MENJAGA UCAPAN ( II )

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Wednesday, May 7, 2014

PERTANYAAN DAN JAWABAN :


■ Pertanyaan saya, kalo kita sholat. Misalnya sholat maghrib,,,,pas di raka'at ke 2 tiba2 pikiran blank, terus ada bacaan yg lupa. Sholat nya harus di ulangin lg atau tidak ? Jazakillah
Jawab :
Bacaan apa yang lupa....?
Kalau Al-Fatihah harus diulang dan tidak boleh lupa dan salah, karena ini masuk ke Rukun Sholat.
Kalau surat lain bisa di lakukan sbb :
1. Berhenti membaca dan langsung rukuk.
2. Berhenti membaca dan mengganti dengan surat lainnya.


■ Bacaan nya kebalik pak dodi, bacaan rukuk malah buat sujud. Apa perlu mengulang dri awal pak ? Syukron 
Jawab:
Lanjutkan saja Bunda Suci... Karena doa waktu ruku sudah terlewati.

■ Cara terbaik ketika Menasihati agar merasa tidak di nasihati yg simpel tapi mengena itu seperti apa ya tadz?
Jawab:
Kalau itu teman baik kita, bisa saja kita bicarakan seolah-olah orang lain yang berbuat dan Bunda Rahayu cerita ringan saja kepada ybs.

Moga2 ybs merasa cerita orang lain tsb bisa mensejajarkan apa yang dia lakukan selama ini. Jadinya tidak to the point kepada objek penderitanya, kita kondisikan ke objek ketiganya dalam kasus ini.

■ Bagaimana sebenarnya dlm agama, acara Ultah berupa tumpeng ? Dan kalau ada acr tiup lilin ?? 
Jawab:
Harus dari sudut pandang Islam yaaa...
Sikap yang Islami dalam menghadapi hari ulang Tahun  adalah  →   Tidak mengadakan perayaan khusus, biasa-biasa saja dan berwibawa dalam menghindari perayaan semacam itu. 

Mensyukuri nikmat Allah berupa kesehatan, kehidupan, usia yang panjang, sepatutnya dilakukan setiap saat bukan setiap tahun. Dan tidak perlu dilakukan dengan ritual atau acara khusus,  اللّهُ  Maha Mengetahui yang nampak dan yang tersembunyi di dalam dada. Demikian juga refleksi diri, mengoreksi apa yang kurang dan apa yang perlu ditingkatkan dari diri kita selayaknya menjadi renungan harian setiap muslim, bukan renungan tahunan.

Karena ulang tahun itu dirayakan tahunan, maka bisa masuk kategori Ied. 
Sementara Ied di Islam hanya ada 3. Iedul Fitri, Iedul Adha dan hari Jumat.

Kalau Ultah dimaksudkan perayaannya dengan ritual Ibadah, seperti ritualisasi rasa syukur, ada doa tertentu, zikir2 tertentu, ritual mandi kembang dalam hal penghapusan Dosa, maka ini jelas sudah LARANGANNYA.

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Orang yang melakukan ritual amal ibadah yang bukan berasal dari kami, maka amalnya tersebut tertolak” 
[HR. Bukhari-Muslim].

Namun jika kemungkinan merayakan Ultah dengan mengikuti kebiasaan, adat atau sekedah have fun saja tidak ada ritual Ibadah disana. Maka ini bisa masuk kategori IED, dimana Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,

إن لكل قوم عيدا وهذا عيدنا

“Setiap kaum memiliki Ied, dan hari ini (Iedul Fitri) adalah Ied kita (kaum Muslimin)” 
[HR. Bukhari-Muslim]

Apakah menjalankan ultah dengan kondisi seperti ini akan keluar dari status keislamannya...? 

Tidak... Minimal hanya mengurangi kadar keislamannya.

Dan sebagai Muslim yang taat dan akan belajar taat, ambilah sikap yang pertama kali saya posting.

Bunda Ema... Menurut Bunda menyanyikan Ultah itu masuk kategori 1 (Ibadah) atau kategori 2 (kebiasaan, adat) .....?
Masuk kategori 2 saja ya Bunda... Pelan2 diarahkan ke yang sesuai dengan Syariah.
[12am, 5/8/2014] O Nofita Kutub: ■ Pak dody apakah kita mengucapkan selamat ultah,walaupun kepada suami, anak2 kt, krena suami blng gak usah mengucapkan krena umur berkurang kok malah seneng.
Saya kasihan pd anak2 krena gak pernah ada ultah
Kadang diundang sepupunya atau teman dia bilang bu, si a si b ultah.
Pernah aq tanya apakah kamu mau dirayakan tp jgn blng bpk, dirumah nenek, aq cuma senyum.
Krena saya ingiin anak2 merasakan dpt gg juga saya rasakan dl sblm menikah, dikeluarga ultah memang momen plg istimewa, Pak klau anak saya ulta dirumah neneknya tnp ijin suami apakah boleh ?
Jawab: 
Suami Bunda kan tidak memerintahkan maksiat dalam hal ini, maka wajib dipatuhi Bunda dan jangan main belakang.
Siasati saja dengan kebersamaan dengan anak2 dan keluarga inti...
Misal makan malam bersama diluar dari kebiasaan di hari libur, setelah beraktiftas sama anak2 diluar rumah dengan outbond (misalnya).

Habits baik diawal memang susah, namun memudahkan dikemudian hari kelak.

Habits buruk itu mudah diawal, namun akan mensusahkan dikemudian hari kelak.

Kasih kado yang diinginkan oleh anak kita... Dan berikan kepada mereka.

Disaat kondisi mereka menerima hadiah itu bahagia sekali, disinilah kondisi Alpha Manusia terbentuk.

Kasih masukan dan nasehat pelan2.... Nak, seandainya memang ini (acara ultah) diperintahkan oleh Agama, Ayah dan Bunda pasti merayakan sesuai dengan keinginan kamu. Bukan berarti Ayah dan Bunda tidak sayang dengan kamu yaa. Justru Ayah dan Bunda bertindak seperti ini karena rasa sayaaaaaaannnngggg yang begitu besar kepada  اللّهُ dan kamu sebagai titipan  اللّهُ. Dstnya dstnya...

Itu masuk kategori kedua Bunda... Diperbolehkan dan jangan dijadikan kebiasaan.

Tujuannya bukan Ritual Ibadah hanya sebagai apresiasi kepada anak, selama 7 tahun (misal) berbuat baik kepada orang tua, memberikan reward karena nilai2 sekolahnya baik dlsbnya Bunda.

■ Ustd, saya mau tanya.. Jika kita hendak tilawah, kemudian menemukan ayat sajdah, apakah kita cukup membaca do'anya, atau langsung melakukan sujud kemudian membaca do'anya ya? Mohon penjelasannya ustd.. 
Jawab: 
Langsung Sujud ya Bunda Erni.

Sepuluh ayat yang disepakati sebagai ayat sajadah : 
1. QS. Al A’rof ayat 206
2. QS. Ar Ro’du ayat 15
3. QS. An Nahl ayat 49-50
4. QS. Al Isro’ ayat 107-109
5. QS. Maryam ayat 58
6. QS. Al Hajj ayat 18
7. QS. Al Furqon ayat 60
8. QS. An Naml ayat 25-26
9. QS. As Sajdah ayat 15
10. QS. Fushilat ayat 38 (menurut mayoritas ulama), QS. Fushilat ayat 37 (menurut Malikiyah)

Empat ayat yang termasuk ayat sajadah namun diperselisihkan, akan tetapi ada dalil shahih yang menjelaskannya
1. QS. Shaad ayat 24
2. QS. An Najm ayat 62 (ayat terakhir)
3. QS. Al Insyiqaq ayat 20-21
4. QS. Al ‘Alaq ayat 19 (ayat terakhir)

Satu ayat yang masih diperselisihkan dan tidak ada hadits marfu’ (hadits yang sampai pada Nabi) yang menjelaskannya, yaitu surat Al Hajj ayat 77. Banyak sahabat yang menganggap ayat ini sebagai ayat sajadah semacam Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas, Ibnu Mas’ud, Abu Musa, Abud Darda, dan ‘Ammar bin Yasar.

Lalu jika kita mendengar/membaca ayat sajdah itu saat dalam perjalanan, misalnya di kereta atau di kendaraan lainnya gmna tu ustd?

Syarat dilakukannya Sujud tersebut apakah terpenuhi bagi orang yang berada dikendaraan...?
Karena harus bersih dari hadash besar dan kecil juga.
Ada 2 pendapat Ulama dalam hal ini... 
1. Membolehkan dengan menggunakan isyarat (Imam Malik, Abu Hamzah dll)
2. Tidak diperlukan sujud - Ini pendapat kebanyakan dari Ulama.

Saya pribadi cenderung memilih point 2

■ Kang...misalnya ada seseorang yg melakukan kesalahan dengan salah ucap ya mgk bisa menyinggung perasaan, apa yg harus kita lakukan?
Membalas, mendiamkan, atau apa?
Jawab: 
Jika kita mendiamkan dan memaafkan itu jauh lebih baik.

Tetapi sampai nanti diakherat ybs tidak melakukan permintaan maaf didunia, maka pahala yang tercatat si orang tsb akan diberikan kepada kita. Jika tidak ada pahala yang bisa diambil, maka dosa kita bisa dibeikan kepada ybs sesuai dengan kadarnya.

والله أعلم بالصواب
Misal ada orang menzalimi kita secara personal ataupun ada pemimpin yang tidak adil terhadap kita, maka kezaliman ini kelak akan bisa dituntut pada akhir nanti.

Suatu saat di Masjidil Haram berkatalah Khalifah Sulaiman ibn Abdul malik, "Amboi alangkah banyaknya jamaah haji!" maka menyahutlah Umar ibn Abdul Aziz, "Semuanya akan menjadi musuh yang menggugatmu di hadapan Allah wahai Amirul Mukminin!"

Umar ibn Abdul Aziz juga pernah bermimpi melihat Al-Hajjaj ibn Yusuf dibunuh oleh Allah sebanyak pembunuhan yang dilakukannya di dunia, yang jumlahnya hampir 200.000 orang.

Inilah gelapnya kezaliman. Untuk menjadi pengingat, yang bercita menjadi Presiden Indonesia juga harus menyadari, ada 250 juta orang yang siap menjadi pendakwanya kelak di akhirat.

Apakah MUDAH menjadi PEMIMPIN....?

Bunda Vita,  اللّهُ Maha Adil,  اللّهُ Maha Tahu,  اللّهُ Maha Melihat,  in sha  اللّهُ itu menjadi tabungan Bunda Vita di akhirat kelak.

Tindakan qishash bagi kezaliman itu pasti terjadi dan secara tiba-tiba datangnya.

Tentang hal ini Beliau صلى الله عليه وسلم  bersabda,
“Sesungguhnya Allah Azza Wajalla menangguhkan (mengulur-ulur) azabnya terhadap orang zalim dan bila Dia mengazab-nya tidak akan luput (tidak akan di lepaskan lagi)."  (HR. Muslim)

Hukum qishash diperbolehkan, tetapi lebih disarankan MEMAAFKAN.
Pada dasarnya, kesabaran itu tidak memiliki batas sebagaimana ganjaran yang  اللّهُ  sediakan bagi mereka yang bersabar pun tidak memiliki batas.

Lihatlah ayat dibawah ini,  اللّهُ  berfirman,

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” 
(QS. Az-Zumar: 10)

Kebanyakan orang menyimpan dengan lama perasaan sebel, dendam, sakit hati dll. Bahkan dipupuk terus dengan pikiran2 suudzhon.

Percayalah RASA tersebut didalam HATI akan semakin SUBUR dan LIAR berkembangnya.

Diantara tanda penyakit hati adalah:
1. Pemiliknya condong kepada kehidupan dunia,
2. Merasa enjoy dan tenteram dengannya, 
3. Tidak merasa bahwa sebenarnya dia adalah pengembara di kehidupan dunia, 
4. Tidak mengharapkan kehidupan akhirat dan 
5. Tidak berusaha mempersiapkan bekal untuk kehidupannya kelak disana.

■ Nahh, sy pernah dengar, org yg tau kmdian tidak mengamalkan, itu dosanya 2x drpd org yg tidak tau..Betul pak ??
Kl emang betul, berarti g usah dibagi y pak ilmu yg kita tau u org lain, drpd berdosa...
Jawab:
Betul.
Yang tidak tahu belum berdosa, tetapi jika sudah tau cepat2 istigfhar dan bertaubat.

Si A dan B teman baik dan selalu kemana2 berdua. Mereka selalu mengikuti gaya hidup metropolitan.

Pada suatu ketika, 
A  →  Belajar Agama
B  →  Tetap seperti itu

A akhirnya berubah dan menghindari gaya hidup metropolis dan mengharapkan Jannah dari  اللّهُ Ta'ala dengan bersusah payah,.

B tetap dengan gaya hidupnya.

Kalau si A tidak mau memberi tahu B hal2 yang benar, apakah B akan masuk surga (bisa diartikan sepanjang hidupnya seperti itu saja)....?

Enakan si B dong... Ngga ngapa2in masuk Surga.

Makanya manusia diberikan AKAL, tanoa harus A memberitahu secara lisan, tetapi si B melihat tingkah laku A berubah itu sudah merupakan hal yang harus dipikirkan oleh si B. Dstnya...

■ Kdg kr omongan kita, org suka memuji, awalnya dihati biasa aj, tp kr sering dipuji, setan suka mengoda, sehingga kdg muncul ujub( dihati), adakah doa yg harus kita biasakan baca agar hati bs terbebas dr berharap atas pujian manusia ???
Jawab:

Ketika dipuji, Abu Bakr berdo’a,

اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ

Allahumma anta a’lamu minni bi nafsiy, wa anaa a’lamu bi nafsii minhum. Allahummaj ‘alniy khoirom mimmaa yazhunnuun, wagh-firliy maa laa ya’lamuun, wa laa tu-akhidzniy bimaa yaquuluun.

Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka.
(Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 4: 228, no.4876. Lihat Jaami’ul Ahadits, Jalaluddin As Suyuthi, 25: 145, Asy Syamilah)

■ Ikutan comment utk berbagi ilmu yg kita sendiri blm bisa mengamalkan sepenuhnya: Jika ilmu yg dibagi adalah yg wajib (contohnya sholat wajib atau puasa ramadhan) maka kita sudah harus melaksanakan terlebih dahulu baru berdakwah. Klu yg bersifat sunah (c/ sholat dhuha, puasa nabi daud) silahkan berbagi ilmu walaupun kita belum sepenuhnya mengerjakan. Begitu ga pak dodi?
Jawab: Betul Bunda Ayuu

■ Pak dodi, bagaimana karena tidak ingin berdebat dan bergunjing akhirnya kita menjaga jarak /menjauh dari orang tsb, mungkin saja teman atau saudara.. Apakah kita berdosa? Dan apakah ini dianggap sebagai memutuskan silaturahmi?
Jawab: 
Menjauh boleh Bunda... Tapi bukan berarti memutus komunikasi

■ Kang gmn membatasi diri dlm berdebat...kadang kita ngobrol biasa trus saling perbedaan pendapat..pas dititik mana kita menahan diri atau menyudahi pembacaraan?
Jawab:
Bunda Lia : “Aku jamin rumah didasar surga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah ditengah surga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di puncak surga bagi yang baik akhlaqnya.”
(HR Abu Daud)

“Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
(QS An-Nisa: 59)

"Sesungguhnya, orang yang hidup di antara kalian selepasku akan melihat banyak perselisihan yang timbul, maka tetaplah kalian dengan sunnahku dan sunnah Khulafa al-Mahdiyyin al-Rashidiin, berpeganglah dengannya, dan gigitlah ia dengan geraham“.
[HR Abu Daud : 4607, Tirmidzi : no.2676]

Dodi K: Bunda Aryani...

Pakai kata2 pamungkas saja,  →  saya menjalankan Ibadah itu sesuai dengan yang diperintahkan Al-Quran dan dicontohkan Sunnah.

Selagi Ibadah tersebut tidak ada dalil yang shohih dari ke2 sumber diatas, maka saya berlepas diri yaa.

... Itukan asumsi kamu seperi itu, dan belum ada bukti otentik yang bisa dijadikan patokan...

Kalau saya berbaik sangka saja kepada pemerintah, mereka2 yang aneh2 itu adalah OKNUM tidak bisa digeneralisir terhadap semuanya.

Bahasa2 seperti itu yang terkadang orang terdiam dan syukur2 mereka akhirnya bisa mengintropeksi diri mereka sendiri.

Kalau kalimat kita menyerang, maka pihak lawan pun pasti akan menyerang balik, sehingga akhirnya terjadi debat kusir yang berkepanjangan.

Sekarang tugas kita bagaimana memperbanyak Pahala, agar bisa menginbangi dosa yang kita sudah kumpulkan sejak kecil.

■ Ustad, gmn sikap kita sebaiknya klau difitnah org.. Perlu nggak kita bersusah payah meluruskan tuduhan org tsb atau biarkan aja sampai akhirnya terbukti sendiri klau tuduhan itu tdk benar? 
Jawab: 
Selagi Ibadah tersebut tidak ada dalil yang shohih dari ke2 sumber diatas, maka saya berlepas diri yaa.
Tak perlu galau bila diri dilanda fitnah. 
Janji  اللّهُ  itu pasti, bahwa 
“Innalloha ma’a sshoobiriin” 
(Sesungguhnya  اللّهُ  bersama dengan orang yang sabar). Surah Al-Imran.

Kesabaran adalah kunci kemenangan. Tak perlu memikirkan dengan cara apa  اللّهُ  akan menolong.  اللّهُ  jauh lebih punya kuasa dibanding dengan penyebar fitnah.  اللّهُ  amat tahu melalui cara apa hamba itu dimudahkan-Nya.

Jaga  اللّهُ , maka  اللّهُ  akan menjagamu. Itulah janji-Nya. Betapa indah ia memberikan janji kepada hamba-Nya. Tentulah, Dia akan datang dengan cara yang lebih indah.

Tp bgm klu fitnah itu menimpa sebuah lembaga misalkan? walaupun yakin dgn pertolongan Allah krn itu fitnah apa tdk sebaiknya melakukan klarifikasi?walaupin tetap bersabar thd berbagai tudingam miring.klu begitu bgm pak?

General saja :

Kalau itu menyangkut suatu organisasi dan fitnah itu sudah menyebar ke umum, dan meresahkan kebanyakan orang.

Boleh Klarifikasi berdasarkan FAKTA yang terjadi sebenarnya tanpa harus MEMFITNAH BALIK dan MENGHUJAT penyebar Fitnah tersebut.

Jika ternyata menyebarkan fitnah juga maka yang memfitnah dan difitnah masuk kedalam golongan yang sama. 
والله أعلم بالصواب

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

Ketik Materi yang anda cari !!