BERAPAKAH JUMLAH RAKAAT DALAM SHALAT DHUHA YG SESUAI DG SUNAH?

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Thursday, May 8, 2014

Kajian Online WA HAMBA اللَّهِ SWT

Rabu, 7 Mei 2014
Narasumber : Ustadz Dodi Kristono
Notulen: Bunda Nofita





ْبِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Sebenarnya berapa sih jumlah rakaat dalam shalat dhuha yang sesuai dengan Sunnah....?
Jawaban  →  Kalau jumlah rakaat minimal, maka tidak ada perselisihan di antara ulama yaitu 2 Rakaat.

Namun, mereka berbeda pendapat tentang berapakah jumlah rakaat maksimal shalat dhuha....?

Dalam hal ini setidaknya ada tiga pendapat, antara lain :

A. Maksimal  →  8 rakaat.



Pendapat ini dipilih oleh Madzhab Maliki, Syafi’i, dan Hambali. Dalil yang digunakan madzhab ini adalah hadis Umi Hani’ radhiallaahu ‘anha, bahwasanya Nabi صلى الله عليه وسلم  memasuki rumahnya ketika fathu Mekah dan Beliau shalat delapan rakaat. (HR. Bukhari, no.1176 dan Muslim, no.719).

B. Maksimal  →   12 rakaat.

Pendapat Madzhab Hanafi, salah satu riwayat dari Imam Ahmad, dan pendapat lemah dalam Madzhab Syafi’i. Pendapat ini berdalil dengan hadis Anas radhiallahu’anhu

من صلى الضحى ثنتي عشرة ركعة بنى الله له قصرا من ذهب في الجنة

“Barangsiapa yang shalat dhuha 12 rakaat,  اللّهُ  buatkan baginya satu istana di surga.” Namun hadis ini termasuk HADIST DHAIF.

Hadis ini diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibn Majah, dan Al-Mundziri dalam Targhib wat Tarhib. Tirmidzi mengatakan, “Hadis ini gharib (asing), tidak kami ketahui kecuali dari jalur ini.” Hadis ini didhaifkan sejumlah ahli hadis, diantaranya Al-Hafidz Ibn Hajar Al-Asqalani dalam At-Talkhis Al-Khabir (2: 20), dan Syaikh Al-Albani dalam Al-Misykah (1: 293).

C. Maksimal  →  TIDAK TERBATAS

Pendapat ini yang dikuatkan oleh As-Suyuthi dalam Al-Hawi. Dalam kumpulan fatwanya tersebut, Suyuthi mengatakan, “Tidak terdapat hadis yang membatasi shalat dhuha dengan rakaat tertentu, sedangkan pendapat sebagian ulama bahwasanya jumlah maksimal 12 rakaat adalah pendapat yang tidak memiliki sandaran sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Hafidz Abul Fadl Ibn Hajar dan yang lainnya.”.

Demikian pula, saya tidak mengetahui seorangpun ulama madzhab kami (syafi’iyah) – yang membatasi jumlah rakaat dhuha –

As-Suyuthy menyebutkan pendapat sebagian ulama malikiyah, yaitu Imam Al-Baaji Al-Maliky dalam Syarh Al-Muwattha’ Imam Malik. Beliau mengatakan, “Shalat dhuha bukanlah termasuk shalat yang rakaatnya dibatasi dengan bilangan tertentu yang tidak boleh ditambahi atau dikurangi, namun shalat dhuha termasuk shalat sunnah yang boleh dikerjakan semampunya.”
(Al-Hawi lil fataawa, 1:66).

Kesimpulannya adalah :

Jika dilihat dari dalil tentang shalat dhuha yang dilakukan Nabi صلى الله عليه وسلم  jumlah rakaat maksimal yang pernah beliau lakukan adalah 12 rakaat.

Hal ini ditegaskan oleh Al-’Iraqi dalam Syarh Sunan Tirmidzi dan Al-’Aini dalam Umdatul Qori Syarh Shahih Bukhari. Al-Hafidz Al ‘Aini mengatakan, “Tidak adanya dalil –yang menyebutkan jumlah rakaat shalat dhuha– lebih dari 12 rakaat, tidaklah menunjukkan terlarangnya untuk menambahinya.”
(Umdatul Qori, 11:423)

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan,
“Pendapat yang benar adalah tidak ada batasan maksimal untuk jumlah rakaat shalat dhuha karena :

1. Hadis Mu’adzah yang bertanya kepada Aisyah radhiallahu’anha, “Apakah Nabi صلى الله عليه وسلم  shalat dhuha?” Jawab Aisyah, “Ya, empat rakaat dan beliau tambahi seseuai kehendak Allah.”
(HR. Muslim, no. 719).

2. Misalnya ada orang shalat di waktu dhuha 40 rakaat maka semua ini bisa dikatakan termasuk shalat dhuha.

Adapun pembatasan 8 rakaat sebagaimana disebutkan dalam hadis tentang fathu Mekah dari Umi Hani’, maka dapat dibantah dengan dua alasan :

1. Sebagian besar ulama menganggap shalatnya Nabi صلى الله عليه وسلم  ketika fathu Mekah bukan shalat dhuha namun shalat sunah karena telah menaklukkan negeri kafir. Dan disunnahkan bagi pemimpin perang, setelah berhasil menaklukkan negri kafir untuk shalat 8 rakaat sebagai bentuk syukur kepada  اللّهُ .

2. Jumlah rakaat yang disebutkan dalam hadis tidaklah menunjukkan tidak disyariatkannya melakukan tambahan, karena kejadian Nabi صلى الله عليه وسلم  shalat 8 rakaat adalah peristiwa kasuistik – kejadian yang sifatnya kebetulan– (As-Syarhul Mumthi’ ‘alaa Zadil Mustaqni’ 2:54).

والله أعلم بالصواب

Kesimpulan Pribadi :
1. 2 Rakaat  →  OK
2. 4 Rakaat  →  OK Juga
3. 6 Rakaat  →  Bagus
4. 8 Rakaat  →  Bagus Juga
5. 10 Rakaat  →  Keren
6. 12 Rakaat  →  Keren Banget
7. 20 Rakaat  →  Woow
8. 40 Rakaat  →  Wiiihhh

WARNING  →  Point 1 - 8 atau seterusnya tidak akan bermanfaat, Bila........
17 Rakaat yang WAJIB tidak dikerjakan!!!


 PERTANYAAN DAN JAWABAN:

■ Pernah Tanti dengar pula... lebih utama sholat sunnah rowatib daripada sholat sunnah dhuha....?
Jawab:
Ada fenomena dijaman sekarang dengan konsep pembelajaran ODOJ, ODOD dan OD OD yang lain.
Asalkan bukan Over Dosis

■ Kalo hadits ini bgmn kang?
"Barangsiapa yang shalat Dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditulis sebagai orang yang lalai. Barangsiapa yang mengerjakannya sebanyak empat rakaat, maka dia ditulis sebagai orang yang ahli ibadah. Barangsiapa yang mengerjakannya enam rakaat, maka dia diselamatkan di hari itu. Barang siapa mengerjakannya delapan rakaat, maka Allah tulis dia sebagai orang yang taat. Dan barangsiapa yang mengerjakannya dua belas rakaat, maka Allah akan membangun sebuah rumah di surga untuknya.” (HR. At-Thabrani).
Jawab:
Yang saya pernah baca dari At-Thabrani adalah barangsiapa yang sholat dhuha 4 rakaat dan setelah itu mengerjakan 4 rakaat sunnah sebelum sholat Dzhuhur, maka akan dibangunkan sebuah rumah di surga.

Pemikiran Manusia aja :

Kalau Sholat Dhuha tidak dibatasi Jumlah Maksimum Rakaatnya.

Ada hadist shohih 4 rakaat (+4 SR) dibangunkan Rumah di Surga...

Maka kalau kita menggunakan kemampuan Matematis dan melihat rambu2nya...

4 aja di bikinin, apalagi yang 12 Rakaat 

Kereeen, awesomeee, baguuuusss. Cuma sekali lagi 17 Rakaat WAJIB kudu dijalanin dulu awalnya.

■ Bgmn cara menyemangati yang mengena di hati selain menyampaikan hadits mengenai dhuha?
Karena biasanya anak2 muda skrg yg wajib saja suka sulit apalagi yg sunnah....
Jawab:
Kita titikberatkan dulu yang WAJIB, karena inilah hal pertama yang akan di alam akhirat kelak

■ Pak mau tanya..shollat dhuha yg tepatnya dilakukan pukul berapa pak?
Jawab:
Ketika matahari terbit sampai menjelang waktu Dzuhur
Kapan yang paling bagus dilakukan...?
Ketika kaki dari anak2 unta sudah merasakan panasnya sinar matahari yang menyinari bumi
Jadi kesimpulan akhirnya... Semakin banyak Rakaat Dhuha semakin bagus yaaa.
Bisa membangun Rumah Tercinta kita di Surga kelak

■ Grup ini ada hafalan di grup, bs menjadi ladang dakwah?
Jawab:
Bunda Ellies...

Saya setuju dengan konsep ODOJ, HA, IDHOL dan lain2nya dalam proses TARBIYAH (Pembelajaran) agar amal ini ditampakkan ke sesama peserta belajar. Agar mendorong peserta tersebut berusaha membuat atau mengimbangi peserta2 belajar yang lainnya.

Jika sudah masuk dalam kehidupan (diluar dari group ini). Maka amalan2 tersebut harus ditutupi. Jangan ditampakkan.

Contoh :

Satu kelas SD ada 40 orang siswa... Karena gurunya takut RIYA, maka ranking 1-40 tiak diumumkan....?

Aneeeh ngga....?

Bangeeettt. Justru harus ditampilkan agar adanya keinginan untuk memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik.

Ada ngga yang kebal dengan urutan ranking...? Ada... Dan dia akan menjadi begitu2 saja.

Disinilah hukum 80:20 terjadi. Didalama suatu komunitas pasti akan ada yang tidak termotivasi yaitu kelompok 20% tadi.

Dlm rangka menyemangati...mengajak disiplin...menjadikan sbg suatu kebutuhan dlm diri kelak...

Contoh sederhana lagi :

Jika ada satu tanah kosong, jika dibiarkan, menurut Bunda apa yang akan tumbuh disana....?
Ilalang.

Jika tanah tersebut ditanami dengan tumbuhan bunga2 yang Indah, apakah masih ada ilalang yang tumbuh....?
(Dipikir pelan2  ya sebelum menjawab).

Hal2 yang baik diisi didalam kajian ini, pasti ada 1-20% orang2 yang mungkin biasa2 saja, ribet, nda peduli dlsbny.

Apakah setelah kita mengajak kebaikan dan orang itu tidak mau, kita disunnahkan untuk menangis meraung-raung, mengunci diri selama 7 hari dikamar....?
Kasihan Ustadz yang ceramah Sholat Jumat dong 
Ga semua peserta sholat jumat mengikuti apa yang dinasehatkan oleh Khotibnya.

■ Saya mau tny jk anak tdk mjlnkn shalat wajib apakah orgtuanya jg ikut bertanggung jwb kelak? Kmd bgmn cara yg efektif mengajarkan anak yg sdh aqil balik shalat wajib? Krn susah bgt nih bilanginnya
Jawab :
Bunda Mita: setahu sy jk anak sdh aqil baliq kewajiban sholat sdh mutlak hak anak, dosanya pun dia tanggung sendiri.

Memang memberitahu abg lbh sulit dibanding anak balita..ini pengalamam sy yg punya abg..dan peran suami sebagai ayah sangat penting disini, 2 abg sy sangat dekat dgn ayahnya. Apalagi anak sy yg perempuan.belajarpun sama ayahnya... berasa banget mba evie bahwa pembelajaran itu memang hrs dr kecil, agar nantinya tercipta dgn sendirinya krn sdh didahului pembiasaan2.

Ust. Dodi K: Untuk Anak...

Kewajiban kita untuk mendidik mereka sampai kapanpun.

Kenapa....? Karena amal yang tidak terputus pada saat kita sebagai orang tua sudah di alam kubur, adalah amal dari anak2 kita yang sholeh.

Suka berinvestasi kan...?

Investasikan pendidikan Islami kepada anak2 kita, yang tentunya akan membantu kita pada saat kita kesulitan di alam sana.
Jadi jangan berhenti cuma sampai akil baligh ajaa ya Bunda.
Iming2i mereka dengan REWARD sehingga mereka dengan senantiasa menjalankannya dengan antusias.

Yang saya tanamkan adalah tentang HABITS.
Kalau itu sudah menjadikan kebiasaan, maka itu akan mempermudah kita kelak.

Membentuk Habits yang baik memang SULIT diawal tetapi akan memudahkan pada akhirnya.

Awalnya habistlah yang mengatur kita, tetapi lama2 kitalah yang mengatur habits.

Contoh Untuk Sholat :

Mulai dari TK sudah ditanamakan minimal 1x sehari.

Sd kelas 1  →  1x
Sd kelas 2  →  2x
Sd kelas 3  →  2x
Sd kelas 4  →  3x
Sd kelas 5  →  4x
Sd kelas 6  →  5x

Alhamdulillah anak saya yang paling senior sudah kelas 3 dan masuk ke sholat wajib 2x.
Ada punishment nya juga bila dalam seminggu tidak berjumlah 12x sholat. Misalnya tidak dibelikan sepatu atau tidak boleh main ice skating, dll.

■ Bunda mau tau cara bangun rumah disurga dengan cara lain....?
Para Ukhty ingin membangun rumah di surga hanya dalam waktu :

1. 30 menit dengan melaksanakan 12 rakaat sunah rawatib perhari.

2. 20 menit dengan melaksanakan 8 rakaat (4 rakaat dhuha dan 4 rakaat sebelum zuhur).

3. 15 menit dengan menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudara karena Allah.

4. 3 menit dengan membaca surat al-Ikhlash 10 kali.

5. 15 detik dengan berdoa ketika masuk pasar.

6. 5 detik dengan memohon kepada Allah mati syahid.

7. 3 detik dengan merapatkan barisan shalat dan menutupi sela-sela antara kamu dengan sebelahmu.

■ Kalo hadits ini bgmn kang?
💕"Barangsiapa yang shalat Dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditulis sebagai orang yang lalai. Barangsiapa yang mengerjakannya sebanyak empat rakaat, maka dia ditulis sebagai orang yang ahli ibadah. Barangsiapa yang mengerjakannya enam rakaat, maka dia diselamatkan di hari itu. Barang siapa mengerjakannya delapan rakaat, maka Allah tulis dia sebagai orang yang taat. Dan barangsiapa yang mengerjakannya dua belas rakaat, maka Allah akan membangun sebuah rumah di surga untuknya.” (HR. At-Thabrani).💕

itu hadits dari tabrani dan al bazzar. dari tabrani ada rawi yang beebama musa bin ya'qub buruk hapalannya lihat tahszabul kamal XXIX: 173. dari al bazzar ada rawi yang bernama huswin bin atha, dia sering salah, lihat tahdzibul kamal II : 240. kesimpulan haditsnya dhaif tdk ba diamalkan. amalkan dhuaha 2,4 dan 8 rakaat saja. semoga Allah menjauhkan kita dari ibadah2 yang tidak dicontohkan Rasulullah Saw.
Poin c itu pendapat bukan dalil katanya pak. Maaf berbeda pendapat dlm diskuai itu boleh ya...
Aplg pendapat ustadz kan nanti bisa dijadikan patokan, diikuti, disebarkan n diajarkan ke yang lainnya?
Jawab:
Ini dalil di Point C
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan,
“Pendapat yang benar adalah tidak ada batasan maksimal untuk jumlah rakaat shalat dhuha karena :

1. Hadis Mu’adzah yang bertanya kepada Aisyah radhiallahu’anha, “Apakah Nabi صلى الله عليه وسلم  shalat dhuha?” Jawab Aisyah, “Ya, empat rakaat dan beliau tambahi seseuai kehendak Allah.”
(HR. Muslim, no. 719).
Langsung jawaban dari Istri Nabi tercinta.

Begitu ada hadist yang masuk kategori Dhoif, maka dicarilah Hadist yang Hasan atau Shohih.
Pada dasarnya semua makanan adalah HALAL sampai ada yang melarangnya.
Pada dasarnya semua ibadah itu HARAM sampai ada yang memerintahkannya.

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

Ketik Materi yang anda cari !!