Home » , , , , , , » 5 Hal Penting yang Perlu Dijaga Kontinyuitasnya Dalam Pengasuhan Anak

5 Hal Penting yang Perlu Dijaga Kontinyuitasnya Dalam Pengasuhan Anak

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Thursday, October 2, 2014

 Kajian Online Telegram Hamba  اللَّهِ  SWT

Hari / Tanggal : Sabtu, 27 September 2014
Narasumber : Ustadzah Nurhamida syaini
Materi : Parenting
Notulen : Nurza
Editor : Ana Trienta

Assalamualaikum...
5 Hal penting yang perlu dijaga kontinyuitasnya dalam Pengasuhan Anak (Parenting):

1. Menjaga kesamaan visi antara ayah dan ibu
Kesamaan visi antara ayah dan ibu perlu dibangun sejak awal pernikahan. Tidak hanya mempersiapkan diri untuk menjadi suami dan istri shalih/ah saja tetapi juga sudah disiapkan pola pengasuhan seperti apa yang akan dilakukan dalam rumah tangga. Tampaknya sepele dan pada awal tahun pernikahan belum nampak efeknya. Hal ini baru terasa saat anak mulai nemasuki usia batita dan biasanya sudah masuk kelompok bermain.

Keluhan yang sering terjadi, para ibu menganggap  para ayah kurang peduli terhadap proses pengasuhan batita/balita mereka, menyerahkan semua tanggung jawab pengasuhan pada ibu, hanya mencukupi kebutuhan finansial saja tidak mau direpotkan untuk sama sama mengasuh anak saat libur,dsb. Sementara pada ayah, ada anggapan anak pada masa balita itu adalah masa terpenting dengan ibunya, sudah terlalu lelah bekerja, tidak terbiasa mengasuh anak, pola pikir bahwa urusan anak itu urusan domestik, tidak mau repot, dsbnya. Hal-hal tersebutlah yang kemudian akan memicu konflik antara ayah dan ibu. Tidak heran pada anak akan tumbuh pandangan kalau mau yang asyik dan ngga banyak larangan sama ayah aja, kalau sama ibu, ngga asyik. Banyak aturannya.

Pada akhirnya karena anak tumbuh dalam lingkungan terdekat yang selalu konflik, karakter yang terbentuk juga akan sangat dipengaruhi oleh suasana dalam rumah. Jika anak sering melihat ayah dan ibu bersilang pendapatnya hanya untuk urusan sepele, ia akan tumbuh menjadi anak yang mudah mendebat, sulit menerima pandangan orang lain, jiwanya tidak tenang karena harus menahan diri saat melihat konflik ayah ibunya.

2. Sabar dalam mengamati dan mengingatkan anak tentang sopan santun yang berasal dari nilai Islam
Semakin besar anak semakin berkurang intensitas bergaulnya dengan orang tua. Mereka akan lebih dekat dengan peer groupnya yang memiliki ragam latar belakang dan nilai. Orang tua seringkali menyangka karena anak sudah besar dianggap sudah bisa memilah dan memilih mana yang benar dan boleh dan mana yang salah dan tidak boleh. Padahal bagaimanapun mereka tetaplah kanak kanak dalam pengalaman hidup dan pengetahuan tentang nilai. Mereka tetap butuh campur tangan ayah dan ibu dalam memutuskan apapun sampai mereka menikah kelak. Tentu dalam artian bimbingan bukan mengatur. Usia remaja adalah usia rentan dalam menentukan, apakah nilai nilai yang sudah ayah ibu tanamkan sejak kecil akan terus melekat dan menjadi sikap hidupnya atau malah tergerus digantikan nilai nilai yang dominan pada peer groupnya.

3. Melakukan dialog secara kontinyu dalam waktu yang lapang tentang tujuan hidup manusia sebagai hamba Allah dikaitkan dengan aktivitas harian dan cita cita hidup anak
Dialog mengenai pandangan hidup sebagai hamba Allah yang dikaitkan dengan aktivitas harian anak amat diperlukan untuk mengisi kebutuhan jiwa anak. Dengan dialog, anak merasakan kasih sayang yang mengalir dari ayah dan ibu. Ia merasakan kenyamanan dan ketentraman karena ia memiliki tempat terbaik untuk bertanya tentang kehidupan. Akan ada banyak pertanyaan yang akan muncul dalam diri remaja terutama yang berkaitan dengan peran yang dimilikinya sesuai jenis kelamin.

Pada saat ini amatlah tepat jika ayah dan bunda menyampaikan bahwa tugas sebagai remaja muslim dan muslimah adalah menyiapkan diri untuk meneruskan estafeta kepemimpinan umat. Remaja putra diberi penjelasan tugas dan fungsinya kelak sebagai kepala rumah tangga. Remaja putri pun demikian. Sehingga sejak muda para remaja kita sudah memiliki kejelasan identitas bukan mencari cari lagi seperti yang digembar gemborkan psikologi barat. Hal ini juga untuk mengantisipasi keadaan "Fatherless Country" seperti yang disinyalir Bunda Elly Risman. Sudahlah para ibu dicabut dari akar rumahnya? sekarang anak anak kitapun mulai kehilangan sosok ayah.

4. Mengingatkan pelaksanaan shalat pada awal waktu dan membaca Al Quran sebagai sebuah kebutuhan dan kesyukuran.
Para ibu dan ayah lebih sering mengingatkan anak pada jam makan, jam les, jam.pulang, dan jam sekolah. Sering lupa mengingatkan saat azan berkumandang agar anak segera shalat (kalau sedang di kantor), lupa mengingatkan anak membaca Al Quran tetapi tidak lupa menanyakan apakah sudah mengerjakan PR. Hal hal di atas sudah menunjukkan prioritas hidup seperti apa yang tengah kita bentuk pada anak anak. Sehingga tanpa sadar kita mengulang kesalahan generasi sebelumnya yang menghasilkan muslim ktp (ini tidak berlaku untuk keluarga yang sudah memiliki visi Islami sejak dini)

5. Mengecek secara berkala bacaan Quran anak termasuk hapalan doa harian dan bacaan shalat.
Mengecek bacaan Quran anak juga hapalan doa dan bacaan shalat itu penting. Saya pernah mendapati anak-anak lulusan smp/ sma Islam saat diminta membaca Al Quran, mereka terbata bata. Bahkan cara membaca suratpun mereka lupa. Ternyata setelah saya ajak dialog, pengakuan mereka, mereka membaca Quran dan shalat hanya di sekolah. Kalau di rumah ya suka-suka. Kalau ada ayah dan ibu, baru shalat. Sekali lagi, orang tua terlalu berprasangka baik bahwa bacaan anak kita akan tetap sebagus saat ia masih kanak kanak. Padahal bacaan Quran dan hapalan doa dan surat pendek tetap akan bagus, benar, dan lancar apabila dilatih terus menerus sambil terus dibetulkan. (Hal ini tidak berlaku bagi keluarga yang menjadikan Al quran sebagai pedoman keluarga apalagi yang mengikuti tahfidz)

Demikian Ayah, Bunda, Mbak dan Mas sekalian 5 hal tentang parenting yang ingin saya bagi. Semoga bermanfaat. Mohon maaf panjang panjang uraiannya.
Wassalam ww.

TAMBAHAN
Sopan santun yang saya maksud adalah sopan santun harian yang diajarkan Rasulullah saw serta yang bersumber dari norma setempat. Misalnya berbicara dengan lemah lembut. Anak anak sekarang karena dari kecil tidak diajarkan cara bicara yang santun/lemah lembut, mereka berpikir apa yang mereka lakukan adalah benar adanya.

Saya sering melihat remaja kita berbicara pada ayah atau ibunya dengan nada tinggi dan kasar. Bahkan kalau melewati orang tuanya yang sedang duduk berbincang dengan tamu, ya lewat saja tanpa permisi. Atau saat bertamu, sang remaja bahkan sama sekali tidak mau turun dari mobil untuk turut kedua orang tuanya menyambung ukhuwah dengan alasan mengantuk. Dari sisi sopan santun, hal ini tidak pantas. Anak harus belajar menghormati orang tua dan teman orang tuanya. Itu baru dua contoh kecil Ustadz. Afwan, tidak bermaksud menggurui...

TAMBAHAN USTADZ HILMAN ROSYAD
lho, kalo tdk bermaksud menggurui terus bu nurhamidah maksudnya apa? bu nurhamidah jangan mengusik keasyikan saya digurui sama bu nurhamidah,  khan saya punya anak lima; jadi saya sangat butuh bimbingan bu nurhamidah agar menjadi ayah yang baik dan benar jadi teruskan lagi tuk menggurui kami agar menjadi orang tua yang baik :)

Menurut saya mah parenting itu cara mngorangtuai anak-anak. Dengan demikian orang tua itu adalah "tim" yang berkewajiban memenuhi hak-hak anak kita masing-masing. Apa hak-hak anak dari orang tuanya? Saya pun tidak setuju kewajiban orang tua dalam memenuhi hak anak dilimpahkan kepada ibu saja atau kepada ayah saja, karena orang tua itu adalah "tim" selayaknya tim, maka perlu leader yang visioner, bertanggung jawab dan berintegritas dengan aksetabilitas yang baik dan komunikator yang ulung. 

Selayaknya tim, maka perlu eksekutor handal, partner yang faham akan road map, yang berusaha efektif meskipun menjadi tidak efisien untuk menjalankan misi sesuai visi sebagai orang tua terbaik bagi anak-anaknya. Kompak, serasi, harmonis, respek plus pola hubungan saling ketergantungan adalah niscaya dalam menjalankan misi demi visi yang dicita-citakan. Sekali lagi, menyuami-istri yang baik sesuai quran-sunnah adalah pijakan utama dalam upaya mengorangtuai anak-anak  kita secara benar.

Selayaknya tim, maka orang tua (ayah ibu) harus duduk berdua untuk merencanakan dan merancang road map, bersepakat terhadap pembagian tugas yang optimal, bersama meningkatkan kapasitas diri sesuai kebutuhan job masing-masing, selanjutnya menyusun agenda aksi dengan segala sarana pendukungnya, berkomitmen taat akan kesepakatan berdua dan mmbuat rencana kegiatan monitoring evaluasi terhadap seluruh rangkaian aksi yang sudah direncanakan ..

Huh! kok jadi rumit dan sulit? beginilah resiko kalo anak kita dirancang menjadi hamba Allah yang bertubuh sehat, kuat, cerdas, berwawasan, berjiwa entrepeneur, makmur, memiliki live-skill dan survival-skill sesuai tuntutan zaman, saleh, rajin ibadah, santun berakhlaqul karimah, menjadi pemimpin umat dan penghuni surga serta pahala jariah bagi kita sebagai orang tua ..

Cita-cita luhur harus sebanding lurus dengan usaha yang cerdas, terukur, terstruktur dan sistematis. Sunnatullahnya begitu,  silakan tadabburi surat almuddatstsir dan almuzzammil. Betapa beratnya "persiapan" menjadi Rasul terakhir untuk rentang seluruh pelosok bumi dan sepanjang sejarah kemanusiaan sampai qiyamah ..

Rumah tangga adalah martabah kedua dalam marotibul amal setelah islahunnafs. Rumah tangga adalah basic tegaknya peradaban Islam yang sedang digagas para Hamba Allah di grup telegram ini. Seriuslah menjadi suami-istri dan orangtua ..

TAMBAHAN USTADZAH MIDA
Benar Ustadz, saya seringkali sedih jika mendengar curhatan para ibu muda. Mau bantu ngga bisa karena para ayah sering enggan untuk datang memenuhi undangan kami. Sampai saat ini mimpi saya, ada parenting khusus para ayah di sekolah kami. Belum terwujud. Benar, namun yang seperti ini harus dipersiapkan dulu oleh kita karena generasi kita termasuk yang mencari sendiri untuk menjadi seperti. Anak anak memerlukan role model.  Yang dibutuhkan para orang tua itu tips praktisnya dalam menjalankan konsep.

Kebanyakan ibu ibu, kalau sudah diajak diskusi soal Quran dan sunnah, itu diam dan bingung. Ini kendala saya di lapangan. Mereka bilang para ayah jauh dari bicara tentang kedua pedoman pokok tadi. Saya jadi tarik nafas panjang mengetahui betapa beratnya pekerjaan para pendidik dan ustadz/ah memulai dari hal yang paling dasar. Isi yang terakhir mengingatkan saya pada materi kurikulum SD Islam rancangan pak Giovanni B Rahardjo dan Ibu Anna Mienarty ( mungkin ada yg tahu)...life skill...

TANYA JAWAB
1. Ustadz Kholid
Alhamdulillah nih banyak masukan. Kalo ust hilman punya 5 butuh ilmu parenting gimana ana nih yang punya 8 anak?
Jawab

Ilmu Parenting untuk yang punya anak 1, 3, 5, 7, 9 (bilangan ganjil kali) sama aja cakupannya. Sumber ilmunya ada dalam Al Quran dan as Sunnah untuk contoh praktisnya. Jadi Ustdz Kholid ngga perlu khawatir, mengelola anak yang sedikit atau banyak tidak jauh berbeda. Kuncinya ada pada kedisiplinan dan keistiqamahan ayah dan ibu dalam mengaplikasikan nilai nilai kesantunan dalam keseharian dan pelaksanaan ibadah dalam keluarga. 5 hal tentang tadi kita diskusikan merupakan satu bagian saja yang perlu menjadi perhatian bersama antara ayah dan ibu. Ayah dan ibu saling mendukung dalam menjalankan konsep yang sudah disepakati bersama.

2. Ustad Doli
Adakah yang bisa share khusus tentang mendidik anak remaja ABG? misal ada temen temennya yang naksir, atau yang baru pindahan dari medan ke jawa tengah yang standar sopannya rada beda?
Jawab
Menghadapi anak yang mulai pubertas. Ini perlu teknik dan strategi yang harus disiapkan oleh ayah dan ibu. Pendekatan pada remaja putra berbeda dengan pada remaja putri. Bila ayah dan ibu sudah memberikan dasar dasar pemahaman yang benar tentang adab pergaulan antara perempuan dan laki laki sebelum memasuki masa pubertas, ini akan lebih mudah. Anak yang sedang mengalami masa pubertas, sedang mengalami perubahan fisik dan psikologis. Fisik yang tadinya kanak-kanak sudah mulai berubah dengan tumbuhnya tanda-tanda sekunder seperti payudara mulai tumbuh, munculnya rambut di tempat-tempat tertentu, pinggul membentuk, perubahan suara, ada anak tertentu mukanya menjadi berjerawat dan haidh yang paling utama (putri) jika putra, adanya jakun, perubahan suara, munculnya rambut pada tempat-tempat tertentu, muncul jerawat pada sebagian remaja dan mimpi basah utamanya.

Perubahan di atas terjadi pada remaja kita karena peran hormon yang mulai aktif yaitu estrogen, progesteron, androgen (pada putri) dan testosteron pada putra. Aktifnya hormon ini, mengakibatkan adanya perubahan fisik tadi. Karena adanya perubahan fisik yang sebagiannya sulit diterima remaja mulailah muncul masalah psikologis. Perubahan perubahan fisik tersebut juga memunculkan perasaan perasaan tidak nyaman pada remaja. Salah satu perubahan tersebut adalah mulai aktifnya hormon androgen yang merangsang adanya dorongan seksual. Yaitu mulai naksir lawan jenisnya....

Panjang ya ceritanya untuk sampai ke tahapan taksir menaksir. Ya Ustadz...di sini bagi saya adalah kuncinya. Dengan memahami secara fisik apa yang terjadi pada remaja, kita akan menjadi lebih bijak dalam menyikapi perubahan perilakunya. Yang terpenting, Ananda diberi landasan pemahaman bahwa apa terjadi saat ini (naksir/ditaksir teman lain jenis) adalah bagian dari sunnatullah. Allah telah menciptakan manusia dengan peran masing masing. Saat ini, apa yg terjadi pada Nanda adalah bagian dari sunnatullah karenanya tidak usah diingkari. Tetapi juga tidak boleh diikuti tanpa kendali. Agama telah mengaturnya sedemikian rupa maka taatilah aturan yang telah diajarkan agar Nanda selamat.

Mengenai perbedaan tata krama, sebagai orang tua tentunya tetaplah harus memiliki pedoman sopan santun yang bisa diikuti secara umum. Perbedaan tata krama antara daerah Jawa dan Sumatera mmg berbeda. Dalam hal ini, sebagai orang tua perlu memaklumi karena kita tidak bisa memaksakan remaja yang tumbuh dengan kultur bicara apa adanya, sopan santun khas Medan yang mungkin bagi orang Jawa itu tidak sopan; harus bertata krama seperti orang Jawa. Kecuali ia sendiri yang mempelajari dan  menginginkan perubahan itu. Yang perlu ditanamkan adalah bahwa fase menaksir ini tidak akan lama, orang bilang cinta monyet. Tetap landasan pergaulan harus mulai diterapkan secara bertahap dan istiqamah. Kalau perlu Ustadz ajak bicara temannya tersebut. Diajak berdialog. Biasanya dengan cara seperti ini anak-anak remaja kita menjadi respek pada kita dan mulai mempertimbangkan untuk mematuhi permintaan orang tuanya.

Afwan panjang dan lebar, ini sekaligus sharing ketika saya menghadapi masalah serupa denga dua remaja putra saya.
Semoga bermanfaat.

PENUTUP :
Doa Kafaratul Majelis :

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك 

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika 
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”.  

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

Ketik Materi yang anda cari !!