Rekap kajian HA G4 Bunda
Senin, 03 April 2017
Tema : Pendidikan yang di contohkan rosul
Narsum: Ustadazh. Azizah
Admin. : Euis, Rahmi, Sugi, Aini
Notulen: Laela
Editor : Sapta
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
SUNGGUH, PUNDAK KITA INI AMATLAH RAPUH
Dalam sebuah kesempatan, seorang nenek menyampaikan 'masalah' yang dialami cucunya. Cucu laki-laki yang saat ini berusia 10 tahun sering kali ketakutan ketika ia merasa sendiri. Sebagai contoh, ketika ke kamar mandi ia harus ditemani, minimal memastikan neneknya ada di depan pintu. Ia akan menangis histeris jika menyadari ternyata ia ditinggal sendiri.
Perilaku ini muncul ketika dua tahun yang lalu ia ditinggal oleh (alm) ayahnya. Selama ayahnya masih hidup anak ini memang lebih dekat dengan ayahnya karena bundanya bekerja di luar kota.
Sang nenek bertanya, kira2 penyebabnya apa dan bagaimana solusinya...
Apabila saya coba melihat secara sepintas, anak ini begitu luar biasa ketergantungannya pada sang ayah. Sehingga ketika ayah tiada ia merasa kehilangan tempat bersandar, jiwanya gampang terguncang.
Kedekatan melahirkan ketergantungan adalah satu hal yang wajar. Akan tetapi setiap orangtua wajib untuk memperhatikan KUALITAS kedekatan pada anak agar tidak tercipta ketergantungan 'permanen dan tunggal' yang akan berpengaruh negatif pada kstabilan mental anak di kemudian hari.
Saya pribadi menduga kedekatakan ayah dan anak pada kasus ini lebih banyak 'diwarnai' dengan pendekatan materi dan mengarah pada pemanjaan berlebihan. Ternyata hal ini dibenarkan oleh sang nenek. Memang selama ayahnya masih hidup, segala permintaan anak langsung dituruti tanpa sedikitpun mengajak bernegosiasi. Hal ini kemudian 'diperparah' dengan minimnya penguatan aspek spiritual dalam diri anak.
Anak dimanjakan dengan materi sedemikian rupa dan penanaman nilai-nilai aqidah 'lupa' diberikan karena bisa jadi berpikir "Belum saatnya, dia kan masih anak-anak. Biarlah ia menikmati kehidupan ini sepuas-puasnya...". Akhirnya guncangan itu betul-betul terjadi dan berpengaruh buruknya baru terasa kemudian.
Mari kita bahas tentang bagaimana langkah antisipasi sekaligus solusi untuk masalah ini atau yang serupa dengan ini...
Jika hal ini belum terjadi, ada beberapa langkah antisipasi yang bisa kita upayakan sebagai upaya pencegahan.
- Tanamkan nilai-nilai aqidah sejak dini. Pahamkan pada anak bahwa tempat yang paling kokoh untuk dijadikan sandaran hanyalah Allah SWT
- Ciptakan keseimbangan pengasuhan. Jika di rumah ada ayah dan ibu, maka usahakan agar kedekatan anak tidak memihak ke salah satu pihak saja. Kuncinya di sini adalah konsistensi dan kedekatan komunikasi. Anak akan lebih berpihak ke ayah ketika ibu seringkali terlihat mengambil langkah dan sikap berbeda dengan ayah dalam sebuah masalah. Misalnya ayah mengizinkan tapi ibu melarang atau sebaliknya. Jika ayah dan ibu tidak satu rumah, bisa diupayakan dengan membangun kedekatan jarak jauh melalui intensitas komunikasi.
- Jangan pernah manjakan anak dengan materi secara berlebihan. Turuti kehendak anak yang memang diperlukan. Biasakanlah negosiasi dalam setiap pengabulan atau pelarangan.
- Latih kemandirian dan bangun rasa tanggung jawab sejak dini. Biasakan anak merapikan mainan, menyelesaikan tugasnya sendiri atau membantu pekerjaan di rumah sesuai kemampuannya. Misalnya mencuci piring sendiri, melipat baju, dan lain-lain sesuai kemampuan.
- Pahamkan bahwa kita tidak selamanya menemani mereka. Ada kalanya mereka harus mengurus segalanya sendiri.
Dan masih banyak langkah-langkah lain yang bisa kita upayakan agar anak-anak mandiri dan bertanggung jawab sejak dini sehingga tidak mengalami ketergantungan tunggal yang permanen. Bangunlah ketergantungan permanen itu hanya dengan bergantung kepada Allah Azza Wajalla.
Bagaimana jika sudah terlanjur 'jatuh dan trauma' ?
- Tetap jaga kedekatan. Membuat anak lebih sering merasa sendiri akan menyebabkan dampak yang lebih buruk.
- Perbaiki pola asuh/ komunikasi. Pelan-pelan dirubah yang sebelum selalu menuruti, dari sekarang dirubah agar anak diajak berpikir ia meminta sesuatu.
- Pahamkan pada tentang arti "kasih sayang" dan juga "pemanjaan". Beri pemahaman pada anak bahwa yang nama sayang itu tidak selalu mengabulkan, apalagi ketika yang diminta adalah sesuatu yang tidak perlu. Anak harus paham bahwa anak manja.
- Latih kemandirian dan bangun rasa tanggung jawab sejak dini. Biasakan anak merapikan mainan, menyelesaikan tugasnya sendiri atau membantu pekerjaan d rumah sesuai kemampuannya. Misalnya mencuci piring sendiri, melipat baju, dan lain-lain sesuai kemampuan.
- Pahamkan bahwa kita tidak selamanya menemani mereka. Ada kalanya mereka harus mengurus segalanya sendiri.
- Bangun empati pada sesama. Ajak anak untuk ikut merasakan 'keberadaan' orang-orang disekitarnya sehingga pelan-pelan ia akan 'lupa' dengan ambisi-ambisi materi yang selama ini hanya untuk memenuhi keinginan pribadinya.
- Kenalkan pada Allah dan RasulNya. Tanamkan nilai-nilai aqidah, ajarkan tradisi-tradisi sunnah, mengenalkan figur sang Nabi teladan.
Demikian ulasan sederhana ini, semoga bisa menjadi salah satu inspirasi dan motivasi bagi kita semua untuk menggali hal-hal lain secara lebih mendalam, dan semoga menjadi awal kesungguhan kita untuk melakukan perbaikan.
Allahu a'laam wal musta'aan...
Kota Malang, 20/06/2016
#MasyhuriAzZauji
**********************
TANYA JAWAB
T : Bunda mau nanya nih. Setelah berumah tangga bertahun tahun, akhirnya saya tahu ada beberapa sifat/kebiasaan suami yang tidak bisa dirubah walaupun saya tidak suka. Saya berusaha menerima tetapi kadang-kadang masih suka kesel dan ngedumel, gimana tuh bunda caranya menerima pasangan dengan kelebihan dan kekurangannya?
J : Bukankan menikah itu tidak untuk mencari yang sempurna ya? Tapi menikah itu adalah mau menerima kekurangan pasangan dengan sempurna. Bisa jadi kita menganggap diri kita sudah berbuat yang terbaik, tapi dimatanya belum tentu seperti yang kita duga. Tapi karena dia laki-laki, yang memang sangat jarang mempermasalahkan hal-hal kecil. Baginya ya sudahlah. Dia bisa melewatinya meski itu tak nyaman buat dia.
Perasaan tidak suka hal yang kurang baik itu wajar. Perlu kesabaran untuk bisa merubahnya. Dan anggaplah itu ladang dakwah seorang istri untuk suaminya. Jika dia mampu menjadikan kekurangan itu berkurang atau malah hilang dan muncul hal-hal positif maka pahala tak terkira baginya. Merubah karakter, sifat, dan temperamen itu perlu waktu, dan itu ujian kesabaran. Sanggupkah melaluinya?
T : saya punya anak kla 3 MI, anak saya penakut banget, misal kalau mandi mesti ditungguin di depan, dan sebagainya. Saya sudah nasehati dari sisi agama dan keberanian, tapi jurus saya belum mempan, mesti bagaimana ustadzah?
J : Coba telusuri kenapa hal itu terjadi. Tanya detail dengan cara tidak seperti introgasi santai aja. Dan katakan mama akan kasih hadiah asal mbak/mas mau cerita jujur ke mama, kenapa kok takut ke toilet/KM. Ada apa? Knp? Siapa? Ini perlu pendekatan yang khusus. Misal ketika minta ditungguin bilang ok mama di sini itu pintu kamar mandi jangan di kunci, ganjel pake kursi ya. Biar kaka bisa liat mama.
Besoknya tambahin jarak agak lumayan jauh tapi anak jangan ditinggal. Beri kepercayaan bahwa mama ada. Jangan pernah meledek anak depan orang lain. Rasa pedenya akan ancur. Besoknya lagi jarak mama dan kamar mandi makin jauh tapi mama tetap terdengar suara untuk yakinkn anak mama tidak pergi atau kabur. Beri hadiah ketika pintu kamar mandi makin sempit di bukanya. Sampai anak berani tutup pintu kamar mandi dan merasa semua aman.
Peluk setiap kali dia keluar kamar mandi dan tidak teriak-teriak cari mama. Beri hadiah es krim atau apalah yang dia suka. Lama-lama dia akan berani karena ada mama yang percaya padanya bahwa ia sebenarnya pemberani.
T : mau nanya umi, anak saya mau 9 tahun, rencana mau bedah karena hernia nah maksudnya sekalian mau disunat aja, yang saya tanyakan tuntunan sunat menurut alqur'an n sunah seperti apa ummi? kemudian kewajiban-kewajiban anak laki-laki setelah disunat seperti apa?
J : Tidak mengapa sekalian di sunat bagus malah. InsyaAllah kalau di RS dokter lebih paham ya yang di potong dan bersihkan yang bagian mana.
Nah setelah sunat, anak mulai kenalkan bhw skrg usianya sdh 9 th, sbntar lagi baligh. Search di google tentang apa-apa kewajiban bagi muslim yang baligh. Baligh artinya kalau perempuan dia mulai haid pertama kali. Bagi laki-laki dia mimpi basah. Nah jelas kan mimpi basah itu apa. Apa yang terjadi di celananya. Sebagai ibu kita perlu periksa apa ada cairan yang basah tapi bukan ompol. Jika itu ada maka bicaralah dengan anak, bahwa dia sudah dewasa. Dan baligh. Sudah harus bertanggungjawab atas sholat-sholatnya dan amalan perilakunya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
PENUTUP
DOA PENUTUP MAJELIS
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Subhanaka Allahuma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik.Artinya:“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Aamiin ya Rabb.
======================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage : Kajian On line-Hamba Allah
FB : Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment