Home » , » CARA MENGHILANGKAN SIFAT SOMBONG DALAM DIRI SEORANG MUSLIM

CARA MENGHILANGKAN SIFAT SOMBONG DALAM DIRI SEORANG MUSLIM

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Wednesday, April 8, 2015

Salah satu sifat yang paling dibenci oleh Rasulullah SAW dan banyak menghinggapi manusia adalah sifat sombong. Sombong adalah menganggap diri lebih tinggi dan lebih benar dari pada orang lain. Sehingga, pemiliknya sulit menerima kebenaran yang datang dari orang lain, dan selalu merendahkan orang lain. Tentang hal ini terdapat sebuah hadits :
“Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sekecil atom kesombongan.’ Seorang lelaki berkata, ‘Sesungguhnya, ada seseorang yang senang jika pakaiannya bagus dan sandalnya juga bagus. ‘Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya, Allah SWT itu indah dan senang akan keindahan. Sedangkan, sombong ialah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” (HR. Muslim, Ahmad, dan yang lainnya)
Dalam hadits tersebut, kita dapat mengambil pelajaran bahwa siapa saja yang dalam hatinya terdapat sifat sombong meskipun sekecil atom, maka ia tidak akan masuk surga.

Pada dasarnya, sifat sombong dibagi menjadi dua, yaitu sombong kepada Allah SWT dan Rasul-Nya serta sombong kepada manusia. Yang dimaksud sombong kepada Allah SWT adalah keengganan atau mengabaikan perintah Allah SWT dan atau melanggar larangan-Nya.

Orang yang sombong telah banyak diceritakan di dalam Al Qur’an. Salah satunya adalah Fir’aun, yang dengan kekuasaanya, ia telah mengganggap dirinya sebagai Tuhan.

Dengan hartanya ia lalai membayar zakat dan menyantuni fakir miskin. Ia merasa bahwa kedudukan dan harta yang dia peroleh semata-mata karena usaha dan ilmunya sendiri, bukan karena bantuan orang lain, apalagi Allah SWT. Maka, Allah SWT membalas kesombongan Fir’aun dengan menghancurkan jabatan dan harta kekayaanya. Kisah tersebut diabadikan oleh Allah SWT di dalam Al Qur’an agar menjadi peringatan bagi seluruh umat manusia.

Sifat sombong yang kedua adalah sombong kepada manusia. Biasanya, kesombongan jenis ini terjadi karena pelakunya merasa lebih dari segala-galanya. Lebih kaya, lebih terhormat, atau lebih mulia dari manusia lainnya. Sehingga, timbullah rasa sombong, menghina, merendahkan, atau menyepelekan orang lain. Ia hanya menghormati orang lain yang dipandangnya sama kedudukannya, atau di atas dirinya. Tetapi, ketika orang lain tersebut dipandangnnya lebih rendah dari dirinya, maka ia memalingkan muka karena sombong. Padahal, Allah SWT melarang sifat sombong, sebagaimana firman-Nya sebagai berikut :
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman : 18)
Karena sifat sombong sangat tidak disukai oleh Allah SWT dan manusia, maka sudah seharusnya kita menghindari kesombongan.

Ada tiga cara untuk menolak atau mengobati rasa sombong.
Pertama, kita harus mengingat kembali asal penciptaan manusia. Tentang hal ini, Allah SWT berfirman :
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang dipancarkan,yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.” (QS. Ath-Thaariq: 5-7)
Di ayat lain, Allah SWT juga berfirman :
“Dari apakah Allah menciptakannya? Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya.” (QS. ‘Abasa:18-19)
Demikianlah tindakan pertama untuk mencegah atau mengobati sifat sombong yang perlu kita perhatikan. Itulah salah satu resep mujarab untuk membasmi penyakit-penyakit rohaniah yang sangat besar bahayanya.

Kedua, senantiasa mengingat kematian. Tentang hal ini Allah SWT berfirman :
“Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Al-Jumu’ah: 8)
Dari ayat tersebut, kita mengetahui bahwa dengan memperbanyak mengingat mati, kita menjadi sadar tentang segala hal yang kita sombongkan di dunia. Padahal, semuanya akan kita tinggalkan, dan kita kembali kepada Allah SWT. Hanya kain mori penutup badan, yang akhirnya hancur dan dimakan cacing.

Ketiga, banyak-banyaklah bargaul dengan orang yang di bawah kita, agar kita dapat bersyukur kepada Allah SWT atas kelebihan dan nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada kita, agar timbul belas kasihan kita kapada orang lain. Kita juga harus selalu melihat kebawah, bagaimana jika seandainya hasib si miskin menimpa kita, tentu kita tidak menginginkannya. Dengan demikian, timbul rasa syukur kita kepada Allah SWT dan belas kasihan kita kepada si miskin dan lemah. Bukan malah menyombongkan diri, merendahkan mereka, dan menyakiti mereka yang memang serbakekurangan. Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya Allah telah memberikan wahyu kepadaku agar diantara manusia saling merendahkan hati (tidak menyombongkan diri) sehingga seseorang terhadap yang lainnya tidak saling menindas atau menyombongkan diri dengan yang lainnya.” (HR. Muslim)
Demikianlah uraian singkat tentang Cara Menghilangkan Sifat Sombong Dalam Diri Seorang Muslim. Mudah-mudahan Allah memberikan kekuatan kapada kita untuk menjauhi maupun membuang sifat sombong yang berada di dalam hati. Aamiin. Wallahua’lam bishowab.


TANYA JAWAB 

1. Assalamu'alaikum, sifat sombong, dengki dan iri itu kan beda tipis. Bagaimana cara menghilangkan sifat tersebut? Ada yang mengatakan bahwa sifat diatas tersebut adalah fitrah.

Jawab : Wa'alaikumussalaam. Yang namanya penyakit hati bukanlah sesuatu yang fitrah. Begini : Rasulullah saw. bersabda,
“….Bahwa dalam diri setiap manusia terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula seluruh amalnya, dan apabila ia itu rusak maka rusak pula seluruh perbuatannya. Gumpalan daging itu adalah hati.” (HR. Imam Al-Bukhari)
Oleh karena itu penyakit hati jauh lebih berbahaya daripada penyakit fisik karena bisa mengakibatkan kesengsaraan di neraka yang abadi.

Sombong : Allah melarang kita untuk menjadi sombong:
“Janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. Al Israa’ : 37)
“Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman : 18)
Allah menyediakan neraka jahannam bagi orang yang sombong:
“Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong .” (QS. Al Mu’min : 76)
Kita tidak boleh sombong karena saat kita lahir kita tidak punya kekuasaan apa-apa. Kita tidak punya kekayaan apa-apa. Bahkan pakaian pun tidak. Kecerdasan pun kita tidak punya. Namun karena kasih-sayang orang tua-lah kita akhirnya jadi dewasa.

Begitu pula saat kita mati, segala jabatan dan kekayaan kita lepas dari kita. Kita dikubur dalam lubang yang sempit dengan pakaian seadanya yang nanti akan lapuk dimakan zaman.

Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya’ “Uluumuddiin menyatakan bahwa manusia janganlah sombong karena sesungguhnya manusia diciptakan dari air mani yang hina dan dari tempat yang sama dengan tempat keluarnya kotoran.

Bukankah Allah mengatakan pada kita bahwa kita diciptakan dari air mani yang hina:
“Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?” (QS. Al Mursalaat : 20)
Saat hidup pun kita membawa beberapa kilogram kotoran di badan kita. Jadi bagaimana mungkin kita masih bersikap sombong?

‘Ujub (Kagum akan diri sendiri)
Ini mirip dengan sombong. Kita merasa bangga atau kagum akan diri kita sendiri. Padahal seharusnya kita tahu bahwa semua nikmat yang kita dapat itu berasal dari Allah.

Jika kita mendapat keberhasilan atau pujian dari orang, janganlah ‘ujub. Sebaliknya ucapkan “Alhamdulillah” karena segala puji itu hanya untuk Allah.

Iri dan Dengki
Allah melarang kita iri pada yang lain karena rezeki yang mereka dapat itu sesuai dengan usaha mereka dan juga sudah jadi ketentuan Allah.
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An Nisaa : 32)
Iri hanya boleh dalam dua hal. Yaitu dalam hal bersedekah dan ilmu.
"Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua perkara, yakni seorang yang diberi Allah harta lalu dia belanjakan pada jalan yang benar, dan seorang diberi Allah ilmu dan kebijaksaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya." (HR. Bukhari)
Cukuplah menjadi renungan kita bersama bahwasanya penyebab pembunuhan pertama kali di muka bumi ini terjadi yaitu anak Adam membunuh saudaranya adalah disebabkan oleh kedengkiannya pada saudaranya atas nikmat yang dimilikinya lalu kita bertanya masihkah kita harus mendengki?

Dengki (hasud): senang melihat orang lain susah, susah melihat orang lain senang. Salah satu penyakit hati yang sering merasuki jiwa manusia dengan tidak mengenal golongan, pangkat, jabatan, keturunan dan usia baik laki-laki maupun  perempuan adalah Dengki (Hasud).

Hasud (dengki) adalah sikap batin tidak senang terhadap kenikmatan yang diperoleh orang lain dan berusaha untuk menghilangkannya dari orang tersebut. Imam Ghazali mengatakan bahwa hasud itu adalah cabang dari syukh (الشخ) yaitu sikap batin yang bakhil berbuat baik.

Kata hasud berasal dari bahasa Arab, yaitu “hasadun” yang berarti dengki, benci. Dengki merupakan suatu sikap atau perbuatan yang mencerminkan rasa marah, tidak suka karena iri. Dalam kamus Bahasa Indonesia kata “hasud” diartikan membangkitkan hati seseorang supaya marah (melawan, memberontak, dan sebagainya).

Dengan demikian yang dimaksud dengan hasud pada hakikatnya sama dengan hasad, yakni suatu perbuatan tercela sebagai akibat adanya rasa iri hati dalam hati seseorang. Rasulullah s.a.w. bersabda :
ﺩَﺏﱠﺇِﻟَﻴْﻜُﻢْﺩَﺍۤﺀُﭐْﻷُﻣَﻢِﻗَﺒْﻠَﻜُﻢْﺑَﻐْﻀَﺎﺀُﻭَﺣَﺴَﺪٌﻫِﻲَﺣَﺎﻟِﻘَﺔُﭐﻟﺪﱢﻳْﻦِﻻَﺣَﺎﻟِﻘَﺔُﭐﻟﺸﱠﻌْﺮِ
( ﺭَﻭَﺍﻩُﺃَﺣْﻤَﺪُﻭَﭐﻟﺘﱢﺮْﻣِﺬِﻱﱡ )
Artinya : “Telah masuk ke dalam tubuhmu penyakit-penyakit umat terdahulu (yaitu) benci dan dengki, itulah yang membinasakan agama, bukan dengki mencukur rambut”. (HR. Ahmad & Tirmidzi)

Lebih jauh para ulama mengemukakan pengertian hasud atau hasad sebagai berikut : Menurut Al Jurjani Al Hanafi dalam kitabnya “Al Ta’rifaat”, hasad ialah menginginkan atau mengharapkan hilangnya nikmat dari orang yang didengki (mahsud) supaya berpindah kepadanya (orang yang mendengki). Menurut Imam Al Ghazali dalam kitab “Ihya Ulumuddin”, hasad ialah membenci nikmat Allah SWT yang ada pada diri orang lain, serta menyukai hilangnya nikmat tersebut.

Menurut Sayyid Qutub dalam tafsir “Al Manar”, hasud ialah kerja emosional yang berhubungan dengan keinginan agar nimat yang diberikan Allah SWT kepada seseorang dari hamba-Nya hilang dari padanya. Baik cara yang dipergunakan oleh orang yang dengki itu dengan tindakan supaya nikmat itu lenyap dari padanya atas dasar iri hati, ataau cukup dengan keinginan saja. Yang jelas motif dari tindakan itu adalah kejahatan.

Hal inilah, seperti yang dijelaskan Al Qur’an sebagai berikut :
ﺃَﻡْﻳَﺤْﺴُﺪُﻭْﻥَﭐﻟﻨﱠﺎﺱَﻋَﻠَﻰﻣَﺎۤﺍٰﺗٰﻬُﻢُﭐﷲُﻣِﻦْﻓَﻀْﻠِﻪِ
Artinya: "Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang telah Allah berikan kepadanya..." (QS. An-Nisaa : 54)
Jadi hasud/hasad menurut istilah: membenci nikmat Allah SWT yang dianugerahkan kepada orang lain, dengan keinginan agar nikmat yang didapat orang tersebut segera hilang atau terhapus.

Rasulullah SAW menggambarkan betapa tercelanya kedengkian itu dengan sabdanya:
ﺇِﻳﱠﺎﻛُﻢْﻭَﭐﻟْﺤَﺴَﺪَﻓَﺈِﻥﱠﭐﻟْﺤَﺴَﺪَﻳَﺄْﻛُﻞُﭐْﻟﺤَﺴَﻨَﺎﺕِﻛَﻤَﺎﺗَﺄْﻛُﻞُﭐﻟﻨﱠﺎﺭُﭐﻟْﺤَﻄَﺐَ ( ﺭَﻭَﺍﻩُﺃَﺑُﻮْﺩَﺍﻭُﺩَﻋَﻦْﺃَﺑِﻲْﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَﺭﺽ
"Kedengkian memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar" (HR. Abu Daud dari Abu Hurairah)
Ketika seseorang mengharapkan lenyapnya nikmat dari orang yang didengki maka saat itu ia telah berlaku hasad, karena sesungguhnya kedengkian adalah membenci nikmat dan menginginkan lenyapnya nikmat itu dari orang yang mendapatkannya.
Pantaslah jika Rasulullah SAW pernah menyebut seseorang sebagai penghuni surga akan lewat di depan sahabat-sahabatnya, yang ketika kejadian itu berulang tiga kali dalam tiga hari Rasulullah menyebutnya sebagai seorang dari penghuni surga, dan ketika ditelusuri oleh Abdullah bin Amer bin al-Ash dengan bermalam di rumah orang tersebut selama tiga malam, ia tidak pernah melihat amalan orang tersebut yang berlebihan, bahkan orang itu juga tidak bangun malam, kecuali jika berbalik dari tempat tidurnya ia menyebut Allah, ia tidak bangun kecuali untuk shalat subuh, dan tidak pernah mendengarnya berkata kecuali kebaikan.
Bahkan hampir saja Abdullah meremehkan amalannya. Ketika Abdullah mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah telah bersabda begini dan begitu, kemudian ia bertanya : ”Apakah gerangan yang membuatmu mencapai tingkatan tersebut?” Orang tersebut menjawab: ”Tidak ada apa-apa kecuali yang kamu lihat, hanya saja aku tidak punya rasa benci dan dengki kepada salah seorang pun dari kaum muslimin yang dikaruniai Allah kebaikan”. Di sinilah Abdullah menemukan jawaban itu, ia berkata : ”Itulah rupanya yang membuatmu mencapai tingkatan itu, dan itulah yang tidak mampu kami lakukan”.
Demikianlah nikmatnya jika kita dapat menghidarkan diri dari berlaku hasad pada orang lain yakni surga, yang sesungguhnya terlihat sangatlah sepele persoalannya meskipun sesungguhnya berat dalam pengamalannya.
Cukuplah menjadi renungan kita bersama bahwasanya penyebab pembunuhan pertama kali di muka bumi ini terjadi yaitu anak Adam membunuh saudaranya adalah disebabkan oleh kedengkiannya pada saudaranya atas nikmat yang dimilikinya lalu kita bertanya masihkah kita harus mendengki?

Rasulullah bersabda:
ولا تحاسدوا ولاتقاطعوا ولاتباغضوا ولاتدابروا وكونوا عبادالله إخوانا كما أمركم الله : رواه ﭐﻟْﺒُﺨَﺎﺭِﻱﱡ ومسلم
Artinya : "Janganlah kamu sekalian saling mendengki, membenci, dan saling belakang-membelakangi; tetapi jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang telah diperintahkan Allah kepadamu.” (HR. Bukhari - Muslim) 
Setiap muslim/muslimah wajib hukumnya menjauhi sifat hasud karena hasud termasuk sifat tercela dan merupakan perbuatan dosa.
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An Nisaa : 32)
Dalam kitab Tanbihul Ghafilin yang dinyatakan Imam Abu Laits Samarqandi, dijelaskan bahwa orang hasud itu telah menentang Allah SWT dalam beberapa hal :

Membenci nikmat atau anugerah Allah SWT yang diberikan kepada orang lain.Tidak rela menerima pembagian karunia Allah SWT atas dirinya. Pelit terhadap pemberian Allah SWT, kalau bisa semua anugerah Allah dan kebajikan jatuh pada dirinya sendiri, tak perlu orang lain. Kalaupun orang lain memperolehnya diharapkan di bawah derajat dirinya. Mengikuti pengaruh Iblis/syetan yang sebetulnya sangat merugikan dan menghinakan dirinya sendiri.

Bahaya-bahaya sifat hasud antara lain:
Merusak iman orang yang hasud
الحسد ﻳُﻔْﺴِﺪُ الايمان كما يفسد الصبر العسل
"Hasud itu dapat merusak iman sebagaimana jadam merusak madu" (HR. Ad Dailami)
Menghanguskan segala macam kebaikan yang pernah dilakukan.
ﺇِﻳﱠﺎﻛُﻢْﻭَﭐﻟْﺤَﺴَﺪَﻓَﺈِﻥﱠﭐﻟْﺤَﺴَﺪَﻳَﺄْﻛُﻞُﭐْﻟﺤَﺴَﻨَﺎﺕِﻛَﻤَﺎﺗَﺄْﻛُﻞُﭐﻟﻨﱠﺎﺭُﭐﻟْﺤَﻄَﺐَ
"Jauhilah darimu dari hasud karena sesungguhnya hasud itu memakan kebaikan-kebaikan seperti api memakan kayu bakar" (HR. Abu Dawud)
Tersiksa batinnya untuk selama-lamanya, sebab di dunia ini tidak sepi dari orang-orang yang mendapat nikmat dari Allah baik berupa ilmu, pangkat, atau harta benda sementara dia selalu diliputi rasa dengki terus menerus.

Ada dua macam hasud yang dibolehkan. Rasulullah bersabda,
لاحسد إلا فى اثنين: رجل أتاه الله مالا فسلطه على هلكته فى الحق ورجل أتاه الله الحكمة فهو يقضي بها ويعلمها
"Tidak boleh iri hati kecuali dalam 2 hal : 1. Seorang yang diberi oleh Allah SWT harta kekayaan maka dipergunakan untuk mempertahankan hak (kebenaran) dan 2. Seorang yang diberi Allah SWT ilmu hikmah, maka ia pergunakan dan ia ajarkan" (HR. Bukhari)
Mengarah pada perbuatan maksiat, dengan berlaku hasud otomatis seseorang pasti melakukan hal-hal lain seperti ghibah (mengumpat/menggosip orang), berdusta, mencela, bahkan mengadu domba.

Jauh dari rahmat Allah SWT dan sesama manusia Menghancurkan persatuan dan kesatuan. Menyakiti orang lain atau dapat mencelakakan orang lain. Terkena hinaan dan kegelisahan apalagi ia menyadari bahwa orang lain telah memahami hasutannya, maka ia akan dipandang rendah dan pasti dijauhi.

Kerisauan dan kegelisahan akibat kebencian tak terputus-putus Akan selalu menderita di atas kesenangan orang lain. Ia tidak pernah merasa bahagia selama ada orang lain yang melebihinya. Dapat memutuskan hubungan silaturrahim dan persaudaraan. Berpotensi akan menjadi provokator yang dapat menimbulkan bencana atau kerugian, baik untuk dirinya ataupun orang lain. Menjerumuskan pelakunya masuk neraka.

Cara menghindari sifat hasud :
Selalu meningkatkan iman kepada Allah SWT. Berupaya meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Mensyukuri nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepadanya. Meningkatkan sifat Qana’ah (menerima dengan ridho setiap anugerah Allah SWT). Menyadari kedudukan harta dan jabatan dalam kehidupan manusia di dunia.

Kebiasaan-kebiasaan yang harus dilatih agar terhindar dari sifat hasud: Membiasakan diri menghormati pendapat orang lain agar terhindar dari konflik. Membiasakan diri melakukan perbuatan baik, karena Allah bersama orang yang berbuat baik (QS. An Nahl : 128) Membiasakan diri senang dan bersyukur serta memberikan selamat atas keberhasilan/kebahagiaan orang lain. Membiasakan diri memelihara hubungan baik/silaturrahim. Membiasakan diri mempelajari, memahami dan memperaktikkan ayat-ayat Allah. Komitmen untuk selalu meningkatkan ke-Islaman terutama salat lima waktu. Membiasakan diri mensyukuri nikmat/pemberian Allah sekecil apapun. Wallahu'alam bishawab

2. Dengan maraknya sosial media sekarang ini, banyak sekali orang yang tidak sadar memposting baik berupa gambar atau foto atau mungkin berupa kalimat yang mungkin merupakan kesombongan seseorangan tapi orang itu tidak menyadarinya. Bisa juga dikatakan seperti "pamer (suka memperlihatkan)" apa yang dia punya atau dia alami. Pertanyaannya: bagaimana cara kita menjaga diri dari sifat sombong dan sifat tercela lainnya dalam bersosial media ustadzah? Jazakillah khoir.

Jawab : Sudah diatas  ya dan tak perlu pusingin amalan orang lain di medsos.



3. Tadi dikatakan, sombong erat kaitannya dengan rasa iri, lantas bagaimanakah iri yang disukai Allah?

Jawab : Sudah ada di nomor 1 yaa


4. Tolong jelaskan penyakit-penyakit 'ain dan bagaimana kita menghindarinya?

Jawab : Pengertian Penyakit 'Ain
‘Ain itu diambil dari kata ‘ana-Ya’inu (bahasa Arab) artinya apabila ia menatapnya dengan matanya. Asalnya dari kekaguman orang yang melihat sesuatu, kemudian diikuti oleh jiwanya yang keji, kemudian menggunakan tatapan matanya itu untuk menyampaikan racun jiwanya kepada orang yang dipandangnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan Nabi-Nya, Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, untuk meminta perlindungan dari orang yang dengki. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan dari keburukan orang yang dengki ketika dengki.” (QS. Al-Falaq:5)
Setiap orang yang menimpakan ‘ain adalah hasid (pendengki) dan tidak setiap hasid adalah orang yang bisa menimpakan ‘ain. Karena hasid itu lebih umum ketimbang orang yang bisa menimpakan ‘ain, maka meminta perlindungan dari hasid berarti meminta perlindungan dari orang yang bisa menimpakan ‘ain. Yaitu panah yang keluar dari jiwa hasid dan pelaku ‘ain yang tertuju pada orang yang didengki (mahsud atau ma’in), yang adakalanya menimpanya dan adakalanya tidak mengenainya. Jika ‘ain itu kebetulan menimpa orang yang dalam keadaan terbuka tanpa pelindung, maka itu berpengaruh pada orang tersebut. Sebaliknya, bila ia menimpa orang yang waspada dan bersenjata, maka panah itu tidak berhasil mengenainya, tidak berpengaruh padanya. Bahkan barangkali panah itu kembali kepada pemiliknya. (diringkas dari Zad al-Ma’ad)
‘Ain dapat terjadi meskipun tanpa kesengajaan pelakunya. Ibnu Qoyyim rahimahullah mengatakan bahwa terkadang seseorang bisa mengarahkan ‘ain kepada dirinya sendiri. Pelakunya termasuk jenis manusia yang paling jahat.

Sahabat-sahabat kami dari kalangan ahli fiqh menyatakan, :Sesungguhnya bila diketahui ada orang yang melakukan hal itu, maka penguasa kaum muslimin harus memenjarakannya, lalu dipenuhi seluruh kebutuhannya hingga akhir hayat.” Namun terkadang pengaruh buruk ain terjadi tanpa kesengajaan dari orang yang memandang takjub terhadap sesuatu yang dilihatnya. Lebih dari itu pengaruh buruk ini juga bisa terjadi dari orang yang hatinya bersih atau orang-orang yang sholih sekalipun mereka tidak bermaksud menimpakan ain kepada apa yang dilihatnya. Hal ini pernah terjadi diantara para sahabat Nabi shollallohu alaihi wa sallam, padahal hati mereka terkenal bersih, tidak ada rasa iri atau dengki terhadap sesamanya. Akan tetapi dengan izin Alloh dan takdirnya, pengaruh buruk ain ini dapat terjadi diantara mereka.

Tanda - tanda seseorang terkena penyakit 'ain :
Jika seseorang sehat dari penyakit jasmani, maka gejalanya secara umum :
a. Pusing yang berpindah-pindah-pindah; 
b. Wajah pucat; 
c. banyak keluar keringat dan sering kencing; 
d. Tidak nafsu makan; 
e. Kesemutan, kepanasan atau kedinginan pada bagian tubuh; 
f. Detak jantung tidak teratur; 
g. Rasa sakit yang selalu berpindah-pindah pada bawah punggung dan bahu; 
h. Merasa sedih dan tertekan; 
i. Susah tidur di malam hari; 
j. Emosi yang berlebihan, rasa takut (paranoid) dan marah yang tidak wajar; 
k. Sering bersendawa dan menarik nafas panjang (dada sesak); 
l. Sering menyendiri, tidak bersemangat, malas, banyak tidur, dan masalah-masalah kesehatan lain yang sebabnya bukan karena bukan faktor medis.

Upaya-upaya bila sudah terkena pengaruh buruk ‘Ain :
a. Jika pelakunya diketahui, maka hendaklah orang itu diperintahkan untuk mandi, kemudian orang yang terkena pengaruh mata itu mandi dengan bekas air mandi orang itu. Hal ini sebagaimana kisah sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam Sahl bin Hunaif rodhiyallohu anhu dalam hadits yang telah lalu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan Amir bin robi’ah radhiyallahu anhu untuk mandi dan sisa air mandinya diguyurkan pada Sahl bin Hunaif radhiyallahu anhu.
At-Tirmidzi menjelaskan : ”Pelaku ‘ain diperintahkan untuk mandi dengan menggunakan air dalam baskom. Lalu meletakkan telapak tangannya di mulut dan berkumur-kumur, lalu disemburkan ke dalam baskom tersebut. Baru setelah itu membasuh wajahnya dengan air dalam baskom tersebut, lalu memasukkan tangan kirinya dan mengguyurkan air ke lutut kanannya dengan air baskom tersebut. Kemudian memasukkan tangan kanannya dan menyiramkan air baskom itu ke lutut kirinya. Baru kemudian membasuh tubuh di balik kain, namun baskom itu tidak usah diletakkan di atas tanah atau lantai. Setelah itu sisa air diguyurkan ke kepala orang yang terkena ‘ain dari arah belakang satu kali guyuran.
b. Memperbanyak membaca Surat Al-Ikhlas, Al-muawwidzatain (surat al-Falaq dan surat an-Nas), al - Fatihah, ayat kursi, bagian penutup surat al - Baqarah (dua ayat terakhir), dan mendoakan dengan   doa - doa yang disyariatkan dalam ruqyah
c. Membaca doa' sebagai berikut :
 
بِاسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنِ حَاسِدٍ اللَّهُ يَشْفِيكَ بِاسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ
Dengan menyebut Nama Allah, aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang menyakitimu, dan dari kejahatan setiap jiwa atau mata orang yang dengki.Mudah-mudahan Alloh subhanahu wa ta’ala menyembuhkanmu.Dengan menyebut Nama Alloh,aku mengobatimu dengan meruqyahmu.” (HR.Muslim no.2186 (40),dari Abu Said rodhiyallohu anhu)
Atau Dengan 
بِاسْمِ اللَّهِ يُبْرِيكَ وَمِنْ كُلِّ دَاءٍ يَشْفِيكَ وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ وَشَرِّ كُلِّ ذِي عَيْنٍ
“Dengan menyebut nama Alloh,mudah-mudahan Dia membebaskan dirimu dari segala penyakit,mudah-mudahan Dia akan menyembuhkanmu,melindungimu dari kejahatan orang dengki jika dia mendengki dan dari kejahatan setiap orang yang mempunyai mata jahat.” (HR. Muslim no. 2185 (39), dari Aisyah rhodiyallohu anha)
Ini adalah doa yang dibacakan malaikat Jibril kepada Nabi shollallohu alaihi wa sallam ketika mendapat gangguan syetan.
d. Membacakan pada air (dengan bacaan –bacaan ruqyah yang syar’i) disertai tiupan, dan kemudian meminumkan pada penderita,dan sisanya disiramkan ke tubuhnya. Hal itu pernah dilakukan Rosululloh shollallhu alaihi wa sallam kepada Tsabit bin Qois. (HR. Abu Daud no. 3885)
e. Dibacakan (bacaan) pada minyak dan kemudian minyak itu dibalurkan. (HR Ahmad III/497,lihat silsilah al-Ahaadits as-Shohihah :397). Jika bacaan itu dibacakan pada air zam-zam,maka yang demikian itu lebih sempurna jika air zam-zam itu mudah diperoleh atau kalau tidak,boleh juga dengan air hujan.
wallahualam..

5. Mungkin hampir mirip dgn pertanyaan dari ukhty ukhty tadi. Tapi yg mau saya tanyakan adalah kalau misalnya seseorang melakukan suatu kebaikan, misal membantu orang lain dan bersedekah. Awalnya org itu ngga ngomong apa apa, tapi dia bilang gini "kamu jadi orang harus kayak saya, tuh banyak ngasih duit dsb ke org lain"
Itu gimana ustadzah ?? Syukron

Jawab:
Tak perlu dipusingkan, malah nanti kita yang kena dosa riya' ny gimana? mauuuu?
yuk semangat!
Baik silahkan disimak dan dipelajari afwan jika baru sekarang jawabnya, semoga puas dengan jawabannya... selamat beratktifitas solihah dan peliharalah telaga dhuha dan qiyamul lail... berdirilah ditelaga itu in syaa Allah kau akan dapatkan apa yg kau inginkan karena Allah ...
Wassalamualaikum.
Kita tutup dengan membaca

Doa Kafaratul Majelis :
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك 
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika 
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”.   

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Rekapan Kajian Online Hamba الله
Rabu, 08 April 2015
Narasumber: Ustadzah Widya Salsabila
Tema: Menghilangkan Sifat Sombong
Admin: Asri & Sari
Nanda M116
Editor : Ana Trienta

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!