Home » , , » PENTINGNYA MENJAGA LISAN

PENTINGNYA MENJAGA LISAN

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Thursday, April 19, 2018


Image result for menjaga lisan
Rekap Materi Kajian Online Ummi G1
Hari/Tanggal: Selasa, 3 April 2018
Materi: Pentingnya Menjaga Lisan
Narsum: Ustadz Hizbullah Zein
Editor: Sapta
====================





Lisan merupakan satu dari sekian banyak nikmat Allah yang sangat besar kepada hambanya. siapa yang menyukurinya akan selamat dan siapa yang mengingkarinya akan binasa.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

إن العبد ليتكلم بالكلمة من رضوان الله , لا يلقي لها بالا , يرفعه الله بها درجات , و إن العبد ليتكلم بالكلمة من سخط الله , لا يلقي لها بالا يهوي بها في جهنم

“Sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan keridhoan Allah, namun dia menganggapnya ringan, karena sebab perkataan tersebut Allah meninggikan derajatnya. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, dan karena sebab perkataan tersebut dia dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bentuk kesyukuran seorang hamba dengan lisannya adalah dengan mengucapkan kata-kata yang makruf atau baik dan bentuk kekufuran adalah dengan menggunakan untuk mengucapkan hal-hal yang batil.

Kewajiban  Menjaga Lisan

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka katakanlah perkataan yang baik atau jika tidak maka diamlah.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Imam Asy-Syafi’i menjelaskan makna hadits di atas adalah, “Jika engkau hendak berkata maka berfikirlah terlebih dahulu, jika yang nampak adalah kebaikan maka ucapkanlah perkataan tersebut, namun jika yang nampak adalah keburukan atau bahkan engkau ragu-ragu maka tahanlah dirimu (dari mengucapkan perkataan tersebut).” (Asy-Syarhul Kabir ‘alal Arba’in An-Nawawiyyah)

Allah Ta’ala berfirman:

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra: 36)
Ibnu katsir menjelaskan makna ayat di atas adalah sebagai larangan untuk berkata-kata tanpa ilmu. (Tafsir Ibnu Katsir)

Bahaya Tidak Menjaga Lisan

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu ketika beliau bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang amalan yang dapat memasukkannya ke dalam surga dan menjauhkannya dari neraka.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tentang rukun iman dan beberapa pintu-pintu kebaikan.
 Kemudian Rasulullah  berkata kepadanya: “Maukah kujelaskan kepadamu tentang hal yang menjaga itu semua?” kemudian beliau memegang lisannya dan berkata: “Jagalah ini”. maka aku (Mu’adz) tanyakan: “Wahai Nabi Allah, apakah kita akan disiksa dengan sebab perkataan kita?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Semoga ibumu kehilanganmu! (sebuah ungkapan agar perkataan selanjutnya diperhatikan). Tidaklah manusia tersungkur di neraka di atas wajah mereka atau di atas hidung mereka melainkan dengan sebab lisan mereka.” (HR. At-Tirmidzi)

Rasululah Bersabda: Sesungguhnya yang paling banyak memasukan manusia dalam neraka adalah: Mulut dan kemaluan

Keutamaan menjaga lisan

من يضمن لي ما بين لحييه وما بين رجليه أضمن له الجنة
“Barangsiapa yang mampu menjamin untukku apa yang ada di antara kedua rahangnya (lisan) dan apa yang ada di antara kedua kakinya (kemaluan) aku akan menjamin baginya surga.” (HR. Bukhari)

Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًايُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenengan yang besar” [Al-Ahzab : 70-71]

Abu Darda berkata : “Perlakukan telinga dan mulutmu dengan obyektif. Sesungguhnya diciptakan dua telinga dan satu mulut, agar kamu lebih banyak mendengar dari pada berbicara.

“Ucapan yang baik adalah sedekah” HR. Muslim.

“Barang siapa yang mampu menjamin kepadaku antara dua kumisnya (kumis dan jenggot), dan antara dua pahanya, saya jamin dia masuk sorga” HR. Al Bukhari

“Tidak akan istiqamah iman seorang hamba sehingga istiqamah hatinya. Dan tidak akan istiqamah hati seseorang sehingga istiqamah lisannya” HR Ahmad

Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang bisa menjaga mulutnya, Allah akan tutupi keburukannya” HR. Abu Nuaim.


DOSA DOSA AKIBAT LISAN

Berlebihan dalam berbicara

Rasulullah SAW bersabda: “Beruntunglah orang yang dapat menahan kelebihan bicaranya, dan menginfakkan kelebihan hartanya “ HR. Al Baghawiy.

Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu berkata: siapa yang banyak bicaranya akan banyak kesalahannya, siapa yang banyak salahnya akan banyak dosanya. Siapa yang banyak dosa maka neraka tempat kembalinya. 

Berbicara sesuatu yang tidak perlu

Rasulullah SAW bersabda : “Di antara ciri kesempurnaan Islam seseorang adalah ketika ia mampu meninggalkan sesuatu yang tidak ia perlukan” (HR At Tirmidziy)

Termasuk terlibat dalam pembicaraan yang tidak perlu, tidak bermanfaat tapi justru menghabiskan waktu. Akan lebih baik jika waktu yang ada dialihkan untuk aktifitas yang lebih produktif.

Terlibat dalam pembicaraan yang batil

Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya ada seseorang yang berbicara dengan ucapan yang Allah murkai, ia tidak menduga akibatnya, lalu Allah catat itu dalam murka Allah hingga hari kiamat” HR Ibn Majah.

Berkata kotor, jorok dan caci maki

Nabi bersabda : “Orang mukmin bukanlah orang yang suka menghujat, mengutuk, berkata keji dan jorok” HR. At Tirmidziy.

Ada seorang A’rabiy (pedalaman) meminta wasiat kepada Nabi : Sabda Nabi : “Bertaqwalah kepada Allah, jika ada orang yang mencela kekuranganmu, maka jangan kau balas dengan mencela kekurangannya. Maka dosanya ada padanya dan pahalanya ada padamu. Dan janganlah kamu mencaci maki siapapun. Kata A’rabiy tadi : “Sejak itu saya tidak pernah lagi mencaci maki orang”.  HR. Ahmad.

Mencela dan menghina

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka yang diolok-olok lebih baik dari mereka yang mengolok-olok  dan janganlah pula wanita-wanita mengolok-olok wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita yang diolok-olok itu lebih baik dari yang mengolok-olok “ QS. 49:11
Janji palsu

Rasulullah SAW bersabda : “ada tiga hal yang jika ada pada seseorang maka dia adalah munafiq, meskipun puasa, shalat, dan mengaku muslim. Jika berbicara dusta, jika berjanji ingkar, dan jika dipercaya khiyanat” Muttafaq alaih dari Abu Hurairah

Bohong dalam berbicara dan bersumpah

Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya berbohong akan menyeret orang untuk curang. Dan kecurangan akan menyeret orang ke neraka. Dan sesungguhnya seseorang yang berbohong akan terus berbohong hingga ia dicatat di sisi Allah sebagai  pembohong” Muttafaq alaih.

Bercanda atau gurau yang membawa dosa

Rasullullah acapkali bercanda. Rasullullah saw. Bersabda:

إِنِّي أُحِبُّ الْمِزَاحَ وَلاَ أَقُوْلُ إِلاَّ حَقًّا

“Sesungguhnya saya (Nabi Muhammad saw) suka bersendagurau dan saya tidak akan mengatakan kecuali yang benar-benar.”

Seperti kisah Rasullullah bersama seorang nenek yang menanyakan apakah si dia (nenek) akan masuk surga. Dan dijawab Rasul saw, bahwa hanya orang muda saja penghuni syurga. Si nenek pun terkejut, dan akhirnya Rasullullah menerangkan bahwa biarpun orang tua akan menjadi muda kembali bila masuk surga.

Rasullullah saw. Bersabda: “Sesungguhnya engkau (hai ibu tua) tidak lagi berupa seorang tua-bangka pada waktu itu (yakni setelah masuk syurga). Karena Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung “. Maksudnya: tanpa melalui kelahiran dan langsung menjadi gadis. “Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan”

Adapun candaan yang berisi cerita dusta, hinaan, olok-olok atau menjatuhkan orang lain adalh haram dalam Islam.
Sering kali seseorang larut dalam candaan yang berisi kebohongan, dusta, fitnah, mengolok-olok hanya karena ingin membuat orang lain tertawa. Supaya dianggap lucu dan ramai.prilaku seperti ini sangat tercela dalam Islam dan harus dihindari oleh setiap Muslim.

Ghibah /Menceritakan keburukan orang lain

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ ﴿١٢﴾

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (buruk), karena setengahnya itu dosa, dan janganlah menyelidiki kesalahan orang lain, dan jangan pula setengah kamu menggunjing (ghibah) atas sebagian yang lainnya. Maukah seseorang di antara kamu makan daging saudaranya yang mati? Pasti kamu jijik (tidak mau). Bertaqwalah kepada Allah, bahwasannya Allah menerima taubat lagi Penyayang.”

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ : أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ : ذِكْرُكَ أَخَأكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ اَفَرَاَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنَّ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُولُ فَقَدِاغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ فَقَدْ بَهَتَهُ

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian apa itu ghibah ?” Para sahabat menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui. “Beliau berkata, “Ghibah ialah engkau menceritakan hal-hal tentang saudaramu yang tidak dia suka” Ada yang menyahut, “Bagaimana apabila yang saya bicarakan itu benar-benar ada padanya?” Beliau menjawab, “Bila demikian itu berarti kamu telah melakukan ghibah terhadapnya, sedangkan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada padanya, berarti kamu telah berdusta atas dirinya”

Pada intinya menceritakan keburukan orang lain tidak ada baiknya jika keburukan benar, maka ia masuk kategori ghiba. Ganjarannya dosa. Jika kuburukan yang diceritakan itu tidak benar, berarti masuk kategori fitnah dan bohong. Ganjarannya juga Dosa.

Para ulama memperbolehkan beberapa keadaan untuk menyampaikan keburukan seseorang tapi bukan tujuan untuk memojokkan melaikan untuk kemaslahatan. Misalnya, seorang yang diadili dipengadilah. Saksi yang dihadirkan boleh menyebutkan keburukan orang yang diadili tujuannya adalah untuk menegakkan kebenaran.

Mengadu domba atau menghasut

 Rasulullah bersabda:

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ

“Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.” (muttafaq alaihi).
Menghasut untuk melahirkan konflik antara satu orang dengan yang lain, atau antara satu golongan dengan yang lain, satu instansi dengan yang lain merupka perbuatan yang dibenci oleh Allah.

Bertanya untuk menjebak dan mempermalukan

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, menceritakan bahwasanya di mendengar Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda:

مَا نَهَيْتُكُمْ فَاجْتَنِبُوْهُ وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَائْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ إِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَثْرَةُ سُؤَالِهِمْ وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلىَ أَنْبِيَاءِهِمْ

“Apa yang aku larang kalian dari (mengerjakan)-nya maka jauhilah ia, dan apa yang aku perintahkan kalian untuk (melakukan)-nya maka lakukanlah sesuai dengan kemampuan kalian, karena sesungguhnya yang menghancurkan orang-orang yang sebelum kalian adalah karena banyaknya pertanyaan-pertanyaan mereka (yang mereka ajukan) dan perselisihan mereka dengan para Nabi-Nabi (yang diutus kepada) mereka“. (H.R.Bukhari dan Muslim).

Mempertanyakan sesuatu agar lebih memahami sehingga lebih sempurna dalam melaksanakan sebuah peritah adalah sesuatu yang terpuji.

Yang dimaksud orang-orang sebelum kalian dalam hadis ini adalah ummat sebelum ummat nabi Muhammad shallahu alai wasalam, seperti bani Israil, jika mendapat perintah mereka banyak tanya. Bertanya bukan untuk tujuan mengetahui dan memahami lebih dalam tapi untuk mencari celah agar tidak melaksakan perintah itu. Atau mendebat Nabinya karena enggan mengerjakan perintah Allah. Perilaku seperti ini juga banyak terjadi ditengah-tengah ummat Rasulullah shallalahu alaihi wassallam. Mereka menolak atau enggan melaksanakan perintah Allah lalu menghadirkan pertanyaan-pertanyaan yang mereka bungkus dengan istilah- istilah ilmiah. Menghadirkan argumentasi argmentasi sok intelek tapi pada intinya mereka berusaha mengaburkan hukum hukum dengan kemampuan mereka bersilat lidah.

Menceritakan semua yang didengar sebelum tabayyun

 Dari Abu hurairah radiallahu ‘anhu,sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Cukuplah seseorang itu dikatakan sebagai pendusta ketika dia menyampaikan setiap apa yang dia dengarkan.”   (HR.Muslim dan Abu Dawud)

Seorang muslim jika mendapat berita hendaknya memastikan kebenaran berita tersebut agar tidak timbul fitnah dan kedustaan sebelum menceritakan kepada yang lain. Persebaran berita yang di era modern ini lebih cepat dari pada hembusan angin. Maka kita sebagai seorang muslim hendaknya lebih berhati-hati agar tidak masuk dalam kategori pendusta karena terlalu mudah membagi informasi tanpa tabayyun.


LISAN ERA MODERN

Saat ini, ‘Lisan era modern’ telah banyak beredar dimana-mana, di saku dan di tas setiap muslim. peran lidah banyak tergantikan oleh Medsos yang kita genggam. HP, Lapotop, Komputer melalui media sosial yang kita instal telah memainkan peran lidah maka hendaknya kita lebih berhati-hati. Dosa-dosa lidah yang disebutkan oleh hadis-hadits di atas bisa dikerjakan oleh siapapun tanpa harus berucap. Fitnah, dusta, adu domba ghibah bisa dilakukakn cukup dengan ketik, klick, share tanpa harus buka mulut.

Maka setiap muslim harus menyadari bahwa pertanggung jawaban kelak dihadapan Allah akan bertambah. Selain mempertanggung jawabkan lidah (anggata tubuh), kita pun akan dimintai pertanggung jawab tentang lidah  era modern yang kita miliki.

Penutup

Agar kelak selamat  dari besarnya pertanggung jawaban lidah yang tak bertulang ,  Jadikan hadis nabi ini ‘alarm’ dalam aktifitas sehari-hari kita. Ingatkan diri sebelum berucap, sebelum ketik, sebelum klick dan sebelum share apapun.

انّ اكثر ما يدخل الناس النار الفام و الفرج

“sesungguhnya yang paling banyak memasukan manusia kedalam neraka adalah mulut dan Kemaluan”

إن العبد ليتكلم بالكلمة من رضوان الله , لا يلقي لها بالا , يرفعه الله بها درجات , و إن العبد ليتكلم بالكلمة من سخط الله , لا يلقي لها بالا يهوي بها في جهنم
“Sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan keridhoan Allah, namun dia menganggapnya ringan, karena sebab perkataan tersebut Allah meninggikan derajatnya. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, dan karena sebab perkataan tersebut dia dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Wallahu a’lam bi showab.


==========

TANYA JAWAB


Tanya: Afwan ustadz, ana mau tanya, tentang batasan dalam bercanda. Bercanda yang diperbolehkan dalam islam itu bagaimana? kemudian tentang ghibah kalau misalnya kita tidak berniat ghibah tetapi ada orang lain yang memulainya, sikap kita harus bagaimana? kemudian tentang curhat, batasan curhat yang boleh dan tidak boleh yang bagaimana? apakah membicarakan keburukan suami dengan maksud mencari solusi itu diperbolehkan? Syukron, Jazakallah.
Jawab: Batasan bercanda yang dibolehkan dalam islam adalah candaan yang tidak mengandung kedustaan, ghibah, kata-kata kotor dan maksiat. Tidak sampai tertawa terpingkal-pingkal yang menjatuhkan muruah atau harga diri. Bercanda yang tidak menjatuhkan diri sendiri dan harga diri orang lain. Bercanda tidak terlarang selama masih dalam koridor akhlakul karimah. Jika kita tidak niat ghibah lantas ada yang memulai maka kita menghentikan dia. Menasehati dia mendakwahi dia agar tidak melanjutkan dosa yang dilakukannya, jika tak mampu menasehati jangan ikut-ikutan (minimal mengingkari dengan hati adalah iman yang paling rendah) atau tinggalkan majelis ghibah tersebut.
Boleh mencurhatkan keburukan pasangan untuk mencari solusi kepada orang yang dianggap tepat dan mumpuni memberi solusi terhadap permasalahan yang dihadapi.
Wallahu a'lam bi showab


Tanya: Afwan, tambah pertanyaan, berarti obrolan di group WA, juga tidak boleh ustadz? karena tidak ada manfaatnya, kadang teman-teman hanya sekedar ngobrol karena terpisah jarak yang jauh, salah satu media ya WA ini maksudnya hanya menyambung silaturrahmi.
Jawab: Sudah disebutkan obrolannya untuk menyambung silaturahim. Berarti itulah manfaat obrolan di grup. Menyambung silaturahmi perintah Allah. Memutus silaturahmi diancam siksa. Obrolan yang niatkan untuk menyambung silaturahmi adalah ibadah tinggal menjaga obrolan jangan sampai jatuh dalam dosa yang lain saling menasehati sesama anggota grup agar tidak membahas sesuatu yang membawa pada dosa.


Tanya: Ijin bertanya. Bagaimana dengan orang yang sifatnya to the point kalau nasehati orang lain, kadang tidak menghiraukan perasaan orang lain, itu bagaimana ustadz?
Jawab: Allah berfirman: “Serulah kejalan Tuhanmu dengan penuh kebijaksanaan dan nasehat yang baik.”
Seorang muslim yang baik dan bijak tentu akan melihat siapa yang ia nasehati ada orang yang kenanya jika dengan to the point, ada juga butuh cara lain, yang lebih lembut. Maka tinggal melihat siapa yang dinasehati dan perlakukan mereka dengan dakwah yang sesuai dengannya. Wallahu A'lam


Tanya: afwan ustadz, beberapa hari ini ada orang yang syirik sama saya; selalu jika lewat di depan saya sama nyeletuk pake kata-kata kotor, mungkin karena dia pernah mencuri di rumah saya tapi hanya saya yg berani laporkan. Mohon doakan saya sabar ustadz, tapi saya manusia biasa yang terkadang sabar saya naik turun. Apa yang harus saya lakukan ustadz? Afwan.
Jawab: Semoga Allah berikan solusi terbaik mengeluarkan dari masalah dan mengokohkan dalam kesabaran. Tidak ada ujian dari Allah melainkan Allah ingin memuliakan kita.


Tanya: Bagaimana sikap terbaik ketika dalam kondisi di suatu grup wa sedang membahas dan memperdebatkan terkait trending topic yang lagi hangat-hangatnya misal tokoh-tokoh atau selebritis yang menghina islam dan sebagainya? Apakah menjadi silent reader sudah sikap yang tepat ustadz? Atau bagaimana sikap kita sebagai anggota grup tersebut?
Jawab: Apa yang mereka perdebatkan. Jika mereka rame karena islam dihina, agama Allah dilecehkan maka itu baik artinya mereka masih punya ghiroh beragama. Tinggal d arahkan agar terkoordinir dengan baik, tidak membabi buta sehingga menjadi kekuatan untuk membela Islam.  Wallahu a'lam.


=================

Kita tutup dengan membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin

Doa Kafaratul Majelis:

 سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh


================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage : Kajian On line-Hamba Allah
FB : Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official





Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!