Kajian Online WA Hamba الله SWT
Rabu, 20 Juli 2016
Narasumber : Ustadzah
Lara
Rekapan Grup Nanda M104
Tema : Kajian Umum
Editor
: Rini Ismayanti
Puji syukur kehadirat
Allah SWT yang masih memberikan kita nikmat iman, islam dan Al Qur'an semoga
kita selalu istiqomah sebagai shohibul qur'an dan ahlul Qur'an dan dikumpulkan
sebagai keluarga Al Qur'an di JannahNya.
Shalawat beriring
salam selalu kita hadiahkan kepada uswah hasanah kita, pejuang peradaban Islam,
Al Qur'an berjalan, kekasih Allah SWT yakninya nabi besar Muhammad SAW, pada
keluarga dan para sahabat nya semoga kita mendapatkan syafaat beliau di hari
akhir nanti. InsyaAllah aamiin.
ONCE RUMORS ESCAPE
Sumber
: https://denisrahadian.wordpress.com/2013/06/10/once-rumors-escape/
Sekelompok
ibu-ibu pengajian sudah mulai merasa risih dengan kebiasaan seorang jamaah
dengan ‘followernya’ yang kerap kali
‘berbagi informasi’ tentang perkembangan berita infotainment di berbagai media.
Sudah menjadi rutinitas setelah pengajian, para ibu makan bersama menikmati
santapan kue ala kadarnya dari beberapa jemaah. Di sela- sela acara makan
inilah ibu X senantiasa membuka dan mendominasi tema pembicaraan seraya
membagikan kue- kue buatannya untuk dicicipi. Kalau dulu para ibu sempat merasa
terhibur dan asyik menimpali bahkan ikut mencaci maki kehidupan para
selebritis, koruptor, dan sebagainya, tapi kali ini, setelah intens menyimak
ceramah dari para ustadz dan ustadzah tentang bahaya ghibah, sebagian mulai
sadar dan berbalik haluan. Dua tiga jamaah mulai menghindar saat ibu X
mengomentari gosip terkini. Sebagian yang lain tampak tak bisa berkutik karena
ibu X begitu ramah dan sangat terampil menarik perhatian.
“Ibu-ibu
nonton gak infotainment kemarin? Iiih amit amit deh kok ada yah perempuan kayak
begitu. Baru artis kemarin sore aja udah belagu. Mending kalau cakep ya
bu, make up-nya ketebalan tuh!”
“Eeeh
jangan salah bu, dia itu katanya punya anak asuh puluhan lho! Waktu ulang tahun
aja, ngasih hadiahnya ke anak- anak yatim!” Timpal seorang ibu berusaha melihat sisi positifnya.
“Wah
bu, percuma kalau kita ngasih sedekah terus pake pamer- pamer segala. Itu kan
namanya Riya. Kok bisa bisanya pas lagi sedekah terus wartawan datang, kalau
memang tidak dundang, hayo!”
“Kalau
yang saya denger sih, katanya dia itu ‘punyanya’ si Anu lho. Anak-anak muda
sekarang kok banyak yang matere ya. Capeee deh!”
Seperti
biasa, berlanjutlah gosip tersebut hingga melebar ke sana kemari. Sebenarnya,
beberapa kali ustadzah yang diundang dalam pengajian, sudah menasehati secara halus dan berusaha
mengalihkan pembicaraan mereka ke topik yang lebih bermanfaat. Sebagian ibu-ibu
sudah semakin waspada tampaknya bahwa mereka yang suka bergosip di depan kita,
mereka akan menggosipkan kita juga. ‘Whoever gossips to you will gossip about
you.’Namun tampaknya ibu X dan followernya tidak sensitif untuk masalah ini.
Dalam pertemuan berikutnya, semangat mereka
untuk ‘meramaikan suasana’ tetap berlanjut. Sayangnya, semangat para jamaah lain yang
semakin pudar.
“Saya
lepas tangan deh ibu-ibu. Kayaknya percuma menasehati ibu X dan kawan-kawannya.
Nasehat para ustadzah aja tidak mempan, apalagi kita-kita. Tak ada pengaruhnya
deh, bikin cape!” kata satu-dua jamaah mundur teratur.
Memberi
nasehat kebaikan pada seseorang dengan ‘mengharap sangat’ nasehat itu akan
diterima dan dijalankan oleh yang bersangkutan,(tetapi nyatanya orang yang
diberi nasehat tetap semangat menjalankan kebiasaan buruknya), ternyata bisa
berefek melelahkan, bahkan ‘jera’ bagi
pemberi nasehat. Padahal memberikan nasehat dan mengucapkan kata-kata kebaikan
pada orang lain adalah amalan yang besar di sisi Allah SWT.
Saya
pernah mendengar nasehat bijak seorang ustadz yang mengingatkan kami bahwa di
dalam Al Quran tidak ada jaminan kalau orang yang kita beri nasehat bisa
mendapatkan hidayah. Beliau mengatakan agar kita menyadari bahwa nasehat
kebaikan yang kita berikan, manfaatnya pertama kali adalah untuk diri kita
sendiri (sebagai pengingat diri kita), bukan untuk orang lain. Beliau
mengibaratkan bahwa organ yang paling dekat dengan mulut kita adalah telinga
kita. Jadi segala perkataan yang keluar dari mulut kita, didengar pertama kali
oleh telinga kita. Demikian juga saat kita mencuci baju dengan tangan kita,
yang pertama kali bersih adalah tangan kita, sedangkan bajunya belum tentu
bersih. Dengan demikian, nasehat kita paling banyak manfaatnya untuk kita.
Semakin banyak kita berkorban, maka sejauh itulah Allah SWT akan memperbaiki diri kita.
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan
mengampuni bagimu dosa-dosamu.” (QS. Al Ahzab 70-71)
Menasehati
diri sendiri maupun orang lain untuk menghentikan gosip, memang bukan perkara
mudah. Apalagi jika masih ada yang menganggap bahwa gosip adalah hal yang
wajar, sebuah hiburan, sebuah selera, bahkan kebutuhan bagi sebagian orang,
sehingga tak perlu dilarang. Orang yang bergosip berarti membicarakan keburukan seseorang di
belakangnya, dimana seringkali terselip ‘menghakimi orang lain’, yang belum
tentu ada hubungannya dengan kita.
Terkait
dengan hal ini, Islam mengajarkan kita akan bahaya ghibah. Para ulama sepakat
bahwa ghibah adalah sebuah dosa besar, kecuali ghibah atas perkara-perkara yang
diperbolehkan oleh syariat, seperti orang yang mengadu pada hakim karena
dirinya terdzholimi; meminta bantuan agar pelaku keburukan kembali pada
kebenaran, memperingatkan kaum muslimin agar terhindar dari kejelekan seseorang
dan sebagainya.
Dari
Abu Hurairah radhiallahu‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam
bersabda:
Tahukah
kalian apa itu ghibah?”Mereka (para sahabat) menjawab, “Allah dan Rasul-Nya
lebih tahu. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Engkau menyebut-nyebut saudaramu
tentang sesuatu yang dia benci.” Kemudian ada yang bertanya, “Bagaimana
menurutmu jika sesuatu yang aku sebutkan tersebut nyata-nyata ada pada
saudaraku?” Rasulullah SAW menjawab, “Jika memang apa yang engkau ceritakan
tersebut ada pada dirinya itulah yang namanya ghibah, namun jika tidak, berarti
engkau telah berdusta atas namanya.” (HR Muslim)
Islam
juga mengajarkan kita agar berhati-hati dengan informasi yang belum jelas
kebenarannya. Allah mengingatkan kita dalam firmanNya.
‘Ingatlah
ketika kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan
dengan mulutmu apa yang kamu tidak ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya
remeh, padahal dalam pandangan Allah, itu soal yang besar (QS 24:15).
Sungguh
memprihatinkan rasanya jika masyarakat kita semakin ‘berselera’ dengan berbagai berita yang belum
jelas benar tidaknya, namun keburukan berita tersebut begitu cepat
penyebarannya, spontan tanpa
kendali.Tampaknya fenomena gosip
lebih mudah untuk dibuat ‘mengambang’
daripada dibuat ‘tenggelam’. Semoga kita bisa memulai dari lingkup kecil dengan
meningkatkan keimanan kita agar mampu menghentikan kebiasaan gosip pada diri
kita dan orang –orang di sekitar kita. Aamin Ya Rabb.
TANYA
JAWAB
Q
: Ana tiap ketemu sama teman yang sering cerita keburukan orang lain, terkadang
ana sering ngedumel sendiri dalam hati, misal kalimat nya seperti ini "nih
orang kok cerita keburukan orang terus sih, kayak gak punya keburukan
aja". Itu gimana yah, apa termasuk ghibah atau apa ?? Mohon pencerahannya
A
: Saran saya jika kita belum mampu untuk menasehati teman kita secara baik
baik, atau belum mampu mengalihkan pembicaraan ke topik yang bermanfaat, ada
baiknya mencari strategi dulu dan mengurangi kontak dengan teman kita tsb.
Mudah-mudahan ini mengurangi ketidaknyamanan hati kita. Jadi coba dulu action
menasehati, sebelum mengurangi interaksi dengan teman tsb ya. Wallahualam
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita
tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul
majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT




0 komentar:
Post a Comment