Kajian Online WA Hamba الله SWT
Rabu, 20 Januari 2016
Narasumber : Ustadz Masyhuri
Az Zauji
Rekapan Grup Nanda M104
Tema : Parenting
Editor : Rini Ismayanti
KETIKA ANAKKU MALAS SEKOLAH
Oleh: Masyhuri Az Zauji
Oleh: Masyhuri Az Zauji
Cerita pembuka...
Sejak hari pertama masuk Playangroup si kakak sudah langsung mau ditinggal tanpa harus ditunggu di sekolah. Akan tetapi saat masuk sekolah pasca libur semester, tiba-tiba ada perubahan sikap. Mendadak tidak mau ditinggal saat diantar sekolah.
Sejak hari pertama masuk Playangroup si kakak sudah langsung mau ditinggal tanpa harus ditunggu di sekolah. Akan tetapi saat masuk sekolah pasca libur semester, tiba-tiba ada perubahan sikap. Mendadak tidak mau ditinggal saat diantar sekolah.
Setelah gagal dengan beberapa pendekatan, kemudian saya sampaikan: "Kak, abi mau ke masjid (di sekolah) dulu ya untuk shalat dhuha, nanti abi jemput kaka setelah shalat dhuhur. OK?"
Meski agak berat
mengangguk, akan tetapi alhamdulillah ia mau ditinggalkan. Dan saat itu yang
perlu saya jaga adalah bahwa saya sama sekali tidak berbohong. Karena tempat
shalat terletak di lantai dua, dan aktifitasnya bisa dilihat dari lapangan
sekolah, maka saya naik keatas untuk memperlihatkan bahwa saya ada di masjid
itu untuk melaksanakan shalat duha (dan saya memang benar2 shalat duha).
Setelah ia masuk kelas bersama teman2 baru kemudian saya tinggal dan kemudian
kembali lagi untuk menjemputnya setelah melaksanakan shalat dhuhur.
Si kakak mungkin akan
menyangka bahwa saya menunggunya (tetap berada di masjid) sampai jam pulang,
akan tetapi hal ini tidak pernah saya janjikan. Saya tidak pernah mengatakan:
"Abi janji, nanti gak pulang kok, nunggu sampai kaka pulang..."
Hampir sepekan hal ini
berlangsung, sambil sesekali saya sampaikan: "Kak, abi hari ini ada
kerjaan jadi harus pulang sebentar. Nanti kalo kerjaan gak selesai, abi
dimarahi teman2 abi. Abi boleh ya pulang sebentar. Abi janji sebelum jam 10.00
(jam pulang) abi sudah ada di sekolah..."
Alhamdulillah
menjelang akhir pekan kedua masuk sekolah, semangat kakak kembali seperti
semula...
Pada setiap kasus,
seharusnya kita mampu mempertahankan TRUST dari anak bahwa kita (orang tua)
selalu ada dipihaknya, konsisten dan jujur dalam setiap perbuatan dan
kata-kata.
Bahasa yang SULIT
DIMENGERTI anak-anak adalah bahasa yang mengandung unsur INKONSISTENSI,
mengundang buruknya prasangka dan kebohongan. Pada akhirnya anakpun akan
menggunakan pola dan bahasa komunikasi yang sangat sulit dimengerti dan
diterima orangtua. Hal ini akan semakin parah manakala posisi anak selalu menjadi
'terdakwa'. Padahal sudah jelas siapa 'biang keroknya'... (hehehee...)
Kasus lain...
Di sebuah acara Home Visit (kunjungan para ustadzah ke rumah wali siswa), salah satu ustadzah menyampaikan: "Pak, kemarin mba Yasmina sangat tidak bersemangat mengikuti pembelajaran di sekolah..."
Di sebuah acara Home Visit (kunjungan para ustadzah ke rumah wali siswa), salah satu ustadzah menyampaikan: "Pak, kemarin mba Yasmina sangat tidak bersemangat mengikuti pembelajaran di sekolah..."
Kemudian saya tanya: "Saat belajar apa, Ustadzah???"
"Saat belajar memakai kaos sendiri, pak..." Jawab ustadzah tersebut.
Kemudian saya coba beri saran: "Maaf ustadzah, si kakak ini memang sudah setiap hari d rumah memakai baju sendiri, jadi mungkin ia malas mengikuti karena ia merasa sudah bisa. Saya sarankan saat nanti di kelas, jadikanlah ia sebagai model. Beri kesempatan ia untuk memberi contoh pada teman2 yang lain untuk mengenakan baju kaos..."
Alhamdulillah si kakak
kembali bersemangat. Dan ia kadang diminta juga untuk memimpin senam di
sekolah.
Faktor penyebab malas sekolah...
1. Post Holiday Syndrome
Jangankan anak-anak, orang dewasa saja kerap merasakan beratnya masuk kantor setelah sekian lama menjalani hari libur. Syndrome yang menyebabkan malas sekolah ini kerap melanda anak-anak setelah melewati masa libur panjang. Untuk mengantisipasi munculnya syndrome ini, saya melakukan beberapa hal:
a. Di awal/menjelang liburan. Menyampaikan jumlah hari libur yang akan dijalani. Setelah itu baru membuat rencana kegiatan selama liburan.
b. Selama liburan. Selingi kegiatan berlibur dengan aktifitas membaca dan belajar. Yang bisa kita lakukan misalnya mengajak anak ke toko buku. Tetap batasi interaksi anak dengan peralatan digital, jaga kedekatan anak dengan buku dan pena.
c. Sesekali ingatkan tentang berapa sisa hari liburan dan tanamkan sugesti bahwa masa masuk sekolah adalah sesuatu yang sangat mengasyikkan dan layak ditunggu.
d. "Asyik, 3 hari lagi ketemu dengan teman-teman..." ini salah satu indikasi bahwa anak bebas dari sindrom akhir liburan.
e. (jika memungkinkan) Gunakan 3 hari terakhir jelang masuk sekolah sebagai masa tenang dengan tidak melakukan perjalanan jauh atau aktifitas berat yang melelahkan.
1. Post Holiday Syndrome
Jangankan anak-anak, orang dewasa saja kerap merasakan beratnya masuk kantor setelah sekian lama menjalani hari libur. Syndrome yang menyebabkan malas sekolah ini kerap melanda anak-anak setelah melewati masa libur panjang. Untuk mengantisipasi munculnya syndrome ini, saya melakukan beberapa hal:
a. Di awal/menjelang liburan. Menyampaikan jumlah hari libur yang akan dijalani. Setelah itu baru membuat rencana kegiatan selama liburan.
b. Selama liburan. Selingi kegiatan berlibur dengan aktifitas membaca dan belajar. Yang bisa kita lakukan misalnya mengajak anak ke toko buku. Tetap batasi interaksi anak dengan peralatan digital, jaga kedekatan anak dengan buku dan pena.
c. Sesekali ingatkan tentang berapa sisa hari liburan dan tanamkan sugesti bahwa masa masuk sekolah adalah sesuatu yang sangat mengasyikkan dan layak ditunggu.
d. "Asyik, 3 hari lagi ketemu dengan teman-teman..." ini salah satu indikasi bahwa anak bebas dari sindrom akhir liburan.
e. (jika memungkinkan) Gunakan 3 hari terakhir jelang masuk sekolah sebagai masa tenang dengan tidak melakukan perjalanan jauh atau aktifitas berat yang melelahkan.
2. Beban emosional
Faktor ini dipicu kekhawatirannya tentang sesuatu hal, misal: takut kehilangan kedekatan (dengan orang tua/saudara), adanya teman yang 'mengancam', teman dekat yang pindah sekolah, PR yang blm terselesaikan, tuntutan hafalan, guru/ pelajaran yang tidak disukai, dlsbg.
Faktor ini dipicu kekhawatirannya tentang sesuatu hal, misal: takut kehilangan kedekatan (dengan orang tua/saudara), adanya teman yang 'mengancam', teman dekat yang pindah sekolah, PR yang blm terselesaikan, tuntutan hafalan, guru/ pelajaran yang tidak disukai, dlsbg.
Poin ini adalah salah
satu akar utama dari segala permasalahan.
Pada poin ini orang
tua harus sigap dan cermat memahami situasi untuk mengambil langkah-langkah
solusi.
3. Tidak ada panutan
Anak malas untuk mengerjakan sesuatu juga bisa dipicu karena tidak adanya contoh figur yang "rajin". Orang tualah yang harus siap mjd panutan dan contoh. Misalnya: Ayah yang sebentar lagi akan masuk kerja menanyakan kesiapan anak untuk masuk sekolah dengan mengatakan:
"Ini lho tas ayah untuk masuk kerja besok, dan sepatu ayah juga sudah ayah semir. Tas kakak mana? Buku-buku dan alat tulisnya sudah siap?"
Anak malas untuk mengerjakan sesuatu juga bisa dipicu karena tidak adanya contoh figur yang "rajin". Orang tualah yang harus siap mjd panutan dan contoh. Misalnya: Ayah yang sebentar lagi akan masuk kerja menanyakan kesiapan anak untuk masuk sekolah dengan mengatakan:
"Ini lho tas ayah untuk masuk kerja besok, dan sepatu ayah juga sudah ayah semir. Tas kakak mana? Buku-buku dan alat tulisnya sudah siap?"
4. Bahasa motivasi
yang keliru
"Nak, kamu itu harus rajin sekolah. Jangan tiru bundamu yang kadang bolos sekolah. Apalagi ayahmu dulu, lebih parah..."
Wah... jika bahasa motivasi seperti ini yang digunakan, bisa jadi anak akan tambah malas sekolah. Karena berpikir ayah dan bundanya dulu juga malas sekolah.
Hati-hati, ayah bunda. Pastikan bahasa yang kita gunakan positif dan aman, misalnya dengan mengaitkan sebuah kisah seseorang yang penuh kekurangan baik scr fisik maupun ekonomi akan tetapi sukses karena semangat belajar yang luar biasa.
"Nak, kamu itu harus rajin sekolah. Jangan tiru bundamu yang kadang bolos sekolah. Apalagi ayahmu dulu, lebih parah..."
Wah... jika bahasa motivasi seperti ini yang digunakan, bisa jadi anak akan tambah malas sekolah. Karena berpikir ayah dan bundanya dulu juga malas sekolah.
Hati-hati, ayah bunda. Pastikan bahasa yang kita gunakan positif dan aman, misalnya dengan mengaitkan sebuah kisah seseorang yang penuh kekurangan baik scr fisik maupun ekonomi akan tetapi sukses karena semangat belajar yang luar biasa.
5. Terlalu dimanjakan dengan
fasilitas permainan
Hal ini sudah disinggung di awal pembahasan. Jangan biarkan anak larut dengan aktifitas hiburan yang berlebihan selama masa liburan, pada akhirnya anak kehilangan semangat belajar dan malas untuk kembali ke bangku sekolah.
Hal ini sudah disinggung di awal pembahasan. Jangan biarkan anak larut dengan aktifitas hiburan yang berlebihan selama masa liburan, pada akhirnya anak kehilangan semangat belajar dan malas untuk kembali ke bangku sekolah.
Karena keterbatasan
waktu dan sarana, hanya 5 faktor saja yang kita bahas, karena sebenarnya sangat
banyak sekali faktor yang memicu seorang anak malas sekolah.
"Solusi Kunci"
dari beberapa faktor pemicu kemalasan anak sekolah seperti itu adalah :
1. Evaluasi
efektifitas komunikasi selama ini.
Orang tua harus lebih terbuka dan peduli, meluangkan waktu untuk bicara yang melibatkan emosi dan penuh empati dari hati ke hati. Sterilkan pola dan bahasa komunikasi dari: inkonsistensi, ketidak jujuran dan bahasa yang terlalu menuntut atau melemahkan mental.
Orang tua harus lebih terbuka dan peduli, meluangkan waktu untuk bicara yang melibatkan emosi dan penuh empati dari hati ke hati. Sterilkan pola dan bahasa komunikasi dari: inkonsistensi, ketidak jujuran dan bahasa yang terlalu menuntut atau melemahkan mental.
2. Biasakan untuk
melibatkan anak dalam merencanakan dan mengaplikasikan program keluarga,
seperti kegiatan selama liburan.
3. Evaluasi kebiasaan/
gaya hidup yang sama sekali tidak mendukung semangat belajar.
4. Berikan kasih
sayang, perhatian, penghargaan dan motivasi yang cukup.
5. Jaga dan kuatkan
pondasi-pondasi emosional dan spiritual. Manfaatkan masa liburan untuk
konsolidasi kerjasama tim keluarga serta menjadikan sebagai momentum
peningkatan kualitas ibadah dan keimanan melalui amal jama'i dalam keseharian.
Demikian sedikit berbagi,
semoga akan banyak hal lagi yang kita bisa gali dan aplikasikan...
Allahu a'laam...
Tafadholy jk ada ada yang
kurang dipahami.. silahkan ditanyakan.. tentunya sesuai dngan materi kita hari
ini yaa nanda canshol
TANYA JAWAB
Q : Afwan ustadz mau Tanya.
Adik saya selalu semangat untuk sekolah tapi kalau di rumah untuk mengerjakan
PR sulit sekali perlu beberapa kali bujukan dia juga sulit dalam hal menghafal
memang pola asuh dr kecilnya salah ustadz karena dulu dia di tinggal ibu untuk
kerja. Gimana ya cara untuk memperbaikinya??
A : 1. Orang tua juga
harus mau memperbaiki diri. Sampaikan permohonan maaf (meski tidak secara
langsung) orang tua pada anak. Harus lebih peduli, bangun kedekatan emosi.
2. Bersabarlah, ini akan sangat melelahkan karena ibarat meluruskan besi yang terlanjur bengkok. Tetapi tidak ada kata terlambat selama msh ada keinginan untuk perbaikan.
3. Sering ajak dia untuk dialog memikirkan dan merencanakan masa depan, misalnya mau jadi apa, sekolah kemana, dll
4. Selain upaya pengokohan pondasi emosional dengan mengembalikan 'hutang2' kasih sayang, pondasi spiritual melalui perbaikan kualitas ibadah lebih wajib diupayakan.
5. Maksimalkan keterlibatan orang tua terutama ayah. Dalam beberapa kasus, poin ini yang agak sulit dan menjadi SOLUSI KUNCI, tetapi tetap harus diupayakan...Allahu a'laam...
2. Bersabarlah, ini akan sangat melelahkan karena ibarat meluruskan besi yang terlanjur bengkok. Tetapi tidak ada kata terlambat selama msh ada keinginan untuk perbaikan.
3. Sering ajak dia untuk dialog memikirkan dan merencanakan masa depan, misalnya mau jadi apa, sekolah kemana, dll
4. Selain upaya pengokohan pondasi emosional dengan mengembalikan 'hutang2' kasih sayang, pondasi spiritual melalui perbaikan kualitas ibadah lebih wajib diupayakan.
5. Maksimalkan keterlibatan orang tua terutama ayah. Dalam beberapa kasus, poin ini yang agak sulit dan menjadi SOLUSI KUNCI, tetapi tetap harus diupayakan...Allahu a'laam...
Perlu juga untuk memahami
karakter dan bakatnya. Jangan dipaksa untuk memahami/menguasai ssuatu yang
memang bukan wilayah bakat utamanya... Dia masih semangat masuk sekolah saja
sudah sangat luar biasa...
Beri support dan apresiasi atas segala prestasi...
Beri support dan apresiasi atas segala prestasi...
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Moga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita
tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul
majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment