Kajian
Online WA Hamba الله SWT
Selasa, 13 November 2017
Rekapan
Grup Nanda 2
Narasumber
: Ustadzah Lien
Tema : Kajian Parenting
Editor
: Rini Ismayanti
Dzat
yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungkan-Nya...
Dzat
yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat
yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan
indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya,
yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untuk
mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah...
tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat
dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah
kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangkitkan ummat
yang telah mati, memepersatukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing
manusia yang tenggelam dalam lautan syahwat, membangun generasi yang tertidur
lelap dan menuntun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan,
kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma
ba'd...
Ukhti
fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya kita awali dengan
lafadz Basmallah
Bismillahirrahmanirrahim...
MENDIDIK ANAK TANPA BERTERIAK
Terkadang emosi kita memang akan ikut
terpancing saat menghadapi anak yang “bandel”, suka bertingkah terutama kalau
sedang ada tamu. Menahan emosi (kemarahan) memang tidak mudah. Tapi
sebagaimana tabiatnya, bahwa emosi adalah bagian dari naluri, maka saat
keinginan untuk marah itu muncul tidak harus dipenuhi. Tapi bisa dialihkan atau
ditunda (ditahan).
Anda harus bisa menakar dan memahami
kadar emosi Anda sendiri, pada saat kapan dan situasi seperti apa biasanya
muncul. Sehingga Anda akan lebih mudah untuk mengontrol atau mengendalikannya.
Luapan kemarahan hanya akan
berdampak buruk pada perkembangan perilaku anak. Bukankah anak balita banyak
belajar dari apa yang mereka lihat dan dengar?
Rasulullah Saw juga telah mengajarkan
bagaimana semestinya memperlakukan anak-anak.
Abu Hurairah Ra meriwayatkan bahwa
suatu ketika Rasulullah Saw menciumi Hasan bin Ali dan di dekatnya ada Al-Arqa’
bin Hayis At-Tamimi sedang duduk. Ia kemudian berkata, “Aku memiliki sepuluh
orang anak dan tidak pernah aku mencium seorang pun dari mereka”. Rasulullah
segera memandang kepadanya dan berkata: “Barang siapa tidak
mengasihi, maka ia tidak akan dikasihi”. (HR. Bukhari)
MENGAPA Kita Bisa Marah pada Anak?
Orangtua dan anak memiliki hubungan yang
unik di mana keduanya bisa saling memicu kemarahan bahkan untuk hal yang sangat
sepele. Tak jarang kita sebagai orang dewasa suka bertindak irasional kalau
sudah menghadapi anak. Dan bahkan membuat kita berperilaku kekanakan. Begitu
pula halnya dengan anak kita. Mereka sering berperilaku menyebalkan dan seolah
menguji kesabaran kita karena ya mereka memang anak kita. Psikolog menyebut
fenomena ini dengan istilah “ghosts in the nursery,” yaitu anak membangkitkan
perasaan kemarahan yang terpendam dari masa kanak-kanak kita, dan membuat kita
secara tidak sadar berespon sedemikian rupa untuk ‘melawan’ kemarahan
itu.
Bagaimana Kita Bisa Mengendalikan
Kemarahan?
Sebagai seorang manusia, dalam mengatasi
suatu masalah terkadang kita berada dalam kondisi “fight or flight (bertempur
atau melarikan diri), dan anak kita yang menyebalkan itu akan terlihat sebagai
musuh yang harus kita hadapi. Di saat kita diliputi kemarahan, secara fisik
tubuh kita siap untuk berkelahi. Hormon dan neurotransmitter membanjiri tubuh
kita. Otot menegang, detak jantung meningkat, napas terengah-engah. Sulit untuk
tetap tenang bila berada dalam kondisi ini, namun kita semua tahu bahwa memarahi
anak — walaupun akan membuat lega dan emosi terlampiaskan — bukanlah sesuatu
yang benar-benar kita inginkan. Bagaimana cara mengatasinya?
1. Perbanyak amalan ibadah shoum sunah.
2. Tentukan batasan/aturan SEBELUM Anda
marah.
Seringkali, ketika kita marah pada anak,
disebabkan karena kita belum menentukan batasan/aturan di keluarga. Pada saat
Anda mulai merasa marah, itu adalah sinyal untuk melakukan sesuatu. Lakukan
sesuatu yang positif untuk mencegah munculnya perilaku anak yang membuat Anda
kesal. Bila sumber kekesalan itu berada pada diri Anda
# cobalah untuk menjelaskan kondisi ini
pada anak Anda dan memintanya untuk jangan bertingkah, setidaknya untuk
sementara waktu.
# Bila anak Anda melakukan sesuatu yang
lama-lama semakin membuat Anda kesal, sebaiknya Anda menghentikan dulu kegiatan
Anda, jelaskan lagi pada anak bagaimana peraturan yang berlaku di keluarga Anda
atau arahkan anak Anda, supaya situasi tidak semakin memburuk dan Anda tidak
semakin marah.
3. Buatlah daftar cara yang baik untuk
mengatasi rasa marah.
Banyak orang bisa menenangkan diri
dengan cara:
# berhenti, tarik napas, ingatkan diri
Anda bahwa ini bukanlah kondisi yang gawat. Lepaskan ketegangan dengan
menggoyang-goyangkan tangan Anda.
# Tarik napas dalam-dalam sebanyak
sepuluh kali. Bila Anda perlu bersuara saat melakukannya, tarik napas dan
hembuskan sambil berkata, “hum”.
# Cari cara yang bisa membuat Anda
tertawa, yang akan menghilangkan ketegangan dan mengubah mood Anda. Bahkan
memaksa diri Anda untuk tersenyum akan mengirimkan pesan ke sistem saraf Anda
bahwa yang sedang Anda hadapi bukanlah hal yang gawat dan itu akan menenangkan
Anda.
# duduk, berbaring, dan berwudhu.
4. Ambil waktu Lima Menit.
Pahami bahwa menasehati Anak dalam
kondisi marah bukanlah hal yang bagus. Lebih baik Anda menyendiri dulu sesaat
dan kembali ketika Anda sudah lebih tenang.
5.Ingat bahwa “melampiaskan” kemarahan
Anda pada orang lain justru akan membuat Anda semakin marah.
Walaupun konon kita perlu “melampiaskan”
kemarahan dan jangan dipendam agar kesehatan jiwa kita tidak terganggu,
sebenarnya tidak ada hal positif atau hal bermanfaat dari melampiaskan
kemarahan pada orang lain. Studi penelitian menunjukkan bahwa mengekspresikan
rasa marah di saat kita sedang emosi justru akan membuat kita semakin
marah.
6. TUNGGU DULU sebelum memberikan
hukuman.
Anda cukup mengatakan hal
seperti, “Kenapa kamu masih memukul adikmu? Padahal kan kita sudah pernah
membicarakan bahwa memukul itu dilarang. Ibu perlu waktu untuk berpikir
mengenai masalah ini, dan kita akan bicara lagi nanti sore. Sementara itu, kamu
harus menunjukkan sikap yang baik di rumah ini.” Setelah Anda menyendiri
selama sekitar 10 menit dan ternyata masih belum cukup tenang untuk bisa
berbicara baik-baik, Anda bisa mengatakan, “Ibu mau berpikir dulu tentang
apa yang baru saja terjadi, dan kita bicarakan lagi nanti. Sekarang Ibu harus
menyiapkan makan malam dan kamu juga harus mengerjakan PR,” Selesai
makan malam, duduklah di samping anak Anda dan mulailah berbicara baik-baiik
dengannya. Anda akan lebih bisa mendengar apa alasan anak Anda bertingkah
demikian, dan bisa lebih berespon secara positif dan terkendali terhadap
tingkah lakunya.
7. Hindari kekerasan fisik, dalam bentuk
apa pun.
Berbagai penelitian pun telah
membuktikan bahwa memukul memberikan dampak negatif pada perkembangan anak
sampai ia dewasa nanti.
8. Hindari memberikan ancaman.
Ancaman yang dibuat pada saat Anda
marah, biasanya aneh dan tidak masuk akal. Ancaman hanya akan efektif bila Anda
memang akan melakukannya. Bila tidak, otoritas Anda sebagai orangtua tidak akan
dianggap oleh anak dan mereka cenderung tidak akan mempedulikannya di masa
mendatang.
9. Kendalikan nada bicara dan pilihan
kata Anda.
Penelitian menunjukkan bahwa semakin
tenang kita berbicara, semakin tenang juga perasaan kita, dan orang lain akan
meresponnya dengan tenang pula.
Tingkatkan kesabaran Anda dalam
menghadapi anak-anak. Jika tidak dengan kesabaran, bagaimana mungkin akan
sanggup menghadapi setiap masalah anak-anak dengan baik dari sejak bangun tidur
sampai tidur kembali.
Sabar disertai dengan niatan ikhlas
hanya semata-mata untuk mencari ridha Allah Swt akan menjadi energi
yang luar biasa. Maka, seberat apapun beban dan ujian yang diberikan lewat
anak-anak, Insya Allah akan dapat dihadapi dengan ringan.
Selain sabar, bertawakallah pada Allah
Swt. Tak ada masalah yang tidak ada penyeselesaian. Begitu pula dengan
persoalan anak-anak.
Dan jangan lupa, berdoalah selalu minta
bantuan Allah Swt dalam menyelesaikan masalah anak-anak. Kadang kita sudah
berusaha optimal untuk memperlakukan dan memberikan yang terbaik. Tetapi
sejatinya hanya Allah Swt jualah yang membukakan mata, hati dan pikiran
anak-anak kita untuk mau mengerti seperti yang kita inginkan.
Wallahu a'lam
*ditulis ulang, dengan perubahan seperlunya
dari Tabloid MU edisi 103*
Penulis : Dari. Laura Markham, psikolog klinis
dari Columbia University
TANYA JAWAB
Q : Bun, saya
punya teman, dulu dia sering di bentak dan di teriaki sama ortunya . Bahkan
kadang ada pukulan. Pelampiasan marah semua di tuju ke dia. Sekarang ini, ada
timbul rasa benci yang terpendam juga dia sikap nya lebih ke ansos gitu. Apa
yang perlu di lakukan si anak ini untuk merubah mindset nya terhadap ortu nya?
A : Berawal dari
ortunya maka proses dimulai juga dari ortunya. Meminta maaf pada si anak, jalin
hubungan dan komunikasi dari hati ke hati. Karena jika diminta mulai dari anak
proses agak lebih lama dan belum tentu si anak mau membuka hatinya.
Q : Apa itu
bisa pengaruhi kesehatan mental nya anak Bund?
A : Iya mb...
kecuali si anak diluar brtemu dengan orang yang bisa mengingatkan ngajak pada
kebaikan... lingkungan luar lebih mendukung its okay
Q : Kalau
ortunya ga peka dan ga paham kalau harus minta maaf ke anak gimana bun?
A : Jika anak tidak
mnemukan orang yang bisa mengarahkan diluar maupun didalam... maka jangan
salahkan si anak juga akan bersikap yang sama trhadap ortu juga temannya...
Prilaku anak yang kurang baik dimulai dari keluarga... sehingga yuuk belajar
menjadi orang tua yaa
Alhamdulillah,
kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan
berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala
yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah
langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan
do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asayahadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment