Menikmati Ketidakberdayaan Hidup

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Saturday, November 8, 2014


Kajian Online WA Hamba  اللَّهِ SWT 
(HA 25 dan 26 UMI)
Hari / Tanggal : Jumat, 7 November 2014
NaraSumber : Ustadz Ridwan
Admin : Lia Juna I Ida
Notulen : Puji Maulani Lestari I Ida
Editor :Indah & Ana Trienta

Bismillah...Assalaamu'alykum warohmatullaahi wabarokaatuh..
Apa kabar semangat mengkajinya umi? Ayo jangan patah semangat untuk mengkaji, karena menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Berikut materinya :
Menikmati Ketidakberdayaan Hidup 
“Orang-orang Badwi yang tertinggal akan mengatakan: "Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami"; mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya ...” (QS. Al-Fath: 11)
Ketidakberdayaan merupakan perwujudan dari ketidakmampuan seseorang untuk mengaktualisasikan potensi dirinya, baik dalam perkara duniawi maupun agama. Dalam aplikasinya, wujud ketidakberdayaan ini bisa hadir dalam bentuk menunda-nunda amalan dari apa yang sebenarnya bisa dilakukan, atau merasakan kelemahan diri di tengah potensi dan kesempatan melakukan kebaikan tersedia dihadapan kita. Jika diresapi secara mendalam, sesunguhnya bagi seorang mukmin  tidak ada potensi kebaikan yang dikarunaikan oleh Allah Ta’ala melebihi anugerah keimanan. Iman merupakan potensi sekaligus modal utama yang bilamana diberdayakan akan menghasilkan energi kebajikan yang tiada tara. Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman: 
"Mereka telah merasa memberi nikmat (jasa besar) kepadamu, dengan keislaman mereka. Katakanlah: 'Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu, dengan menunjuki kamu kepada keimanan, jika kamu adalah orang-orang yang benar'."  (QS.Al-Hujuraat: 17). 
Iman merupakan kekuatan jiwa yang terhubung dengan Rabb alam semesta, yang menafikan adanya kekuatan besar selainnya. Oleh karenanya, seseorang yang memiliki keimanan yang kuat, jiwanya akan selalu menolak setiap ketundukan kepada selain Allah Ta’ala, serta mencela setiap tindakan yang mengarah kepada pelecehan iman oleh pihak manapun. Maka iman merupakan motor penggerak yang memberikan keberkahan dan kehormatan hidup, iman merupakan antitesis dari setiap penghinaan dan pelecehan diri. Semangat seperti ini yang diungkapkan oleh Rabi’i bin Amr ketika berbicara dengan lantang dihadapan Rustum seorang panglima Persia yang  superior di masanya: 
“Kami diutus untuk mengeluarkan manusia dari penghambaan manusia kepada manusia menuju penghambaan manusia semata-mata kepada Tuhan yang menciptakanNya. Dari dunia sempit menuju dunia yang lapang. Dari kesewenangan agama menuju keadilan Islam”
Waktu sepuluh tahun berdakwah di Mekkah dengan segenap lembaran pahit didalamnya, menjadi bumbu hidup yang menanamkan miitansi keimanan yang kuat  di hati masyarakat muslim saat itu, namun berdiam diri berlama-lama dengan penghinaan dan pelecehan masif yang dilakukan oleh manusia-manusia jahili, bukanlah pilihan yang tepat, sebab sejarah telah membuktikan bahwa sebuah bangsa yang terlalu lama hidup dalam pelecehan seperti layaknya kaum Israel yang dijajah oleh bangsa Fir’aun, hanya akan melahirkan individu yang pengecut dan berkepribadian lemah. 

Berangkat dari lembaran masa lampau, Allah Ta’ala seolah memberikan pelajaran berharga bahwa bagi sebagian orang duduk berlama-lama dengan ketidakberdayaan hanya akan menghasilkan manusia-manusia kerdil yang selalu pasrah dengan keadaan!. Untuk itu perintah hijrah-pun disampaikan dengan tegas, titah untuk meninggalkan kota Mekkah menuju Madinah yang jaraknya sekitar 490 km mau tidak mau mesti segera ditunaikan dengan segala konsekwensi yang ada meski harus gugur di perjalanan, sebagaimana yang menimpa sahabat Kholid bin Hizam dan Dhamrah bin Jundab ketika keduanya diperintahkan berhijrah meninggalkan kampung kelahirannya (Mekkah). Allah Ta’ala menurunkan firman-Nya: 
“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dimaksud), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. An-Nisa; 100).  
Dalam proses keberangkatan hijrah, tidak sedikit dari para sahabat yang tertahan bahkan tertawan oleh pasukan musuh, namun kondisi ini tidak boleh menjadikan jiwa mereka lemah di hadapan musuh, apalagi jika muncul rasa kepuasan diri bahwa berislam hanya sebatas diartikan dengan syahadat, shalat serta bersabar menerima penghinaan yang ada. Diantara para sahabat nabi yang tertahan di kota Mekkah ada paman nabi sendiri yang bernama Abbas dan dua keponakannya yang bernama Uqail dan Naufal. Rasululloh –pun kemudian berkata kepada pamannya: 
“Tebuslah diri engkau dan keponakanmu dengan harta yang kalian miliki”. Sang paman kemudian balik bertanya:”Wahai Rasulullah, tidakkah cukup bagi kami bersyahadat dihadapanmu serta shalat menghadap ke arah kiblatmu?”.  Nabi kemudian menjawab: “Wahai Abbas apakah kalian hendak menyelesihi aku?, jikalau seperti itu, niscaya kalian akan senantiasa berselisih pada setiap urusan kalian”. Rasulullah kemudian membaca firman Allah Ta’ala yang berbunyi: 
“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?” Mereka menjawab: “Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)”. Para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah dari bumi itu?”. Orang-orang itu tempatnya ialah Jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. Kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah). Mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun” (QS. An-Nisa: 97-99).  
Ketidakberdayaan diri merupakan suatu kondisi yang tidak boleh hadir  dalam jiwa seorang yang beriman, sebab iman merupakan potensi jiwa yang akan selalu bergerak mendobrak setiap perkara yang dianggap sulit menjadi mudah dilalui, yang mustahil menjadi jelas untuk diraih, dan yang sukar menjadi nikmat untuk dijalani. Maka bergeraklah wahai sahabat, janganlah kita diam berlama-lama menikmat perasaan tidak berdaya ini, sementara potensi kekuatan jiwa yang bernama iman telah sekian lama Allah Ta’ala karuniakan kepada kita semua. Petuah para ulama mengatakan kepada kita:”Al harokah barokah” (Sesungguhnya manakala kita bergerak, maka ada keberkahan didalamnya). Wallahu ‘alam bisshowab
TANYA JAWAB

HA 25
 Melihat fakta bangsa indonesia saat ini sepertinya berada dalam keterpurukan. Bahkan walaupun mayoritas muslim, tapi kenyataannya berbeda dengan orang islam pada saat dulu. Bahkan yang halal menjadi haram dan yang haram menjadi suatu yang halal. Ini jelas sebuah keterpurukan bagi umat islam. Bagaimana kita bangkit dari keterpurukan ini?
Jawaban 
Bismillah.. Dalam buku yg brjudul "min hadza muntholaq" (dari sinilah kita memulai) Syekh Muhammad Rasyid mengatakan bahwa begitu banyak pergerakan Islam yang muncul dengan idion kebangkitan islam, namun terkadang lupa dengan pembinaan & penyehatan pembinaan aqidah, seharusnya di sinilah kita mulai, sebagaimana rasul selama 10 thn di mekkah mengawalinya..

HA 26
Bagaimana cara kita bisa menikmati sesuatu yang sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip hidup kita? Misal kita berada dalam 1 rumah, dimana di dalamnya kita sudah tidak merasa nyaman dan banyak hal-hal yang sudah tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hidup kita? Sedangkan di sisi lain beberapa pihak di dalam rumah kita masih menginginkan kita untuk tetap tinggal.. Sangat tidak nyaman. Kira-kira apa yang harus dilakukan ya ustdz
Jawab 
Imam Syafii mengatakan jikalau kita di hadapkan dengan sesuatu yang kita benci, maka pilih pilihan yang mnyelesihi hawa nafsu kita, slama ini boleh jadi kondisi yang di anggap tidak menguntungkan kita, mesti kita hindari, padahal sejatinya ada banyak kebaikan yang bisa kita raih, maka jika seandainya kondisi tersebut di yakini bertentangan dengan syariat (bukan dengan prinsip pribadi), maka itu lahan kita untuk beramal..

 Tanya ustadz bagaimana jika kita tidak berdaya mengingatkan keluarga terkait amal yauminya,akhlaknya,,kadang nasihat kita dilakukan namun kadang juga tidak diindahkan
Jawab
Tugas kita buka memvonis apa yang sudah atau belum terjadi, akan tetapi ikhtiar merubah, janganlah kita tergesa-gesa dalam memulai hasil, karena pada umumnya proses menanam kebaikan lebih lama dari memanennya..

 Gimana untuk mempertebal iman apalagi kalo harus berkanalan dengan lawan jenis dan hati kita lemah untuk menolak permintaannya, apalagi kalo diancam putus, tunduk kepada manusia dan tidak takut kepada Sang Pencipta
Jawab
Nabi kita mengajarkan kita dengan sabdanya: Siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, Niscaya akan di ganti dengan yang lebih baik, kuatkn hati kita dengan amal ibadah, dan munculkan ketegasan kita dalam bersikap

 Berhijrah itu kan tidak musti pindah tempat ya. Bagaimana jika ada orang ingin ber hijrah menjadi baik dulu baru dia bergerak u org lain. Alasanya biar akhlaqnya dia baik dulu baru ngajak orang lain. Padahal lingkungan membutuhkan dia untuk beramal menyampaikan ilmu agama.
Jawab
Menjadi baik itu tidak ada batasannya, kecuali kmatian, menunggu baik diri kita hanya justru menjadikan kita mengabaikan untuk perbaikan akan setiap ketidakbaikan di sekitar kita, untuk itu agama kita mengajarkan sampaikan meski hanya 1 ayat, tidak menunggu ilmu yang banyak atau ibadah yang luar biasa..

 Apa yang harus kita lakukan pada orang yang men dholimi kita sedangkan niat kita ingin berubah
Jawab 
Pilihannya 2, membalas dengan hal yang sama atau bersabar dengan mendo'akan kebaikan untuknya, dan pilihan ke 2 adalah yang terbaik
Alhamdulillaah, semoga materi dan diskusi kita ini berkah dan bermanfaat... 
Baiklah bunda kajian hari ini kita cukupkan sekian. Dan kita tutup dengan membaca istighfar 3x dan hamdallah.


Doa Kafaratul Majelis :

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك 

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika 
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”. ​السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

Ketik Materi yang anda cari !!