Rekap Kajian Online
Hamba اللَّهِ SWT Ummi G1-G6 & Akhwat
Hari, Tgl: Selasa, 19
Februari 2019
Narasumber: Ustadzah
Fina, Ustadzah Enung, Ustadzah Pristia,
Ustadzah Tribuwhana, Ustadzah
Rini
Notulen: Bunda Sasi,
Restu, Bunda Tati, Bunda Saydah,
Bunda Meita, Bunda Dyah
Bunda Meita, Bunda Dyah
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°••°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°••°•°•°•°•°•°•°•
KAJIAN RUTIN HAMBA اللَّهِ SWT ONLINE
EDISI KE 14
Mengubah Masalah
Menjadi Energi Positif
Sobat Fillah, Hakikat
dunia ini adalah masalah. Dengan banyaknya masalah maka terciptalah berbagai
lapangan kerja dan profesi. Right..??
Nah, hakikat masalah
yang membebani kehidupan kita adalah sebuah pesan yang datang dari Allah Swt,
sebuah pesan dari alam bawah sadar kita. Sebuah pesan yang berbunyi, ”Perbaiki
diri, evaluasi diri, Tingkatkan ketakwaan, & mendekatlah pada-Ku, jalan
menuju kemuliaan dirimu sudah Aku berikan lewat ujian masalah ini.”
Sahabat, dalam kehidupan ini kita sering
mendapatkan sesuatu yang tidak kita sukai. Oleh karena itu daripada memendam
sakit hati kepada kehidupan, adalah lebih baik bila kita belajar untuk menyukai
apapun yang kita dapatkan. Dengan menerapkan sikap ini kita sudah merubah
posisi diri kita, yaitu bila kita suka berkeluh kesah ataupun marah-marah atas
segala masalah kehidupan kita. Maka saat itu posisi diri kita adalah sebagai
KORBAN. Sebagai object yang tidak berdaya mengahadapi kondisi dan situasi yang
tidak menyenangkan.
Nah, alih-alih
berkeluh kesah. Bukankah lebih baik Kita terima saja dengan ikhlas segala
keadaan itu, toh… itu adalah situasi yang dimana kita sudah dalam posisi tidak
bisa untuk menghindarinya. Mau tidak mau situasi itu harus kita lalui… Nah,
dengan merubah sikap kita tersebut. Posisi kita berubah dari sekedar KORBAN,
kita sekarang menjadi PELAKU atau Subject. Sebagai pelaku, maka kitapun punya
kemampuan untuk merubah Masalah menjadi Berkah.
Pandangan kita akan
berubah, tidak lagi memandang masalah sebagai sebuah beban. Namun memandang
masalah sebagai sebuah kesempatan untuk memperbaiki kualitas kehidupan kita.
Sebuah kesempatan untuk memperbaiki keadaan, dan menghapus kesalahan di masa
lalu. Sehingga dengan begitu kita malah bisa mengucapkan puji syukur kepada
Tuhan, atas masalah yang diberikan kepada kita. Yang dengan masalah itu bisa
menjadi sebuah batu pijakan untuk kita meraih kesuksesan di masa mendatang.
Inilah, ciri-ciri karakter orang-orang Sukses yang harus juga kita miliki.
Kita sering merasa
bahagia jika yang terjadi pada diri kita adalah sesuatu yang kita harapkan,
sesuatu yang kita inginkan dan kita cita-citakan. Kaya raya, bisnis sukses,
memiliki tubuh yang selalu sehat, memiliki keluarga yang sakinah, mawaddah dan
rahmah. Itu adalah beberapa contoh harapan dan keinginan hidup.
Sebaliknya, kita
merasa sengsara, sedih, dan berduka ketika mendapatkan segala hal yang tidak
kita inginkan. Misalnya, sakit. Siapa yang mau sakit? Tidak akan ada kan,
karena semua orang hanya menginginkan sehat.
Islam memandang bahwa
bagaimana pun kondisi yang sedang terjadi, semua adalah ujian kehidupan. Mau
kesenangan atau kesengsaraan, mau kebahagiaan ataupun kesedihan, dua hal ini
adalah ujian. Dan, memperkuat realitas tersebut, Ibnu Abbas mengungkapkan bahwa
sesungguhnya dunia adalah ruang ujian. Innaddun-yā dārul balā. Demikian
tegasnya.
Namun, kebanyakan
manusia baru merasa sedang diuji oleh Allah Swt ketika mendapatkan sesuatu yang
tidak diharapkan kedatangannya. Jika ini terjadi pada diri seseorang, Umar bin
Khathab lebih dahsyat menegaskan bahwa orang tersebut adalah makhdū’un ‘an
‘aqlihi, tertipu oleh akalnya sendiri. Pertanyaan saya adalah, mungkinkah ada
orang yang tertipu oleh akalnya sendiri? Jika ada, orang tersebut adalah orang
yang sangat bodoh. Dan label ini diberikan Umar putra Khathab kepada orang yang
tidak merasa sedang diuji oleh Allah Swt dengan segala bentuk kesenangan hidup.
Lalu bagaimana
kiat-kiat agar masalah menjadi energi bagi kita
1. Yakini bahwa yang terjadi adalah takdir Allah Swt.
Jurus pertama dalam
menghadapi ujian hidup adalah tanamkan keyakinan bahwa apa yang sedang terjadi
merupakan takdir Allah Swt dan takdir Allah Swt tidak akan salah sasaran serta
tidak akan ada yang mampu menahannya. Yakini juga bahwa ketika Allah Swt
menghendaki sesuatu terjadi kepada kita, itulah yang terbaik untuk kita karena
Allah Swt Maha adil dan tidak pernah menzalimi hamba-hamba-Nya. Sekali lagi,
Allah Swt tidak akan pernah menzalimi hamba-hamba-Nya.
Musibah yang terjadi
pada hakekatnya adalah kebaikan yang sedang Allah Swt berikan.
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيْبَةٍ إِلاَّ بِإِذْنِ اللهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَ اللهُ بِكُلِّ شَيْئٍ عَلِيْمٌ
Mā ashōba min
mushībatin illā bi idznillāhi, wa man yu`min billāhi yahdī qolbahu, wallōhu
bikulli syai`in ‘alīmun
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali
dengan ijin Allah dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan
memberi petunjuk kepada hatinya, dan Allah Maha Mengetahui terhadap segala
sesuatu.” (Q.S. At-Taghabun [64]: 11).
Beriman terhadap
takdir Allah Swt akan membuat hati kita berada dalam hidayah Allah Swt. Justru
pikiran akan menjadi “gelap” saat hati kita merasa sangat sengsara dengan ujian
yang diterima. Insya Allah, orang yang mengimani bahwa musibah itu bagian dari
jalan hidup yang Allah Swt gariskan, ia akan merasa tenang dan ketenangan akan
mempercepat pemecahan masalah, insya Allah.
2. Beban ujian setara dengan kekuatan diri
Bobot ujian yang
menimpa sebanding dengan kekuatan diri dalam menghadapinya. Jika pundak kita
mampu memikul beban sampai 100 kg, misalnya, maka beban ujian yang Allah Swt
berikan tidak akan melebihi 100 kg. Demikian ilustrasinya.
Nah, karena fitrah
ujian adalah setara dengan kekuatan diri, jurus jitu selanjutnya adalah yakini
bahwa kita mampu menghadapinya. Tetapi, banyak diantara kita yang merasa begitu
sengsaranya sampai berkeluh kesah dengan ujian yang dihadapinya. Ini adalah
akibat yang muncul karena kurangnya keyakinan terhadap fitrah ujian tersebut
sebagaimana difirmankan dalam al-Quran:
لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَ عَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ
Lā yukalliful-lōhu
nasan illā wus’ahā lahā mā kasabat wa ‘alayhā maktasabat
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia
mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” (Q.S. Al-Baqarah [2]:
286).
Yakinlah bahwa kita
bisa menghadapi ujian yang ditimpakan, insya Allah…
3. Lapangkan hati
Jika sesendok garam
dilarutkan ke dalam segelas air, bagaimana rasanya? Pasti asin, bukan? Lalu,
jika sesendok garam dilarutkan ke dalam air sekolam, bagaimana rasanya? Pasti
tetap tawar.
Demikianlah gambaran
ujian yang Allah Swt berikan. Jika hati kita sempit, ujian sekecil apapun akan
terasa berat. Sebaliknya, jika hati kita lapang, ujian seberat apapun insya
Allah Swt akan terasa ringan.
Trik agar hati kita
lapang adalah berdzikir kepada Allah Swt setiap saat termasuk ketika mendapat
ujian. Dzikir kepada Allah Swt akan menenangkan hati kita dan hati yang tenang
adalah hati yang lapang yang akan memperingan bobot ujian hidup.
اَلَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ تَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ
Alladzīna āmanū wa
tathma`innu qulūbuhum bi dzikrillāhi alā bi dzikrillāhi tathma`innul-qulūbu
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram.” (Q.S. ar-Ra’du [13]: 28).
4. Buatlah perbandingan bobot ujian dengan yang lebih berat
Selanjutnya, buatlah
perbandingan bobot ujian dengan yang lebih berat. Misalnya, uijan berupa rasa
sakit. Padahal sudah diperiksakan ke dokter tapi masih belum menemui kesembuhan
sehingga terkadang ada yang menyesali keadaan atau bahkan mempertanyakan
keadilan Allah Swt, na’udzubillāhi min dzālik (kita berlindung kepada Allah Swt
dari hal tersebut).
Dalam keadaan seperti
itu, coba bandingkan bobot ujian yang kita rasakan dengan sahabat kita yang
saat itu juga sedang mengalami rasa sakit. Sementara saat sakit kita masih bisa
buang air sendiri tanpa harus dipapah berjalan ke jamban atau dibantu
prosesnya, sahabat kita harus diapapah dan dibantu proses buang airnya. Sahabat
kita pun masih untung bisa ke kamar mandi buang airnya meskipun harus dipapah
dan dibantu, yang lain harus buang air di tempat berbaringnya menggunakan
selang. Terus demikian, lakukan perbandingan dengan yang bobot ujiannya lebih
berat. Insya Allah ini akan membuat kita bersyukur dalam lautan musibah.
5. Jemputlah solusi, jangan menunggunya!
Hukum kausalitas
mengatakan bahwa tidak ada asap kalau tidak ada api. Ada akibat karena ada
sebab dan keduanya selalu selaras dalam muatannya. Jika ingin mendapat akibat
yang baik, maka ciptakanlah sebab yang baik. Itu kata kuncinya.
Dalam cobaan pun
berlaku hukum kausalitas. Jemputlah solusi, jangan menunggunya! Berikhtiarlah
mencari jalan keluar karena yakinlah bahwa Allah Swt memberikan masalah satu paket
dengan jalan keluarnya. Tidak ada masalah yang tidak ada jalan keluarnya.
Likulli dā`in dawā`un, untuk setiap penyakit ada obatnya. Demikian sabda
Rasulullah Saw. sebagai representasi dari seluruh permasalahan hidup.
Jika saat ini ada yang
sedang sakit, berobatlah secara total dan sekemampuan diri. Berobat adalah
bagian dari pencarian jalan keluar agar segera sembuh. Begitu pula untuk
seluruh masalah hidup, berikhtiarlah menjemput solusi.
6. Jangan lupa berdo'a kepada Allah Swt.
Rasulullah Saw. bersabda:
الدُّعَاءُ سِلاَحُ الْمُؤْمِنِ ، وَعِمَادُ الدِّينِ ، وَنُورُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ
Ad-du’ā`u
silāhul-mu`mini, wa ‘imādud-dīni, wa nūrus-samāwāti wal ardli
“Do'a adalah senjata orang beriman, tiangnya agama dan
cahaya langit dan bumi”. (H.R. Hakim dari Abu Hurairah. Al-Hakimberkata:
sanadnya shahih).
Banyak-banyak lah
berdo'a kepada Allah Swt ketika cobaan dirasa berat. Insya Allah do'a adalah
satu kiat yang akan membuat hati tenang dan tersemangati. Selain berdo'a
sendiri, minta pula lah do'a kepada orang lain termasuk kepada orang saleh yang
masih hidup. Sehingga banyak “senjata” yang dilancarkan kepada Allah Swt
sebagai upaya untuk mendapatkan solusi.
7. Tawakalkan sepenuhnya kepada Allah Swt
Ketika sudah
mengupayakan segala daya, serahankanlah urusannya kepada Allah Swt. Jika segala
urusan diserahkan kepada Allah Swt, insya Allah jaminan solusi sudah di tangan.
Logikanya adalah, Allah Swt Mahatahu tentang diri kita, tentang apa yang kita
rasakan, tentang apa yang kita inginkan dan tentang apa yang sedang diupayakan,
maka Allah Swt akan memenuhi hajat kita jika kita menyerahkan urusan
kepada-Nya.
وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَبَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللهُ لِكُلِّ شَيْئٍ قَدْرًا
Wa man yattaqil-lā`ha
yaj’al lahū makhrojan. Wa yarzuqhu min haitsu lā yahtasibu, wa man yatawakkal
‘alallōhi fahuwa hasbuhu innallōha bāligu amrihi qod ja’alallōhu likulli
syai`in qodron
“… Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
Mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya.
Sesungguhnya Allah telah membuat ketentuan bagi segala sesuatu”. (Q.S.
ath-Thalaq [65]: 2-3).
==> Ingat sekali
lagi bahwa hidup itu tidak pernah datar dan hidup juga tidak lurus terus
melainkan berkelok. Semoga kita termasuk golongan orang yang ketika ditimpa
ujian baik al-minhatu maupun al-mihnatu, kita bisa melaluinya dengan sukses
yang pada akhirnya kita naik ke tingkat yang lebih tinggi. <==
Wallahu a'lam
###############
TANYA JAWAB
G1 (Ustadzah Enung)
1. afwan ustadzah bertanya, apakah betul jika
kita sedih, nangis ketika ada masalah berati kita belum bisa khusnudzon sama
Allah? #edisi kadang baper
Jawab :
Sedih dan menangis, itu
adalah fitrah manusia, tidak apa-apa, tapi sedih dan menangisnya jangan lama-lama,
segera perbanyak istighfar, mungkin ada kewajiban kita kepada Allah yang belum
ditunaikan atau ada hak Allah yang belum kita tunaikan. Segera mendekat pada
Allah, mohon kekuatan, dan jagalah selalu prasangka baik pada Allah, bisa jadi
ujian ini Allah berikan untuk menempa kita agar menjadi lebih kuat dan lebih
baik, Aaamiin.
2. Afwan bertanya lagi,
yang dimaksud al-minhatu dan al-mihnatu itu apa ustadzah?
Jawab :
Ujian kesenangan
diistilahkan dengan al-minhatu dan ujian kesengsaraan dilambangkan dengan al-
mihnatu. Bagi kita orang yang beriman hanya ada 2 pilihan :
~ diberi ujian
kenikmatan kita bersyukur.
~ diberi ujian kesedihan
kita bersabar
Tidak ada pilihan
untuk protes, mengeluh atau berkeluh kesah.
***********
G2 (Ustadzah Rini)
Tidak ada pertanyaan.
***********
G3 (Ustadzah
Pristia)
1. Ijin bertanya
ustadzah, ketika diuji dengan ujian tidak enak, kita merasa sangat dekat dengan
Allah dan merasakan sangat tergantung pada-NYA, tapi begitu ujian itu berlalu,
rasa sangat dekat itu, agak menurun, yang seharusnya makin tambah dekat karena
bisa melalui masa sulit, adakah kiat-kiat agar rasa dekat dengan Allah itu bisa
istiqomah selalu?
Jawab:
Iya. Maka dari itu
harus terus istiqomah dalam melaksanakan kewajiban kita dalam beribadah wajib
dan sunnah. Sehingga kita akan merasa terjaga.
2. Bagaimana caranya
agar dengan mudah Istiqomah bagaimana ya Ustadzah? Iman kita kadang naik kadang
turun?
Jawab:
Paksalah diri kita
ukhti. Jangan biarkan lengah. Menjaga shalat diawal waktu salah satunya
3. Ustadzah bagaimana
caranya agar bisa tegar tidak mudah rapuh? Apakah selain iman, sifat sensitive
juga bisa pengaruhi seseorang yang mudah rapuh?
Jawab:
Sikap rapuh juga
sebagian bisikan setan jadi perbanyak istighfar dan selalu mengingat Allah
4. Ustadzah, lebih
utama mana kita membagikan nasbung atau ikut di majelis kajian?
Jawab:
Dua-duanya sama
pentingnya. Bagilah waktu sehingga keduanya bisa mengikuti walaupun terlambat
dan tidak tepat waktu dalam mengikuti kajian
***********
G4 (Ustadzah
Maryam)
1. Ustadzah Maryam
yang dirahmati Allah, kebanyakan dari kita (red.saya)seringkali terlana dengan
kondisi/cobaan kesenangan dan kebahagiaan. Apa kiat-kiatnya agar kita tak mudah
bangga diri? Syukron.
Jawab:
Perlunya evaluasi diri
ketika hendak tidur, semoga dengan demikian menginagatkan diri ini untuk
memperbaiki bila ada kesalahan dan beristighfar. Bersyukur atas apa-apa yang
Allah mudahkan dalam kebaikan untuk mengerjakannya, semoga diterima dan
diridhoi. Ada seorang ustadz yang mewanti-wanti agar kita jgan percaya diri
(PD) dengan amal-amal baik yang dilakukan, oleh karena itu perlu untuk
memperbaharui niat kita agar ikhlas.
Untuk tidak mudah
bangga diri, ingatlah semua yang kita dapatkan mudah saja bagi Allah untuk
diambil, seperti kita lihat kejadian tsunami atau kebakaran dan sebagainya,
bisa hilang dalam sekejap.
Terakhir dengan
menjenguk orang sakit, dimana bisa melihat situasi dan kondisi yang
mengingatkan bahwa sebagai makhluknya kita tidak berdaya. Juga dengan ziarah
kubur bisa mengingatkan bahwa kita semua akan kembali menghadap-Nya, dengan
sendiri kecuali ditemani amal kebaikan, ilmu yang bermanfaat, dan doa dari anak
yang shalih.
***********
G5 (Ustadzah
Tribuwahana)
1. Izin bertanya
ustadzah. Apabila Kita menjenguk orang Nasrani sakit (kami bertetangga dengan akur,
tanpa ada permusuhan) dan kita mendoakan untuk kesembuhannya, apakah doa kita
dterima atau akan sia sia?
Jawab:
Kita boleh
mendoakannya untuk kebaikan dunianya, tapi untuk urusan akhiratnya hanya Allah
Yang Maha Tahu. Kecuali jika kita mendoakan agar dia mendapat hidayah. Wallahu a'lam
2. Bagaimana kalau
kita mendapat ujian menangis sambil dzikir ustadzah, hal ini sering aku lakukan?
Jawab:
Tidak apa-apa Bunda, menangis
itu sudah fitrahnya manusia, yang tidak boleh itu menangis tanpa sebab .
3. Ustadzah, apabila
seseorang pernah bernazar dalam hati (hanya Allah dan dia yang tau), bila
mendapatkan hasil yang diinginkan akan memberikan sumbangan kepada Masjid, kaum
duafa, dan lain-lain. Dan saat apa yang diinginkan sudah tercapai, dia
meninggal, dan nazarnya itu belum disampaikan pada orang lain. Bagaimana
hukumnya ustadzah?
Jawab:
Jika nazarnya sudah
tercapai ya ahli waris tidak perlu menjalankan nazarnya si mayit
************
G6 (Ustadzah Fina)
1. Assalamualaikum
ustadzah. Apakah seseorang yang pernah berniat untuk bunuh diri karena
merasakan beban yang teramat berat atas masalah yang menimpanya, berarti dia
belum meyakini jika semua yang terjadi menimpanya semua karena Allah sayang
padanya, bagaimana menasehatinya, karena terkendala jarak yang jauh dan hanya
dapat berkomunikasi dengan telepon saja, takut jika hal yang diucapakannya akan
di lakukan. Bagaimana cara yang tepat menghadapi ini ustadzah?
Jawab:
Wa'alaikumussalaam.wr.wb.
Hal ini berkaitan dengan bab aqidah, teringat kisah Imam Sahl bin Abdullah
Al-Tastari merupakan salah satu seorang ulama terkemuka pada zamannya.
Suatu hari ia
menuturkan kisah dirinya, “Ketika berumur tiga tahun, aku ikut pamanku yaitu
Muhammad bin Sanwar untuk melakukan qiyamullail. Aku melihat cara shalat
pamanku dan aku menirukan gerakannya. Suatu hari, paman berkata kepadaku,
‘Apakah kau mengingat Allah yang menciptakanmu?’ ‘Bagaimana cara aku mengingatnya?’ jawabku. Beliau
menjawab, ‘Anakku, jika kau berganti pakaian dan hendak tidur, katakanlah tiga
kali dalam hatimu, tanpa menggerakan lisanmu. Allahu ma’i…Allahu
naadhiri…Allahu syaahidi! (Artinya, Allah bersamaku… Allah melihatku… Allah
menyaksikan aku!). Lalu aku menghafalkan kalimat itu dan mengucapkannya
bermalam-malam. Aku menceritakan hal ini kepada paman. ‘Mulai sekarang , ucapkan dzikir itu sepuluh kali tiap
malam.’ Kata paman. Aku melaksanakan perintah paman dan aku meresapi setiap
maknanya sehingga aku merasakan ada kenikmatan dalam hatiku. Pikiran terasa
tenang dan aku merasa selalu bersama Allah Subhanahu wata'ala.
Maka ketika seseorang
merasa gelisah, bersedih dan seterusnya itu adalah pertanda dia sedang jauh
dari Allah, maka perlu terus mengingat bahwa Allah selalu bersama kita, Allah
selalu melihat kita, Allah menyaksikan kita, tidak ada yang luput dari
pengawasan Allah, tidak ada yang luput dari kesertaan Allah. Jika kita sudah
meyakini Allah bersama kita, maka tidak ada masalah yang tidak terselesaikan
karena semua masalah pada hakikatnya datangnya dari Allah. Maka kembalikan
semua masalah itu kepada yang memberi masalah. Plus sebagaimana yang sudah
dijelaskan di materi di atas seberat apapun masalahnya sesungguhnya Allah udah
siapkan solusinya dan Allah yakin kita bisa selesaikan masalah itu karena
koridor batasannya jelas.
Allah nggak akan kasih
masalah di luar kesanggupan kita. Maka tidak ada kamus putus asa dalam hidup,
teringat pula pesan imam Hasan al-Bashri. Suatu ketika Hasan Basri ditanya: Apa
rahasia zuhudmu di dunia ini? Kemudian Beliau menjawab: “Aku tahu rezekiku
tidak akan diambil orang lain, karena itu hatiku selalu tenang. Aku tahu amalku
tidak akan dikerjakan orang lain, kerana itulah aku sibuk beramal shalih. Aku
tahu Allah Ta’ala selalu memperhatikanku, kerana itulah aku malu jika Allah
melihatku sedang dalam maksiat. Dan aku tahu kematian itu sudah menungguku,
karena itulah aku selalu menambah bekal untuk hari pertemuanku dengan Allah.”
Maka apa yang luput
dari kita..itu memang bukan bagian kita, begitu pula sebaliknya. Yang bisa
dilakukan adalah menjalani skenario kehidupan yang sudah Allah gariskan untuk
kita dengan sebaik-baiknya..ketika beramal udah yang terbaik maka surgalah
balasannya. Silahkan disampaikan pula bahwa bunuh diri tidak akan menyelesaikan
masalah. Karena ada kehidupan lain setelah kehidupan di dunia..
"Dan janganlah
kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan
barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak
akan memasukkannya ke dalam naar. Yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah." (An-Nisa: 29-30)
Diriwayatkan dengan
tsabit dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam bahwa beliau bersabda:
"Barangsiapa
yang melakukan bunuh diri dengan menggunakan sebilah besi di tangannya, maka ia
akan menusukkan besinya itu ke perutnya di Neraka Jahannam selama-lamanya. Dan
barangsiapa yang melakukan bunuh diri dengan racun di tangannya, maka ia akan
meminumnya terus-menerus di Neraka Jahannam nanti.."
Semoga Allah limpahkan
Taufik dan hidayah untuk kita semua..Aamiin..
2. Bismillaah. Ustadzah,
apa yang dimaksud dengan al-minhatu dan al mihnatu? Syukron.
Jawab:
Ujian kesenangan
diistilahkan dengan al-minhatu dan ujian kesengsaraan dilambangkan dengan al-
mihnatu.
3. Tanya Bunda. Bagaimana
menyikapi masalah dengan teman karena salah faham. Sikap kita sudah biasa tapi
disalahartikan oleh teman kita. Padahal masalahnya sudah selesai. Perang
dinginnya masih lanjut.
Jawab:
Ajak beliau bertemu, upayakan
sebisa mungkin tabayun, sehingga jelas yang perlu dijelaskan. Ketika ada
kesalahpahaman, pertengkaran atau kerenggangan ukhuwah dan seterusnya maka hal
itu menjadi indikasi salah satu atau salah dua diantaranya telah melakukan
kemaksiatan, maka banyak-banyaklah beristighfar, minta ampun kepada Allah. Dan
biarkan Allah yang menyelesaikan masalah tersebut. Karena jawaban dari semuanya
hanya pada keimanan. Tak lupa banyak-banyak kan doa untuk beliau dan berikan
sikap yang terbaik kepada beliau apapun feedback-nya kepada kita. Semoga bisa
terlepas dari ujian ini dengan nilai Mumtaz dan Allah naikkan derajat di surga
in syaa Allah.
4. Ustadzah mau tanya,
suamiku sudah meninggal 8 bulan yang lalu, kami terima bahwa takdir Allah buat
saya ditinggal. Tapi terkadang saya gundah kenapa ujian ini menimpa saya. Tolong
Ustadzah kami diberi kiat-kiat biar 100% kami bisa terima ujian ini.
Jawab:
Subhanallah, semoga
diberikan kesabaran, keikhlasan yang luar biasa oleh Allah untuk menghadapi
badai ini. In syaa Allah badai segera berlalu ummi, yakin Allah sudah siapkan
takdir terbaik untuk panjenengan.
Sebagaimana yang Allah
jaminkan dalam surat Al-Baqoroh ayat 216:
(كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ)
"Diwajibkan
atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi
kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu
menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu
tidak mengetahui."
Allah sudah siapkan
skenario yang terindah ke depannya..yang kita tidak tahu apa. Husnuzhon billaah
dan tawakkal kepada Allah. Hasbunalloh wani'mal wakiil..ni'mal Maulaa wa
ni'mannashiir. Kehidupan di dunia ini hanya sementara, semua akan kembali
kepada Allah cepat atau lambat, in syaa Allah kelak Allah akan kumpulkan kita
di surga bersama dengan orang yang kita cintai, termasuk suami kita.
(الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ)
Yang menciptakan
mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.
Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk)
Allah hanya ingin
sikap terbaik dari kita dalam menghadapi setiap scene ujian yang Allah beri.
Semangat. Innallaaha ma'akum ainamaakuntum.
**************
Akhwat (Ustadzah
Enung)
1. Ijin bertanya ustadzah. Ketika diuji dengan
ujian tdk enak, kita merasa sangat dekat dengan Allah dan merasakan sangat
tergantung padaNYA, tapi begitu ujian itu berlalu, rasa sangat dekat itu, agak
menurun, yang seharusnya makin tambah dekat karena bisa melalui masa sulit,
adakah kiat-kiat agar rasa dekat dengan Allah itu bisa istiqomah selalu?
Jawab:
Betul sekali ini, sering terjadi. Mari kita coba untuk selalu
berusaha dekat dengan Allah, dengan memperbanyak sabar dan syukur. Diuji dengan
musibah kita bersabar, diuji dengan kenikmatan kita bersyukur. Hingga apapun
yang terjadi/menimpa kita, baik suka ataupun duka, kita sikapi dengan sabar dan syukur, dan moga sabar dan syukur
itu yang membuat kita selalu dekat dengan Allah...Aamiin.
2. Ijin bertanya
ustadzah, caranya agar dengan mudah Istiqomah bagaimana ya ustadzah? Iman kita
kadang naik kadang turun?
Jawab:
Cara untuk Istiqomah
antara lain:
1. senantiasa
meluruskan niat, semua amal yang dilakukan hanya untuk mencari ridho Allah
2. memohon dan meminta
kekuatan untuk terus berjalan di atas jalan kebaikan
3. sering menghadiri
majelis ilmu
4. punya seorang guru
yang membimbing pada kebaikan
5. cari lingkungan
yang kondusif.
Wallahu'alam bishowab
3. Ijin bertanya
ustadzah. Kadang kita suka merasa lelah bahkan seperti ingin menyerah dalam
menghadapi masalah ustadzah, adakah kiat-kiat agar kita tetap menjadi orang
yang kuat dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi masalah ustadzah?
Jawab:
Nanda Ida yang
dirahmati Allah, tangan ini tangan kita, kaki ini kaki kita, jasad ini jasad
kita, fikiran ini fikiran kita, hati ini hati kita, hidup ini hidup kita, pilihan
ada di tangan kita, menjadi lemah atau menjadi kuat. Allah tak akan mengubah
nasib kita, sebelum kita merubah diri kita sendiri. Yakinlah, bersama Allah tak
ada yang tak mungkin.
4. Ijin bertanya
ustadzah, bagaimana caranya agar bisa tegar tidak mudah rapuh? Apakah selain
iman, sifat sensitive juga bisa pengaruhi seseorang yang mudah rapuh?
Jawab:
Menjadi kuat dan lemah
itu pilihan. Bila kita ingin menjadi pribadi yang kuat, lawan sekuat tenaga
semua bisikian kelemahan dan yang melemahkan. Jangan diikuti, kekuatan harus
terus dilatih dan diasah. dengan menjaga prasangka baik kepada Allah, mari kita
ubah kelemahan itu menjadi kekuatan.
5. Ijin bertanya ustadzah,
bagaimana caranya kita membentengi diri dari energi negatif yang di berikan
oleh orang lain kepada kita? Misalnya
energi yang moodnya sering berubah-ubah ?
Jawab:
Perbanyak dzikir dan
do'a, memohon kekuatan pada Allah, agar kita terhindar dan terlindungi dari hal-hal
yang kurang baik, pegang teguh prinsip kebenaran, karena memang dalam
menjalankan kebenaran dan kebaikan itu akan banyak ujiannya, perbanyak energi
positif agar hanya energi positif saya
yang mendominasi kita.
6. Ijin bertanya lagi
ustadzah. Bagaimana cara agar kita tidak lupa untuk bersyukur atas nikmat yang
telah diberikan oleh-Nya, kadang kita suka lupa bersyukur dan tak jarang suka
mengeluh ustadzah?
Jawab:
Nanda Ida yang
dirahmati Allah, mari kita perbanyak membaca tasbih dan tahmid. Bayangkan semua
nikmat yang Allah berikan ketika kita sedang membaca hamdalah dalam sholat-sholat
kita. Bila perlu ulang-ulang ayat hamdalah, agar lebih teresap ke dalam hati. Bersyukur
juga bisa kita lakukan dengan menambah amal sholeh kita baik kualitas maupun
kuantitasnya. Singkirkan jauh-jauh perasaan mengeluh, karena itu bisa merusak
amal kita.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Kita
tutup dengan membacakan istighfar....hamdalah..
Astaghfirullahal’adzim.....
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa
Kafaratul Majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا
أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh
★★★★★★★★★★★★★★
Badan
Pengurus Harian (BPH) Pusat
Hamba
اللَّهِ SWT
Blog:
http://kajianonline-hambaallah.blogspot.com
FanPage
: Kajian On line-Hamba Allah
FB
: Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter:
@kajianonline_HA
IG:
@hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment