Kajian Online WA Hamba الله SWT
Selasa, 5 Januari 2016
Narasumber : Ustadzah Gita
Rekapan Grup Nanda M104
Tema : Kajian Umum
Editor : Rini Ismayanti
TERTAWA DAN BERCANDA
Kehidupan merupakan
rihlah (suatu perjalanan) yang panjang dan terasa amat berat.
Penuh dengan kepenatan dan kesusahan. Tidak ada seorang pun yang terlepas dari rasa sedih dan rasa sakit, meskipun ketika ia dilahirkan seakan sudah ada masa di mulutnya, kata orang.
Al Quran telah menyinggung yang demikian itu, yaitu dalam firman Allah SWT QS Al Balad: 4 "Sunggah Kami telah menciptakan manusia dalam kesusahan."
Penuh dengan kepenatan dan kesusahan. Tidak ada seorang pun yang terlepas dari rasa sedih dan rasa sakit, meskipun ketika ia dilahirkan seakan sudah ada masa di mulutnya, kata orang.
Al Quran telah menyinggung yang demikian itu, yaitu dalam firman Allah SWT QS Al Balad: 4 "Sunggah Kami telah menciptakan manusia dalam kesusahan."
Orang-orang yang
beriman adalah yang paling banyak menghadapi cobaan dunia dibanding yang
lainnya, dengan melihat besarnya tanggung jawab mereka di satu sisi, dan
banyaknya orang-orang yang memusuhi mereka di sisi yang lain. Sehingga termuat
dalam satu atsar, "Orang yang beriman itu berada dalam lima tantangan;
orang Muslim (lainnya) yang menghasudnya, munafik yang membencinya, kafir yang
memeranginya, syetan yang menyesatkannya dan nafsu yang menentangnya."
Tersebut juga dalam sebuah hadits, "Bahwa orang yang berat cobaannya adalah para Nabi, kemudian yang mirip dengan mereka (meniti jalan seperti mereka)."
Karena itu semua manusia memerlukan tempat berteduh di sepanjang perjalanannya untuk meringankan kepenatan dan megusir kelelahan. Di tempat itu mereka bisa tertawa, bergembira dan bersuka ria. Tidak senantiasa diliputi oleh kesusahan, kesedihan dan kesengsaraan, sehingga merenggut kehidupannya dan mengotori kebersihannya.
Di antara bentuk hiburan itu adalah lagu-lagu (nasyid), dan masalah ini telah kita bicarakan di muka. Di antara sarana hiburan yang lainnya adalah seni lawak atau komedi. Artinya segala sesuatu yang dapat memancing tawa dari manusia, mengusir kesusahan dalam hatinya, menghapus kelesuan pada wajahnya dan sirnalah kesedihan dalam hidupnya. Tetapi apakah agama menyambut seni semacam komedi ini? Apakah menghalalkan ataukah mengharamkannya?
Tawa dan Gembira dalam Kehidupan Kaum Muslimin
Kamu dapat melihat
perjalanan fitrah manusia. Sesuai dengan kemampuan mereka sendiri-sendiri, dan
sesuai dengan keluwesan agama mereka, mereka telah berhasil membuat berbagai
sarana dan alat hiburan. Di antaranya adalah "An-Nukat" (teka-teki
humor). Dalam hal ini orang-orang Mesir sangat pandai dan terkenal di seluruh
dunia dengan beragamnya kreasi mereka dalam berbagai bidang kehidupan. Seperti
dalam bidang siyasiyah (anekdot politik), biasanya menjadi media untuk
mengkritik pemerintah dan rezim yang berkuasa, terutama di waktu-waktu
terjadinya penindasan dan tekanan politik.Manusia sangat sering mengadakan
pertemuan antara mereka untuk menghibur diri mereka dengan tawa dan bergembira.
Yang dengan demikian mereka dapat menghilangkan kepenatan. Bahkan dalam dunia
lawak ini kita bisa menyebutkan nama-nama yang sudah terkenal, seperti Juha,
Abu Nawas atau yang lainnya. Terlepas dari apakah tokoh-tokoh tersebut nyata
atau fiktif, tetapi yang jelas nama-nama tersebut sudah sangat terkenal.
Ada lagi orang yang
membuat lawakan dengan spontanitas, ini yang sekarang sering dilakukan oleh
para pelawak, seperti Asy'ab (dulu) atau seperti Syaikh Abdul Aziz Al Busyri
sekarang ini di Mesir.Di Mesir juga ada majalah-majalah khusus tentang ini,
yang paling terkenal adalah majalah "Al Ba'kukah." Serupa atau
disamakan dengan itu adalah "Al Qafasyaat" yang oleh orang-orang
Mesir dinamakan "Ad Dukhuul, fi Qaafiyah." Di sini mempergunakan
majaz dan tauriyah seputar satu pembahasan yang diungkapkan oleh dua orang
(petatah-petitih).Ada lagi bentuk permainan yang memancing tawa dan bersuka
ria, seperti mainan "Araajuuz." Ada pula yang lainnya yang dinamakan
"Khayal Adz-Dzill," yaitu mengungkapkan satu jenis dari pepatah yang
bisa mengundang tawa.Ada pula bentuk permainan yang lain lagi, namanya Al
Alghaz dan Al Ahaaji (teka-teki silang) atau dalam bahasa umum disebut "Al
Fawaaziir." Bentuk yang lain lagi adalah kisah-kisah lucu, atau yang
umumnya dinamakan Al Khawaadiits, berisi kisah-kisah yang menghibur dan
menyenangkan.
Ada lagi bentuk yang
lainnya yakni Al Amtsal Asy-Sya'biyah (pepatah negeri) yang memuat banyak
pemikiran atau ungkapan yang membuat orang tertawa dan bersuka ria. Biasanya
dibuat oleh seniman setempat --yang terkenal maupun tidak--sesuai dengan
kondisi dan situasi yang melingkupinya sesuai dengan nilai-nilai dan
pemahaman.Setiap zaman selalu ada perubahan, penambahan baru atau
pengembangan-pengembangan dari yang sudah ada. Sebagaimana hal itu kita lihat
di dalam seni "Karikatur," yang mengubah dari bentuk kata yang
diucapkan menjadi gambar yang mengungkapkan sesuatu, baik disertai tulisan atau
tidak.Saya pernah ditanya mengenai bagaimana sikap agama terhadap semua ini
(seni lelucon atau seni lawak). Mengingat ada dari sebagian aktifis yang sangat
anti dan hampir tidak pernah tertawa, tidak pernah bergurau, sampai ada
sebagian orang mengira bahwa kecemberutan itu merupakan tabiat agama ini dan
ummatnya.
Maka saya jawab,
"Sesungguhnya tertawa itu termasuk tabiat manusia. Binatang tidak dapat
tertawa, karena tertawa itu datang setelah memahami dan mengetahui ucapan yang
didengar atau suatu sikap dari gerakan yang dilihat, sehingga ia tertawa
karenanya."Oleh sebab itu manusia merupakan 'binatang' yang bisa tertawa,
dan benarlah ucapan orang yang mengatakan, "Saya tertawa, karena saya manusia."
Islam sebagai agama fithrah, tidak pernah terbayangkan darinya, bahwa ia
memerintahkan kita untuk keluar dari fithrah, dalam hal ini untuk tidak tertawa
dan bergembira. Tetapi justru sebaliknya, menyambut segala sesuatu yang membuat
kehidupan ini menjadi tersenyum bergembira. Islam juga menyukai seorang Muslim
agar memiliki kepribadian yang senantiasa optimis dan berseri. Dan tidaklah
membenci kepribadian seperti ini, kecuali yang melihat dengan kaca mata hitam
yang pekat.
Uswah ummat Islam
-Rasulullah SAW- adalah orang yang menghadapi berbagai kesusahan yang beraneka
ragam. Tetapi meski demikian, beliau juga bergurau dan beliau tidak berbicara
sesuatu kecuali yang haq. Beliau juga hidup bersama para sahabatnya dengan
kehidupan yang fithri dan wajar. Beliau ikut serta bergurau dan bermain dengan
mereka, sebagaimana beliau ikut bersusah-payah dan bersedih bersama mereka.
Zaid bin Tsabit,
ketika diminta untuk menceritakan tentang keadaan Rasulullah SAW maka ia
berkata, "Saya bertetangga dengan Nabi, maka apabila turun kepadanya
wahyu, beliau memerintahkan kepadaku untuk menulisnya. Dan apabila kami
mengingat dunia, maka beliau juga mengingatnya bersama kami, dan jika kami
mengingat akhirat, belian juga mengingatnya bersama kami, dan apabila kami
ingat makanan, beliau juga ingat makanan bersama kami, ini semuanya aku
ceritakan kepadamu dan Rasulullah SAW.,"(HR. Thabrani).
Para sahabat mensifati
Rasulullah SAW bahwa beliau adalah termasuk orang yang sering bergurau. (Kanzul
'Ummal, no: 184)
Kita dapatkan bahwa
Rasulullah SAW di rumahnya juga bergurau dengan isteri-isterinya dan
mendengarkan cerita mereka. Sebagaimana diceritakan di dalam haditsnya Ummu
Dzar yang terkenal di dalam shahih Bukhari. Kita lihat juga bagaimana
perlombaan Nabi SAW dengan 'Aisyah RA di mana sesekali 'Aisyah menyalipnya dan
sesekali Nabi mendahuluinya, maka Nabi bersabda kepadanya, "Ini dengan itu
(satu-satu)."Diriwayatkan juga bahwa punggung Rasulullah SAW pernah
ditunggangi oleh kedua cucunya Hasan dan Husain ketika masih kecil. Beliau dan
kedua cucunya menikmati tanpa rasa berat. Ketika itu ada salah seorang sahabat
yang masuk dan melihat pemandangan itu, maka sahabat itu berkata, ..Sebaik-baik
yang kamu naiki adalah yang kamu naiki berdua." Nabi SAW berkata,
"Sebaik-baik yang naik adalah keduanya."
Rasulullah SAW juga
pernah bergurau dengan nenek-nenek tua yang datang dan berkata, "Doakan
aku kepada Allah agar Allah memasukkan aku ke surga," maka Nabi SAW
berkata kepadanya, "Wahai Ummu Fulan! Sesungguhnya surga itu tidak
dimasuki orang yang sudah tua," maka wanita tua itu pun menangis, karena
ia memahami apa adanya. Maka Rasulullah SAW memahamkannya, bahwa ketika dia
masuk surga, tidak akan masuk surga sebagai orang yang sudah tua, tetapi
berubah menjadi muda belia dan cantik. Kemudian Nabi SAW membaca firman Allah
SWT:"
Sesungguhnya Kami
menciptakan mereka (wanita-wanita surga) itu. Rahman bin Abi Laila, ia berkata,
Telah menceritakan kepada kami para sahabat Muhammad SAW bahwa mereka itu
pernah berjalan bersama Nabi SAW maka ada salah seorang dari mereka berdiri,
dan sebagian ada yang berangkat mengambil tali bersama orang itu sehingga orang
itu terkejut, maka Rasulullah SAW bersabda, "Tidak halal bagi seseorang
menakut-nakuti seorang Muslim."Diriwayatkan dari Nu'man bin Basyir RA,
yang berkata, "Kami pernah berada dalam suatu perjalanan bersama
Rasulullah SAW, maka ada salah seorang yang mengantuk di kendaraannya, kemudian
ada orang lain di antara kami yang mengambil busur/anak panah dari tempatnya
sehingga orang mengantuk itu bangun dan terkejut, maka Rasulullah SAW bersabda,
"Tidak halal bagi seseorang untuk menakut-nakuti seorang Muslim" (HR.
Thabrani).Di dalam hadits lainnya Rasulullah SAW bersabda, "Jangan ada di
antara kamu yang mengambil barang saudaranya karena main-main dan jangan pula
karena serius." (HR. Tirmidzi)
Sungguh jika aku
beruntung aku akan memukulnya dengan tongkatku!" Maka berita itu sampai
pada Nu'aiman, lalu Nu'aiman tinggal beberapa hari, kemudian datang kepada
Makhrumah, sedangkan Utsman sedang shalat di bagian pojok masjid. Maka Nu'aiman
berkata kepada Makhrumah, "Apakah kamu menginginkan Nu'aiman?
"Makhrumah menjawab, "Ya," maka Nu'aiman menuntunnya sehingga
berhenti di hadapan Utsman (yang sedang shalat), dan Utsman kalau shalat tidak
pernah menengok, maka Nu'aiman berkata. "Di depanmu itu Nu'aiman."
Maka Makhrumah memukulkan tongkat itu kepada Utsman sehingga Utsman pingsan,
maka para sahabat berteriak kepadanya, "Apakah engkau tega memukul Amirul
Mukminin." 28)
Di antara kisah yang
menarik adalah ada sahabat lainnya yang juga termasuk ahli melawak. Ia berhasil
menjerumuskan Nu'aiman di dalam suatu masalah, sebagaimana Nu'aiman
menjerumuskan orang lain. Yakni dalam kisah Suwaibith bin Harmalah dengan dia. Orang
ini termasuk orang yang ikut perang Badar juga.
Ibnu Abdil Barr dalam
kitabnya "Al Istii'aab" berkata, "Suwaibith RA adalah seorang
tukang melawak, berlebihan dalam bermain-main dan ia memiliki kisah menarik
dengan Nu'aiman dan Abu Bakar As-Siddiq RA sebagai berikut:
Diriwayatkan dari Ummu
Salamah, ia berkata, "Abu Bakar As-siddiq RA pernah keluar berdagang ke
Bushra satu tahun sebelum Nabi SAW wafat. Bersama Abu Bakar adalah Nu'aiman dan
Suwaibith bin Harmalah, kedua-duanya pernah ikut perang Badar. Saat itu
Nu'aiman membawa bekal makanan, maka Suwaibith berkata kepadanya, "Berilah
aku makan.Nu'aiman berkata, "Tidak, hingga datang Abu Bakar RA,"
Suwaibith berkata, "Ingat, demi Allah aku akan benar-benar marah
kepadamu." Ketika mereka berjalan melewati suatu kaum, maka Suwaibith
berkata kepada kaum itu, "Apakah kalian mau membeli budak dariku?"
mereka berkata, "Ya, mau." Suwalbith berkata, "Tetapi budakku
itu doyan ngomong, dan dia akan berkata kepadamu, "Saya merdeka,"
karena itu jika ia mengatakan demikian maka biarkanlah, dan jangan kalian rusak
budakku." Mereka menjawab, "Kita beli saja dari kamu." Suwaibith
berkata, "Belilah dengan sepuluh qalaish, " maka kaum itu datang dan
meletakkan di leher Nu'aima sorban atau tali, dan Nu'aiman berkata, "Sesungguhnya
ia (Suwaibith) itu menghina kamu, karena aku adalah orang yang merdeka dan
bukan budak," mereka berkata, "Dia (Suwaibith) telah memberi tahu
kepadaku tentang engkau." Maka kaum itu membawa Nu'aiman. Sampai saat
datangnya Abu Bakar RA, maka Suwaibith memberitahu kepadanya perihal Nu'aiman,
lalu Abu Bakar mengikuti mereka dan mengganti uang sepuluh qalaish dan
mengambil kembali Nu'aiman. Ketika datang ke hadapan Nabi SAW mereka pun
menceritakannya, maka Nabi tersenyum, demikian juga para sahabatnya karena
kisah ini, selama satu tahun." (HR. Ibnu Abi Syaibah dan lbnu Majah).
Batas-batas yang diperbolehkan Syar'i dalam Tertawa dan Bergurau
Sesungguhnya tertawa
dan bersenda-gurau itu sesuatu yang diperbolehkan di dalam Islam, sebagaimana
dinyatakan oleh nash-nash qauliyah maupun sikap dan perilaku Rasulullah SAW
serta perilaku para sahabat.Yang demikian itu tidak lain kecuali karena
kebutuhan fithrah manusia untuk memperoleh hiburan yang dapat meringankan beban
dan kepenatan hidup serta keresahan-keresahan dan permasalahan yang
ada.Berbagai jenis permainan dan hiburan juga dapat berfungsi untuk menumbuhkan
semangat jiwa, sehingga dapat melanjutkan perjalanan untuk menempuh perjuangan
yang panjang. Sebagaimana juga orang yang mengistirahatkan kendaraannya dalam
bepergian, sehingga tidak terputus di tengah jalan.
Tertawa dan bersendau
gurau tidak diragukan kebolehannya menurut syari'at, Tetapi dia juga terikat
dengan persyaratan-persyaratan yang harus dijaga, antara lain sebagai berikut:
Pertama.
Hendaklah senyum dan tawa itu tidak menjadi sarana kebohongan dan dusta, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian masyarakat pada setiap permulaan April yang mereka namakan "Kadzibah April."Karena itu Rasulullah SAW bersabda, "Celaka bagi orang yang berbicara lalu berbohong, untuk ditertawakan oleh manusia. Celaka baginya! Celaka baginya! Dan celaka baginya!" (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)Rasulullah SAW memang pernah bergurau, akan tetapi tawa dan guraunya adalah benar (tidak mengandung dusta).
Hendaklah senyum dan tawa itu tidak menjadi sarana kebohongan dan dusta, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian masyarakat pada setiap permulaan April yang mereka namakan "Kadzibah April."Karena itu Rasulullah SAW bersabda, "Celaka bagi orang yang berbicara lalu berbohong, untuk ditertawakan oleh manusia. Celaka baginya! Celaka baginya! Dan celaka baginya!" (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)Rasulullah SAW memang pernah bergurau, akan tetapi tawa dan guraunya adalah benar (tidak mengandung dusta).
Kedua.
Hendaklah tidak bernada penghinaan kepada seseorang atau meremehkan atau mengolok-olok, kecuali diizinkan dan diridhai oleh yang bersangkutan. Allah SWT berfirman:"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman" (Al Hujuraat: 11)Rasulullah SAW bersabda:"Cukuplah bagi seorang dikatakan buruk jika ia menghina saudaranya (sesama muslim)." (HR. Muslim)Aisyah RA pernah menyebut-nyebut di hadapan Nabi SAW salah seorang dari dharairnya (pembantunya) bahwa ia pendek, maka Nabi SAW bersabda:"Wahai Aisyah, sungguh kamu telah mengatakan suatu perkataan yang kalau seandainya dicampur dengan air laut maka akan mengotorinya," Aisyah berkata, "Apakah engkau pernah menceritakan seseorang, yakni menirukan dalam gerakannya atau suaranya atau lainnya, " maka Nabi SAW bersabda, "Saya tidak suka menceritakan seseorang dan sesungguhnya bagiku demikian, demikian." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Hendaklah tidak bernada penghinaan kepada seseorang atau meremehkan atau mengolok-olok, kecuali diizinkan dan diridhai oleh yang bersangkutan. Allah SWT berfirman:"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman" (Al Hujuraat: 11)Rasulullah SAW bersabda:"Cukuplah bagi seorang dikatakan buruk jika ia menghina saudaranya (sesama muslim)." (HR. Muslim)Aisyah RA pernah menyebut-nyebut di hadapan Nabi SAW salah seorang dari dharairnya (pembantunya) bahwa ia pendek, maka Nabi SAW bersabda:"Wahai Aisyah, sungguh kamu telah mengatakan suatu perkataan yang kalau seandainya dicampur dengan air laut maka akan mengotorinya," Aisyah berkata, "Apakah engkau pernah menceritakan seseorang, yakni menirukan dalam gerakannya atau suaranya atau lainnya, " maka Nabi SAW bersabda, "Saya tidak suka menceritakan seseorang dan sesungguhnya bagiku demikian, demikian." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Ketiga.
Hendaknya tidak menakut-nakuti orang Muslim:Abu Dawud meriwayatkan dari Abdur dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya." (Al Waqi'ah: 35-37)
Hendaknya tidak menakut-nakuti orang Muslim:Abu Dawud meriwayatkan dari Abdur dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya." (Al Waqi'ah: 35-37)
Ada seorang laki-laki
datang ingin dinaikkan unta, maka Nabi bersabda, "Saya tidak akan
membawamu kecuali di atas anak unta," maka orang itu berkata, "Wahai
Rasulullah, apa yang dapat saya perbuat dengan anak unta?" Ingatannya
langsung ke anak unta yang masih kecil. Maka Rasulullah SAW bersabda,
"Apakah ada unta yang melahirkan kecuali unta juga?
"Zaid bin Aslam
berkata, Ada seorang wanita bernama Ummu Aiman datang ke Rasulullah SAW
berkata, "Sesungguhnya suamiku mengundangmu." Nabi berkata,
"Siapakah dia, apakah dia orang yang matanya ada putih-putihnya?." Ia
berkata, "Demi Allah tidak ada di matanya putih-putih!." Maka Nabi
berkata. "Ya, di matanya ada putih-putih," maka wanita itu berkata,
"Tidak, demi Allah." Nabi berkata, "Tidak ada seorang pun kecuali
di matanya ada putih-putihnya." (Az-Zubair bin Bakar dalam "Al
Fakahah wal Mizah" dan Ibnu Abid-Dunya). Yang dimaksud dalam hadits ini
adalah putih yang melingkari hitamnya bola mata.
Anas berkata,
"Abu Talhah pernah mempunyai anak bernama Abu 'Umair, dan Rasulullah SAW
pernah datang kepadanya lalu berkata, 'Wahai Abu 'Umair apa yang diperbuat oleh
Nughair (burung kecil)?' Karena anak burung pipit yang dipermainkan.
"'Aisyah berkata,
"Rasulullah SAW dan Saudah binti Zam'ah pernah berada di rumahku, maka aku
membuat bubur dan tepung gandum yang dicampur dengan susu dan minyak, kemudian
aku hidangkan, dan aku katakan kepada Saudah, 'Makanlah' maka Saudah berkata,
'Saya tidak menyukainya,' Maka aku berkata, 'Demi Allah benar-benar kamu makan
atau aku colekkan bubur itu ke wajahmu, ' maka Saudah berkata, 'Saya tidak mau
mencicipinya, ' maka aku ('Aisyah) mengambil sedikit dari piring, kemudian aku
colekkan ke wajahnya, saat itu Rasulullah SAW menurunkan kepada Saudah kedua
lututnya agar mau mengambil dariku, maka aku mengambil dari piring sedikit lalu
aku sentuhkan ke wajahku, sehingga akhirnya Rasulullah SAW tertawa." (HR.
Zubair bin Bakkar di dalam kitabnya "Al Fukahah")
Diriwayatkan juga
sesungguhnya Dhahhak bin Sufyan Al Kallabi adalah orang yang berwajah buruk.
Ketika dibai'at oleh Nabi SAW maka Nabi bersabda, "Sesungguhnya aku
mempunyai dua wanita yang lebih cantik daripada si Merah Delima ini
('Aisyah),--ini sebelum turun ayat tentang hijab--, "Apakah tidak
sebaiknya aku ceraikan salah satunya untukmu, kemudian kamu menikahinya?"
Saat itu 'Aisyah sedang duduk mendengarkan, maka Aisyah berkata, 'Apakah dia
lebih baik atau engkau?" Maka Dhahhak menjawab, "Bahkan saya lebih
baik daripada dia dan lebih mulia." Maka Rasulullah SAW tersenyum karena
pertanyaan 'Aisyah kepadanya, karena ia laki-laki yang berwajah buruk. ' (HR.
Zubair bin Bakkar di dalam "Al Fukaahah")
Rasulullah SAW senang
untuk menebarkan kegembiraan dan kebahagiaan dalam kehidupan manusia, terutama
di dalam momen-momen seperti hari raya atau pesta pernikahan.Ketika Abu Bakar
RA tidak setuju dengan nyanyian dua budak wanita pada hari raya di rumahnya dan
mengusir keduanya, maka Nabi berkata kepada Abu Bakar, "Biarkan keduanya,
wahai Abu Bakar, sesungguhnya hari ini adalah hari raya."Di dalam riwayat
lain dikatakan, "Agar orang-orang Yahudi mengetahui bahwa sesungguhnya di
dalam agama kita ini ada hiburan.
"Rasulullah SAW
juga pernah mengizinkan kepada orang-orang Habasyah untuk bermain dengan tombak
mereka di Masjid Nabawi pada hari-hari besar dan Nabi SAW mendorong mereka,
"Di bawahmu wahai Bani Arfidah."
Rasulullah SAW memberi
kesempatan kepada Aisyah RA untuk melihat mereka dari belakangnya, sedangkan
mereka terus bermain dan menari, dan Nabi tidak memandang demikian itu sebagai
dosa. Pada suatu hari beliau pernah menegur suatu pesta perkawinan yang
sepi-sepi saja, tidak disertai permainan atau lagu-lagu. Beliau mengatakan,
"Mengapa tidak ada permainannya? Sesungguhnya kaum Anshar itu tertarik
dengan permainan."
Di dalam sebagian
riwayat Rasulullah SAW bersabda, "Mengapa kamu tidak mengirimkan
bersamanya orang yang menyanyi dan mengatakan. 'Kami telah datang kepadamu...
kami telah datang kepadamu... (karena itu) sambutlah kami...,' sebagai ucapan
selamat kami untukmu."Para sahabat Nabi SAW dan orang-orang yang mengikuti
mereka (para tabi'in) adalah sebaik-baik generasi, namun mereka juga tertawa
dan bergembira karena mengikuti petunjuk Nabinya. Sampai orang seperti Umar bin
Khaththab yang terkenal kerasnya, juga pernah bergurau dengan budaknya. Umar
mengatakan kepada budaknya, "Aku diciptakan oleh Pencipta orang-orang
mulia, dan engkau diciptakan oleh Pencipta orang-orang durhaka!" Ketika
Umar melihat budaknya sedih karena kata-kata itu, maka Umar menjelaskan dengan
mengatakan, "Sesungguhnya tidak ada yang menciptakan orang-orang mulia dan
orang-orang durhaka kecuali Allah 'Azza wa Jalla.
"Sebagian sahabat
ada yang bersenda gurau dan Rasulullah SAW pun membiarkan dan menyetujui. Hal
seperti ini terus berjalan setelah Rasul SAW wafat. Semua itu diterima oleh
para sahabat, tidak ada yang mengingkari, meskipun seandainya peristiwa itu
terjadi sekarang pasti akan diingkari oleh sebagian besar aktifis Islam dengan
pengingkaran yang keras, bahkan mungkin mereka menganggap pelakunya tergolong
orang-orang yang fasik atau menyimpang.
Di antara sahabat yang
terkenal sering bergurau adalah Nu'aiman bin Umar Al Anshari RA, yang telah
diriwayatkan darinya beberapa keistimewaan yang aneh dan menakjubkan.Beliau
termasuk orang yang ikut berbai'ah 'Aqabah yang kedua, pernah ikut perang Badar
dan Uhud, Khandaq dan seluruh peperangan yang ada.
Zubair bin Bakkar
telah meriwayatkan darinya sejumlah keanehan-keanehan yang langka di dalam
kitabnya "Al Fukahah wal Marakh," di sini kita sebutkan sebagian
darinya:Zubair bin Bakkar berkata, "Nu'aiman itu tidak masuk ke Madinah
sekejap mata pun kecuali ia membeli sesuatu darinya, kemudian membawanya ke
Rasulullah SAW kemudian ia berkata, "Ini aku hadiahkan untukmu (wahai
Rasulullah SAW)." Ketika pemiliknya datang ingin meminta uang kepada
Nu'aiman, maka orang itu dibawa kepada Nabi SAW Nu'aiman berkata, "Wahai
Rasulullah SAW berikan kepada orang ini uangnya (harga barangnya), maka Nabi
berkata, "Bukankah kamu telah menghadiahkan kepadaku?" Nu'aiman
berkata, "Demi Allah, saya tidak mempunyai uang (untuk membelinya), tetapi
saya ingin engkau memakannya, maka Rasulullah SAW tertawa, dan memerintahkan
untuk memberikan uangnya kepada pemilik (barang)nya."
Zubair bin Bakkar juga
meriwayatkan kisah lainnya dari Rabi'ah bin Utsman, ia berkata, "Ada
seorang Badui masuk ke rumah Rasulullah SAW dan mengikat untanya di halaman,
maka berkata sebagian sahabat kepada Nu'aiman Al Anshari, "Bagaimana kalau
kamu sembelih unta ini, lalu kami memakannya, sesungguhnya kami ingin sekali
makan daging, maka Nu'aiman pun melakukannya, sehingga orang Badui itu keluar
dari rumah Nabi SAW dan berteriak, "Untaku disembelih, wahai Muhammad
!" Maka Nabi SAW keluar, lalu berkata, "Siapa yang melakukan
ini?," mereka menjawab, "Nu'aiman," maka Nabi SAW mencarinya
sehingga telah mendapatkannya masuk ke rumah Dhaba'ah binti Zubair bin Abdul
Muththalib dan bersembunyi di bawah gubuk kecil yang beratap daun kurma. Ada
seorang yang memberi tahu Nabi SAW di mana Nu'aiman bersembunyi, maka Nabi SAW
mengeluarkannya dan Nabi bertanya, "Apa yang mendorong kamu untuk berbuat
demikian?" Nu'aiman berkata. "Mereka yang memberitahu engkau wahai
Rasulullah, merekalah yang menyuruh aku untuk berbuat demikian." Setelah
itu Nabi SAW membersihkan debu yang ada di wajahnya dan tertawa, kemudian
menggantinya kepada Badui itu.
Zubair bin Bakkar juga
berkata, "Pamanku telah menceritakan kepadaku dari kakekku, kakekku
berkata, "Makhrumah bin Naufal telah mencapai usia 115 tahun, maka ia
berdiri di masjid ingin kencing, sehingga para sahabat berteriak, "MasjidÉ
! MasjiiiidÉÉ ! Maka Nu'aiman bin 'Amr menuntunnya dengan tangannya, kemudian
ia membungkuk dengan membawa orang itu di bagian lain dari masjid. Setelah itu
Nu'aiman berkata kepadanya, "Kencinglah di sini, " maka para sahabat
berteriak lagi dan Makhrumah berkata, "Celaka kalian! Siapakah yang
membawaku ke tempat ini?" Mereka menjawab, "Nu'aiman." Makhrumah
berkata,
Sungguh jika aku
beruntung aku akan memukulnya dengan tongkatku!" Maka berita itu sampai
pada Nu'aiman, lalu Nu'aiman tinggal beberapa hari, kemudian datang kepada
Makhrumah, sedangkan Utsman sedang shalat di bagian pojok masjid. Maka Nu'aiman
berkata kepada Makhrumah, "Apakah kamu menginginkan Nu'aiman?
"Makhrumah menjawab, "Ya," maka Nu'aiman menuntunnya sehingga
berhenti di hadapan Utsman (yang sedang shalat), dan Utsman kalau shalat tidak
pernah menengok, maka Nu'aiman berkata. "Di depanmu itu Nu'aiman."
Maka Makhrumah memukulkan tongkat itu kepada Utsman sehingga Utsman pingsan,
maka para sahabat berteriak kepadanya, "Apakah engkau tega memukul Amirul
Mukminin." 28)
Di antara kisah yang
menarik adalah ada sahabat lainnya yang juga termasuk ahli melawak. Ia berhasil
menjerumuskan Nu'aiman di dalam suatu masalah, sebagaimana Nu'aiman
menjerumuskan orang lain. Yakni dalam kisah Suwaibith bin Harmalah dengan dia.
Orang ini termasuk orang yang ikut perang Badar juga.
Ibnu Abdil Barr dalam
kitabnya "Al Istii'aab" berkata, "Suwaibith RA adalah seorang
tukang melawak, berlebihan dalam bermain-main dan ia memiliki kisah menarik
dengan Nu'aiman dan Abu Bakar As-Siddiq RA sebagai berikut:
Diriwayatkan dari Ummu
Salamah, ia berkata, "Abu Bakar As-siddiq RA pernah keluar berdagang ke
Bushra satu tahun sebelum Nabi SAW wafat. Bersama Abu Bakar adalah Nu'aiman dan
Suwaibith bin Harmalah, kedua-duanya pernah ikut perang Badar. Saat itu
Nu'aiman membawa bekal makanan, maka Suwaibith berkata kepadanya, "Berilah
aku makan.Nu'aiman berkata, "Tidak, hingga datang Abu Bakar RA,"
Suwaibith berkata, "Ingat, demi Allah aku akan benar-benar marah
kepadamu." Ketika mereka berjalan melewati suatu kaum, maka Suwaibith
berkata kepada kaum itu, "Apakah kalian mau membeli budak dariku?"
mereka berkata, "Ya, mau." Suwalbith berkata, "Tetapi budakku
itu doyan ngomong, dan dia akan berkata kepadamu, "Saya merdeka,"
karena itu jika ia mengatakan demikian maka biarkanlah, dan jangan kalian rusak
budakku." Mereka menjawab, "Kita beli saja dari kamu." Suwaibith
berkata, "Belilah dengan sepuluh qalaish, " maka kaum itu datang dan
meletakkan di leher Nu'aima sorban atau tali, dan Nu'aiman berkata,
"Sesungguhnya ia (Suwaibith) itu menghina kamu, karena aku adalah orang yang
merdeka dan bukan budak," mereka berkata, "Dia (Suwaibith) telah
memberi tahu kepadaku tentang engkau." Maka kaum itu membawa Nu'aiman.
Sampai saat datangnya Abu Bakar RA, maka Suwaibith memberitahu kepadanya
perihal Nu'aiman, lalu Abu Bakar mengikuti mereka dan mengganti uang sepuluh
qalaish dan mengambil kembali Nu'aiman. Ketika datang ke hadapan Nabi SAW
mereka pun menceritakannya, maka Nabi tersenyum, demikian juga para sahabatnya
karena kisah ini, selama satu tahun." (HR. Ibnu Abi Syaibah dan lbnu Majah)
Sikap Orang-orang yang Ekstrim
Tidak diragukan bahwa
di sana ada beberapa hukama' ahli sastra dan puisi yang mencela lelucon
(lawakan) dan memperingatkan akan akibatnya yang tidak baik dan memandang bahwa
itu berbahaya, tetapi sayang, mereka melupakan sisi-sisi yang lainnya. Padahal
sebenarnya apa-apa yang datang dari Rasulullah SAW dan para sahabatnya adalah
lebih berhak untuk diikuti.Nabi SAW pernah berkata kepada Hanzhalah, yakni
ketika dia merasa ada perubahan kondisi di saat berada di rumahnya dan ketika
bersama Rasulullah SAW. Hanzhalah mengira bahwa di dalam dirinya ada
kemunafikan. Maka Nabi berkata kepadanya, "Wahai Handzalah, seandainya
kamu tetap seperti ketika bersamaku, maka pasti malaikat akan berjabat tangan
denganmu di jalan-jalan, tetapi wahai Handzalah pelan-pelan
(sedikit-sedikit)." Inilah fithrah, dan inilah kemanusiaan.Ibnu Abi
Syaibah meriwayatkan dari Abi Salamah bin Abdir Rahman, ia berkata,
"Sahabat Rasulullah SAW bukanlah orang-orang yang serius terus-menerus,
bukan pula orang-orang bermalas-malas (yang tidak bergerak), tetapi mereka itu
seiring bersenandung dengan paisi-puisi (syair-syairy) dan mengingat masa-masa
jahiliyah mereka, dan apabila diinginkan dari mereka sesuatu dari
masalah-masalah agamanya berkunang-kunanglah sinar matanya, seakan-akan seperti
orang gila. "Al Mushannaf, Ibnu Abi Syaibah.Ibnu Sirin pernah ditanya
tentang kebiasaan para sahabat, "Apakah mereka itu juga bergurau? Beliau
menjawab, "Mereka tidak lain adalah manusia biasa seperti umumnya manusia,
seperti Ibnu Umar, beliau sering bergurau dan bersenandung dengan syair."
(HR. Abu Nu'aim di dalam Al Hilyah: 2/275)
Dengan demikian maka
sikap mereka, orang-orang yang mengaku aktifis atau orang-orang yang semangat
dalam beragama, yang wajah mereka selalu cemberut--sehingga ada yang mengira
bahwa sikap seperti ini dianggap inti ajaran Islam--padahal sikap ini sedikit
pun tidaklah menampakkan hakekat agama yang sebenarnya, dan tidak sesuai dengan
petunjuk Nabi SAW dan para sahabatnya. Tetapi semata-mata berasal dari
kesalahfahaman mereka terhadap Islam, atau kembali kepada tabiat kepribadian
mereka, atau karena situasi dan kondisi pertumbuhan dan pendidikan mereka.Yang
jelas seseorang tidak boleh bodoh bahwa Islam itu tidak diambil dari perilaku
seseorang atau kelompok dari manusia baik mereka salah atau benar. Islamlah
yang semestinya menjadi hujjah atas mereka, bukan mereka yang menjadi hujjah
(dalil) atas Islam. Islam itu diambil dari Al Qur'an dan As-Sunnah.
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita
tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul
majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment