Rekap Kajian Online Hamba اللَّهِ SWT Ummi G1-G6
Hari, Tgl: Selasa, 22 Januari 2019
Nara Sumber: Ustadzah Pristia, Ustadzah Rini, Ustadzah Tribuwhana,
Ustadzah Enung, Ustadzah Fina, Ustadzah Riyanti, Ustadzah Maryam
Notulen: Bunda Sasi, Bunda Saydah, Bunda Meita, Bunda Tati, Restu
*****************************************
KAJIAN RUTIN HAMBA اللَّهِ SWT ONLINE
EDISI KE 10
ETOS KERJA MUSLIM DALAM ISLAM
=========================
Sahabat Yang
Dimuliakan Allah,
Sebagai agama yang
bertujuan mengantarkan hidup manusia kepada kesejahteraan dunia dan akhirat,
lahir dan bathin, Islam telah membentangkan dan merentangkan pola hidup yang
ideal dan praktis. Pola hidup Islami tersebut dengan jelas dalam Alqur’an dan
terurai dengan sempurna dalam sunnah Rasulullah Shalallahu wa'alaihi wassalam.
Islam membuka pintu kerja setiap muslim agar ia dapat memilih amal yang sesuai
dengan kemampuannya, pengalaman, dan pilihannya. Islam tidak membatasi suatu
pekerjaan secara khusus kepada seseorang, kecuali demi pertimbangan
kemaslahatan masyarakat.
Islam tidak akan
menutup peluang kerja bagi seseorang, kecuali bila pekerjaan itu akan merusak
dirinya atau masyarakat secara fisik atau pun mental. Setiap pekerjaan yang
merusak diharamkan oleh Allah Swt.
Setiap Muslim harus
meyakini bahwa iman akan terasa kenikmatanyya apabila secara aktual
dimanifestasikan dalam bentuk amal shalih yaitu suatu bukti wujud aktivitas
kerja kreatif yang ditempa oleh semangat dan motivasi tauhid untuk mewujudkan
identitas dan cita-cita nya yang luhur sebagai umat yang terbaik. Kita sadar
bahwa Islam bukanlah hanya sekedar seperangkat konsep yang ideal tetapi juga
suatu amal praktikal yang akan tetap aktual. Islam bukan agama langit tetapi
sekaligus adalah agama yang dapat membumi. Itulah sebabnya penghargaan Islam
terhadap budaya kerja bukan hanya sekedar pajangan atau penghias retorika,
pemanis pidato, tetapi merupakan manifestasi kekuatan iman.
Firman Allah Swt dalam
surah al-Zumar ayat 39:
“Katakanlah: “Hai kaumku,
bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka
kelak kamu akan mengetahui hasilnya.” (QS al-Zumar : 39)
Etos Kerja Muslim
didefenisikan sebagai sikap kepribadian yang melahirkan keyakinan yang sangat
mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan
kemanusiaannya, melainkan juga sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh.
Sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman bukan saja
menunjukkan fitrah seorang muslim, melainkan sekaligus meninggikan martabat
dirinya sebagai hamba Allah Swt yang didera kerinduan untuk menjadikan dirinya
sebagai sosok yang dapat dipercaya, menampilkan dirinya sebagai manusia yang
amanah, menunjukkan sikap pengabdian sebagaimana firman Allah Swt,
“Dan tidak Aku menciptakan jin
dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS. adz-Dzaariyat : 56)
Beberapa Prinsip Etos Kerja dalam Islam
1) Kerja, Aktivitas,
dan Amal dalam islam adalah perwujudan rasa syukur kita kepada nikmat Allah
Subhana wata'ala.
“Bekerjalah hai keluarga Daud
untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang
berterima kasih” (QS. Saba’ : 13)
2) Berorientasi
Pada Pencapaian
seorang Muslim hendaknya berorientasi pada pencapaian hasil: hasanah fi ad-dunyaa dan hasanah fi
al-Akhirah
“Dan di antara mereka ada
orang yang berdoa;"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka” (QS. Al-Baqarah
: 201)
3) Berkarakter
al-Qawiyy dan al-Amiin
Dua karakter utama
yang hendaknya kita miliki, yaitu: al-Qawiyy dan al-Amiin.
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: Ya bapakku ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling
baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya. (QS. Al-Qashash: 26).
Al-Qawiyy merujuk
kepada: reliability, dapat diandalkan. Juga berarti, memiliki kekuatan fisik
dan mental (emosional, intelektual, spiritual). Sementara al-Amiin, merujuk
kepada integrity, satunya kata dengan perbuatan alias jujur, dapat memegang
amanah.
4) Kerja Keras
Ciri pekerja keras
adalah sikap pantang menyerah; terus mencoba hingga berhasil. Kita dapat
meneladani ibunda Ismail AS Sehingga seorang pekerja keras tidak mengenal kata
gagal (atau memandang kegagalan sebagai sebuah kesuksesan yang tertunda).
5) Kerja Cerdas
Cirinya memiliki
pengetahuan dan keterampilan; terencana; memanfaatkan segenap sumberdaya yang
ada. Seperti yang tergambar dalam kisah Nabi Sulaeman AS (Alaihi Salam) jika
etos kerja dimaknai dengan semangat kerja, maka etos kerja seorang Muslim
bersumber dari visinya: meraih hasanah fiddunya dan hasanah fi al-Akhirah. Jika
etos kerja difahami sebagai etika kerja; sekumpulan karakter, sikap, mentalitas
kerja, maka dalam bekerja, seorang Muslim senantiasa menunjukkan kesungguhan.
Dalam Islam bekerja
merupakan sarana untuk beribadah dan bekerja dengan sungguh-sungguh bernilai
ibadah di sisi Allah Subhana wata'ala. Bekerja dalam Islam bukan hanya sebatas
menjalankan pekerjaan dan memperbolehkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan,
namun juga menghindari kerusakan (fasad).
Bekerja dalam Islam
juga menerapkan konsep ihsan, dan itqan (bersungguh-sungguh, akurat, dan
sempurna), untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh setiap individu
muslim dalam pekerjaannya unsur-unsur utama penerapan nilai Islam dalam pekerjaan
yaitu niat ikhlas karena Allah Swt semata, kerja keras (al jiddu fi al
‘amal),dan memiliki cita-cita yang tinggi (al himmah al ‘aliyah).
Ketiga unsur ini tidak
lain ditujukan untuk menciptakan pribadi muslim yang lebih berkualitas,
memiliki kompetensi, sehingga dapat mendorong produktivitasnya dalam bekerja.
Etos kerja dalam islam
ini mengajarkan bahwa bekerjalah sesuai dengan apa yang dikerjakan dengan tetap
mengingat nama Allah Subhana wata'ala dan tetap berada di jalannya Aamiiin.
=========================
TANYA JAWAB
G1 (Ustadzah Tribuwhana)
1. Ustadzah afwan bertanya, apakah kita sebagai
ibu rumah tangga bisa menerapkan etos kerja seperti materi di atas?
Jawab :
Bisa sekali bunda,
justru ibu rumah tangga yang harusnya menerapkan etos kerja seperti di atas.
2. Afwan ustadzah
bertanya lagi, mana yang lebih baik, bekerja dengan pemimpin muslim akhlaknya
tidak baik atau pemimpin non muslim yang perhatian, baik hati sama karyawan?
Jawab :
Dengan pemimpin muslim
yang akhlaknya baik, jika terpaksa tidak apa-apa bekerja dengan kedua kriteria
di atas, asal jangan mengikut karakter mereka, tetap profesional.
***************
G2 (Ustadzah Fina)
Tidak ada kajian
**************
G3 (Ustadzah Enung)
1.Izin bertanya
ustadzah. Jadi pada prinsipnya seorang wanita boleh bekerja ya ustadzah? Karena
akhir-akhir ini banyak juga wanita yang memutuskan resign karena ingin fokus
dengan anak-anak dan keluarganya. Kadang dilema juga, antara anak dan
eksistensi diri. Kita yang sudah bersekolah dan punya ijazah tapi tidak
menggunakannya. Mohon pencerahannya ustadzah .
Jawab:
Selama pekerjaan itu
aman dan nyaman buat perempuan, silahkan. Pastikan anak dan suami tidak
terlantar, dan tak ada hak keluarga yang diabaikan.
2.Izin bertanya Bunda.
Menyambung pertanyaan bunda rina, dulu dilema itu terjadi sama saya dimana anak
tidak ada pengasuh. Tapi seiring berjalannya waktu semua bisa ke handle dan
suami pun tidak mempermasalahkan mau kerja atau tidak katanya. Nah sekarang
anaknya bisa dibilang protes katanya ibu tidak usah kerja tapi dirumah saja,
saat ada omongan itu hati rasanya sedih, baiknya saya harus bagaimana Bunda?
Jawab:
Pelan-pelan, sedikit
demi sedikit, anak bisa mulai dikasih pengertian, kenapa ibu bekerja, dan
lain-lain. Sampaikan dengan bahasa sederhana. Insya Allah anak juga tahu.
3. Ustadzah, saya
kadang sedih dan dilema, saya harus profesional dan disiplin dalam bekerja,
tapi kadang ada hari anakku yang umur 2,5 tidak mau bangun-bangun dan ingin di
gendong, ini membuat saya terlambat ke sekolah. Anakku sudah sekolah di play
group satu yayasan dengan tempat saya kerja. Kadang terpikir apa saya ini ibu
yang dzolim tidak bisa memberikan hak anak sepenuhnya?
Jawab:
Betul, kadang ada
saatnya anak minta diperhatikan/dimanja. Kalau saya boleh saran, sebaiknya bila
masih punya balita, ibu tidak bekerja di luar rumah. Tapi bila kondisinya tak
memungkinkan, cari pekerjaan yang lebih 'ramah' misal boleh bawa anak, atau
disediakan jasa home care di tempat
bekerja, atau bila itu juga tidak mungkin, saran saya bila anak
benar-benar sedang minta dimanja dan tak bisa dibujuk, mungkin kita yang mengalah,
izin dulu dari pekerjaan.
***************
G4 (Ustadzah Riyanti)
Tidak ada pertanyaan
**************
G5 (Ustadzah Rini)
1. Begini ustadzah,
Kita selaku istri, harus bagaimana menanggapi ipar-ipar kita (kakak dan adik
suami ) yang selalu mengulik rumah tangga kami. Mengeluh-ngeluh susah, minta
ini itu, yang padahal kami pun masih mulai berdiri dari kesusahan rumah tangga
kami. Kakak ipar minta motor n-max baru dan hp baru, si adeknya minta motor Rx
king, belum lagi permintaan yang kecil-kecil lainnya. Yang sementara motor kami
aja, motor smash murah-murahan yang suka mogok lagi. Bagaimana seharusnya saya
sebagai istri ustadzah ? Mohon pencerahannya.
Jawab:
Komunikasi yang baik
dan lancar merupakan salah satu kunci suksesnya sebuah rumah tangga. Coba
dibuka diskusi dengan suami dan hadirlah menjadi problem solver dalam setiap
masalah. Mungkin bisa dengan menginformasikan lowongan pekerjaan atau
memberikan modal usaha (jika ada). In syaa Allah dengan demikian akan lebih
berdaya guna.
Islam mengajarkan kita
bahwa tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah, jangan sampai kita
membiasakan anggota keluarga kita untuk meminta minta dan melestarikan budaya
tersebut. Jika bisa,kita berikan nasehat kepada mereka, jika belum bisa,
komunikasikan dengan suami dan mencari solusi terbaik bersama. Tentunya dengan
tidak menuruti setiap keinginan mereka. Allahua'lam.
2. Izin bertanya
ustadzah. Bekerja dan berusaha dengan cara-cara yang khalal dan dengan penuh
berkah adalah perintah Allah. Terkadang kita sudah bekerja dengan sekuat tenaga
dan hasil yang kita dapat agak mengecewakan. Apa yang perlu dirubah pada diri
kita dalam menghadapi nasib atau takdir yang Allah telah tetapkan untuk kita?
dengan istilah kerja ga kerja yah Rezeki kita sama aja.
Jawab:
Rizki, hidup, mati dan
jodoh adalah ketetapan Allah yang pasti pada setiap hamba-Nya. Akan tetapi
untuk menjalani takdir tersebut kita perlu ikhtiar terbaik. Setelah ikhtiar
terbaik, yang Allah inginkan dari hamba-Nya adalah tawakal, mengembalikan
urusan kita kepada Allah. Banyak sedikit itu relatif, sedikit apabila dijalani
dengan syukur akan menjadi berkah. Maka kewajiban hamba selanjutnya adalah
senantiasa mensyukuri nikmat,agar ditambah Rizki dan dibukakan dari pintu yang
tidak kita sangka. Terkadang kita lalai dalam hal ini, sehingga banyak sekali
sebenarnya nikmat yang kita dapat tetapi tidak tampak karena nikmat tersebut
Allah rupakan dalam bentuk yang tidak sesuai bayangan kita.
Sebagaimana firmanNya
:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)
3. Assalammualaikum WarahmatuAllahi
wabarakatuh, izin bertanya ustadzah.
Yang pertama:
Saya pernah mendengar
seseorang berkata "Seorang istri tidak diwajibkan bekerja, dan semisalkan
bekerja niatnya pun bukan untuk mencari nafkah". Lalu ada kisah dimana
suami istri sama-sama belum bekerja. Si istri merasa sang suami kurang begitu
berusaha/tidak bersungguh-sungguh dalam berusaha, sementara si istri pada
akhirnya merasa bahwa dia lebih mampu dan dapat diandalkan. Bagaimana menurut
ustadzah?
Yang kedua:
Teman saya bercerita
bahwa suatu ketika dia mengikuti sebuah kajian, dan itu membahas tentang
"nafkah" yang diberikan oleh suami. Sang pemateri menyampaikan bahwa
pengertian "nafkah" yang diberikan suami kepada istri itu sebenarnya
bukan "nafkah" seperti untuk kebutuhan/keperluan sehari-hari,
melainkan "nafkah" yang diberikan kepada istri dan menjadi hak istri
sepenuhnya untuk dibelanjakan sesuai keinginan istri. Sementara untuk
keperluan/kebutuhan sehari-hari, itu merupakan tanggung jawab, kewajiban, tugas
suami. Mohon penjelasannya ustadzah.
Jawab:
Wa'alaikumussalam.
Hati hati dengan penyakit hati (riya', ujub, sombong, takabur dll) yang
menghinggapi diri. Ini adalah langkah utama sebelum menjalani step selanjutnya,
langkah akan menjadi ringan dengan adanya niatan yang lurus. Jika suami
memberikan ijinnya untuk kita bekerja dan kita mampu, boleh dilakukan. Hasil
kerja yang diberikan kepada keluarga akan menjadi sedekah bagi kita, tidak bisa
menggantikan nafkah. Karena kewajiban mencari nafkah dalam Islam bukan menjadi
tanggung jawab istri.
Kedua:
Rasulullah Salallahu
‘Alaihi wa Salam bersabda: “Dan mereka
(para istri) mempunyai hak diberi rezeki dan pakaian (nafkah) yang diwajibkan
atas kamu sekalian (wahai para suami),” (HR. Muslim: 2137).
Dalam hadits ini
disebutkan dua nafkah yang wajib diberikan seorang suami kepada istrinya, yaitu
rezeki (uang belanja) dan pakaian (nafkah istri). Namun, Islam juga tidak
memberatkan kepada para lelaki untuk memberikan nafkah kepada istrinya. Para
suami memang wajib memberikan nafkah pada istrinya, namun tetap sesuai dengan
kemampuannya.
Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman: “Dan kewajiban ayah
memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak
dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya,”
(QS. Al-Baqarah: 233).
Para istri juga harus
memiliki sifat qana’ah dengan cara bersyukur untuk setiap rezeki yang diberikan
suaminya dan mengaturnya sebaik mungkin. Allahua'lam.
4. Ijin bertanya,
1. Bagaimana sikap
kita apabila ada teman sekantor yang tidak akur? Malah kadang jadi seperti ada
genk kecil-kecilan kayak anak SMA?
2. Menghadapi teman
yang suka curang dan memanfaatkan data orang lain buat dijadikan KTI, dengan
berbagai modus (nyuruh teknisi pinjam laporan, tapi tahu-tahu datanya diambil
dan si penanggungjawab kegiatan namanya tidak dimasukan sebagai penulis) sudah
dinasehati tapi masih saja berulang.
3. Dapatkah dibenarkan
karena alasan hamil tua jadi "ogah2an" dalam bekerja? Rasanya udah
malas mikir.
Jawab:
Inti pertanyaannya
hampir sama. Kewajiban sesama muslim adalah tawa
soubil Haq tawa soubish sobr (Al asr ayat 3). Jika langkah pertama yaitu
menasihati sudah dijalankan dan tidak berubah, maka langkah kedua dalam
menjalankan ayat diatas dapat dilakukan yaitu dengan memberikan teladan yang
baik terkait hubungan sosial yang kita jalankan dilingkungan kantor. Pun jika
ini belum bisa menjadikan lingkungan berubah,maka langkah terakhir yang dapat
kita tempuh adalah sering mendoakan mereka. Masalahnya, sering kita mengeluhkan
kondisi disekitar kita tanpa menyertakan doa kebaikan yang dapat mengubah
kondisi yang ada. Ini yang menjadi PR kita bersama.
Allahua'lam.
***************
G6 (Ustadzah Pristia)
1. Assalamualaikum
ustadzah. Bekerja merupakan sarana dalam beribadah, bagaimana jika seorang
istri yang akhirnya menjadi tulang punggung keluarga karena suami kecewa dengan
sikap istri yang memaksa untuk bekerja, sedangkan saat suami kerja, penghasilan
lebih dari cukup untuk kehidupan rumah tangga mereka. Apakah suami berdosa?
Jawab:
Wa'alaikumsalam. Jika
seorang istri menjadi tulang punggung keluarga tetaplah ia harus menghormati
suami agar harga diri suami tidak jatuh. Terkadang para suami mewujudkan
emosinya dengan marah-marah jika harga dirinya merasa terinjak. Tentang dosa
hanyalah Allah yang menentukan, yang jelas istri harus menghormati suami dan
tidak merendahkannya.
2. Assalamu'alaikum
ustadzah. Izin bertanya. Apakah di dalam Islam ada larangan atau tidak adanya
larangan bekerja dengan pemiliknya non muslim? Tapi walau non muslim bukan
bekerja yang berhubungan dengan agamanya. Terima kasih.
Jawab:
Tidak ada larangan
dalam islam. Asalkan non muslim menghormati kita dan waktu ibadah kita.
3. Assalamualaikum
ustadzah. Pekerjaan yang dapat merusak fisik dilarang oleh Allah. Bagaimana
dengan orang yang berprofesi sebagai atlit tinju, atau petarung MMA misalnya?
Jawab:
Wa'alaikumsalam. Jika
semua diniatkan karena olah raga tak ada masalah. Jika diniatkan untuk berjudi
itu yang tidak boleh.
4. Izin bertanya.
Bismillah. Bagaimana sikap kita sebagai istri kepada suami pindah kerja di
tempat yang baru, dari segi materi lebih dari cukup, tapi dari segi ibadah
berubah jadi makin lalai, karena mempunyai atasan non muslim dan kadang kalau
diingatkan oleh istri untuk ibadah, beliau tidak suka, jadi sedih hati ini,
sehingga terkadang hati istri tidak ridho beliau kerja di tempat yang baru.
Bagaimana kita menyingkapinya, Ustadzah?
Jawab:
Ini problematika yang
sangat rumit. Jika kita ingatkan tak bisa. Maka doakan dia di sepertiga malam
memohon pada Allah SWT.
*******************
Akhwat (Ustadzah Maryam)
1. Maksud
berorientasi pada hasil bagaimana ya Bunda, belum paham!?
Jawab:
Bismillah. Kalau orientasi pada hasil dan kita
faham itu bahwa dengan bekerja karna Lillah, semoga akan mendapatkan banyak
kebaikkan baik di dunia maupun di akhirat InsyaAllah. Beda orientasi muslim dan
kafir sangat jauh berbeda, nah dengan kita tahu orientasi kita yang benar, semoga
menjadi pemacu untuk semangat dalam bekerja dengan rangka kebaikkan.
2 Assalamualaikum Ustadzah Maryam. Saya izin mau
bertanya. Saya seorang guru TK sekaligus mahasiswi. Jika saya merasa gaji saya kurang untuk
mencukupi keperluan sehari hari apa itu termasuk kurang mensyukuri rezeki saya
saat ini ustadzah? Mohon bimbingannya
Jawab:
Bada salam, kurang bersyukur tandanya tidak
menerima apa yg Allah berikan dan merasa kurang. Sepertinya kasusnya beda, kalau
ini kebutuhan lebih besar dari pemasukkan, jadi harus dengan ilmu ekonomi
perlunya evaluasi.
3 Saya mau bertanya, apa hukumnya jika kita
membantu menjual makanan dari babi atau anjing karna teman non muslim meminta
tolong? Saya kuliah di Jayapura dan kebanyakan non muslim. Kami akan mengadakan
bazar dan bazarnya yaitu makanan yg terbuat dari anjing. Dan teman saya memintanya
agar kami yg muslim membantu menjual atau menawarkan makanannya. Terima kasih
Jawab:
Yang pernah saya baca, yang haram apapun bisa menjadi
haram bila kita ikut menjual dan sebagainya. Sebagai muslim kita harus punya
sikap untuk itu buat kesepakatan dengan teman-teman yang muslim untuk menjual
barang yang bisa kita buat atau barang saja yg jelas halalnya. *saya pernah.
4 Assalamualaikum ustadzah, bagaimana agar tetap
istiqomah menstabilkan etos kerja?
Jawab:
Bada salam. Seperti amal ibadah lainnya agar bisa
istiqomah kita perlu konsistent menerapkan rambu-rambunya dan perlu punya teman/
komunitas orang-orang shalih untuk mengingatkan.
*rambu-rambunya ada 5 point ya mbak, silakan di
baca ulang.
5 Assalamualaikum ustadzah. Saya ida mau bertanya, bagaimana
caranya agar kita tidak mudah menyerah dalam mencari pekerjaan?
Jawab:
Bada salam.
* Mupuk rasa optimis
* Yaqin dibalik kesulitan, InsyaAllah ada kemudahan
dari ALLAH
* Kenali diri bahwa "saya pasti bisa"
Untuk itu perlu meng-upgrade diri dengan mengikuti
pelatihan-pelatihan / seminar dan membaca-baca buku motivasi. Ingat lagu"
jangan menyerah"
Berkaitan dengan mcari pekerjaan, kalau sudah jodoh
/ rizqinya pasti akan datang. Ikuti prosedurnya, usaha dan do'a, InsyaAllah
semua sudah ada yang mengatur, jadi bersabar dengan terus mendekatkan diri
kepada ALLAH yg Maha Kuasa. Wallahu'alam bishowab.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Kita
tutup dengan membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa
Kafaratul Majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا
أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh
★★★★★★★★★★★★★★
Badan
Pengurus Harian (BPH) Pusat
Hamba
اللَّهِ SWT
Blog:
http://kajianonline-hambaallah.blogspot.com
FanPage
: Kajian On line-Hamba Allah
FB
: Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter:
@kajianonline_HA
IG:
@hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment