HADIST TENTANG IMAN DAN DOSA

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Saturday, January 3, 2015

Kajian Online Telegram Hamba اَللّٰه Ta'ala

Hari / Tanggal : Jum'at, 02 Januari 2015
Narasumber : Ustadz Khalid Syamhudi Al Bantani Lc

Tema : Hadist
Notulen : Ana Trienta
بسم الله الرحمن الرحيم


Kita akan belajar hadits lagi. Tema antara iman dan dosa.

Sabda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam :

وَعَنْ أَبِيْ أُمَامَةَ أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : " مَا اْلإِيْمَانُ قَالَ إِذَا سَرَّتْكَ حَسَنَتُكَ وَسَاءَتْكَ سَيْئَتُكَ فَأَنْتَ مُؤْمِنٌ قَالَ ياَ رَسُوْلَ اللهِ فَمَا الإِثْمُ قَالَ إِذَا حَاكَ فِيْ نَفْسِكَ شَيْءٌ فَدَعْهُ " . رواه أحمد

Kosa Kata 

حَاكَ : membuat keraguan
فَدَعْهُ  : Tinggalkanlah.

Terjemah 

"Dari Abu Umamah RA sesungguhnya seorang tekah bertanya kepada Rasulullah: Apakah iman itu? Beliau menjawab: Apabila kebaikanmu menggembirakanmu dan kejelekannya menyusahkanmu, maka kau seorang mukmin. Ia bertanya lagi: Wahai rasulullah apa itu dosa? Beliau menjawab: Apabila sesuatu membuat ragu dalam dirimu maka tinggalkanlah!"


Takhrij 

Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dalam kitab al-Musnad dan dinilai shahih oleh Syeikh al-Albani dalam kitab Shohih al-Jaami’ no 484.

Syarah Hadits 

Hadits yang agung ini menjelaskan bahwa seorang muslim yang benar-benar beriman memiliki keistimewaan dapat membedakan perbuatan yang dilakukannya. Demikianlah Allah anugerahkan hal ini karena ketakwaan yang senantiasa ia jaga dan perbaiki. Anugerah ini merupakan janji yang Allahl sampaikan dalam firmanNya:
"Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan (pembeda antara kebenaran dan kebatilan)."(Qs.al-Anfaal/8:29).
Imamnya membuat dirinya merasa gembira, suka cita dan lapang ketika mengerjakan ketaatan dan kebaikan yang mendekatkan dirinya kepada Allah. Sebaliknya ia merasa sempit dada dan susah apabila melaksanakan kemaksiatan dan kejahatan yang memutuskan dan menjauhkan dirinya dari Allah. Iman tersebut membuatnya selalu berpegang teguh kepada kebenaran, tenteram dan senantiasa selalu condong kepadanya. Disamping itu apabila ada dosa yang bersemayam didalam dirinya ia selalu berusaha untuk melepaskan dirinya dan gelisah tidak bisa tenang. 

Demikian kalbu seorang mukmin yang dipenuhi iman dan terbina diatas keimanan. Selalu merasa tenang bila mendapatkan kebaikan dan ketaatan dan selalu ragu dan malu bila berbuat kemaksiatan dan dosa. Hadits juga dijelaskan dalam hadits lainnya dari an-Nuwaas bin Sam’aan z bahwa Rasulullah bersabda: 

الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِى صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ

Kebaikan adalah akhlak yang mulia dan dosa adalah yang membuat keraguan di dadamu (kalbumu) dan kamu tidak suka orang lain mengetahuinya. (HR Muslim).

Keistimewaan kalbu mukmin yang dipenuhi iman ini dijadikan sebagai standar oleh Rasulullah dalam mengenal kebaikan, sebagaimana diperintahkan Rasulullah kepada sahabat yang mulia Waabishah:

يَا وَابِصَةُ اسْتَفْتِ قَلْبَكَ وَالْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ اْلقَلْبُ وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِيْ القَلْبِ

Wahai Waabishah tanyalah kalbumu! Kebaikan adalah yang jiwa dan kalbu tenteram dengannya dan dosa adalah yang membuat keraguan di kalbu. (HR at-Tirmidzi dan dinilai Hasan Lighairihi oleh Syeikh al-Albani dalam kitab Shohih at-Targhib wa at-Tarhib hadits no. 1734).

Oleh karena itu Rasulullah dalam hadits Abu Umamah ini memrintahkan kita untuk meninggalkan semua yang diragukan kalbu kita. Mari perbaiki kalbu kita dengan ketakwaan sehingga memiliki filter terhadap semua perbuatan dosa baik yang jelas maupun yang samar.

Faedah Hadits
  1. Keutamaan seorang mukmin yang dipenuhi dengan ketakwaan
  2. Seorang muslim dalam masalah agama dan ibadah hendaknya melakukan perkara-perkara yang sudah jelas dan tenteram dikalbunya dan meninggalkan semua perkara yang tidak jelas dan meragukan
  3. Seorang mukmin yang bertakwa kepada Allah dan takut kepadaNya memiliki filter dalam mengenal kebenaran dan kebatilan dan sangat peka dengan perkara-perkara yang tidak jelas dalam agamanya.
  4. Semangat para sahabat dalam mengenal perkara halal dan haram serta perkara agama lainnya, sehingga mereka selalu diatas ilmu dalam setiap amalannya.
Semoga bermanfaat yang sedikit ini, langsung aja buka tanya jawab:

TANYA JAWAB

1. Ustadz saat kita gelisah dan tidak nyaman melakukan kemaksiatan, tapi kenapa tetap melakukan? Apa karena hawa nafsu ato godaan syetan? Bagaimana menjaga fluktuasi iman kita agar tetap stabil bahkan meningkat?
Jawab


Seorang muslim yang merasakan kegelisahan dalam berbuat maksiat merupakan tanda adanya iman dihatinya. Namun iman tersebut kadang lemah karena tekanan hawa nafsu dan godaan syeitan. Tidak dipungkiri 2 serangan ini sangat membahayakan keimana seorang muslim. dari dalam ada Syahwat atau hawa nafsu yang mengajak kepada keburukan dan dari luar bisikan dan godaan syetan ikut memperlemah perisai iman kita, sehingga akhirnya terjerumus pada kemaksiatan.

Menjaga fluktuasi iman dengan cara memperbanyak dzikir baik dengan membaca ayat-ayat kauniyah atau al-Qur'an dan memperbanyak ingat kepada Allah. Apalagi ditambah dengan pengetahuan dan iman yang bagus terhadap hari akhir. Akan semakin memperkuat iman dan mengikis lawannya.

2. Tanya lagi ya tadz masih bolehkan? Iman itu kan pekerjaan hati.. bagaimana kita mengimplementasikannya dalam perbuatan? Yang jelas kan tidak bisa hanya dengan kata-kata bahwa ' aku punya iman' misalnya...
Jawab
Iman memang amalan hati dan juga anggota tubuh. sehingga para ulama ahlussunnah menyatakan: Iman adalah qaul (perkataan) dan amalan (amal) bertambah dan berkurang. bertambah dengan taat kepada ar-Rahmaan dan berkurang dengan taat kepada Syaitan sehingga iman harus terimplemnetasikan dalam amalan perbuatan dengan demikian jelaslah iman tidak bisa dipisahkan dari amalan.

TAMBAHAN MATERI TENTANG MAULID NABI

Adalah kesilapan besar sebahagian orang Islam semasa yang berlawanan dengan fatwa ulama’-ulama’ besar yang telah pun memutuskan bahwa sambutan Maulid ini adalah bid’ah.
=====================
Kami ingin bertanya kepada golongan penyambut Maulid ini dengan 3 pertanyaan, dan kami benar-benar berharap agar mereka menjawapnya:
=====================
1) Merayakan Maulid ini adalah satu ketaatan kepada Allah atau maksiat kepadaNya?
=====================
Sudah tentu mereka akan berkata “Ketaatan”. Jika mereka mengatakan ia adalah maksiat, maka dengan mudah semuanya selesai.
=====================
2) Baik, jika kamu mengatakan “Ia adalah ketaatan dan kamu akan mendapat pahala dengannya”, maka adakah Rasulullah SAW sendiri mengetahuinya atau tidak?
=====================
Jika kamu berkata “Tidak”, maka sungguh kamu adalah golongan celaka kerana mendakwa guru teragung sebagai jahil, dan ini adalah kesesatan yang nyata.
=====================
Jika kamu berkata “Baginda mengetahuinya”, maka ketika itu kami ingin berpindah ke soalan yang ketiga iaitu:
=====================
3) Jika kamu mengatakan “Ia adalah amalan ketaatan yang diketahui oleh Rasulullah SAW”, maka adakah baginda pernah menyampaikannya kepada umatnya?
=====================
Jika kamu mengatakan “Baginda tidak menyampaikannya”, maka ini adakah puncak kejelekan kerana dengannya datang bersama tuduhan “Rasulullah SAW menyembunyikan sesuatu daripada risalah Allah”, sedangkan Allah telah berfirman, {Wahai Rasul (Muhammad SAW), sampaikan segala yang Allah turunkan kepadamu dalam risalah. Jika kamu tidak menyampaikannya, siapa lagi yang akan menyampaikan risalahNya?}”.
=====================
Jika kamu mengatakan “Baginda telah menyampaikannya”, maka kami katakana, “Bawakan dalil. Dimana contoh daripada salaf yang mereka melakukannya? Adakah semua dalil daripada sahabat, tabi’in dan atba’ tabi’in sepanjang kurun-kurun yang mulia ini telah hilang? Dan tiada siapa yang meneruskan tradisi ini daripada mereka kecuali para najis-najis Fatimiyyah?
=====================
Jika ia sedemikian rupa, maka kami dengan yakin mengatakan ia adalah bid’ah yang direka. Ini bahkan turut disertakan bersama pelbagai kemungkaran besar dan kecil yang berlaku di dalamnya dengan sangkaan merayakan Maulid? Semoga Allah memberi pertolonganNya kepada umat ini
MENILAI SAMBUTAN MAULID 
(terjemahan dari teks Arab)
======================
Abu Bakar RA memerintah selama 2 tahun, dan tidak pernah belaiu merayakan Maulid sedangkan beliau adalah Ash-Shiddiq umat ini, dan yang menemani Rasulullah SAW di Gua Thur.
======================
Umar RA memerintah selama 10 tahun, dan tidak juga beliau merayakan Maulid, sedangkan beliau adalah al-Faruq dan panduan umat ini.
======================
Uthman RA memerintah selama 13 tahun, dan tidak juga beliau merayakan Maulid, sedangkan beliau adalah suami kepada 2 puteri Rasulullah SAW, orang melakukan hijrah sebanyak 2 kali, dan yang paling tebal malunya dikalangan umat ini.
======================
Ali RA telah memerintah selama 4 tahun, dan tidak juga beliau merayakan Maulid, sedangkan beliau adalah sepupu Rasulullah SAW dan suami kepada ketua wanita syurga (puteri Rasulullah SAW).
======================
Al-Hasan RA telah memerintah selama 6 bulan, dan tidak juga merayakan Maulid sedangkan beliau ialah cucu Rasulullah SAW dan ketua pemuda ahli syurga.
======================
Selama pemerintahan Muawiyah RA, beliau juga tidak pernah merayakan Maulid sedangkan beliau adalah “raja” yang terbaik dari kalangan “raja-raja Islam”.
======================
Kemudian datanglah Kerajaan Umayyah yang di dalamnya terdapat Umar bin Abdul Aziz, serta Kerajaan Abbasiyyah yang di dalamnya terdapat Harun al-Rashid, dan mereka semua turut tidak merayakan Maulid.
======================
Mereka, sekalian ulama’ Islam, para pencinta Rasulullah SAW yang sebenar, tidak pernah merayakan Maulid Rasulullah sepanjang 3 kurun terbaik umat ini, sedangkan merekalah golongan yang paling berilmu dan memahami agama dan kitab Allah. Bagaimana tidak, merekalah golongan Hamalatul Qur’an dan perawi kepada atsar?
======================
Kami berkata, “Sekiranya (sesuatu amalan itu adalah) baik, maka nescaya golongan ini telah mendahului kami (dalam melakukannya)”.
======================
Dan kami ingin mengungkapkan juga kata-kata Imam Malik, “Sesuatu yang tidak menjadi amalan agama pada zaman Rasulullah SAW dan para sahabat, maka sehingga hari ini ia juga bukan merupakan amalan agama”.
======================
Telah diketahui juga, bahawa tidaklah Rasulullah SAW itu berpindah ke alam kedua (kematian) melainkan Allah telah menyempurnakan agama ini untuknya, dan ini adalah nikmat Allah yang sangat besar buat kamu.
======================
Baginda Rasulullah SAW telah memperingatkan kepada kita dalam sunnahnya agar menjauhi segala perkara baru dalam agama, atau melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh baginda mahupun para sahabat.
======================
Ketahuilah olehmu - semoga Allah merahmati kamu - sesungguhnya sepanjang 3 kurun terbaik umat ini, mereka sama sekali tidak mengenali apa itu perayaan Maulid, dan dengan itu ketahuilah bahawa ia adalah satu perbuatan bid’ah. Ia direka cipta semasa era Kerajaan Fatimiyyah (di Mesir) semasa dipimpin oleh al-Mu’iz li dinillah (penolong agama Allah), sedangkan sebenarnya dia adalah al-Mudhil li dinillah (penghina agama Allah).
======================
Semasa dia memimpin, dia memimpin dengan menampilkan segala ciri kafir bawwah (yang mengeluarkan pelakunya daripada agama Islam) dan kefasikan yang jelas. Dia menghalalkan arak dan segala kemaluan (melalui nikah pelacuran - mut’ah), sepertimana juga dia telah mengisytiharkan bahawa dia keluar daripada mengikut golongan salaf, mencaci dan mengkafirkan sahabat, serta seluruh tokoh-tokoh Islam. Si celaka inilah yang juga merupakan orang pertama yang merayakan Maulid. Dia telah men cipta 6 Maulid: Maulid Nabi, Maulid Fatimah, Maulid Ali, Maulid Hasan, Maulid Husain, dan Maulid untuk dirinya sendiri.
=====================
Kemudian, datanglah golongan jahil dari kalangan umat Islam yang meneruskan tradisi rekaan golongan Fatimiyyah ini secara buta tuli. Ketahuilah, tidak terdapat sebarang dalil agama yang menyokong golongan penyambut Maulid ini. Apa yang ada hanyalah nas-nas yang mereka salah fahami, atau atsar yang tidak sahih. Jika ada yang sahih, maka di situ sebenarnya tiada apa yang menyokong mereka. Ini adalah kesilapan besar sebahagian orang Islam semasa yang berlawanan dengan fatwa ulama’-ulama’ besar yang telah pun memutuskan bahawa sambutan Maulid ini adalah bid’ah.


=====================
Kami ingin bertanya kepada golongan penyambut Maulid ini dengan 3 pertanyaan, dan kami benar-benar berharap agar mereka menjawapnya:
=====================
1) Merayakan Maulid ini adalah satu ketaatan kepada Allah atau maksiat kepadaNya?
=====================
Sudah tentu mereka akan berkata “Ketaatan”. Jika mereka mengatakan ia adalah maksiat, maka dengan mudah semuanya selesai.
=====================
2) Baik, jika kamu mengatakan “Ia adalah ketaatan dan kamu akan mendapat pahala dengannya”, maka adakah Rasulullah SAW sendiri mengetahuinya atau tidak?
=====================
Jika kamu berkata “Tidak”, maka sungguh kamu adalah golongan celaka kerana mendakwa guru teragung sebagai jahil, dan ini adalah kesesatan yang nyata.
=====================
Jika kamu berkata “Baginda mengetahuinya”, maka ketika itu kami ingin berpindah ke soalan yang ketiga iaitu:
=====================
3) Jika kamu mengatakan “Ia adalah amalan ketaatan yang diketahui oleh Rasulullah SAW”, maka adakah baginda pernah menyampaikannya kepada umatnya?
=====================
Jika kamu mengatakan “Baginda tidak menyampaikannya”, maka ini adakah puncak kejelekan kerana dengannya datang bersama tuduhan “Rasulullah SAW menyembunyikan sesuatu daripada risalah Allah”, sedangkan Allah telah berfirman, {Wahai Rasul (Muhammad SAW), sampaikan segala yang Allah turunkan kepadamu dalam risalah. Jika kamu tidak menyampaikannya, siapa lagi yang akan menyampaikan risalahNya?}”.
=====================
Jika kamu mengatakan “Baginda telah menyampaikannya”, maka kami katakana, “Bawakan dalil. Dimana contoh daripada salaf yang mereka melakukannya? Adakah semua dalil daripada sahabat, tabi’in dan atba’ tabi’in sepanjang kurun-kurun yang mulia ini telah hilang? Dan tiada siapa yang meneruskan tradisi ini daripada mereka kecuali para najis-najis Fatimiyyah?
=====================
Jika ia sedemikian rupa, maka kami dengan yakin mengatakan ia adalah bid’ah yang direka. Ini bahkan turut disertakan bersama pelbagai kemungkaran besar dan kecil yang berlaku di dalamnya dengan sangkaan merayakan Maulid? Semoga Allah memberi pertolonganNya kepada umat ini

Doa Kafaratul Majelis...

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Semoga Bermanfaat

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!