Link 2 Nanda
Hari / Tanggal : Senin, 23 Februari 2015
Narasumber : Bunda Malik
Tema : Kajian Islam
Tema : Kajian Islam
Notulen : Ana Trienta
Assalammualaikum
Bagaimana kabar semuanya? Bisa kita mulai kajiannya
Sembari bunda menyiapkan materiny silahkan dinikmati video diatas
Alhamdulillahilladzi nahmaduhu wanastaghfiruhu wanaudzubillahimin sururi anfusina waminsayyiati a malina mayyahdillahu falaa mudhillalah wamayyudlilhu falaa hadiyalah. Hayya naftah biqiroati basmalah. Allahumamma sholli ala muhammad wa ala alihi wasshohbihi wasallim. Bismillahirrohmaanirrohim
Hubungan hati dengan organ-organ tubuh lainnya, laksana raja yang bertahta diatas singgasana yang dikelilingi para punggawanya. Seluruh anggota punggawa bergerak atas perintahnya. Dengan kata lain, bahwa hati itu adalah pengendali dan sekaligus sebagai pemberi komando terdepan yang setiap anggota tubuh berada di bawah kekuasaannya. Di hati inilah anggota badan lainnya mengambil keteladanannya, baik dalam ketaatan atau penyimpangan. Organ-organ tubuh lainnya selalu mengikuti dan patuh dalam setiap keputusan.
Nabi saw bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka baiklah tubuh manusia itu, akan tetapi bila daging itu rusak maka rusak pula tubuh manusia. Ketahuilah bahwa sesungguhnya segumpal daging itu adalah hati.”[HR. Bukhari-Muslim].
Hati manusia terbagi menjadi tiga klasifikasi: Qalbun Shahih (hati yang suci), Qalbun Mayyit (hati yang mati), dan Qalbun Maridl (hati yang sakit).
> Pertama, Qalbun Shahih
yaitu hati yang sehat dan bersih (hati yang sehat) dari setiap nafsu yang menentang perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan dari setiap penyimpangan yang menyalahi keutamaan-Nya. Sehingga ia selamat dari pengabdian kepada selain Allah, dan mencari penyelesaian hukum pada selain rasul-Nya. Karenanya, hati ini murni pengabdiannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik pengabdian secara iradat (kehendak), mahabbah (cinta), tawakkal (berserah diri), takut atas siksa-Nya dan mengharapkan karunia-Nya. Bahkan seluruh aktivitasnya hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala semata. Jika mencintai maka cintanya itu karena Allah, dan jika membenci maka kebenciannya itupun karena Allah, jika memberi atau bersedekah, hal itu karena-Nya dan jika tidak memberi, juga karena Allah. Dan tidak hanya itu saja, tapi diiringi dengan kepatuhan hati dan bertahkim kepada syari’at-Nya. ia mempunyai landasan yang kuat dan prinsip tersendiri dalam menjadikan Muhammad saw sebagai suri tauladan dalam segala hal. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mendahului Allah dan rasul-Nya, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”[QS. Al-Hujurat:1].
Ciri-ciri Qalbun Shahih
1. Apabila hati pergi meninggalkan dunia menuju dan berdomisili di alam akhirat, sehingga seakan ia termasuk penduduknya. Ia datang ke dunia fana ini bagaikan seorang asing yang kebetulan singgah sebentar sebelum meneruskan perjalanan menuju alam akhirat. Sebagaimana telah diwasiatkan Nabi saw kepada Abdullah bin Umar : “Jadikanlah dirimu di dunia ini seakan-akan kamu orang asing atau orang yang sedang menyeberangi suatu jalan.” [HR. Bukhari].
2. Jika ia tertinggal wirid, atau sesuatu bentuk peribatan lainnya, maka ia merasakan sakit yang tiada terperi ,melebihi sakitnya orang yang tamak dan kikir saat kehilangan barang kesayangannya.
3. Ia senantiasa rindu untuk dapat mengabdikan diri di jalan Allah, melebihi keinginan orang yang lapar kepada makanan dan minuman. Yahya bin Mu’adz berkata: “Barangsiapa yang merasa berkhidmat kepada Allah, maka segala sesuatupun akan senang berkhidmat kepadanya, dan barang siapa tentram dan puas dengan Allah maka orang lain tentram pula ketika melihat dirinya.
4. Apabila tujuan hidupnya hanya untuk taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
5. Bila sedang melakukan sholat, maka sirnalah semua kegundahannya dan kesusahan kaena urusan dunia. Sebab di dalam sholat telah ia temukan kenikmatan dan kesejukan jiwa yang suci.
6. Sangat menghargai waktu dan tidak menyia-nyiakanya, melebihi rasa kekhawatiran orang bakhil dalam menjaga hartanya.
7. Tidak pernah terputus dan futur (malas) untuk mengingat Allah dan berdzikir kepada-Nya.
8. Lebih mengutamakan pada pencapaian kualitas dari suatu amal perbuatan daripada kuantitas. ia lebih condong pada keikhlasan dalam beramal, mengikuti petunjuk syari’at rasulullah saw di samping ia selalu merenungi segala bentuk karunia yang diberikan Allah kepadanya, dan mengakui tentang kelalaian dan keteledorannya dalam memenuhi hak-hak Allah Subhanahu wa Ta’ala.
> Kedua, Qalbun Mayyit
Qalbun Mayyit (hati yang mati) adalah kebalikan dari hati yang sehat, hati yang mati tidak pernah mengenal Tuhannya, tidak mencintai atau ridha kepada-Nya. dan ia berdiri berdampingan dengan syahwatnya dan memperturutkan keinginan hawa nafsunya, walaupun hal ini menjadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala marah dan murka akan perbuatannya. Ia tidak peduli lagi apakah Allah ridha atau murka terhadap apa yang dikerjakannya, sebab ia memang telah mengabdi kepada selain Allah. Jika mencintai didasarkan atas hawa nafsu, begitu pula dengan membenci, memberi. Hawa nafsu lebih didewa-dewakan daripada rasa cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hati jenis ini adalah hati yang jika diseru kepada jalan Allah, maka seruan itu tidaklah berfaedah sedikitpun, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menutup hati mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
”Dan diantara mereka ada orang yang mendengar (bacaanmu), padahal kami telah meletakkan tutup di atas hati mereka sehingga mereka tidak memahaminya) dan kami letakkan sumbatan di telinganya dan jikalaupun mereka melihat segala tanda kebenaran mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu‘.”[QS. Al-An’am:25].
Ayat ini menunjukkan, bahwa ada manusia yang tidak mempergunakan hatinya untuk memahami ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan tidak mempergunakan telinganya untuk mendengar perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Juga tidak mau melihat kebenaran yang telah disampaikan. Seperti difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“(Mereka berkata:) Hati kami tertutup dari ajakan yang kamu serukan kepada kami, dalam telinga kami ada sumbatan, dan diantara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu, sesungguhnya kami bekerja pula.”[QS. Fushilat:5].
Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membiarkan mereka dalam kegelapan dan mereka sedikitpun tidak akan mendapatkan cahaya iman. “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya. Allah menghilangkan cahaya (yang menyinari) mereka. Dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat, mereka tuli, bisu dan buta, maka mereka tidaklah kembali kepada jalan yang benar.” [Al-Baqarah:17-18].
> Ketiga, Qalbun Maridl
Qalbun Maridl (hati yang sakit) adalah hati yang sebenarnya memiliki kehidupan, namun di dalamnya tersimpan benih-benih penyakit berupa kejahilan. Hati yang sedang di cekam sakit akan mudah menjadi parah apabila tidak diobati dengan hikmah dan maud’izah. Seperti difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan setan, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang keras hatinya.”[QS. Al-Hajj:53].
Karena sesungguhnya apa yang disisipkan oleh setan kedalam hati manusia itu, akan membuat sesuatu menjadi syubhat (sesuatu yang meragukan), seperti penyakit ragu dan sesat. Begitu hati menjadi lemah karena penyakit yang diidap, maka setanpun mudah merasuk kedalam hati lalu menghidupkan fitnah dalam hati tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
"Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafiq, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di madinah (dari menyakitimu) niscaya kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka. Kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar.”[Al-Ahzab:60].
Namun demikian hati orang-orang yang seperti itu belumlah mati sebagaimana hati orang-orang kafir dan orang-orang munafiq, akan tetapi bukan pula hati sehat, seperti sehatnya hati orang-orang yang beriman. Sebab di dalam hati mereka terdapat penyakit syubhat dan syahwat. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Sehingga berkeinginanlah orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya.“[QS. Al-Ahzab:32].
Ciri-ciri Qalbun Maridl
Boleh jadi hati manusia sedang sakit, bahkan tanpa disadari. Lebih tragis bahwa hatinya sebenarnya mati, namun si empunya tidak menyadari. Tanda-tanda spesifik hati yang sedang sakit atau mati adalah jika ia tidak merasa sakit dan pedih oleh goresan-goresan pisau kemaksiatan, Hal itu disebabkan karena hatinya telah rancu dan teracuni, sehingga tidak dapat lagi membedakan antara nilai kebenaran dan aqidahnya yang batil. Hal ini seperti ditafsirkan oleh Mujahid dan Qatadah tentang firman Allah yang berbunyi:
“Fi Qulubihim Maradhun“[QS.Al-Baqarah:10]. artinya: “Dalam hati mereka terdapat penyakit.” “Ayat ini menunjukkan adanya keraguan yang tumbuh dalam hati manusia tentang kebenaran.” Bahkan ia melihat kebenaran bagai sesuatu yang sangat bertentangan dengan kehendaknya. Kebenaran itu dilihat dari sisi lain yang terasa merugikan dirinya. sehingga dalam kondisi seperti ini ia lebih menyukai kebatilan dan kemudharatan.
Faktor-faktor penyebab sakitnya hati
Penyebab timbulnya penyakit di hati adalah dikarenakan banyaknya fitnah yang selalu dibidikkan pada hati. Fitnah-fitnah tersebut dapat berupa: fitnah syahwat, dimana reaksinya amat keras sampai dapat merancukan niat dan iradat (kehendak) seseorang. Dan yang lain adalah fitnah syubhat (keragu-raguan) yang menyebabkan kacaunya persepsi dan i’tiqad (keyakinan).
Racun Hati
Setiap kemaksiatan adalah racun dan yang merupakan penyakit dan perusak kesucian hati. Dan racun-racun hati yang paling banyak ditemukan dan reaksinya cukup keras bagi kelangsungan hidup hati ada empat macam yaitu:
1. Berlebihan dalam berbicara
Banyak berbicara adalah salah satu faktor yang menyebabkan hati menjadi keras, sebagaimana sabda rasulullah saw :
”Janganlah memperbanyak kata (bicara) selain dzikrullah, karena banyak bicara selain dzikrullah menjadikan hati keras. Dan orang yang terjauh dari Allah adalah yang berhati keras.”[HR. Tirmidzi dari Ibnu Umar].
Kemudian juga dengan banyak berbicara terkadang membuat seseorang mengucapkan kata-kata tanpa dipikirkan dan tanpa dipertimbangkan sebelumnya, sehingga melahirkan kerugian dan penyesalan. Umar bin Kahttab ra pernah berkata:
“Barang siapa yang banyak bicaranya, maka banyak kesalahannya, sehingga nerakalah sebaik-baik tempat bagi mereka.” Hal ini ditegas juga dalam sebuah hadits , bahwa rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengucapkan kata-kata tanpa dipikirkan yang menyebabkan ia tergelincir kedalam neraka lebih jauh antara timur dan barat.” [muttafaq ‘alaihi, dari Abu Hurairah]
2. Berlebihan dalam memandang sesuatu
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kepada setiap mukmin dan mukminah untuk menundukkan pandangannya yang demikian itu lebih suci bagi hati-hati mereka. Dan juga mereka akan merasakan manisnya iman, sebagaimana sabda rasulullah saw :
“Barangsiapa yang menahan pandangannya karena Allah, maka dia akan diberikan oleh Allah rasa manisnya iman yang ia rasakan dalam hatinya, sampai dimana ia manghadap kepada-Nya.” [HR. Ahmad].
Sekarang bagaimana jika perintah itu dilanggar, maka jelas akan menyebabkan fitnah bagi hati pelakunya. yaitu, rusaknya kesucian hati itu sendiri oleh angan-angan dan keindahan semu yang dibisikkan setan, lupa terhadap hal yang menjadi kemaslahatan. Lalu ia berbuat melampaui batas sehingga hilanglah akal sehatnya dan menyebabkan ia menjadi pengabdi hawa nafsu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
”Janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingat kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melampaui batas.”[QS. Al-Kahfi:28].
3. Berlebihan dalam makan
Sedikit makan dapat melunakkan hati, menajamkan otak, merendahkan nafsu birahi dan melemahkan nafsu amarah. Sedangkan bila banyak makan, bahkan sampai kekenyangan akan berakibat sebaliknya.
Dari Miqdam bin Ma’di Karib dia berkata, bahwa ia mendengar rasulullah saw bersabda: “Anak adam tidak memenuhi wadah yang lebih buruk, daripada ia memenuhi perutnya. Cukuplah baginya beberapa suap saja untuk menguatkan tulang rusuknya. Jika memang tidak memungkinkan, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga untuk nafasnya.”[HR. Ahmad dan Tirmidzi].
Alangkah banyak kemaksiatan yang tersulut akibat makan yang berlebihan dan menghalangi ketaatan manusia kepada Sang Khalik. Karenanya siapa yang mampu menjaga perutnya dari sifat serakah, maka ia benar-benar membuktikan bahwa dirinya mampu menjaga diri dari keburukan yang lebih fatal lagi.
Ibrahim bin Adham berkata:”Barangsiapa mampu mengendalikan perutnya, maka ia mampu pula mengendalikan agamanya, dan barang siapa yang mampu menguasai rasa lapar (tidak makan berlebihan) maka ia dapat menguasai akhlak-akhlak yang baik, sebab maksiat kepada Allah itu jauh dari orang-orang yang lapar (yang mampu syahwat perutnya).”
4. Berlebihan dalam bergaul
Betapa tragis suatu pergaulan yang dapat merampas kenikmatan yang telah ada, karenanya timbul benih-benih permusuhan dan kebencian yang terpendam sehingga menyesakkan rongga-rongga dada. Namun rasa itu sulit dihindari terutama oleh hati yang sudah terluka. Demikian juga berlebih-lebihan dalam pergaulan dapat mendatangkan kerugian di dunia dan akhirat. Seyogyanya bagi seorang mengambil hikmah dari setiap pergaulan. usahakanlah untuk bersikap bijak dan dapat menempatkan diri dalam menghadapi berbagai karakter teman sepergaulan. Dimana karakter-karakter tersebut ada empat golongan:
- Terhadap orang yang jika kita membutuhkan bergaul dengannya, laksana kebutuhan kita terhadap makanan, kita tidak dapat lepas darinya dalam sehari semalam. Mereka itu adalah Para Ulama yang memiliki cakrawala pengetahuan yang luas tentang ilmu Agama, mengetaui tipu daya setan dan segala macam bentuk penyakit hati.
- Terhadap orang yang jika kita bergaul dengannya seperti kebutuhan kita akan obat, Kita mengharapkannya dikala kita sedang sakit saja, tetapi bila badan kembali sehat maka mereka tidak kita butuhkan lagi. mereka ini adalah dari orang yang kehadirannya kita nantikan berkaitan dengan masalah kemaslahatan hidup dan kehidupan, seperti untuk saling bekerjasama atau sebagai mitra kerja dalam berniaga, bertani, bermusyawarah dan masalah-masalah lain dalam hal muamalah.
- Terhadap orang yang jika kita bergaul dengannya, tidak ubahnya seperti penyakit. Golongan ini terbagi menjadi beberapa jenis dan tingkatan, bergantung pada intesitasnya terhadap jiwa kita. Diantara mereka adalah yang bersifat individualis dan egoistis. Jika bergaul dengannya hendaklah kita waspada dan berlaku bijak dalam menghadapinya. Hal ini bukan berarti kita harus menghindar dan tidak mau bergaul dengannya, tetapi jagalah jangan sampai diri kita terbawa oleh pengaruh kepribadiannya, karena akan merugikan kita dalam hal agama dan dunia. oleh karena itu sebaiknya orang-orang yang masuk dalam tipe ini hendaklah dijauhi jika ingin selamat agama dan dunia kita.
- Terhadap orang yang bila kita bergaul dengannya akan membawa kefatalan, sebab ia laksana ular berbisa. Andaikan kita sampai terkena patuknya, kemudian kita berhasil menemukan penawarnya maka selamatlah kita, tetapi jika tidak, inilah bencana bagi kita. Golongan ini banyak berkeliaran di sekitar kita. Mereka adalah Ahli bid’ah yang sesat dan menyesatkan, menyimpang dari sunnah rasulullah saw. Mereka pandai membolak-balikkan fakta, sunnah mereka jadikan bid’ah dan bid’ah mereka jadikan sunnah. Bagi orang yang berakal tidak layak untuk bergaul ataupun duduk-duduk bersama mereka. Jika itu tetap dilakukan maka akan sakitlah hati bahkan bisa menyebabkan hatinya menjadi mati.
Kiat Menjadikan Hati Tetap Hidup
Ketahuilah, bahwa hati yang hidup (hati yang sehat) hanya akan diperoleh dengan ilmu dan ikhtiar (usaha). Adapun usaha tersebut yang bisa dilakukan untuk menjadikan hati tetap hidup adalah:
1. Dzikrullah dan Tilawatil Qur’an.
Dengan senantiasa dzikrullah (menyebut dan mengingat Allah) bagi seorang hamba manfaatnya sangatlah besar. Sebagaimana Dia berfirman:
“Ingatlah, bahwa hanya dengan selalu mengingat Allah, hati menjadi tentram.”[QS. Ar-Ra’du:28].
Al-Imam Syamsuddin Ibnul Qoyyim berkata: ”Sesungguhnya dzikir adalah makanan pokok bagi hati dan ruh, apabila hamba Allah gersang dari siraman dzikir, maka jadilah ia bagaikan tubuh yang terhalang untuk memperoleh makanan pokoknya.”Dan Imam Hasan Al-Bashri berkata:”Lunakkanlah hatimu itu dengan berdzikir”.
Kendatipun dzikrullah adalah salah satu bentuk ibadah yang termudah dan ringan, akan tetapi pahala dan keutamaan yang didapatkan melebihi amalan-amalan lainnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
”Sesungguhnya mengingat-ingat Allah adalah lebih besar (keutamaannya daripada ibadat yang lain).”[Qs. Al-Ankabut:45].
Sebaik-baik dzikir adalah membaca Al-Qur’an, karena Al-Qur’an mengandung berbagai khasiat penyembuh hati dari semua penyakit kegundahan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”[QS. Yunus:57].
2. Beristighfar
Hakikat istighfar adalah untuk memohon maghfirah (ampunan), dan batasan maghfirah adalah penjagaan dari keburukan yang diakibatkan dari dosa-dosa. Dan barangsiapa yang meminta ampun kepada-Nya selama memenuhi syaratnya pasti Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ampunan. Firman-Nya:
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia meminta ampun kepada Allah niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[QS. An-Nisa’:110].
Hendaklah seseorang itu memperbanyak istighfar kepada-Nya dimanapun berada, sebab seseorang itu tidak tahu dimana tempat maghfirah Tuhannya turun. sebagaimana rasulullah saw bersabda:
“Demi Allah, sesungguhnya aku selalu mohon ampunan kepada Allah sehari semalam lebih dari tujuh puluh kali.” [HR. Bukhari].
‘Aisyah チ berkata: “Beruntunglah orang yang mendapat dalam buku catatan amal perbuatannya memuat istighfar yang banyak.” Qatadah berkata:”Sesunggunhya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepadamu tentang penyakitmu dan obat penangkalnya. Adapun penyakitmu adalah dosa-dosa, sedangkan obatnya adalah istighfar.”
3. Do’a
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku niscaya Aku perkenankan bagimu. “[QS. Al-mukmin:60].
Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada kita agar berdo’a kepada-Nya dan Dia akan memenuhi permohonan hamba-Nya. berkenaan dengan ini rasulullah saw bersabda:
“Tidaklah seorang Muslim pun berdo’a dengan do’a yang di dalamnya tidak berisi dosa dan pemutus tali silaturahmi melainkan Allah memberikan kepadanya salah satu dari tiga perkara: Allah akan menyegerakan permohonannya itu (diperoleh di dunia) atau Allah akan menyimpannya untuknya di akhirat kelak, atau Dia memalingkan darinya keburukan yang setimpal dengan do’anya itu.”[HR. Ahmad, hadits shahih].
Dalam ayat yang sama Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
”Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (tidak mau berdo’a kepada-Ku) akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan terhina.”[QS. Al-mukmin:60].
Orang-orang yang tidak mau berdo’a kepada-Nya maka mereka yang dikatakan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah termasuk orang yang sombong, dan mereka mendapatkan murka dari-Nya. sebagaimana rasulullah saw bersabda:
“Barang siapa yang tidak mau meminta (memohon kepada Allah), maka Allah murka terhadap-Nya.” [HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah].
4. Bershalawat kepada Nabi saw
Allah Subhanahu wa Ta’ala bershalawat (menyebut dan memuji di hadapan para malaikat) sepuluh kali, bagi orang bershalawat kepada rasul-Nya (sekali). Sebagaimana sabda beliau saw :
”Barang siapa yang bershalawat untukku satu kali. Maka Allah akan bershalawat sepuluh kali lipat.”[HR. Muslim].
Karena yang demikian itu, setiap satu kebaikan nilainya akan dilipat gandakan sepuluh kalinya, dan bershalawat untuk Nabi saw termasuk kebaikan yang tinggi.
5. Qiyamullail
Jika seseorang tetap melakukan shalat malam, maka wajahnya akan bercahaya dan dia juga akan merasakan kenikmatan beribadah dalam hatinya, sebagaimana yang dituturkan oleh para Ulama Salaf berikut ini:
Abu Sulaiman berkata: “Malam hari bagi orang yang sering beribadat di dalamnya, itu lebih nikmat daripada permainan bagi mereka yang suka hidup bersantai-santai. Seandainya tanpa malam aku tak suka hidup di dunia ini.”
Ibnul Mukandir: ”Bagiku kelezatan dunia ini hanya ada pada tiga perkara, qiyamullail, bersilaturahmi dengan ikhwan dan shalat berjama’ah.”
Maroji’:
Tazkiyatun Nufus oleh Dr. Ahmad Farid
Amraadlul Qulub wa Sifaauha oleh Ibnu Thaimiyah
Risalah Al-Hujjah No: 55 / Thn IV / Rabiul Akhir
TANYA JAWAB
Pertanyaan M110
1. Kadang rasa sakit fisik bisa bermula dari kondisi hati yang suka memendam masalah apapun, benarkah? Hati tidak dikondisikan untuk lapang dan berserah diri PadaNya
Jawab
khair mbak, kondisi hati akan sangat berpengaruh pada kondisi/sakitnya fisik. Baru tadi siang saya ikut kajian, ustadz menyatakan seorang dokter jiwa mengatakan hampir 90% gejala penyakit fisik bermula dari hati yang tidak tentram. Artinya, hal ini relevansinya kuat sekali. Itu sejalan dengan perintah Allah "wahai jiwa yang tenang..." bukan fisik yang dipanggil. Artinya hati yang ikhlas menerima ujian akan lebih strugle menerima ujian, dan dia gak mudah rapuh. Untuk itu satu-satunya jalan adalah berikan keyakinan pada diri sendiri bahwa setiap ujian pasti sepaket dengan jawabannya. Tinggal mau sabar apa menunggu jawaban dari Allah sembari terus ikhtiar
2. Bunda, mau tanya, apakah keikhlasan itu bagian dari hati yang sakit juga? Jazakillah Bunda
Jawab
Khair mbak, hati yang sakit adalah satu keadaan dimana antara kekhilafan dan ketaatan bisa berjalan bersama. Ini menuntut sensivitas bagi diri sendiri, bahwa ini saatnya untuk terus berlatih bagaimana menjaga ketulusan niat, kemurnian cita-cita yang ingin dicapai mencapai ridho Nya
3. Bunda mau tanya, bagaimana cara kita melunakkan hati yang keras? Syukron..
Jawab
Perbanyak dzikir dan istighfar, baca al quran dan mentadabburinya, sholat malam dilazimkan bermunajat disaat semua orang terlelap, berkumpul dengan orang-orang sholih dan perbanyak doa untuk kelembutan hati mudah menerima kebaikan . Wallahu alam
Pertanyaan M111
1. Bundaa mau tanya soal hadits "Ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka baiklah tubuh manusia itu, akan tetapi bila daging itu rusak maka rusak pula tubuh manusia. Ketahuilah bahwa sesuguhnya segumpal daging itu adalah hati" bisa tolong jelaskan hadits ini? hati disini qalb, berarti jantung spiritual kan bund. Nah apakah berarti orang yang memiliki penyakit ditubuhnya itu tanda hatinya rusak?
Jawab
Jawab
Sayangku bedakan antara hati yang secara harfiah alat pemompa darah dan hati atau qolbun yang dimaksud oleh Rosulullah ia adalah pengendali jiwa kita yang berkaitan dengan amalan-amalan ruhiyah yang harus diberi asupan berupa amalan-amalan yang mendekatkan kita kepada Allah agar kita mudah meredakan penderitaan orang lain, emphati dll
2. Bun, tentang berbicra brlebihan. Ada kata bercanda tapi berbohong maksdnya gimana ya bun?
Jawab
Bercanda boleh saja untuk mencairkan suasana tapi tidak boleh berlebihan dan berbohong misalnya supaya semuany senang dia mengarang cerita tentang seseorang atau untuk menarik dia tambahi dan kurangi yang sebenarnya
3. Bunda mau tanya, diatas dijelaskan terlalu banyak berbicara itu kan kurang bagus. Terus misal seperti ini, kita kan pasti punya teman dekat, yang biasanya diajak sharing masalah apapun. Nah kadang, kita menjadi terlalu banyak bicara dalam menasehati, padahal kita sendiri juga belum tentu bisa menjalani. Apakah yang demikian termasuk golongan penyakit hati?
Jawab
Belajar untuk mendengarkan dengan empaty artinya mendengarkan untuk menjawab karena tidak semua curhatan orang minta jawaban terkadang hanya ingin bercerita dan didengar karena dia tau solusi masalahnya, kalau kita merasa bangga dan sombong karena selalu menjadi problem solver bagi orang lain menurut kita itu sudah termasuk penyakit hati
4. Assalamu'alaikum. Bunda mau tanya, terkadang kesibukan pekerjaan menyebabkan lelah dan ibadah sunnah terkadang tidak istiqomah dilakukan. Bagaimana menanganinya? Saya minta kiat-kiatnya. syukron
Jawab
Allah bersumpah atas nama waktu bahwa sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholih. Bagaimana kiatnya, yakinkan bahwa apa yang kita lakukan adalah untuk kita sendiri buahnya, buat perencanaan dan memulai dari tujuan akhir kita, kita ingin masuk surga dengan sholat kita apa yang harus dilakukan buat rencananya misal tepat waktu sholatnya, meningkatkan kualitas dengan memahaminya dll, setelah itu komitmen dan laksanakan apa yang sudah kita tuliskan tapi tetap perlu dijaga niatnya karna Allah, beramal jamai agar kita punya kekuatan dengan kebersamaan dan berteman dengan orang-orang sholih untuk saling mengingatkan, mempelajari shiroh orang-orang terdahulu bagaimana mereka bisa istiqomah, berdoa kepada Allah agar kita diberi kekuatan untuk bisa istiqomah
Pertanyaan M112
1. Ustadzah, semisal qiyamullailnya rutin tapi masih berzina (ex: pacaran). Itu gimana ustadzah?
Jawab
Sayang, perbuatan baik akan Allah balas demikian juga dengan perbuatan buruk, so ketika kebaikan berjalan dan keburukan pun berjalan tentunya akan ada konsekuensi dari semua perbuatan apalagi kita sudah memahami bahwa itu dilarang oleh Allah..
Pertanyaan M113
1. Assalamu'alaikum. Saya mau tanya: kalau kita merasa marah dan tersinggung saat orang lain merendahkan kepunyaan kita, apa itu termasuk penyakit hati? lalu bagaimana sebaiknya menyikapi orang yang suka merendahkan kita? syukron
Jawab
Sayangku, ketika kita dihinakan berlapang dadalah in syaAllah balasannya syurga. Marah dan menahan amarah atau al hiqd dilarang oleh Allah karena bisa mempengaruhi kualitas ibadah kita, dicontohkan oleh Rosulullah ketika orang merendahkan dirinya beliau tidak marah tetapi kalau ada orang merendahkan islam beliau marah besar. Artinya bagaimana kita menumbuhkan berlapang dada dengan perlakuan saudara terhadap kita anggap itu pembelajaran bagi kita untuk bersabar.
2. Penyakit hati itu kan banyak sekali. Slah satunya lintasan-lintansan hati dan fikiran. Bagaimana cara mengendalikan lintasan tersebut?? Syukron
Jawab
Perbanyak istighfar kepeda Allah jangan putus berdzikir karena lisan yang tidak disibukkan dengan dzikir kepada Allah akan disibukkan dengan hal buruk lainnya
Pertanyaan M114
1. Mau tanya ust. Yang dimaksud dengan fitnah hati itu seperti apa? Perbedaannya dengan racun hati apa?
Jawab
Fitnah hati adalah ujian berupa syahwat kesenangan duniawi yang melalaikan, kecintaan kepada harta tahta dan wanita dan ujian berupa syubhat yaitu keraguan akan kebenaran. Bedanya dengan racun hati, terjadinya racun hati akibat dari fitnah diatas
Pertanyaan M115
1. Assalamu'alaikum,, Ustadh akhir-akhir ini ana biasa sholat tahajud ustad tapi ana merasa ana tidak mendapatkan kenikmtan dalam melaksanakannya, akhirnya sekarang ana jadi jarang sholat tahajud, jangankan lail, sholat wajib pun sperti itu, ana merasa ana tidak bisa mendapatkan kenikmatan dalam beribadah, solusinya gimana ya ustadh? Apa kiat-kiat agar kita tidak mengalami futur?
Jawab
Waalaikumussalam adikku, melakukan kebaikan perlu pemahaman perlu kekuatan perlu keistiqomahan dan bersabar untuk tetap menatapi kebaikan. Jangan pernah meninggalkan sekalipun kita belum bisa merasakan kenikmatannya karena ia tetaplah kewajiban yang wajib dilaksanakan, kenikmatan akan kita peroleh ketika kita memiliki pemahaman yang benar tentang sholat dan terus menerus melakukannya. Bagaimana supaya tidak futur? pahami Islam terus menerus jangan pernah merasa cukup dengan keislaman yang kita punya semakin kita belajar memahami islam semakin banyak yang tidak kita ketahui, niatkan semua amal perbuuatan kita karena Allah dan terus menerus diperbaharui niatnya agar tidak beralih keselainNya, bersabar untuk tetus menerus melakukan kebaikan tetsebut, beramal jamai bersama dengan orang-orang sholih akan membantu kita untuk tidak futur dan yang terakhir adalah banyak berdoa kepada Allah untuk dijaga olehNya
Pertanyaan Extra
1. Bunda mau tanya riya' itu bagian dari penyakit hati kan? Gimana cara mengatasinya? Kadang itu hati bergejolak kalo dilakukan nanti menimbulkan riya' tapi kalo tidak masak tidak beribadah gitu jazakillah bunda
Jawab
Sayangku, setiap perbuatan baik akan ada ujian kesungguhannya, termasuk meninggalkan amal peebuatan baik karena justru disanalah ujiannya, perbaiki niat senantiasa jaga ia hingga akhir perjalanan dengan memuhasabahinya
2. Bunda.. kalo nahan-nahan perasaan itu bagus ga buat hati? kadang lebih baik disimpan dalam hati daripada diomongin malah jadi ga enak hati..
Jawab
Ukhti sayang, perasaan yang justru membuat hiqd (menyimpan kemarahan dan dendam) justru tidak diperbolehkan. Sampaikan kalau itu berkaitan dengan kebenaran islam tapi memang perlu dipilih waktu dan cara yang tepat dalam menyampaikannya
3. Bunda saya mau tanya. Kan misalnya ada seseorang yang sedang proses hijrah kearah ygan lebih baik lagi. Dia sudah rajin sholat yang wajib maupun yang sunah. Sering tilawah alquran dan dzikir.. Tapi pas lagi ada masalah dengan ibunya yang permaslahanya itu tentang perbedaan aqidah. Dia sama ibunya berdebat masalah aqidah tersebut sampai dalam perdebatan itu dia melawan ke ibunya dan ngmongnya keras sampai dia membantingkan barang saking dia marah ke ibunya.. Karenaa ibunya bilang dia ngikutin aliran sesat karenaa apa-apa di bilang gak boleh. Itu bagaimana ya bunda padahal dia uda rajin sholat. Dzkir dan tilwah alqran tapi kenapa gak bisa nahan emosi ya bunda apa itu penyakit hati
Jawab
Sayang, apapun kondisi orangtua kita tetap harus memperlakukannya dengan baik selama ia tidak menyuruh kita berbuat maksiat kepada Allah. Ketika kita terlanjur menyakiti perasaannya minta maaflah dan perlakukan ia dengan sebaik-baik perlakuan. Wallahu alam
Doa Kafaratul Majelis :
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”.
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment