), Itu bagaimana ya ustadz?
J : Kalau ke ibu atau orangtua wajib
dahulukan, istri perlu bantu suami dalam berbakti kepada orangtuanya. Adapun ke
keluarganya yg lain tidak menjadi kewajiban hanya bersifat infak atau
sedekah.... tidak harus dipenuhi semua.... sampaikan dan komunikasikan dengan
baik.
T : Ijin bertanya ustadz, jika kita
sedekah tanpa bertanya pada suami dosa tidak? Dan apakah benar dalam islam tidak
ada harta gono gini, kalau iya rugi dong istri yang di cerai jika penyebab
perceraian adalah perselingkuhan, enak di istri muda dong ustadz? Sekian dan terimakasih
untuk waktu dan jawabannya ustadz.
J : Kalau harta yang disedekahkam adalah
harta milik istri silahkan... termasuk pemberian atau nafkah yang diberikan
sama suami untuk istri menjadi hak penuh istri mengeluarkannya. Ada materi lain
sebenernya perihal nafkah ini.... maybe next kita bahas ya.
Memang bukan gono gini sih....Harta istri
baik sebelum atau sesudah menikah adalah menjadi hak penuh istri. Adapun jika
istri bekerja itupun syarat dan ketentuan berlaku sebenernya. Hasil pekerjaan
istri untuk membantu mencukupi kebutuhan keluarga adalah bagian dari sedekah
istri dan amal sholehnya membantu suami.... pun tidak untuk kebutuhan keluarga
itu haknya.... islam mengatur tentang hak dan kewajiban ini kok, hanya sering
diistilahkan gono gini dan sering tidak pas.
T : Afwan ustadz, bagaimana hukumnya
bila suami melarang istri tarbiyah? (Menuntut ilmu syar'i?)
J : Tanya saja dasarnya kenapa
melarang..... secara umum.... itu hak suami. Perlu latihan komunikasi.... atau
bisa jadi suaminya juga tidak tarbiyah.... coba diajak lah.
T : Kalau istri yang merasa tersinggung
dengan perkataan suami terus istrinya melayani segala keperluannya tapi dengan
mendiamkan (tanpa bicara)...itu juga dosa ya ustadz?
J : Manusiawi kok bunda... tapi tetap
ada batasnya ya.... tetap layani dengan baik sebaik mungkin.... jadi teringat
rasulullah dan bunda aisyah, kalau marah rasulullah bisa mengenali aisyah
sedang marah.... bunda aisyah kalau marah "demi Allah tuhannya
ibrahim", tak apa berdiam diri agar suami juga tau.
T : afwan ijin bertanya ustadz, seorang
suami tiap bulan menyumbang uang lumayan, banyak untuk membangun rumah
peninggalan orang tuanya. Kedua orang tuanya sudah meninggal. Dan dia bersama saudara-saudara berencana, makin
memperbagus rumah tersebut, padahal tidak punya tabungan sama sekali untuk masa
depan pendidikan anak-anaknya. Bagaimana hal ini, menurut islam? Syukron
J : Ahsan berbakti kepada orang tua
memang perlu di dorong terutama oleh seorang istri kepada suaminya, karena
insya Allah kelak para istri dan bunda juga akan beroleh hal yg sama dari putra-putrinya.
Adapun terkait teknis berbakti ada berbagai cara.... termasuk merawat
penginggalan orangtua, tapi itu bukan perkara yang terlalu urgent.... masih bisa
diatur prioritasnya. Juga terkait dengan kesiapan dan kesanggupan kalau sudah
berjanji.
Nah ttg pendidikan anak dan dananya, ini
pun bisa jadi sebuah hal yang prioritas dan perlu pengaturan.... ahsan jangan
dibentur-benturkan.... yang diperlukan adalah pengaturan dan prinsip
tawazun..... ingatkan saja kepada suami terkait kesanggupan dan juga ada
kewajiban lain yang juga harus ditanggung.... jadi jangan di feit a compli atau
di tabrakan dua hal kebaikan.... wallahu alam
~~~~~~~~~~~
Kita tutup dengan membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa Kafaratul Majelis :
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت
أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu
allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan
memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan
diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum warahmatullaahi
wabarakaatuh
================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage : Kajian On line-Hamba Allah
FB : Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment