Kajian Link Online HA Ummi G1- G6
Hari/Tgl: Jumat, 20 April 2018
Materi: Gangguan Emosi Pada Anak
Narasumber: Ustadzah Herdini Faizah
Waktu Kajian: 19.30 - 21.00 WIB
Editor: Sapta
▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫
Pengertian Anak
Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang
lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum
mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, di
mana kata "anak" merujuk pada lawan dari orang tua,
orang dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah
dewasa.
Menurut psikologi, anak adalah periode
perkembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun,
periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah, kemudian berkembang
setara dengan tahun tahun sekolah dasar.
Sejak lahir anak-anak sudah memiliki berbagai emosi
(seperti marah, senang, cemas, sedih, dan sebagainya) yang akan terus
berkembang seiring pertumbuhannya.
Sifat pemarah pada anak disinyalir dapat mempengaruhi
kesehatannya. Misalnya, mengundang resiko penyakit jantung atau darah tinggi.
Begitu pula dengan gangguan emosi negatif seperti rasa sedih dan takut yang
berlebihan. Rasa sedih akan membuat turunnya imunitas anak.
Sementara rasa takut yang berlebihan, akan membuat
anak tidak percaya diri. Selain itu, anak pemarah juga akan mendapat kesulitan
dalam kehidupan sosialnya.
Selama masa pertumbuhan anak, emosi alaminya akan
bercampur dengan apa yang ia lihat dari lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu,
gaya pengasuhan yang tepat akan sangat penting untuk mengendalikan emosi anak.
Ada 4 macam klasifikasi gangguan emosi anak antara
lain:
1. Ketidak mampuan untuk menunjukkan tingkah laku yang
tepat dalam situasi tertentu.
2. Ketidak mampuan untuk membangun hubungan pertemanan
dengan teman sebaya.
3. Mudah merasa deperesi atau cemas hanya karena
alasan-alasan kecil.
4. Memiliki gangguan gejala tertentu saat mengahadapi
masalah. Misal sakit perut jika disuruh maju ke depan kelas; takut dengan semua
orang dengan kumis atau berewok dan lain sebagainya.
Ciri-ciri anak yang mengalami gangguan emosional:
1. Tidak mampu belajar yang bukan disebabkan oleh
faktor kesehatan seperti cacat indera atau fisik lainnya. Anak ini, pada dasar
fisiknya baik-baik saja, yang menghambat adalah keadaan psikologisnya
2. Tidak bisa menjalin hubungan atau
pertemanan dengan teman sebaya, bahkan orangtua dan gurunya di sekolah.
Karena perilakunya yang labil, emosional, dan berubah-ubah, anak menjadi
individualis karena lingkungannya tidak bisa menerima keadaan anak tersebut.
3. Perasannya suka tidak normal, berubah-ubah tidak
jelas tanpa sebab nyata dan pasti. Mood mudah terganggu atau terdistraksi,
kadang marah, depresi, kecewa. Intinya emosionalnya labil.
4. Cenderung takut sendiri karena masalah pribadi
dan di sekolah, maka akan mengeluarkan emosi dan perilaku seperti, menangis dan
mengamuk. Jika ditanyakan alasannya, akan menyinggung perihal masalah pribadi
dan hal di sekolahnya.
Sebelum kita mengajarkan bagaimana cara
mengendalikan emosi anak, sebaiknya ajari anak terlebih dahulu untuk mengenali
dan mengidentikasi perasaannya. Misalnya, sedih, marah, kecewa, malu, senang,
benci, dan sebagainya.
Berdasarkan riset, mengidentifikasi emosi adalah tahap
awal dalam mengendalikan emosi anak. Jangan sampai anak tak mengerti
perasaannya sendiri sehingga ia jadi gagal mengontrolnya di kemudian hari.
Ada baiknya kita berbicara dan bertanya pada teman,
kerabat atau guru anak di sekolah. Apa
mereka melihat perilaku yang sama dari anak kita ? Ketika pada masa
perkembangan yang sulit pada anak, kita harus mencari cara demi mendukung anak
melalui masa-masa sulit yang harusnya bisa teratasi dengan baik dalam tahapan
normal. Cermati, dan cari tahu apakah usia anak kita masih cukup normal
memiliki perilaku dan emosional yang labil? Amati dengan anak-anak seusianya.
Pada tahapan yang normal, anak usia 8 tahun ke atas harusnya sudah cukup labil
emosi dan perilakunya.
Faktor-faktor lain yang harus diperhatikan ketika
anak2 terdeteksi gangguan emosional :
Kondisi fisiknya memang bermasalah, seperti adanya
alergi yang berdampak pada kestabilan emosionalnya. Obat-obatan yang dikonsumsi
anak, nyatanya juga dapat berpengaruh pada perilaku.
Masalah di sekolah kadang terbawa hingga ke rumah.
Ketika anak sulit mengerjakan tugas atau memahami pelajaran, hal itu juga perlu
dicermati, karena berdampak menimbulkan stress tambahan pada anak.
Menggunakan narkoba atau alkohol. Jangan salah, usia
berapapun dapat tercemar oleh penyimpangan sosial ini. Perhatikan dan pantau
lingkungannya.
Keluarga Anda yang bermasalah. Faktor ini juga
merupakan faktor umum yang wajar dialami anak yang mengalami gangguan
emosional.
Seperti, perceraian atau perpisahan orang tua,
cemburu mempunyai adik baru, merasa tidak adil orangtuanya memberikan kasih
sayang, dan trauma pada kehilangan sosok sesorang yang berarti, atau kematian.
Berikut cara mengendalikan emosi anak sesuai usianya:
1. Mengatur emosi usia bayi
Anak digolongkan masih bayi jika usianya 0-12 bulan.
Di usia ini, anak akan menampakkan emosi alaminya dan mengenal emosi kedua dari
lingkungan terdekat yang ada di keluarganya.
Sesuai dengan perkembangan otaknya, emosi bayi akan
terpengaruh apabila berhubungan dengan tiga hal, yaitu sentuhan, pelukan, dan
makanan.
Rasa senang dan sedih tergantung pada 3 hal
tersebut. Riset menyatakan bahwa bayi berusia 6 bulan mulai bisa
menyesuaikan kondisi dan mencoba mengatasi emosinya sendiri.
Namun, kita bisa membantunya untuk jadi lebih
senang dengan memutarkan lagu maupun mengajaknya bernyanyi. Rasa stres yang
dialami bayi bisa berkurang dengan adanya stimulasi dari melodi musik yang
diputar.
Jangan lupa, interaksi dengan orangtua maupun orang
terdekatnya adalah cara ampuh untuk membuat bayi tenang. Jadi,
jika kita ingin anak tenang, ada baiknya untuk memutar lagu sambil
mengajaknya bermain ya.
2. Mengendalikan emosi anak balita
Di usia 1 – 5 tahun ini, rasa takut adalah emosi yang
paling sulit dimengerti dan diatasi oleh balita. Pada usia ini juga, orangtua
mulai mengakrabkan anak dengan emosinya sendiri.
Misalnya saat ia menangis, kita perlu
bertanya apa yang ia rasakan. Saat ia senang, kita juga mulai bisa
mengajaknya berinteraksi tentang apa yang membuatnya senang.
Misalnya Bunda bertanya, “Kok dedek keliatan sedih?
Kenapa? Sini coba cerita sama Bunda.” Atau bisa juga, “Dedek seneng sekali?
Coba ceritain ke Ayah”
Di usia balita, mereka sudah mulai bisa berkompromi
dengan emosinya sendiri. Namun kita harus mulai berhati-hati karena
balita akan meniru respon orangtuanya dalam segala situasi.
Jadi, lebih berhati-hati dalam bersikap. Karena Anda
adalah idola pertama anak, maka Anda lah yang akan ditiru olehnya.
▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫▪▫
TANYA-JAWAB
TJ - G1
Tanya: Anak saya usia 3 tahun, umumnya pasti egosentris ya ustadzah, sering
bertengkar dengan sodaranya, yang menjadi pertanyaan sebaiknya apa yang orangtua
lakukan ketika kami menegur yang ada tangisan makin menjadi dan berantemnya
nambah karena ingin diperhatikan. Justru pernah kami diamkan malah mereka
lanjut main lagi, walaupun tetap kami awasi dari jauh. Satu lagi ustadzah,
sebaiknya siapa yang menegur mereka, karena jika ibu yang menegur cenderung
cepat reda tangisan, sedangkan suami yang negur justru mereka malah jadi marah?
Jawab: Masa itu memang keakuannya mulai muncul. Nikmati saja. Biasanya berebut
mama. Jika 1 digendong satunya marah. Jadilah kita yang menggendong semuanya. Hehehehe
Saya juga sering gitu. Berpelukan semua. Ini mamanya
anak-anak semua. Sampai tidurpun harus telentang karena mereka semua pengen dapat
tangan. Siapa yang menegur? Ayah memberi aturan karena suaranya tegas. Ibu
menegakkan aturan tersebut dengan kasih sayang. Bagi tugaslah
Tanya: Ustadzah, bagaimana menghadapi anak usia sekolah (TK) yang cengeng, apa-apa
nangis, salah dikit nangis. Sepertinya menangis menjadi senjata agar dituruti
keinginannya?
Jawab: Konsultasikan ke bu gurunya (saya guru tk). Kita kasih mereka aturan apa
di rumah, disinkronkan dengan aturan di sekolah. Sikap tegas mulai ditegakkan.
Jangan turuti semua keinginannya meski kita punya. Ajarkan ke anak untuk mampu
menahan diri ya.
Tanya: ijin bertanya, bagaimana menghadapi anak yang cenderung ga bisa diam di
kelas, malas mengerjakan tugas yang diberikan dan cenderung cari perhatian?
Jawab: Anak gue banget. Hahahaha.
Itu diawal-awal. Biasanya ditanya kepala sekolah atau
guru kelasnya. Kenapa seperti itu. Jawabannya macam-macam. Males. Capek nyatet.
Bosen gitu-gitu aja. Sudah paham materi makanya bertingkah. Kelebihan energi.
Nggak faham dengan penjelasan guru dan lain-lain. Penangannannya berbeda.
Tergantung kasusnya ya.
----------
TJ - G2
Tanya: bila semasa balita anak kita pernah diasuh oleh orang yang selalu
mengatakan bahwa ibunya tidak sayang padanya karena ditinggal kerja dan sebagainya,
sehingga sampai besar dia merasa ibunya tidak sayang kepadanya, bagaimana cara
mengatasinya sekarang?
Jawab: Ini masalah mindset yang ditanamkan sejak kecil. Memang untuk mengubah
mindset tersebut sulit. Apalagi yang sudah tertanam bertahun-tahun. Caranya,
harus sedikit-sedikit ada orang-orang terkasih disekitar yang dipercaya anak. Misal
si embah, bulik dan lain-lain. Katakan pada anak kenapa ibu bekerja dll. Jika
anak sudah balihg in syaa Allah dia bisa menerima alasan logis. Meski banyak
kejadian yang bikin anak membenci ibunya sampai dewasa karena kurang kasih
sayang yang tertanam.
Namun hal-hal tersebut bisa diatasi dengan hadirnya
kembali ibu untuk menemani anak dan mengubah mindset tersebut. Tanpa kehadiran
ibu, sepertinya hal tersebut lebih sulit diatasi.
Tanya: Tanya ya ustadzah. Rasa takut berlebihan yang ada pada seorang anak
apakah bisa disebut salah satu bentuk paranoid? Karena setahu saya paranoid
dialami oleh mereka yang sudah dewasa?
Jawab: Paranoid itu ketakutan yang berlebihan sehingga muncul gangguan
psikologis. Misal cemas, keluar keringat dingin, menggigil, gemetar, cemas
berhari-hari meski hanya mendengar kata saja, hingga mengigau. Kalau tidak
muncul gejala-gejala tersebut tidak bisa dikategorikan paranoia
Tanya: Satu lagi ustadzah, bagaimana membangkitkan rasa percaya diri anak?
Jawab: Membangkitkan percaya diri? Pompa terus semangat mereka. Bikin mindset
positif terus menerus. (Ayo kak, kamu pasti bisa. Kamu anak hebat. Kamu
adalah sang juara). Jangan cemooh kegagalannya
----------
TJ - G3
Tanya: Assalamualaikum ustadzah, saya ijin curhat, saya punya anak kembar,
perempuan, usia 8 tahun. Awalnya si kakak baik dan penurut, tapi belakangan si
kakak ini agak pemberontak, setelah saya bicara dengannya, si kakak mengungkapkan
kekesalannya pada si adik, karena si adik pelit dan suka ngadu. Mohon sarannya
ustadzah, bagaimana saya mengajarkan kepada si kakak untuk tetap bersikap baik
walaupun orang lain (adik) belum bisa baik, dan terkadang saya harus berbisik kepada
si adik agar baik pada kakak, agar kakaknya bisa kembali seperti dulu, tapi
sikap si adik cuma bisa bertahan paling 1 jam setelah itu mereka mulai ribut
lagi. Maaf ustadzah kepanjangan curhatnya.
Jawab: Nggak cuma anak kembar ya. Anak selisih 2 tahun pun kayak gitu. Maka yang
bisa dilakukan memang sering-sering kasih contoh baik. Lewat apa? Perilaku
nyata. Baca buku bersama. Main peran atau sandiwara-sandiwaraan. Jangan bedakan
kakak dan adik ya. Jangan suruh anak minta maaf. Tapi suruh mereka saling
memaafkan. Karena aksi itu ada sebagai bentuk reaksi. Faham maksud saya?
----------
TJ - G4
Tanya: Apakah lagu sebagai media mengatasi emosi anak memang disarankan secara
syari atau bagaimana ya baiknya? Karena mengingat terdapat hadist yang
menyatakan bahwa rasulullah mengharamkan musik-musik, berdampak burukkah lagu
pada aqidah dan jiwa anak kelak? Masih dilema sekali masalah lagu anak-anak ini,
karena memang anak-anak akan lebih ceria apabila didengarkan lagu dibandingkan
murotal yang terkesan membosankan ya. Bagaimana ustadzah agar anak-anak kita
dapat memiliki emosi dan jiwa yang baik tanpa harus kecanduan lagu-lagu dan
musik ya. Jazakillah khayran
Jawab: Wah saya malu menjawabnya. Saya adalah guru TK islam yang masih umum
dalam pengajarannya. Karena selama ini saya mengajarkan lagu-lagu kepada anak.
Lagu tanpa alat musik lho ya. Hanya lewat ketukan nada. Lagu apa saja? Lagu
moral. Lagu tentang kasih sayang. Bahkan kamipun mengajarkan hadits dengan cara
memakai tangga nada. Sekali lagi tanpa musik lho ya. Saya ambil sisi baiknya
saja. Semoga Allah ampuni semua kesalahan saya dalam cara mengajarkan norma kepada
anak-anak
Wallahu 'alam bish showab
----------
TJ - G5
Tanya: Ijin bertanya, bagaimana cara mengendalikan emosi untuk anak laki-laki
usia 10 tahun, karena sepertinya anak laki-laki lebih pemarah daripada anak
permpuan?
Jawab: Bagaimana cara mengendalikan emosi anak umur 10 tahun. Begini, kemampuan
untuk mengendalikan emosi harus sudah dibangun sejak anak lahir. Dimateri sudah
disebutkan cara-caranya. Pertama menamai emosi. Berikutnya pelan-pelan
diajarkan cara mengendalikannya. Ketika tahapan ini tidak terlampaui dengan
baik, maka anak akan kesulitan melewati perkembangan emosi berikutnya. Tiba-tiba
kita kaget ketika anak sudah berumur 10 tahun suka marah-marah secara
berlebihan.
Kalau semua ini sudah terlanjur terjadi, perlu
dievaluasi terlebih dahulu kenapa gangguan emosi ini muncul. Atas dasar ini baru
dicari penyelesaiannya.
Tanya: Bagaimana caranya agar anak kita tidak terpengaruh dengan pergaulan
teman sebayanya yang punya sikap tidak baik, biar berpendirian teguh?
Jawab: Bagaimana caranya agar tidak terpengaruh teman. Pertama jadikan orangtua
sebagai panutan norma pertama kali. Kitalah yang wajib menerapkan norma-norma
baik dalam kehidupan rumahtangga. Norma itu diterapkan dikeluarga. Dilihat dan
dianut oleh anak. Ini dasarnya. Tanpa norma yang baik dan jelas di dalam rumah,
akan sangat musykil anak memiliki norma yang baik di luar rumah.
Kemudian kalau normanya sudah tertanam baik, ketika
dia keluar rumah dan menemukan teman-teman tidak baik, anak sudah punya benteng.
Meski kita sendiri wajib memilihkan teman baik untuk anak-anak. Tapi kita tahu kan,
lingkungan itu heterogan. Nggak semua orang baik. Norma atau akhlak yang sudah
tertanam akan menjadi benteng pertahanan anak. Tentu saja dengan doa. Minta tolong
sama Allah.
Tanya: ijin bertanya, apakah ada hubungannya antara emosi orangtua terhadap
tumbuh kembang anak. Misalnya, ada balita yang punya kakak, sering dimarahi
oleh orangtua, bisa tidak peristiwa tersebut membuat sang balita mengalami
penurunan berat badan dan sering sakit?
Jawab: Hubungan antara emosi orangtua terhadap tumbuh kembang anak? Sangat
erat. Sikap orangtua akan mempengaruhi anak baik secara fisik ataupun mental. Seperti
yang anti uraikan tadi contohnya. Kenapa bisa, emosi yang sehat akan
menghasilkan badan yang sehat. Gangguan psikologis dapat menyebabkan gangguan
fisik dan lain-lain. Cara mengatasinya? Sembuhkan psikisnya dulu. Dengan terapi
holistik. Melibatkan orangtua dan anak. Setelah itu insyaa Allah anak tidak
lagi sakit-sakitan.
Tanya: anak saya usia 3 tahun, pernah menangis karena melihat video anak
kucing yang kakinya sakit, apakah hal tersebut wajar?
Jawab: Anak menangis melihat video kucing yang kakinya sakit. Wajarkah? Wajar.
Saya saja suka nangis kalau liat upin ipin pas nyanyi "anak ayam cari
induknya". Membayangkan anak-anak ayam yang sedang nyari induknya tapi
mereka ditangkap musang, Hehehehe.
Yang nggak wajar adalah tangisan tersebut berlarut-larut
dan anak mengalami duka mendalam sehingga mempengaruhi perilaku sampai pola
makannya. Dia murung berhari-hari karena video tersebut
Tanya: Ijin bertanya bunda, bagaimana cara mengatasi anak yang suka tantrum
saat keinginannya tidak dituruti? Terima kasih
Jawab: Tantrum? Nampaknya perlu kita bahas di sesi yang lain ya. Karena tantrum
sendiri bisa bermacam-macam latar belakang dan penanganannya. Intinya tetap
tenang. Jangan terpancing emosi. Jika dikeramaian, bawa anak keluar dari
keramaian tersebut. Lain waktu lagi ya say.
----------
TJ - G 6
Tanya: Assalamualaikum ustadzah, apakah gangguan emosioanal pada anak-anak dapat
menyebabkan gangguan kejiwaan pada usia remajanya hingga dewasa? Jazakillah
khairan ustadzah
Jawab: Gangguan emosional akan akan berakibat pada gangguan kejiwaan dimasa
remaja jika tidak ada treatment yang dilakukan ketika kecil. Treatment itu bisa
dilakukan secara sederhana oleh anggota keluarga sendiri dengan bantuan para
ahli. Atau treatment yang lebih berat yang hanya bisa dilakukan oleh terapis. Semua
tergantung pada berat ringannya gejala yang muncul.
Tanya: Assalamu'alaykum ustadzah, apa dengan mengkonsumsi obat-obat buat alergi
gitu, bisa pengaruh perilaku anak? yang suka tiba-tiba marah jika kita tegur
dia salah ?
Jawab: Obat itu racun. Begitu kata ahli farmasi. Obat adalah racun yang
didosiskan. Berpengaruhkah? Bisa jadi. Tergantung pada kandungan yang ada di
dalam. Sebaiknya konsultasikan ke dokter atau browsing diinternet
Tanya: Izin bertanya ustadzah. Bagaimana menghadapi anak yang sensitif. Mudah
ngambek/sedih bila diledek sama teman-temannya. Kalau di materi atas kayanya
masuk katagori yang mudah depresi/cemas hanya karena alasan-alasan kecil. Udah
mencoba membesarkan hatinya tapi tetap saja begitu-gitu lagi. Apa mungkin karena
saya ibu bekerja ya, jadi dia suka melow? Terimakasih sebelumnya.
Jawab: Kalimat terakhir itu yang menarik. Bisa jadi memang itu sebabnya. Ibu-ibu
pekerja akan melahirkan banyak macam emosi pada anak. Disatu sisi akan
melahirkan anak-anak mandiri yang bisa mengurus urusannya sendiri. Disisi lain
akan melahirkan anak-anak melow karena merasa diabaikan orangtuanya. Maka bagi
orangtua pekerja yang perlu dibangun adalah quality time. Ketemu bersama anak-anak
buatlah kegiatan yang full membersamai mereka. Tanpa HP tanpa gadged. Sehingga
anak benar-benar lepas emosinya. Benar-benar merasa kita ada untuk mereka.
Tanya: ijin tanya ustadzah, waktu kecil termasuk anak yang manis dan tidak
pernah rewel, penurut. Tidak ada masalah dalam hal emosi. Tapi setelah beranjak
usia 17 tahun mengapa terjadi perubahan emosi? Kadang perilakunya juga semau
gue, tidak sinkron dengan masa kecilnya yang manis. Faktor apakah yang
menyebabkan demikian. Apakah faktor hormon juga mempengaruhi mengingat sedang
menginjak masa pubertas?
Jawab: Faktor internal dan eksternal.
Internal: Hormon. Cara berfikir. Kedewasaan diri.
Kematangan emosi
Eksternal: Perlakuan orangtua. Kondisi lingkungan atau
teman sebaya. Pendidikan sosial yang diterima.
=================
Kita
tutup dengan membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa
Kafaratul Majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب
إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh
================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage : Kajian On line-Hamba Allah
FB : Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment