Home » , , , » MANUSIA MENURUT PANDANGAN ISLAM

MANUSIA MENURUT PANDANGAN ISLAM

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Saturday, October 4, 2014

Kajian Online WA Hamba  اللَّهِ  SWT (HA 20 Ummi)

Hari / Tanggal: Kamis 3 Oktober 2014
Narasumber: Ustadz Ahmad Rofii Damyati
Tema: Kajian Islam
Admin: Rahmi
Ketua: Nana
Editor : Ana Trienta

Assalaamu'alaikum wr wb
Bismillahirrahmanirrahim alhamdulillahirabbil alamin washshalatu wassalamu ala sayyidil mursalin waala alihi washahbihi ajmain...amma ba'du...

Materi kita kali ini seputar manusia menurut pandangan İslam. Materi penting karena ini menyangkut kita dan perjalanan kita di dunia dan sampai nanti di akhirat. Di antara yang komandani akal seperti akal, nafsu, hati. Semua itu ada dibawah komando ruh. Karena begitu banyak sudut pandang yang tidak sama terutama yang datang dari peradaban barat. Nah kita akan melihatnya dari sudut pandang İslam.

Secara singkat, dari sketsa itu kita sebagai manusia mempunyai 2 unsur, yakni jasad dan ruh. Kita sebagai orang islam, perlu menegaskan diri terlebih dahulu dalam berpersepsi, berpandangan tentang segala hal hendaknya dimulai dari sudut pandang İslam termasuk melihat tentang diri kita sebagai manusia. Kemanusiaan kita harus dilihat dari sudut pandang islam.

Melalui al-Quran, kita bisa tahu bagaimana sketsa penciptaan manusia begitu cukup jelas, misalnya ia diciptakan dari tanah, dari tanah liat kering, berasal dari lumpur hitam yang dibentuk lalu ditiupkan roh. Sketsa itu juga nampak lengkap pada penciptaan Adam alaihissalam...

Bagaimana caranya, rujuklah panduan İslam, al-Quran dan hadis dan bgaimana para ulama berpendapat menurut yang mu'tamad. Non empirikal itu bukan cuma ruh, tapi ruh menjadi koordinatornya. Jadi, hirarkinya adalah:
Wahyu 
     l
Manusia 
      l
Ruh > Akal > nafsu > hati
      l
jasad...

Itulah kapasitas manusia yang kita miliki, itulah pula mengapa manusia berani ambil resiko menjadi khalifah Allah di muka bumi tak lain karena punya kapasitas yang dianggap mencukupi. Dengan hati manusia mempunyai azam, dengan akal manusia mempunyai ilmu dengan jasadnya manusia beramal, dengan ruhnya manusia bisa menyambungkan dengan penciptanya.. Allah Azza Wajallah. Itu kapasitasnya hanya tidak cukup sekedar itu, sebab jikalau sekedar itu yang diandalkan, kemungkinan besar masih tersesat oleh karenanya perlu Allah turunkan Wahyu agar misi kholifah fil ardi betul-betul sampai maka diturunkanlah para nabi yang membawa wahyu.

Wahyu adalah ilmu para nabi...
Akal saluran ilmu kaum intelektual...
Nafs saluran ilmu kaum psikologi...
Hati..saluran ilmu psikologi juga...
Jasad saluran ilmu kaum empiris...

Jasad mewakili hal-hal empirikal pada manusia dan ruh mewakili yang non empirikal. Dalam Islam tidak ada pemisahan di antara mereka semuanya harus integral saling munguatkan dan yang paling penting wahyu sebagai rules yang mesti jadi setirnya. Siapa yang memegang setirnya? Yang menjadi setirnya adalah ruh kita. Mengapa? karena diibaratkan kita sedang menuju suatu tempat yang jauh sekali menggunakan kendaraan. Tujuan akhir kita adalah akhirat, kendaraan kita adalah badan kita, mobil kita perlu bensin, sopirnya yaitu ruh juga perlu suntikan makanan. Oleh karena itu, semua aspek pada diri kita memerlukan nutrisi. Sebagaimana kita tahu, bahwa jasad kita perlu makanan fisik, apakah itu nasi, sayur, air dll maka begitu juga ruh kita, akal kita, nafsu kita hati kita semua itu perlu nutrisi...

Apa saja ilmu itu? maka untuk menjawabnya, lagi-lagi lihat hirarki diri kita. Nah, semua hirarki pada diri manusia itu memiliki hirarki ilmu, untuk apa ilmu? yaitu untuk pemandu amalan kita. Kata Sayyidina Ali r.a. "Al-ilmu imamul amal"...ilmu yang mengimami amalan kita. Maka bekal harus cukup untuk memenuhi kebutuhan sepanjang perjalanan. Perjalanan kita sampai ke surga in sya allah. namun kesempatan mengumpulkan bekal cuma di masa kita hidup. Paling tidak bekal itu kita satukan dalam satu istilah, yaitu ilmu. 

Jasad kita, ilmu yang dicapai dengan panca indera seperti sains. Itu juga menjadi bekal kita, terutama urusan dunia dan bagaimana berinteraksi dengan alam sekitar kita. Allah menjelaskan, kita dulu pernah bertemu langsung dengan Allah swt dalam peristiwa persaksian agung. Hanya, setelah lahir ke dunia dengan fisik yang lengkap kita lupa persaksian dengan Allah itu...

Mereka yang hanya merasa cukup dengan dunia sains saja, biasa kita sebut kaum materialisme mereka ini yang dari siang sampai malam hanya mengejar materi saja. Pandangan materialis ini mendominasi dunia kita sekarang, ini menjadi tren yang tak terbendung. Target mereka hanyalah kebahagiaan materi, sifat-sifat materialisme ini seperti tamak terhadap harta, kikir terhadap kepunyaan tidak mau berinfak sodaqah atau lainnya selalu ingin dihargai orang tapi tidak mau menghargai orang lain, foto dipampang di mana-mana seperti ingin menunjukkan bahwa dirnya punya materi, seperti juga suka upload gambar-gambar diri berlebihan di medsos dll. Hidup hanya bersenang-senang di kafe, bar, dll. İtu cerminan kerakusan badan kita, fisik kita dunia empiris kita.

Tapi itu tidak cukup jika hanya berhenti pada perbekalan sains, maka kita akan tersesat. Perjalanan kita memang akan sampai ke akhirat, tapi neraka menunggu kita karena itu hanya fatamorgana ilmu. Ilmu yang kulitnya saja.

Itu surat al-a'raf ayat ke 172

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ

"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Dikira mereka berhasil namun Sebenarnya itu dunia fatamorgana. Lihat juga orang menuntut ilmu sekarang, yang dikejar hanya nila yang dikejar hanya kerja yang dikejar hanya pangkat. İtu di waktu kita masih dalam keadaan ruh belum wujud fisik. Apakah itu tidak boleh kita mengejar materi? Bukan tidak boleh tapi kita perlu lihat lagi dan pandang lagi tentang diri kita dalam-dalam. Diri kita itu bukan sekedar jasad...Allah ciptakan kita dengan dtitiupkan Ruh.

Jadi, semua kelimuan kita itu baik empiris, rasionalis, mentalis dll semua harus tunduk pada wahyu karena wahyu panduannya. Yang maka untuk mengingatkan, Allah turunkan wahyu melalui para nabi dan diakhiri dengan turunnya Nabi Muhammad SAw. Maka, agar perjalanan kita sampai dengan selamat di tujuan akhir finish di surga nanti bukan di neraka (nauzubillah min zalik) kita ikuti peta yang Allah berikan, yaitu Al-Quran. Boleh kaya, boleh jadi saintis, politisi, negarawan, jadi tokoh, atau apa saja namun semuanya ada dalam koridor wahyu

Jadi, itulah gambaran diri kita sebagai manusia menurut pandangan İslam
Semoga bermanfaat...
Sementara itu dulu...
Wallahu a'lam...

TANYA JAWAB
1. Bunda Ies: 
Bagaimana cara memberi nutrisi untuk ruh kita? Dan bagaimana cara menjaga nya?
Jawab
Bismillahirrahmanirrahim saya akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sekiranya saya tahu dan bisa menjawabnya, in sya Allah.
Cara memberi nutrisi ruh kita adalah memenuhi ilmu yang datang dari wahyu, belajar isi alQuran dan hadis melalui penjelasan para ulama. Cara menjaganya, selalu berinteraksi dengan Allah melalui amalan-amalan yang wajib maupun yang sunnah...

2. Bunda Herawati: 
Ustadz, bagaimana dengan seorang PNS yang pada intinya menginginkan kesejahteraan. Dengan niat untuk meningkatkan kesejateraan hidup sehingga dapat meningkatkan beribadah. Menafkahi keluarga. Memfasilitasi agar generasinya lebih siap menghadapi hidup yang serba mahal. Apakah ini juga disebut kerakusan?
Jawab

Menjadi pejabat bisa rakus bisa tidak. Kalau menjadikan jabatan itu tujuan hidup, maka kerakusan itu pasti datang tapi kalo itu dijadikan wasilah mencari nafkah untuk beribadah, maka itu bisa berimplikasi ibadah semua, mulai dari berangkat kerja sampai pulangnya. Jadi, perbaikilah niatnya...

3. Bunda Rahmi: 
Kita bisa mengetahui kebutuhan fisik kita terpenuhi setelah kenyang makan tapi bagaimana kita mengetahui kebutuhan ruh kita telah terpenuhi atau belum?
Jawab

Kalau ruh kita kenyang, artinya kita bisa dengan mudah mengajaknya beribadah kepada Allah dengan mudah kalau berat sekali, itu tandanya lagi lapar jiwa kita atau misalkan kita kok sangat ingin melakukan maksiat, itu tandanya lagi lapar ruhnya...

4. Bunda Rya Febriana: 
Ustadz, manusia diciptakan fitrahnya sebagai muslim. Masalah nanti lahirnya jadi majusi / nasrani tergantung orangtua yang mendidiknya, misalkan ada orang terlahir dari keluarga muslim tapi setelah dewasa menjadi murtad. Apakah itu dosa orang tuanya yang nanggung dosanya padahal dididik dari kecil menjadi muslim juga. Jazakallah ustadz
Jawab

Orang tua itu bertugas mengantarnya sampai betul-betul dewasa, sampai dia betul-betul islam setelah dewasa dan sudah islam maka tanggung jawabnya sendiri-sendiri. Sebagai ibu tetap mempunyai kewajiban menasihati kalau sudah kita nasihati tapi masih murtad ya itu sudah tangung jawab masing-masing. Seperti kisah Nabi ibrahim dan putranya...

5. Bunda Umul: 
Ustadz, zaman canggih seperti sekarang, ilmu bertebaran, kadang kita yang haus ilmu semua mau di ambil. Gimana caranya membentengi hati & fikiran kita, biar "ga keblinger", biar yang masuk ke hati & fikiran kita itu yang sesuai dengan yang Allah mau. Jazakallah
Jawab
Selalu berinteraksi dengan agama. Tombo ati iku limo, bisa tanya sama opik...

6. Bunda Siti Yani:  
Assalamu'alaikum ustadz mau tanya soal puasa arafah kalo pemerintah menetapkan idul adha jatuhnya pada hari ahad tapi saya mengikuti puasanya yang hari jum'at tapi shalat iednya hari ahad itu gimana ustadz? Jazakalloh
Jawab

Ikut solatnya aja kalau solatnya ahad, ya puasanya sabtu...

7. Bunda Deu:  
"Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka." (QS. Al-Hajj: 34)
Tiap-tiap umat itu apa orang perorangan atau seperti yang dikaji kemarin  tiap kepala rumah tangga?
Jawab
Qurban itu kepada tiap orang yang mampu berkurban kalo tidak mampu ya ga apa-apa

Marilah kajian hari ini kita tutup  dengan bersama-sama membaca doa Penutup Majelis. Bissmillahirrahmanir rahim...

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

Ketik Materi yang anda cari !!