Assalaamu'alaikum Warahmatullah wabarakatuh ..
Kali ini kajan mengenain keutamaan shalat Sunah, Simak ya :)
بسم الله الر حمن الر حيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا و مِنْ َسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا و مِنْ َسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang masih memberikan kita
nikmat iman, islam dan Al Qur'an semoga kita selalu istiqomah sebagai
shohibul qur'an dan ahlul Qur'an dan dikumpulkan sebagai keluarga Al
Qur'an di JannahNya..
Shalawat beriring salam selalu kita hadiahkan kepada uswah
hasanah kita, pejuang peradaban Islam, Al Qur'an berjalan, kekasih Allah
SWT yakninya nabi besar Muhammad SAW, pada keluarga dan para sahabat
nya semoga kita mendapatkan syafaat beliau di hari akhir nanti.
InsyaaLlah..
Aamiin
Aamiin
☆Keutamaan Sholat Sunnah☆
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mensyari’atkan shalat
sunnah untuk meningkatkan amal manusia dan menutupi segala kekurangan
dan kelalaian yang ada, sebagaimana hal itu diperintahkan oleh Allah
dalam Kitab-Nya yang agung, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ
اللَّيْلِ ۚ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ۚ ذَٰلِكَ
ذِكْرَىٰ لِلذَّاكِرِينَ
Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada sebagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat." [Huud/11: 114]
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ
Apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Rabb-mulah hendaknya kamu berharap." [Al-Insyirah/94: 7-8]
Ibnu Mas‘ud Radhiyallahu anhu berkata: "Apabila engkau telah selesai melaksanakan shalat-shalat wajib maka laksanakanlah shalat malam."[ Tafsiir Ibni Katsir (VIII/433).]
Sementara Mujahid mengatakan, “Jika engkau telah menyelesaikan urusan duniamu, maka menghadaplah kepada Rabb-mu dengan shalat.”
Juga di antara dalil yang menunjukkan tentang disyari’atkannya shalat malam, adalah hadits yang menyebutkan:
أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَنِ اْلإِسْـلاَمِ، فَقَالَ: (خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِي الْيَوْمِ
وَاللَّيْلَةِ). فَقَالَ الرَّجُلُ: هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهُنَّ؟ قَالَ:
(لاَ، إِلاَّ أَنْ تَطَوَّعَ).
Bahwa seseorang bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang (kewajiban-kewajiban) dalam Islam, lalu beliau menjawab, '(Melaksanakan) shalat lima waktu dalam sehari semalam.' Orang itu bertanya lagi, 'Adakah kewajiban lain atas diriku?' Beliau menjawab, 'Tidak ada, kecuali engkau mengerjakan shalat sunnah.'"[ HR. Al-Bukhari, kitab al-Iimaan bab az-Zakaati minal Islaam, (hadits no. 46) dan Muslim, kitab al-Iimaan, bab Bayaanish Shalawaatillatii hiya Ahadi Arkaanil Islaam (hadits no. 11).]
Keutamaan Shalat Sunnah
Banyak hadits-hadits yang menjelaskan tentang besarnya keutamaan dan pahala yang diperoleh dari shalat sunnah. Di antaranya adalah:
- 1. Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِـهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمْ اَلصَّلاَةُ، قَالَ: يَقُوْلُ رَبُّنَا -جَلَّ وَعَزَّ- لِمَلاَئِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ: اُنْظُرُوْا فِيْ صَلاَةِ عَبْدِيْ، أَتَمَّهَا أَوْ نَقَصَهَا، فَإِنْ كَانَتْ تَامَّـةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً، وَإِنْ كاَنَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا، قَالَ: اُنْظُرُوْا هَلْ لِعَـبْدِيْ مِنْ تَطَوُّعٍ؟ فَإِنْ كاَنَ لَهُ تَطَوُّعٌ، قَالَ: أَتِمُّوْا لِعَبْدِيْ فَرِيْضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ، ثُمَّ تُؤْخَذُ اْلأَعْمَالُ عَلَى ذَلِكَ.
Sesungguhnya amal manusia yang pertama kali akan dihisab kelak pada hari Kiamat adalah shalatnya." Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda lagi, "Allah جَلَّ وَعَزَّ berfirman kepada para Malaikat-Nya, sedangkan Ia lebih mengetahui, 'Lihatlah shalat hamba-Ku, sudahkah ia melaksanakannya dengan sempurna ataukah terdapat kekurangan?' Bila ibadahnya telah sempurna maka ditulis untuknya pahala yang sempurna pula. Namun bila ada sedikit kekurangan, maka Allah berfirman, 'Lihatlah apakah hambaku memiliki shalat sunnah?' Bila ia memiliki shalat sunnah, maka Allah berfirman, 'Sempurnakanlah untuk hamba-Ku dari kekurangannya itu dengan shalat sunnahnya.' Demikianlah semua ibadah akan menjalani proses yang serupa."[ HR. Abu Dawud, kitab ash-Shalaah, bab Qaulin-Nabiy: Kullu Shalaatin laa Yutimmuha Shaahibuha Tutammu min Tathaw-wu'ih, (hadits no. 864), at-Tirmidzi, kitab ash-Shalaah, bab Maa Jaa-a Awwalu ma Yuhaasabu bihil 'Abdu Yaumal Qiyaa-mati ash-Shalaah, (hadits no. 413). At-Tirmidzi berkomentar hadits ini hasan dan gharib dari jalur ini. An-Nasa-i, kitab ash-Shalaah, bab al-Muhaasabah 'alash Shalaah, (hadits no. 465) dan Ahmad dalam Musnadnya, (II/290). Hadits ini dinyata-kan hasan oleh al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, (IV/159) dan dinyatakan shahih oleh al-Albani. Lihat Shahih Sunan Abi Dawud, (I/163)]
Hadits ini menjelaskan salah satu hikmah tentang disyari’atkan-nya shalat sunnah.
semoga materinya bermanfaat..
- 2. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَلَّى فِيْ يَوْمٍ، اِثْنَتَيْ عَشْـرَةَ رَكْعَةً، تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيْضَةٍ، بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ.
Barangsiapa yang melakukan shalat sunnah selain shalat fardhu dalam sehari dua belas raka'at, maka Allah pasti akan membangunkan untuknya sebuah rumah di Surga."[ HR. Muslim, kitab Shalaatil Musaafiriin bab Fadhlis Sunanir Raatibah Qablal Faraa-idh wa ba'da hunna wa Bayaan 'Ada-dihinna (hadits no. 728).]
- 3. Rubai'ah bin Ka'ab al-Aslami Radhiyallahu anhu berkata:
كُنْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوْئِهِ وَحَاجَتِهِ، فَقَالَ لِي: (سَلْ)! فَقُلْتُ: أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ، قَالَ: (أَوَ غَيْرَ ذَلِكَ)؟ قُلْتُ هُوَ ذَاكَ، قَالَ: (فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُوْدِ).
Suatu hari aku bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku membawakan kepadanya bejana air untuk beliau berwudhu’ dan segala keperluannya. Beliau berkata kepadaku, 'Mintalah!' Aku berkata, 'Aku meminta kepadamu untuk dapat menemanimu di Surga kelak.' Beliau bertanya, 'Adakah selain itu?' Aku menjawab, 'Hanya itu saja.' Beliau bersabda, 'Bantulah aku untuk mewujudkan keinginanmu itu dengan memperbanyak sujud.'"[ HR. Muslim, kitab ash-Shalaah bab Fadhlus Sujuud wal Hatstsu 'alaih (hadits no. 489).]
- 4. Mi'dan bin Abi Thalhah al-Ya'muri berkata, "Aku bertemu
Tsauban, bekas budak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku
berkata kepadanya, 'Beritahukanlah kepadaku tentang amal ibadah yang
jika aku lakukan, maka Allah akan memasukkanku karenanya ke dalam
Surga!' Ia terdiam, lalu aku bertanya lagi. Ia masih terdiam, lalu aku
bertanya lagi ketiga kalinya. Akhirnya ia berkata, 'Aku telah menanyakan
masalah ini kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau
bersabda:
عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُـوْدِ للهِ، فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ ِللهِ سَجْدَةً، إِلاَّ رَفَعَكَ اللهُ بِهَا دَرَجَةً، وَحَطَّ بِهَا عَنْكَ خَطِيْئَةً.
Perbanyaklah sujud kepada Allah, karena tidaklah engkau bersujud kepada Allah dengan satu kali sujud, melainkan Allah akan mengangkat bagimu satu derajat karenanya dan menghapuskan bagimu satu dosa karenanya."
Mi'dan berkata: "Lalu aku bertemu Abud Darda' dan aku tanyakan masalah ini kepadanya juga. Ia menjawab seperti jawaban yang diberikan Tsauban."[ HR. Muslim, kitab ash-Shalaah bab Fadhlis Sujuud wal Hatstsu 'alaih (hadits no. 488).]
Yang dimaksud dengan sujud dalam hadits ini adalah melakukan shalat sunnah. Karena bersujud secara terpisah tanpa dilakukan dalam shalat atau tanpa sebab merupakan sesuatu yang tidak dianjurkan. Bersujud, walaupun termasuk dalam shalat fardhu, namun melaksanakan shalat fardhu adalah kewajiban atas setiap muslim. Maka yang ditunjukkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di sini adalah, sesuatu yang khusus yang dengannya Mi'dan dapat meraih apa yang ia cari.[ Lihat Bughyatul Mutathawwi' fish Shalaatit Tathawwu' oleh Muhammad Bazmul, (hal. 15)] Oleh karena itulah Ibnu Hajar meriwayatkan hadits Rabi'ah ini dalam bab shalat sunnah.[ Baca: Buluughul Maraam min Adillatil Ahkaam oleh Ibnu Hajar, (hal. 71)]
- 5. Dari Abu Umamah Radhiyallahu anhu, ia berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا أَذِنَ اللهُ لِعَـبْدٍ فِيْ شَيْءٍ أَفْضَلَ مِنْ رَكْعَتَيْنِ يُصَلِّيْهِمَا، وَإِنَّ الْبِرَّ لَيُذَرُّ فَوْقَ رَأْسِ الْعَبْدِ مَا دَامَ فِيْ صَلاَتِهِ.
Tidak ada sesuatu yang lebih baik yang Allah izinkan kepada seorang hamba selain melaksanakan shalat dua raka'at dan sesungguhnya kebajikan akan bertaburan di atas kepala seorang hamba selama ia melakukan shalat."[ HR. At-Tirmidzi, kitab Fadhaa-ilil Qur-aan bab Maa Jaa-a fii man Qara-a Harfan minal Qur-aan maa lahu minal Ajr, (hadits no. 2911), at-Tirmidzi berkomentar: "Hadits ini gharib." Imam Ahmad mengeluarkannya dalam Musnadnya, (hadits no. 21803).]
Hadits tersebut menunjukkan keutamaan shalat sunnah dan kebaikan yang didapat darinya.
Disukai Melaksanakan Shalat Sunnah Di Rumah
Muslim meriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمُ الصَّلاَةَ فِي مَسْجِدِهِ، فَلْيَجْعَلْ لِبَيْتِهِ نَصِيْبًا مِنْ صَـلاَتِهِ، فَإِنَّ اللهَ -عَزَّ وَجَلَّ- جَاعِلٌ فِي بَيْتِهِ مِنْ صَلاَتِهِ خَيْرًا.
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمُ الصَّلاَةَ فِي مَسْجِدِهِ، فَلْيَجْعَلْ لِبَيْتِهِ نَصِيْبًا مِنْ صَـلاَتِهِ، فَإِنَّ اللهَ -عَزَّ وَجَلَّ- جَاعِلٌ فِي بَيْتِهِ مِنْ صَلاَتِهِ خَيْرًا.
Apabila salah seorang di antara kalian shalat di masjid, maka hendaknya ia pun menjadikan sebagian dari shalatnya di rumah, karena Allah Azza wa Jalla akan memberikan kebaikan dalam rumahnya dari shalatnya itu."[ HR. Muslim dalam Shahiihnya, kitab Shalaatul Musaafiriin wa Qashriha, bab Istihbaabi Shalaatin Naafilah fii Baitihi wa Jawaaziha fil Masjid (hadits no. 778).]
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَعَلَيْكُمْ بِالصَّلاَةِ فِي بُيُوْتِكُمْ، فَإِنَّ خَيْرَ صَلاَةِ الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ، إِلاَّ الصَّلاَةَ الْمَكْتُوْبَةَ.
Shalatlah di rumah-rumah kalian karena sebaik-baik shalat
seseorang adalah yang dilaksanakan di rumahnya kecuali shalat wajib."[
HR. Al-Bukhari, kitab al-Adab, bab Maa Yajuuzu minal Ghadab wasy Syiddah
li Amrillaah…, (hadits no. 6113) dan Muslim, kitab Shalaatil
Musaafiriin wa Qashriha, bab Istih-baab Shalaatin Naafilah fii Baitihi
wa Jawaaziha fil Masjid, (hadits no. 781).]
Anjuran dalam hadits-hadits ini bersifat umum yang meliputi
semua jenis shalat sunnah rawatib dan shalat sunnah secara mutlak
kecuali shalat sunnah yang menjadi bagian dari syi'ar Islam, seperti
shalat ‘Id, shalat gerhana dan shalat Istisqa'. Demikian apa yang
dikemukakan oleh Imam an-Nawawi.[ Lihat Shahiih Muslim bi Syarhin
Nawawi, (VI/67)]
Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اِجْعَلُوْا مِنْ صَلاَتِكُمْ فِي بُيُوْتِكُمْ، وَلاَ تَتَّخِـذُوْا قُبُوْرًا.
Jadikanlah tempat pelaksanaan sebagian shalatmu di rumah-rumah kalian, dan janganlah jadikan rumah-rumah kalian itu seperti kuburan."[ HR. Al-Bukhari, kitab ash-Shalaah, bab Karaahiyatush Shalaah fil Maqaabir, (hadits no. 432) dan Muslim, kitab Shalaatul Musaafiriin…, bab Istihbaabi Shalaatin Naafilah fii Baitihi wa Jawaaziha fil Masjid, (hadits no. 777).]
Saya (penulis) katakan, "Hadits-hadits ini menunjukkan
tentang disunnahkannya shalat sunnah di rumah dan itu lebih baik
daripada melakukannya di masjid sebagaimana tersebut dalam sebuah
hadits."
An-Nawawi rahimahullah berkata, "Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam mendorong melakukan shalat sunnah di rumah, karena hal itu
lebih tersembunyi, jauh dari perbuatan riya', terjaga dari segala hal
yang bisa merusak amal, rumah menjadi penuh berkah, rahmat serta
Malaikat pun turun dan syaitan pun menjauh darinya."[ Lihat Shahiih
Muslim bi Syarhin Nawawi, (VI/67).]
*****************TANYA-JAWAB*****************
- 1. Hukum shalat sunnah rawatib sebelum maghrib
Jawab
sholat sunnah sebelum maghrib bukan termasuk rawatib tapi diperbolehkan sebagaimana sabda Nabi : صلوا قبل المغرب ركعتين. ثم قال في الثالثة: لمن شاء (sholatlah sebelum maghrib dua rakaat) kemudian beliau berkata ketiga kalinya: Bagi yang ingin. Hadits Dishahihkan al-Albani dalam silsilah shahihah no. 233).
- 2. Ustad afwan tolong jlaskan tntang praktek sholat yg djmak atau qhasar dan qhada...sya masih suka bngung... jazakallah khair
Jawab:
jada jama' dan ada Qashar keduanya berbeda kadang digabung jama' dan qashar kadang tidak bergabung. Jama' artinya mengumpulkan dua shalat dalam satu waktu seperti sholat ashar dilaksanakan diwaktu zhuhur setelah sholat zhuhur namun tetap tanpa pengurangan rakaat tetap 4 dan 4. qashar artinya meringkas sholat yg 4 rakaat menjadi 2 rakaat seperti zhuhur dilaksankan 2 rakaat karena adanya keringanan syariat. jadi seorang yang sakit boleh menjama' dgn mengumpulkan dua sholat dalam satu waktu tapi tanpa meng qasharnya sehingga dia laksanakan sholat zhuhur dan ashar diwaktu zhuhur dengan tanpa engurangi rakaatnya tetap 4 dan 4. sedangkan musafir boleh menjama' dan qashar sekaligus sehingga boleh laksanakan sholat zhuhur dan ashar diwaktu zhuhur dgn 2 dan 2 rakaat.
- 3. Akak aku mau nanya
Coba donk ustadz, jelaskan shalat sunnah qobliyah dan badiyah yg dianjurkan seperti apa, dan maksimalnya berapa rakaat?
Terus cara untuk tetap khusu dalam shalat, bagaimana ustadz?
Jawab
Rawatib ba'diyah dan qabliyah yang sangat dianjurkan adalah 2 rakaat qabliyah subuh, 4 rakaat qabliyah zhuhur dan 2 rakaat ba'diyah zhuhur dan 2 rakaat ba'diyah maghrib dan 2 rakaat ba'diyah isya. jumlahnya 12 rakaat seperti dijelaskan dalam hadits Ummu Habibah.
tentang rawatib ini ada materinya:
Sholat Sunnah Rawatib.
Sholat merupakan amalan paling utama dalam Islam dan amalan pertama yang dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat. Rasululloh n bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ فَإِنْ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنْ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ
"Sungguh amalan hamba yang pertama kali dihisab dari seorang hamba adalah sholatnya. Apabila bagus maka ia telah beruntung dan sukses dan bila rusak maka ia telah rugi dan menyesal. Apabila kurang sedikit dari sholat wajibnya , maka Rabb Azza wa Jalla berfirman, 'Lihatlah apakah hambaKu itu memiliki sholat tathawwu' (sholat Sunnah). Lalu disempurnakan dengannya yang kurang dari sholat wajibnya tersebut, kemudian seluruh amalannya diberlakukan demikian (HR Al Tirmidzi)
dengan demikian tampak urgensi sholat Sunnah dalam menutupi kekurang sepurnaan sholat wajib, apalagi harus diakui sangat sulit mendapatkan kesempurnaan tersebut, sehingga Rasululloh n bersabda:
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَمَا كُتِبَ لَهُ إِلَّا عُشْرُ صَلَاتِهِ تُسْعُهَا ثُمْنُهَا سُبْعُهَا سُدْسُهَا خُمْسُهَا رُبْعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا
Sungguh seseorang selesai sholat dan tidak ditulis kecuali hanya sepersepuluh sholat, sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempatnya seperttiganya, setengahnya. (HR Abu Daud dan Ahmad).
Karena itu para ulama memberikan perhatian terhadap sholat-sholat Sunnah ini. Diantaranya adalah sholat Sunnah rawatib.- I. Definisi
Yang dimaksud dengan sholat Sunnah rawatib adalah sholat-sholat yang dilakukan Rasululloh n atau anjurkan bersama sholat wajib baik sebelum atau sesudahnya. Ada yang mendefinisikannya dengan sholat Sunnah yang ikut sholat wajib.
Syeikh Muhammad bin sholih al-Utsaimin mendefinisikannya dengan sholat yang terus dilakukan secara kontinyu yang mendampingi sholat fardhu.
- II. Keutamaannya
Ada beberapa hadits Nabi n yang menjelaskan keutamaan sholat Sunnah rawatib secara umum dan ada juga yang khusus pada satu sholat Sunnah rawatib secara khusus seperti keutamaan sholat Sunnah sebelum sholat subuh.
Diantara hadits yang menunjukkan keutamaan sholat sunah rawatib secara umum adalah:- A. Hadits Ummu Habibah yang berbunyi:
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّي لِلَّهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلَّا بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
Tidaklah seorang muslim sholat karena Alah setiap hari dua belas rakaat sholat Sunnah bukan wajib kecuali akan Allah bangun baginya sebuah rumah di syurga (HR Muslim kitab Sholat al-Musaafir Wa Qashruha bab Fadhl al-Sunan al-Raatibah Qobla al Faraa`id Wa ba'daha no. 1199)
Jumlah rakaat ini ditafsirkan dalam riwayat al-Tirmidzi dan al-Nasa'I dari hadits Ummu Habibah sendiri, yang berbunyi:
قَالَتْ أُمُّ حَبِيبَةَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ
Ummu Habibah berkata, 'Rasululloh n besabda, "Siapa yang sholat dua belas rakaat maka Allah akan bangunkan untuknya sebuah rumah di Syurga; empat rakaat sebelum dzuhur dan dua rakaat setelahnya, dua rakaat setalh maghrib, dua rakaat sesudah Isya' dan dua rakaat sebelum sholat subuh.
Dalam riwayat lain dengan lafadz:
مَنْ ثَابَرَ عَلَى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً بَنَى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
Siapa yang terus menerus melakukan sholat dua belas rakaat maka Allah bangunkan baginya sebuah rumah disyurga. (HR al-Nasaa'i).
Riwayat ini menunjukkan sunnahnya membiasakan dan merutinkan sholat dua belas rakaat tersebut setiap hari. Sehingga semua yang membiasakan diri melakukan sunah-sunah rawatib ini masuk dalam keutamaan tersebut.
Ini dikuatkan dengan perbuatan Rasululloh n sebagaimana dalam hadits ibnu Umar berikut ini.
- B. Hadits Ibnu Umar z yang berbunyi:
حَفِظْتُ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ رَكَعَاتٍ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ فِي بَيْتِهِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ فِي بَيْتِهِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلَاةِ الصُّبْحِ وَكَانَتْ سَاعَةً لَا يُدْخَلُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهَا حَدَّثَتْنِي حَفْصَةُ أَنَّهُ كَانَ إِذَا أَذَّنَ الْمُؤَذِّنُ وَطَلَعَ الْفَجْرُ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ
Aku hafal dari Nabi n sepuluh rakaat; dua rakaat sebelum dzuhur, dua rakaat sesudahnya, dua rakaat setelah maghrib, dua rakaat setelah 'Isya dan dua rakaat sebelum sholat subuh. Dan ada waktu tidak napat menemui Nabi n . Hafshoh menceritakan kepadaku bahwa beliau bila Muadzinberadzan dan terbit fajar beliau sholat dua rakaat. (HR Al Bukhori kitab Tahajjud, Bab al-Rakatain Qabla dzuhur no.1180 dan Muslim kitab sholat al-Musafirin wa Qashruha bab Fadhlu al-Sunan al-Raatibah 729.).
Dalam riwayat al-Bukhori dan Muslim ada tambahan lafadz:
وَسَجْدَتَيْنِ بَعْدَ الْجُمُعَةِ فَأَمَّا الْمَغْرِبُ وَالْعِشَاءُ فَفِي بَيْتِهِ
Dan dua rakaat setelah jum'at, adapun (sholat Sunnah rawatib) maghrib dan 'Isya dilakukan dirumahnya (HR al-Bukhaari kitab Jum'at bab Tathawwu' Ba'da al-Maktubah 1120 dan Muslim kitab sholat al-Musaafir wa Qashruha bab Fahdhlu al-sunan ar-Raatibah no. 1200) dalam riwayat Muslim berbunyi:
فَأَمَّا الْمَغْرِبُ وَالْعِشَاءُ وَالْجُمُعَةُ فَصَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَيْتِهِ
Adapun (sholat sunah rawatib) maghrib, Isya dan jum'at aku lakukan bersama Nabi n dirumahnya. (HR Muslim kitab Sholat al-Musaafirin wa qashruha bab Fadhlu al-sunan ar-Raatibah n0. 1200).
- A. Hadits Ummu Habibah yang berbunyi:
- I. Definisi
- III. Jumlah Rakaatnya
Para ulama berselisih tentang jumlah rakaat sholat Sunnah rawatib ini dalam dua pendapat karena perbedaan dua hadits diatas.
Pertama menyatakan bahwa jumlahnya ada sepuluh rakaat dengan dasar hadits Ibnu Umar z diatas, inilah pendapat madzhab Hambaliyah dan Syafi'iyah
Kedua menyatakan bahwa jumlahnya dua belas rakaat berdasarkan hadits Ummu Habibah diatas, inilah pendapat madzhab Hanafiyah dan Ibnu Taimiyah
Ketiga menyatakan tidak ada batasan jumlah rakaat, bahkan cukup dengan melakukan dua rakaat dalam setiap waktu untuk mendapatkan keutamaan sholat sunah rawatib, inilah pendapat madzhab Malikiyah.
Keempat menyatakan jumlahnya delapan belas rakaat, ini pendapat imam al-Syairozi dan disetujui imam al-Nawawi dalam al-Majmu' Syarhu al-Muhadzdzab. Pendapat ini berdalil dengan hadits Ummu Habibah diatas dan hadits ummu Habibah lainnya yang berbunyi:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ
Aku mendengar Rasululloh n bersabda, Siapa yang menjaga empat rakaat sebelum zhuhur dan empat rakaat setelahnya maka Allah mengharamkannya dari neraka. (HR al-Titmidzi kitab al-Sholat, no. 428, Ibnu Majah kitab al-Sholat no. 428 , Abu Daud kitab al-Sholat Bab al-Arba' Qabla al-Zhuhri Wa Ba'daha no. 1269 dan Ibnu Majah kitab al-Sholat wa as-Sunnah Fiha Bab Maa Jaa`a Fiman Sholla Qabla al-Zhuhri `Arba'an Wa Ba'daha `Arba'an no1160, dishohihkan al-Albani dalam Shohih Sunan Ibnu Majah 1/191) dan hadits yang berbunyi:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَحِمَ اللَّهُ امْرَأً صَلَّى قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعًا
Dari Ibnu Umar z dsari Nabi n beliau bersabda, Semoga Allah merahmati seorang yang sholat sebelum 'Ashar empat rakaat. (HR Ahmad dalam Musnadnya 4/203, al-Tirmidzi dalam kitab Sholat bab Ma Jaa`a Fi al-Arba' Qabla al-'Ashr no. 430, Abu Daud dalam kitab Sholat bab al-Sholat Qabla al-'Ashr no. 1271 dan dinilai hasan oleh Syeikh al-Albani dalam Shohih Sunan Abi Daud 1/237.)
Imam Nawawi menyatakan, "Yang paling sempurna dalam rawatib yang mendampingi sholat fardhu selain witir adalah delapan belas rakaat sebagaimana dijelaskan penulis (al-Syairozi) dan yang paling sedikit adalah sepuluh sebagaimana beliau sebutkan. Diantara ulama ada yang berpendapat delapan rakaat dengan dihapus Sunnah Isya' ini pendapat al-Khudari dan ada yang menyatakan bahwa jumlahnya dua belas dengan menambah dua rakaat lain sebelum zhuhur dan ada yang menambah dua rakaat sebelum sholat ashar. Semua ini Sunnah namun perbedaan pendapat ada pada yang Muakkad darinya."
Yang rojih – Wallahu A'lam – adalah mengembalikan definisi sholat sunnah rawatib sebagai sholat Sunnah pendamping sholat fardhu yang dilakukan sebelum atau sesudah dan ada anjuran dari Rasululloh n maka yang lengkap adalah delapan belas rakaat sebagaimana disampaikan imam al-Nawawi diatas. Namun mana yang Sunnah muakkad dari itu semua, maka yang rojih adalah pendapat syeikh Ibnu Utsaimin yaitu duabelas rakaat dengan perincian; dua rakaat sebelum subuh, empat rakaat sebelum zhuhur, dua rakaat setelah zhuhur, dua rakaat setelah maghrib dan dua rakaat setelah isya' sebagaimana dijelaskan dalam hadits Ummu Habibah. Hal ini dikuatkan dengan hadits A'isyah yang berbunyi:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لَا يَدَعُ أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ
Sungguh Nabi n dahulu tidak pernah meninggalkan empat rakaat sebelum zhuhur. (HR al-Bukhoori dalam kitab al-Jum'at bab al-Rak'atain Qabla al-Zhuhri no. 1110)
Hadits ini tidak bertentangan dengan hadits Ibnu Umar z yang menerangkan bahwa beliau z hafal dari Nabi sepuluh rakaat. Ibnu al-Qayyim menjelaskan hal itu dalam pernyataan beliau, "Nabi dahulu selalu menjaga sepuluh rakaat dalam masa mukim, inilah yang disampaikan Ibnu Umar . . . dan beliau kadang sholat empat rakaat sebelum zhuhur sebagaimana dijelaskan dalam shohihain dari A'isyah bahwa beliau tidak pernah meninggalkan emapat rakaat sebelum zhuhur . . .hal ini dapat dinyatakan bahwa Nabi n bila sholat dirumah maka sholat empat rakaat dan bila sholat dimasjid maka sholat dua rakaat dan inilah yang lebih rojih. Bisa jadi juga dikatakan bahwa beliau pernah berbuat demikian dan berbuat begitu, lalu setiap dari A'isyah dan Ibnu Umar menyampaikan apa yang disaksikannya."
Sedangkan syeikh Abdullah bin Abdurrahman al-Basaam memberikan sisi kompromi hadits-hadits ini dengan menyatakan, "Prnyataan "empat rakaat sebelum zhuhur" tidak bertentangan dengan hadits Ibnu Umar yang ada pernyataan, "Dua rakaat sebelum zhuhur". Sisi komprominya adalah beliau n kadang sholat dua rakaat dan kadang empat, lalu setiap dari keduanya (Ibnu Umar dan A'isyah) menceritakan salah satu dari kedua amalan tersebut. Hal ini ada pada banyak ibadah-ibadah dan dzikir-dzikir Sunnah."
- IV. Faedah Sholat Sunnah Rawatib.
Tentang faedah sholat Sunnah rawatib ini syeikh Ibnu Utsaimin pernah berkata, "Faidah rawatib ini adalah Menutupi kekurangan yang terjadi pada sholat fardhu".
Sedangkan Syeikh Abdullah al-Basaam menyatakan, "Sholat Sunnah rawatib memiliki faedah agung dan keuntungan besar berupa tambahan kebaikan, penghapus kejelekan, ketinggian derajat, menutupi kekurangan dalam sholat fardhu. Oleh karena itu sudah seharusnya diperhatikan dan dijaga kesinambungannya."
- III. Jumlah Rakaatnya
- 4. Ustadz menyambung pertanyaan no 3
Shalat rawatib sebelum zhuhur kan 4 rakaat yah.. Itu 4 rakaat dgn 1 salam atau 4 rakaat dengan 2 salam??
Jawab:
sholat rawatib qabla zhuhur dilaksanakan dengan dua cara: 1. Dua rakaat salam + 2 rakaat salam dan 2. dengan sekali salam seperti sholat zhuhur.
- 5. Lalu ustadz, saya kan kalau keluar kelas jam 12:30,
berarti kan saya gak bisa shalat dzuhur tepat waktu.. Itu berarti saya
gak bisa shalat badiyah dzuhur yah?
Jawab
klo keluar kelas jam 12.30 dan bisa berjamaah maka berjamaah dulu sholat zhuhurnya lalu sholat ba'diyahnya setelah itu. sbb ba'diyah akhirnya sampai waktu ashar.
klo qabliyah zhuhur belum sempat dilaksanakan sudah keburu iqamah maka boleh diqadha setelah zhuhurnya.
- 6. shalat sunnah apa saja yang lebih utama dilakukan sendirian?
Jawab
Semua sholat sunnah utamanya sendirian kecuali sholat Ied menurut pendapat yang menyunahkannya dan istisqa' (minta hujan) serta tarawih.
juga sholat gerhana dan sejenisnya
- 7. Ustad, kl sholat sunnat sblm dhuhur yg 4 rakaat 1
salam. Apakah qt jg duduk di antara 2 sujud, ada tasyahud awal? Sbgm
cara qt sholat dhuhur. Ato bgm? Soalnya kl witir kan 3 rakaat lgs
tasyahud akhir.
Jawab
Sama seperti sholat zhuhur
- 8. Ustadz, misalkan kita jamak shalat ashar di waktu dzuhur
(dikarenakan takut tidak bisa shalat ashar sebab kita ada di
perjalanan) ternyata ketika sampai di tempat tujuan, masih tersisa waktu
shalat ashar.
Nah itu sebaiknya kita ulang shalat asharnya atau tidak usah?
Jawab:
Nggak usah ngulang cukup dgn sdh dijama'
- 9. Terkait jamak takhir itu seprti apa ustad..beri saya contoh ustad dan pngerjanya
Jawab
contoh jama; takhir adalah sholat aghrib dikerjakan pada waktu isya sebelum sholat isya atau sholat zhuhur dilaksanakan diwaktu ashar dengan didahulukan sholat zhuhur baru ashar.
- 10. Ustad setau saya sholat witir itu kan sholat penutup. Apa itu berarti kita gk bsa sholat tahajud klo udh sholat witir??
Jawab:
Iya tapi masih diperbolehkan sholat tahajjud dimalam hari asalkan tidak witir lagi karena ada larangan dari Nabi yang ersabda : Tidak ada dua witir dalam semalam.
- 11. Ustadz saya mau bertanya, dlu pas saya opname sakit tipes saya tdk solat apa bisa skrg solat saya tersebut saya qada
Bagaimana niatnya ustadz
Jawab
Klo dulu sengaja ninggalin sholat maka hanya wajib taubat dan juga klo karena tdk tahu mudah2an diampuni.
Perbanyak amal sholeh...
******************PENUTUP*****************
Marilah kita tutup majelis ilmu kita hari ini dgn membaca istighfar, hamdallah serta do'a kafaratul majelis
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين
dan istighfar
أَسْتَغفِرُ اَللّهَ الْعَظيِمْ
: Doa penutup majelis :
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ ٭
Artinya:
“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ ٭
Artinya:
“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
=================
Rekapan Kajian Online Hamba الله
Rabu, 25 Dzulqaidah 1436H/09 September 2015
Narasumber: Ustadz Kholid
Tema: Keutamaan Sholat Sunnah
Grup Nanda: 116
Notulen: Sari
Admin: Asri & Sari
Narasumber: Ustadz Kholid
Tema: Keutamaan Sholat Sunnah
Grup Nanda: 116
Notulen: Sari
Admin: Asri & Sari
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment