Rekap
Kajian Link Online HA Ummi G2 & G3
Hari/Tgl:
Selasa, 4 September 2018
Materi:
Standar Kebenaran
Nara
Sumber : Ustadz Jumadi
Waktu
Kajian : Ba'da Ashar
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ
ﺍﻟﺮَّﺣِﻴْﻢِ
ﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔُ
ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺑَﺮَﻛَﺎﺗُﻪُ
☘ ONE DAY ONE HADITS
Ahad,
21 Dzulhijjah 1439H / 02 September 2018 M.
STANDAR
KEBENARAN
Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ وَمَعَهُ
الرُّهَيْطُ وَالنَّبِيَّ وَمَعَهُ الرَّجُلُ وَالرَّجُلَانِ وَالنَّبِيَّ لَيْسَ مَعَهُ
أَحَدٌ
“Aku
melihat seorang nabi yang hanya memiliki beberapa pengikut (3 sampai 9 orang).
Ada juga nabi hanya memiliki satu atau dua orang pengikut saja. Bahkan ada nabi
yang tidak memiliki pengikut sama sekali.”
(HR.
Bukhari no. 5752 dan Muslim no. 220).
Ada
Nabi yang pengikutnya banyak, ada nabi yang pengikutnya sedikit. Ini
menunjukkan bahwa tidak selamanya jumlah pengikut yang banyak menunjukkan atas
kebenaran. Yang jadi patokan kebenaran bukanlah jumlah, namun diilihat dari
pedoman mengikuti Al Qur’an dan hadits, siapa pun dia dan di mana pun dia
berada.
قاَلَ الشَّافِعِيُّ : «كُلُّ
مُتَكَلِّمٍ عَلَى اْلكِتاَبِ وَالسُّنَّةِ فَهُوَ الْحَدُّ الَّذِيْ يَجِبُ، وَكُلُّ
مُتَكَلِّمٍ عَلىَ غَيْرِ أَصْلِ كِتَابٍ وَلاَ سُنَّةٍ فَهُوَ هَذَيَانٌ» (أخرجه البيهقي
في «مناقب الإمام الشافعي(
Imam
Syafi’i berkata: “Setiap orang yang berbicara berdasarkan al-Qur’ân dan Sunnah,
maka (ucapan) itu adalah ketentuan yang wajib diikuti. Dan setiap orang yang
berbicara tidak berlandaskan kepada al-Qur’ân dan Sunnah, maka (ucapannya) itu
adalah kebingungan”. (Lihat: “Manâqib Asy Syâfi’i”: 470)
.
قَالَ الْمُزَنِيْ وَالرَّبِيْعُ
كُنَّا يَوْماً عِنْدَ الشَّافِعِيِّ إِذْ جَاءَ شَيْخٌ فَقَالَ لَهُ أَسْأَلُ قاَلَ
الشَّافِعِيُّ سَلْ قاَلَ إِيْشٌ الْحُجَّةُ فِيْ دِيْنِ اللهِ فَقَالَ الشَّافِعِيُّ
كِتَابُ اللهِ، قاَلَ وَمَاذَا قاَلَ سُنَّةُ رَسُوْلِ اللهِ…”
Al
Muzany dan ar-Rabî’ berkata: “Pada suatu hari saat kami berada di samping Imam
Syâfi’i, tiba-tiba datang seorang orang tua lalu ia berkata kepada Imam
Syâfi’i: “Aku ingin bertanya.” Jawab Imam Syâfi’i: “Silakan.” Lalu ia berkata:
“Apakah hujjah dalam agama Allah Azza wa Jalla ?” Maka Imam Syâfi’i menjawab:
“Kitab Allah Azza wa Jalla (al-Qur’ân).” Ia bertanya lagi: “Kemudian apa?”
Jawab Syâfi’i: “Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ” (Lihat:
“Ahkâmul Qur’ân”: 39.)
Di
sini terlihat bahwa Imam Syâfi’i sangat mengagungkan al-Qur’ân dalam berdalil.
Menurut Imam Syâfi’i mestinya setiap orang menjadikan al-Qur’ân sebagai pedoman
saat menentukan sebuah hukum atau berpendapat. Jika hal ini ia dilakukan, maka
pendapatnya berhak untuk diterima. Sebaliknya bila tidak pendapatnya adalah
sebuah kebingungan. Orang tersebut adalah sibingung yang membuat kebingungan di
tengah masyarakat.
Betapa
banyaknya orang zaman sekarang yang membuat kebingungan di tengah masyarakat
dengan pendapat-pendapatnya. Baik dalam hal keyakinan beragama maupun dalam
kehidupan bermasyarakat. Setiap orang seolah-olah bebas melontarkan segala
pendapat yang terlintas di benaknya, tanpa pertimbangan terlebih dahulu.
Bahkan
menurut Imam Syâfi’i pendapat dan pemahaman yang tidak berdasarkan kapada dalil
al-Qur’ân dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
bisikan-bisikan setan. Betapa banyak di zaman sekarang orang yang mengikuti
bisikan-bisikan setan. Semoga Allah Azza wa Jalla melindungi kaum Muslimin dari
fitnah mereka.
قَالَ الْمُزَنِيْ يَقُوْلُ
سَمِعْتُ الشَّافِعِيَّ يَقُوْلُ “مَنْ تَعَلَّم َاْلقُرآنَ عَظُمَتْ قِيْمَتُهُ”
Berkata
al-Muzany: aku mendengar Syâfi’i berkata: “Barangsiapa yang mempelajari
al-Qur’ân telah tinggi kedudukannya” (Lihat: “Al-Muntazhim”:
10/137 & “Shafwatush shafwah”: 2/254.)
Demikianlah,
Imam Syâfi’i rahimahullah sangat menghargai orang-orang yang mempelajari
al-Qur’ân, sebagai motivasi bagi mereka agar bersungguh-sungguh untuk
mempelajari al-Qur’ân. Sekaligus menegaskan kepada kita untuk menghormati orang
yang mempelajari dan mengamalkan hukum-hukum al-Qur’ân. Oleh sebab itu Allah
Azza wa Jalla mengangkat derajat orang yang mempelajari al-Qur’ân dan
merendahkan derajat orang yang tidak mau mempelajari dan mengamalkan al-Qur’ân.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا
اْلكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِيْنَ
Sesungguhnya
Allah meninggikan dengan kitab ini (al-Qur’ân) kedudukan beberapa kaum dan
merendahkan dengannya kedudukan yang lain. [HR. Muslim]
Allah
Azza wa Jalla mengangkat derajat orang mau menerima ajaran al-Qur`ân dan
berjuangan untuk menegakkannya di tengah-tengah umat manusia. Sebaliknya Allah
Azza wa Jalla hinakan dan rendahkan derajat orang yang menetang ajaran
al-Qur’ân atau merendahkan orang-orang mengamalkannya dan berjuang untuk
menegakkannya di tengah-tengah umat manusia.
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menjelaskan bahwa orang yang berpegang pada
kebenaran diakhir zaman ini akan terasing.
بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا
وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam
datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh
beruntungnlah orang yang asing.” (HR. Muslim no. 145, dari
Abu Hurairah).
Patokan
kebenaran bukanlah dilihat dari banyaknya pengikut. Patokannya adalah tetap
melihat apakah bersesuaian dengan kebenaran. Kalau memang standar banyak yang
dijadi patokan kebenaran, itu baik. Namun mayoritas yang banyak itu merujuk
pada kebatilan.
Allah
Ta’ala berfirman,
وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ
حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ
“Dan
sebahagian besar manusia tidak akan beriman – walaupun kamu sangat
menginginkannya-.” (QS. Yusuf: 103).
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ
فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
“Dan
jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka
akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (QS. Al An’am: 116)
Demikian,
semoga bermanfaat,.
Aqulu
qauli hadza, wa astaghfirullahal Adzim li wa lakum.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ
ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚَ
Subhanaka
Allahuma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu
ilaik...
“Maha
suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan
melainkan Engkau. aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu”.
================
🍃 Dari Abdullah bin Amr
radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺑَﻠِّﻐُﻮﺍ ﻋَﻨِّﻰ ﻭَﻟَﻮْ ﺁﻳَﺔً
“Sampaikanlah
dariku walau hanya satu ayat”. (HR.Bukhari)
Dari
Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ﻣَﻦْ ﺩَﻋَﺎ ﺇِﻟَﻰ ﻫُﺪًﻯ ﻛَﺎﻥَ
ﻟَﻪُ ﻣِﻦَ ﺍْﻷَﺟْﺮِ ﻣِﺜْﻞُ ﺃُﺟُﻮْﺭِ ﻣَﻦْ ﺗَﺒِﻌَﻪُ ﻟَﺎ ﻳَﻨْﻘُﺺُ ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﻦْ ﺃُﺟُﻮْﺭِﻫِﻢْ
ﺷَﻴْﺌًﺎ، ﻭَﻣَﻦْ ﺩَﻋَﺎ ﺇِﻟَﻰ ﺿَﻠَﺎﻟَﺔٍ ، ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺈِﺛْﻢِ ﻣِﺜْﻞُ ﺁﺛَﺎﻡِ
ﻣَﻦْ ﺗَﺒِﻌَﻪُ ﻟَﺎ ﻳَﻨْﻘُﺺُ ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﻦْ ﺁﺛَﺎﻣِﻬِﻢْ ﺷَﻴْﺌًﺎ
Barangsiapa
mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang
yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa
mengajak (manusia) kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa
orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun. (HR.Muslim)
Dakwah
di jalan Allâh Azza wa Jalla merupakan amal yang sangat mulia, ketaatan yang
besar dan ibadah yang tinggi kedudukannya di sisi Allâh Subhanahu wa Ta’ala.
Allâh
Azza wa Jalla berfirman:
ﻭَﻟْﺘَﻜُﻦْ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﺃُﻣَّﺔٌ
ﻳَﺪْﻋُﻮﻥَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ ﻭَﻳَﺄْﻣُﺮُﻭﻥَ ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُﻭﻑِ ﻭَﻳَﻨْﻬَﻮْﻥَ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻤُﻨْﻜَﺮِۚ
ﻭَﺃُﻭﻟَٰﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻤُﻔْﻠِﺤُﻮﻥَ
Dan
hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka
itulah orang-orang yang beruntung. (QS.Ali-Imran [3] :104)
24
Dzul Hijjah 1439
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
TANYA
JAWAB
T:
Ijin
bertanya ustadz, jika ada teman yang minta diajari baca Qur'an, tapi kita belum
merasa mampu untuk itu, apakah kita boleh menolak ustadz? Karean takut berdosa,
sementara pernah baca/dengar jika seseorang datang meminta bantuan/nasehat
berilah bantuan/nasehat. Apakah ini hal yang sama ustadz? mohon maaf jika
salah.
J:
Jika
anda bisa membaca Alqur'an lalu diminta untuk mengajari seseorang yang belum
bisa membacanya, maka wajib anda ajarkan padanya selama tidak ada udzur syar'i
yang menghalangi. Kedudukan hukumnya sejajar dengan kewajiban menasehati jika
seseorang memintanya nasehat. Wallahu a'lam.
T:
Izin
bertanya ustadz. Sekarang ini banyak juga ulama-ulama yang mengeluarkan
pendapat yang bertentangan sehingga membingungkan umat. Ada juga yang bersorban
mengaku mubaligh tapi ucapannya menyudutkan umat islam. Bagaimana membedakan
ulama-ulama yang lurus yang perkataan dan perbuatannya sejalan ustadz, dengan yang
tidak? Sehingga kita tidak tertipu dengan tampilan luarnya saja. Syukron ustadz.
J:
Gunakan
ukuran yang tepat. Jika kita ingin mengetahui apakah seseorang itu ahli di
bidang tertentu, biasanya kita bertanya kepada yang ahlinya, bukan kepada orang
yang tidak ahli di bidang tersebut. Demikian pula saat kita ingin mengetahui
apakah si Fulan ulama atau bukan maka bertanyalah kepada ulama yang terbukti
secara keilmuan dan integritasnya oleh masyarakat luas maupun para tokoh.
T:
Ustadz,
rasanya takut kalau jadi orang disebut di dalam materi "si bingung yang
membuat kebingungan di tengah masyarakat". Sementara bukankah
berdakwah itu,, kewajiban setiap muslim, untuk kami yang juga masih miskin ilmu
agama, bagaimana mengambil peran dalam dakwah itu?
J:
Jangan
memahami dakwah dalam pengertian sempit, seperti keahlian menyampaikan ceramah
dan kajian-kajian. Dakwah memiliki segmentasi yang sangat luas sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan yang diukur oleh keahlian tertentu. Misalnya, anda tidak
biasa ceramah tetapi anda ahli dalam membaca Qur'an, sementara kondisi
masyarakat menuntut kita untuk mengajari mereka pandai membaca Qur'an, maka itu
juga masuk kategori dakwah. Begitu seterusnya.
T:
Ustadz,
Indonesia mayoritas islam tapi kenapa suara adzan di batasi dan ustadz di
intimidasi dan teror ketika mau berdawah, seperti UAS? Apa yang harus kami
lakukan melihat itu semua?
J:
Sebagai
masyarakat kita tidak memiliki kewenangan untuk turun tangan mengatasi
persoalan di lapangan, namun kita bisa mengambil langkah lain yang lebih aman
namun mempunyai pengaruh besar, yaitu mendoakan siapapun yang terlibat dalam
perbuatan dzalim (intimidasi), agar diberi hidayah dan menyadari akan
kekeliruan. Dan agar para ustadz dan da'i yang Istiqomah berdakwah agar
diberikan ketegaran dan kesabaran dalam menghadapi ujian ini.
T:
Boleh
tanya terkait politik/soal pemimpin, misal ulama A dan B punya pilihan yang
berbeda dlm menentukan calon pemimpin(presiden), masing-masing mereka punya
pengikut /jama'ah yang sama banyak, karena hal tersebut lah sebagian jama'ah dari
si ulama A misalnya mengalami kebingungan karena ulamanya memihak pemimpin yang
bertolak belakang dengan pilihan mayoritas umat muslim (pilihan ulama B)?
J:
Ikuti
ulama dan tokoh agama yang berpihak pada kepentingan Islam, ummat dan bangsa,
jangan mengikuti kelompok yang berencana memberangus Islam dan yang akan
menghancurkan negeri. Setelah itu selalu berdoa kepada Allah agar bangsa ini
diselamatkan dari tipu daya manusia dzalim dan diberkahi.
T:
Afwan
tanya ustadz. Soal akad donasi kalau diawal kita cari donasi untuk wilayah A
ternyata bencana merambat ke wilayah b, dan c bolehkah hasil donasi yang untuk wilayah A kita bagi juga
untuk wilayah b dan c? Mohon penjelasannya ustadz?
J:
Boleh.
Selama donasi tersebut difungsikan untuk membantu para korban bencana alam,
maka tidak mengapa bahkan bisa menjadi wajib belum ada bantuan untuk wilayah
lainnya yang baru terkena gempa sementara wilayah yg seharusnya bantuan
tersebut diberikan sudah tercover dengan bantuan kemanusiaan. Di samping itu
kita sebagai yang diamanatkan bantuan lebih mengetahui keadaan di lapangan
sehingga kita bisa mendistribusikan bantuan tersebut berdasarkan pengamatan
kita di lapangan dan skala prioritas.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Kita tutup dengan
membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa Kafaratul Majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك
أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh
================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage: Kajian On line-Hamba Allah
FB: Kajian On Line - Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment