Selasa,
26 Juli 2016
Narasumber
: Ustadzah Endria
Kajian
LINK Bunda Pekan keempat Juli 2016
Tema :
Parenting
Editor
: Rini Ismayanti
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang masih memberikan kita
nikmat iman, islam dan Al Qur'an semoga kita selalu istiqomah sebagai shohibul
qur'an dan ahlul Qur'an dan dikumpulkan sebagai keluarga Al Qur'an di
JannahNya.
Shalawat beriring salam selalu kita hadiahkan kepada uswah
hasanah kita, pejuang peradaban Islam, Al Qur'an berjalan, kekasih Allah SWT
yakaninya nabi besar Muhammad SAW, pada keluarga dan para sahabat nya semoga
kita mendapatkan sayaafaat beliau di hari akhir nananti. InsyaAllah aamiin.
PRIORITAS DALAM MENDIDIK ANAK
Jama'ah rohimakumullah. Kembali mari kita sejenak meluangkan
waktu untuk merenungkan tentang keadaan diri kita, apa yang sudah kita lakukan
serta apa saja yang kiranya perlu kita benahi... Sekedar mengingatkan saja agar
kita semua lebih fokus bahwa tema dialoq kita pada siang ini adalah Prioritas
dalam Pendidikan Anak.
Sebagaimana kita ketahui bahwa anak kita adalah titipan Allah,
artinya mereka adalah amanah untuk kita. Dan kita adalah sebagai pihak yang
paling bertanggung jawab kelak dihadapan Allah atas kepemimpinan, bimbingan dan
arahan atas mereka. Ketika kita fokus pada pertanggung jawaban yang sangat
berat ini. Sudah tentu kita akan memikirkannya dengan sungguh-sungguh. Agar
amanah ini sesuai dengan kehendakNya. Bukan semata-mata agar sesuai dengan
keinginan kita.
Jika kita perhatikan diri kita dan juga mungkin bagaimana arus
orientasi global saat ini, sering membuat pola pikir kita sedikit demi sedikit
mengalami pergerseran. Sayangnya pergerseran ini jika sudah menyentuh pada
area aqidah dan keimanan. Sehingga menjauhkan dari nilai-nilai ajaran Al Qur'an
Sunnah Rasulullah ﷺ.
Sungguh ini adalah suatu permasalahan besar yang harus segera kita sadari dan
lakukan pembenahan sehingga kita segera kembali pada apa yang seharusnya dan
mendapat pijakan jalan menuju keselamatan Akhirat.
Tidak bisa kita pungkiri bahwa atmosfir kehidupan yang kita alami saat ini sangat kental dengan bisikan pada pola pikir kebabasan dan material oriented. Segala ukuran kesuksesan selalu dipijakkan pada hal-hal yang tampak dan bisa dirasakan serta dibanggakan saat ini (di dunia). Sedangkan orientasi akhirat - yang lebih mengedepankan keutamaan kebahagiaan sejati dan abadi menjadi seolah tenggelam dan tak menarik dibicarakan ataupun dipikirkan. Jika kondisi tersebut terjadi diantara kita. Mari kita merenung dan beristighfar kepada Allah agar diberi taufiq dan hidayah untuk bisa lebih jelas dalam menentukan pilihan-pilihan penting dalam hidup ini.
Pergeseran pola pikir sebagaimana yang tergambar diatas tidak
luput mengena dalam urusan orangtua dalam melakukan proses pendidikan terhadap
anak-anaknya. Pada umumnya orangtua era modern ini lebih mengutamakan
pencapaian target kesuksesannya dalam ukuran prestasi akademisnya, baru mereka
mengangkat issue spiritual anak. Banyak orangtua merasa perlu terpacu ketika
harus berlomba-lomba mengejar segala ketrampilan yang bisa menunjang penampilan
anaknya dalam pergaulan modern mereka daripada memperhatikan kebutuhan
spiritualnya. Inilah yang saya tekankan sebagai indikasi pergeseran yang sangat
merugikan dari sisi ukhrowi.
Dalam konteks ini bisa dikatakan ketika titik acuannya orangtua dalam mendidik anaknya adalah didasarkan pada kesuksesan yang sifatnya duniawi - maka jelas menjadi suatu musibah besar dari sisi pandang Akhiratnya. Inilah yang perlu kita mulai luruskan sejak saat ini. Upaya pelurusan ini saya ingin memulainya dari pemikiran dasar sehingga dalam aplikasinya nanti masing-masing orangtua tentu akan dapat membuat suatu penyesuaian yang tepat untuk diterapkan kepada pola didik terhadap anak-anaknya.
Tentu banyak hal yang sebenarnya harus kita angkat untuk menjadi
bahan pemikiran kita semua dalam rangka meluruskan apa yang seharusnya kita
lakukan terutama terkait dengan pola pendidikan yang kita berikan kepada anak
kita.
*Pertama*
Berusahalah untuk berangkat dari apa yang akan kita lakukan
terhadap anak kita adalah *UNTUK ALLAH*.
Singkat jika diungkapkan tetapi sungguh berat dalam aplikasi
atau penerapannya. Jujur saja kita pada diri sendiri... Sudahkan selama
ini kita benar-benar lurus dan terus menerus ketika melangkah dan bertindak
sudah selalu meniatkan untuk kita tujukan kepada Allah subhanahu wata'ala ?
Ini PR besar ya bunda ....
Merenunglah ...
Akui dengan jujur ....
Memang bisa jadi kita merasa telah banyak yang kita lakukan untuk anak-anak kita hingga saat ini kita sudah melihat perkembangannya yang begitu pesat dengan aktivitas mereka yang begitu padat dan berbagai prestasi mereka yang begitu membanggakan..,
Siapa yang bahagia ?
Apa dasar kebahagiaan itu ?
Apakah karena kita bahagia karena kita telah berhasil
mengantarkan anak-anak kita menjadi seorang hamba yang mengenal Robb nya dengan
baik ?
Ataukah kebahagiaan itu hanya sekedar karena pencapaian atas
target-target pribadi yang kita pasang ?
*Kedua*
Berusahalah untuk kembali pada pola pikir yang Robbani, dengan
mengarahkan kembali atas segala yang kita lalukan untuk anak kita ini - semua
hanya kita peruntukan kepada Allah semata.
Bagaimana caranya ?
Tentu dengan kembali pada Agama menjadi sesuatu yang kita angkat
nomor satu diatas segala alasan lain.
Maksudnya adalah ...
(Maaf sebenarnya penjelasannya harusnya cukup panjang, tetapi
karena keterbatasan waktu, saya akan coba jelaskan singkat saja - secara inti
saja, selebihnya insyaAllah bisa kita kupas lebih detail dilain waktu).
Langkah kembali pada Agama ini cukup luas pemahamannya maupun cara penerapannya. Akan tetapi secara mendasar yang dimaksud adalah agar kita sebagai orangtua mulai berfikir untuk buah hati kita tentang APA YANG MEMBAWA KESELAMATAN KEHIDUPAN AKHIRAT mereka ...
Bukan apa yang bisa membuat mereka sukses dan hidup mentereng di
masa depannya ...
Jadi orientasi tentang segala suguhan dunia harus kita letakkan
setelah kita memikirkan apa saja yang perlu kita bekalkan untuk mereka agar
kelak mereka bisa menjadi manusia yang taqwa kepada Allah ...
Karena Allah hanya melihat Kemuliaan manusia itu dari sisi
kekuatan taqwanya. Bukan dari kesuksesannya dalam urusan kekayaan atau jabatan
prestige nya.
Itu manusia yang melihat ... Allah akan melihat dan menilai
serta menerima mereka dari sisi ketaqwaan mereka ...
Naaahh… Kalau seperti itu, kembalilah kita bertanya pada diri kita dan pasangan kita ... Sudahkah kita maksimal membekali mereka untuk urusan itu ? Ataukah selama ini kita hanya menjadikannya sebagai pelajaran dan pendidikan tambahan saja ??
*Ketiga*
Kenalilah anak kita, siapa mereka.
Mereka tentu adalah manusia salah satu hamba Allah yang nantinya
juga akan mengalami sama dewasa dan menjadi manusia seutuhnya dengan beban dan
tanggung jawab Agama seperti kita juga...
Dan ketika di yaumil akhir - hari akhirat, mereka akan mengalami
proses hisab - mereka ditanya secara detail bagaimana mereka menjalankan
kwajiban yang Allah telah perintahkan kepadanya.
*Keempat*
Untuk menjawab point ketiga diatas tentu hanya dengan membekali
mereka dengan Al Qur'an dan Sunnah saja kita akan dapat sukses.
Mengapa ?
Karena urusan akhirat hanya dapat dijawab dengan Al Qur'an dan
as Sunnah. Bahkan ilmu dunia ini tidak ada yang luput dari Al
Qur'an. Karena al Qur'an adalah sumber dari segala ilmu yang ada dimuka
bumi ini. Al Qur'an adalah mannual atau petunjuk bagi manusia yang mutlak
kebenarannya dan yang menjajikan manusia selamat di akhirat dan juga sejahtera
di dunia.
Jadi ketika selama ini kita meletakkan Al Qur'an setelah kita mati-matian menyiapkan anak kita dari sisi pendidikan akademisnya - ini yang perlu dikoreksi. Dalam Al Qur'an ada sebutan manusia dewasa sebagai Rusdan.
Jadi ketika selama ini kita meletakkan Al Qur'an setelah kita mati-matian menyiapkan anak kita dari sisi pendidikan akademisnya - ini yang perlu dikoreksi. Dalam Al Qur'an ada sebutan manusia dewasa sebagai Rusdan.
Makna rusdan disini adalah manusia dewasa yang telah memenuhi
dua kwalifikasi, yakni :
- ia telah dewasa dan matang dalam memahami dan menjalankan Agamanya.
- ia telah dewasa dari sisi intelektualnya.
- ia telah dewasa dan matang dalam memahami dan menjalankan Agamanya.
- ia telah dewasa dari sisi intelektualnya.
Dari konsep mendasar diatas, saya kira para jama'ah sudah bisa menangkap inti sari dan pesan yang ingin saya sampaikan. Lakukan introspeksi secara serius !!! Jangan memikirkan tentang hal ini secara sambil lalu ... Karena ini urusan akhirat. Urusan kehidupan yang kekal ... Kalau untuk urusan dunia saja kita bersungguh-sungguh dalam mengarahkan mereka.
Mengapa untuk urusan akhirat justru kita belakangkan ?
Inilah kadang letak kelalaian kita selaku orangtua. Karena
terdesak oleh arus dan atmosfir kehidupan yang semakin menjauhkan kita dari
Agama kita. Dari cara kita berfikir tentang kehidupan dunia yang dibuat seolah
kita ini akan hidup selamanya, padahal kematian selalu mengintai kita setiap
saat. Dari cara makan kita dan apa yang kita makan juga yang dimakan anak-anak
kita... Semua sudah bnyak terpengaruh oleh gaya hidup modern.
Kemudian cara fashion kita, cara berbusana kita dan juga anak-anak kita. Tidak jarang diantara kita yang lebih suka mengikuti trend fashion daripada patuh pada Syariat Agama dalam berbusana. Dan kita tidak juga mengajak anak-anak kita untuk taat kepada syariat tersebut. Juga dari cara kita mencari nafkah. Apakah kita sudah berhati-hati agar tidak terlibat pada hal yang diharamkan Islam? Dan seterusnya dan seterusnya ...
Semua itu sangat berpengaruh baik pada diri kita dalam membangun
pola didik kita terhadap anak kita. Dan juga mudah atau sulitnya anak kita kita
didik dan arahkan pada jalan Allah, jalan Syariat Islam yang lurus yang membawa
keselamatan dan ke muliaan mereka baik di Akhirat maupun ketik masih di dunia.
Demikian kiranya bahan diskusi yang bisa saya sampaikan pada siang
hari ini. Semoga ada yang bisa diambil manfaatnya.
TANYA JAWAB
M4
Q : 1. Untuk anak kita apakah sebaiknya ikut dipendidikan
madrasah/pondok ya ustadzah, mengingat sekarang pengaruh luar itu sangat
memprihatinkan.
2. Kalo anak-anak sudah besar trus ilmu mendidik anak-anak baru
kita ngeh sekarang gimana cara merobah sikap mereka yang kadang ogah-ogahan
disuruh sholat.
A : 1. Tentang urgensi memasukkan anak pada sekolah boarding
school adalah salah satu solusi yang baik. Akan tetapi tepat atau tidaknya
banyak faktor yang juga harus menjadi pertimbangan orangtua. Diantaranya adalah
:
a. Perlu seleksi ketat bagaimana fikroh atau arah pikir lembaga
pesantren yang akan kita titipkan anak kita itu.
b. Pilih dari pesantren yang menjadi tujuan, mana yang memberi
porsi pembelajaran Qur'an yang paling banyak.
c. Selain pengajaran Qur'an nya. Kita orangtua juga perlu jeli
dengan kultur atau budaya pesantren tersebut, bagaimana penerapkan ahlaqnya.
Lihat keadaan anak-anak yang sudah ada disana, apakah mencerminkan sikap santun
atau tampak liar dlsb. Ini sangat penting. Krn baik tidaknya pesantren itu
sangat tergantung pada sistem pengawasan yang diterapkan dan bagaimana kwalitas
SDM (pengelola) pesantren tersebut dalam melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap para santrinya.
d. Orangtua juga harus siap melakukan pengawasan yang ketat dari
rumah. Jangan menyerahkan sepenuhnya pada pesantren tersebut. Pantau dan amati
perubahan2 yang terjadi pada diri anak. Jika positif maka beri pujian dan
penghargaan, jika begatif segera lakukan tindakan pencegahan dan konsultasi
intensif dengan pihak pesantren serta awasi tingkah pergaulannya. Pengawasan
orangtua tidak boleh lepas begitu saja. Tetap harus terlibat baik secara
langsung maupun tidak langsung.
e. Jangan lupa libatkan Allah dalam proses pemilihan pesantren
yang akan dituju. Lakukan sholat istiqoroh berkali-kali untuk minta petunjuk
pesantren mana yang terbaik yang akan dipilih, yang mendatangkan kebaikan dunia
akhirat bagi anak kita, diri kita, agama dan masyarakat.
2. Tidak ada kata terlambat untuk menuju kebaikan. Lakukan
segala upaya untuk memperbaiki keadaan tersebut. Dengan berapa langkah yang
harus dilakukan secara serius dan konsisten, diantaranya :
a. Perbanyak istighfar. Akui dihadapan Allah bahwa selama ini
telah lalai dalam menjalankan amanah khusunya dalam membimbing anaknya menjadi
hamba yang sholih.
b. Memohon pertolonganNya untuk langkah-langkah perbaikannya.
c. Tingkatkan kesholihan diri (baik ibu maupun ayah - harus
kompak). Terutama sholat 5 waktu, jalankan tepat waktu dan jaga kekhusyukannya.
d. Jauhkan anak-anak dari TV dan batasi interaksi mereka dengan
gadgets. Alihkan perhatian mereka pada buku atau aktivitas yang lebih positif.
e. Beri nasihat tentang Agama dalam setiap kesempatan baik dan
doakam mereka agar Allah diberi hidayahNya.
f. Buat suasana rumah agar sering terlihat anggota keluarga
mulai akrab dengan Al Qur'an.
Q : Uthi kan dah lewat klo untuk periode anak..sekarang cucu dan
buyut... Nah kadang suka merasa risih klo mo ikut menerapkan pola kita.. Karena
kadang juga agak berbeda terutama dengan pendatang baru (mantu). Bagaimana
upaya kita untuk bisa ada titik temu dengan perbedaan cara mendidik ini...
Misalnya cara memilih sekolah...atau jadwal kegiatan cucu.... Apa uthi terlalu
ikut ngatur..(maklum uthi)
A : Dalam urusan mendakwahkan Agama Allah itu tidak ada kata
terlambat untuk mengambil peran dimanapun itu. Terutama ketika kita harus
menyampaikan kepada keluarga itu adalah hal dan kwajiban yang sangat utama.
Tugas orangtua adalah mendidik dan mengajari anak dengan baik. Amalan ini yang
akan membawa kaki menuju surga. Tapi, sebaliknya jika kita tidak mendidik
dengan baik, maka justru menyeret kita ke neraka dengan kelalaian yang kita
lakukan sendiri sebagai orangtua. Tugas ini tentu akan melekat sepanjang
kita menjadi orangtua. Artinya tidak terputus ketika anak sudah berkeluarga.
Terus sampaikan kebenaran Agama kepada anak-anak yang sudah berkeluarga dan
juga cucu-cucu kita nanti.
Ajak anak dan menantu untuk kembali pada dekat dengan Agama dan
menerapkan nilai-nilainya termasuk pada bagaimana sebaiknya memilih prioritas
dalam mendidik anak. Allah telah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang
tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (Qs. At-Tahriim : 6).
M5
Q : Saya merasa anak saya yang kedua, super aktif dan super
nakal, mau ganti baju sesuka hatinya, jika pagi maunya pakai panjang jika sore
malah minta pendek, belum lagi minta mainan yang harus segera dipenuhi... dan
jika ada yang punya mainan baru milik tetangga pasti minta dibelikan, walupun
sudah punya sendiri. Bagaimana cara menasehatinya, agar mau mematuhi nasehat
ortu. Membuatnya paham untuk slalu mensyukuri apa yang dimiliki. Beda
sekali dengan anak saya yang pertama, yang penurut.
A : MasyaAllah ...Memang butuh kesabaran ekstra ya bunda ... InsyaAllah
kesabaran itu pasti dibalas oleh Allah jika kesabaran itu diniatkan karena
Allah..
Keadaan anak yang diluar kelaziman bisa banyak faktor
penyebabnya. Dan sebaiknya kita tidak berangkat dari menyalahkan sang anak.
Tetapi balik pada introspeksi diri kita sendiri sebagai orangtuanya. Baik
ayah ataupun ibu harus melakukan introspeksi. Jangan enggan karena bisa jadi
prilaku anak ini adalah efek dari suatu prilaku orangtua yang perlu dikoreksi.
Karena kerusakan anak adalah berasal dari faktor prilaku orangtua. Jika
orangtua sudah baik dan tidak menyalahi hukum Allah berarti hal itu adalah
murni ujian bagi orangtua. Kedua kondisi ini tetap harus dijalani dengan sabar
dan tawakal mohon terus pertolongan Allah.
Untuk langkah koreksi ini banyak yang bisa dilakukan. Diantara
yang terpenting adalah :
1. Cobalah untuk mengembalikan keluarga pada suasana yang penuh dengan lantunan ayat-ayat suci Al Qur'an dan ahlaq sunnah yang berusaha diterapkan. Hal ini adalah langkah yang insyaAllah sangat efektif dalam memperbaiki situasi kekacauan apapun yang terjadi didalam sebuah keluarga. Apakah termait perbaikan satu pribadi saja maupun keseluruhan anggota keluarga.
1. Cobalah untuk mengembalikan keluarga pada suasana yang penuh dengan lantunan ayat-ayat suci Al Qur'an dan ahlaq sunnah yang berusaha diterapkan. Hal ini adalah langkah yang insyaAllah sangat efektif dalam memperbaiki situasi kekacauan apapun yang terjadi didalam sebuah keluarga. Apakah termait perbaikan satu pribadi saja maupun keseluruhan anggota keluarga.
2. Orangtua harus rajin menuntut ilmu agama agar bisa memperkuat
imannya dan juga kesholihannya menjadi suatu jalan tersendiri untuk memperbaiki
keadaan anaknya.
Demikian bunda saran saya. Semoga bisa diterapkan dan membawa
perbaikan pada kondisi anak yang dimaksud, juga untuk seluruh anggota keluarga.
Sehingga tercipta keluarga yang Qur'ani. Aamiiin ...
M15
Q : Bagaimana mendidik anak yang notabenenya lingkungan kurang
mendukung. Dari omongan pergaulan dan pola hidup..
A : Lingkungan diluar rumah memang akan sangat berpengaruh pada
perkembangan ahlaq dan kepribadian anak-anak kita. Jika anak-anak kita
intensive bergaul dengan mereka. Hal ini sulit untuk dihindarI. Oleh karena itu
orangtua sebaiknya punya cara yang tepat untuk memberi pembekalan terhadap
anaknya dari dalam rumahnya. Ketika pembekalan iman , ibadah dan ahlaq
dari dalam rumahnya diberikan dengan baik. InsyaAllah anak akan imun terhadap
berbagai kerusakan yang ada diluar rumahnya.
Oleh karena itu, pendidikan akademis memang perlu kita
perhatikan, akan tetapi pendidikan iman dan penjagaan ahlaq anak adalah lebih
penting. Beri rangsangan anak dengan membaca buku2 agama yang ringan yang
menggerakkan hatinya, seperti kisah-kisah atau shiroh para Sahabat Nabi.
Sibukkan anak dengan apa yang menarik tetapi juga mendidik. Jangan bosan untuk
menciptakan suasana keluarga yang rukun dan harmonis yang bisa membuat anak
merasa tentram. Serta sampaikan nasihat-nasihat dengan lembut, ketuk hati
mereka untuk menyadarkan bahwa apa yang terjadi diluar yang tidak baik, tidak
untuk ditiru. Ajak mereka membandingkan bagaimana ahlaq Rasulullah ﷺ . Agar mereka mulai
berfikir dan punya wacana kebaikan yang bisa dicontoh.
Mungkin saja selama ini anak minim wacana kebaikan dari teladan
Agama yang disampaiman oleh orangtuanya sehingga apa yang mereka lihat diluar,
ya itulah yang mereka tiru, hal ini harus segera disadari oleh orangtua. Dan
segera melakukan pembenahan. Jangan lupa juga untuk teris berdoa kepada Allah
minta perlindunganNya agar anak-anak kita dijaga dari hal-hal yang buruk dari
kehidupan ini.
Ingat. Kesholihan orangtua akan sangat mempengaruhi baik
tidaknya anak-anaknya nanti.
Q : Tanya Bun, bagaimana cara supaya anak dekat dan cinta
dg Al Quran? Mohon pencerahannya, Bun..
A : Mempunyai visi pendidikan dengan menanamkan anak cinta
terhadap Al Qur'an adalah suatu niat yang sangat baik dan tepat. Karena
bagaimana kita bisa harapkan anak kita kelak menjadi manusia mulia jika
petunjuk hidupnya saja tidak ia kenali dan fahami.
Perkembangan anak bergantung kepada orangtua dalam mengembangkan
fitrah itu sendiri sesuai dengan usia anak dalam pertumbuhannya. Kita bisa
melihat kembali sejarah, bagaimana Nabi dan para sahabatnya dalam mendidik anak
mereka, sehingga mereka menjadi pribadi-pribadi yang tangguh. Manusia teladan
yang patut kita jadikan sumber utama dalam memberikan pendidikan adalah
Rasulullah saw, baik kepada anak maupun cucu. Semua harus dimulai dari memberi
pendidikan kepada anak tentang Al Qur'an. Bagaimana caranya menanamkan
kecintaan kepada Al Qur'an ? Tentu harus dimulai dari orangtuanya sendiri yang
menunjukkan penghargaan dan kecintaannya terhadap al Qur'an.
Ketika anak melihat interkasi orangtuanya yang intensif dengan
Al Qur'an pasti akan menular pada anaknya. Hal ini sangat mungkin terjadi
ketika anak masih kecil - pra sekolah. Jika anak sudah mulai tumbuh dewasa
bukan tidak bisa tetapi lebih sulit dilakukan, karena otaknya sudah terlalu
banyak menerima doktrin2 pergaulan modern yang jauh dari nilai Qur'an. Belum
ditambah apa yang mereka lihat dari TV dan internet. Hampir semua informasi
darinya membuat anak semakin luntur aqidahnya dan buruk ahlaq prilakunya.
Setelah kita sebagai orangtua berusaha kembali kepada Al Qur'an, ajak anak juga
untuk mempelajari Al Qur'an ; tentu berangkat dari memperbaiki bacaannya,
kemudian ajak mereka menghafalkannya. Dan mempelajari maknanya sambil berusaha
menerapkan ajarannya.
Bisa juga didukung dengan banyak mengajak mereka membaca shiroh
nabi dan para sahabatnya. Crita para ulama bagaimana mereka bersungguh-sungguh
dalam mempelajari Al Qur'an. Beri pengertian kepada mereka bahwa Al Qur'an
adalan ucapan Allah ; yang diturunkan kepada Nabi Muhamad shalallahu 'alaihi wassalam
dan harus dijadikan kitab yang kita yakini kebenarannya serta kita jadikan
pedoman dan petunjuk hidup kita.
M 20
Q : Assalamuallaikum ustadzah, mau tanya bagaimana cara terbaik
mendidik 3 anak laki-laki, secara kita harus berperan ganda sebagai ayah dan
ibu? Kadang peran ayah susah untuk dilaksanakan karena faktor perasaan sering
lebih dominan, mengawasi 3 abg bukan hal yang mudah, mohon pencerahannya
ustadzah, syukron.
A : Masya Allah bunda… Begitu besar kepercayaan yang telah Allah
berikan kepada bunda. Semoga Dia selalu menolong urusan bunda... Aamiiin..
Bunda penanya yang semoga selalu dirahmati Allah .... Dalam
menghadapi segala situasi yang menurut kita berat, sebagaimana yang bunda alami
ini maka perlu adanya suatu penjagaan ruhiyah diri yang ekstra
kuat. Penjagaan ini melalui 3 pintu utama , yakni :
1. Pintu Iman ;
Pasang keyakinan yang kuat bahwa Allah adalah Robb yang telah memberi amanah ini kepada kita. Dia selalu mengawasi kita dalam setiap gerak langkah maupun pikir. Karena itu selalu libatkan Dia dihati kita dalam segala urusan. Jadikan Dia sebagai Sesembahan kita, yang hanya kepadaNya kita menyembah dan meniatkan semua amal ibadah dan segala prilaku kebajikan. Ketika hati sudah tertaut kuat seperti ini. InsyaAllah seberat apapun situasi yang dihadapi akan ringan dan powerfull. Hati penuh spirit dan terarah pada satu tujuan yang jelas yakni menggapai ridho Allah subhanahu wata'ala. Ini yang paling pokok sebagai kekuatan kita.
Pasang keyakinan yang kuat bahwa Allah adalah Robb yang telah memberi amanah ini kepada kita. Dia selalu mengawasi kita dalam setiap gerak langkah maupun pikir. Karena itu selalu libatkan Dia dihati kita dalam segala urusan. Jadikan Dia sebagai Sesembahan kita, yang hanya kepadaNya kita menyembah dan meniatkan semua amal ibadah dan segala prilaku kebajikan. Ketika hati sudah tertaut kuat seperti ini. InsyaAllah seberat apapun situasi yang dihadapi akan ringan dan powerfull. Hati penuh spirit dan terarah pada satu tujuan yang jelas yakni menggapai ridho Allah subhanahu wata'ala. Ini yang paling pokok sebagai kekuatan kita.
2. Pintu Amal Sholih.
Setelah memiliki keyakinan yang kuat selanjutnya prilaku keseharian kita harus kita penuhi dengan perbuatan-perbuatan yang bermakna ibadah. Lakukan ibadah2 dengan sungguh-sungguh dan penuh kekhusyukan serta ihlas hanya untuk Allah. Hal ini akan menciptakan hubungan kedekatan dengan Allah sehingga Dia akan selalu bersama kita dan menolong segala keadaan kita.
Setelah memiliki keyakinan yang kuat selanjutnya prilaku keseharian kita harus kita penuhi dengan perbuatan-perbuatan yang bermakna ibadah. Lakukan ibadah2 dengan sungguh-sungguh dan penuh kekhusyukan serta ihlas hanya untuk Allah. Hal ini akan menciptakan hubungan kedekatan dengan Allah sehingga Dia akan selalu bersama kita dan menolong segala keadaan kita.
3. Lakukan Ihtiar yang tepat.
Ihtiar ini bentuk penerapnya sangat luas. Intinya adalah :
a. Berusahalah untuk memberi pendidikan anak dengan cara
mendekatkan mereka dengan Qur'an.
b. Awasi pergaulannya. Terlibatlah secara detail dengan siapa
saja mereka berteman dan apa saja bentuk aktivitas yang mereka lakukan.
c. Kuatkan mereka dengan ilmu agama. Karena dengan ilmu Agama
yang kita titipkan di dada mereka insyaAllah cukup menjadi filter mereka ketika
berada diluar rumahnya.
d. Tunjukkan ahlaq yang baik dari diri kita dan ajak mereka juga
menerapkan ahlaq yang baik yang dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ - tumbuhkan rasa
cinta kepada rasul shalallahu 'alaihi wassalam.
e. Siapkan kurikulum yang harus kita terapkan kepada anak,
apakah kita perlu panggilkan ustadz ataupun bunda sendiri sebagai penyampainya.
Tentang materi Aqidah Islam yang lurus, apa saja tanggung jawab seorang Muslim,
apa saja yang bisa membatalkan keislamannya. Apa saja yang halal dan yang
haram. Ajarkan pula tanggung jawab sebagai laki-laki yang kelak akan menjadi
pemimpin kaum wanita. Karena itu sadarkan mereka agar belajar Al Qur'an dan
ilmu Syariat Islam dengan sungguh-sungguh.
InsyaAllah doa ibu yang terus menerus dan juga usaha yang tak
pernah lelah pasti akan membuahkan hasil yang baik.
M3
Q : Ustadzah mau Tanya.. Bagaimana cara memberikan pengertian
ke anak usia 7 thn, bahwa ulang tahun itu tidak ada contohnya dari nabi.
Tradisi lingkungan di rumah bikin galau saya jd ortu. Sering ada undangan ultah
dari anak-anak lain.. saya tolak secara halus, saya ajak anak saya jalan ke
luar, yang paling sering acaranya waktu ashar.
A : Kalau umur masih 7 tahun memang akalnya belum sempurna. Akan
tetapi jika ibundanya tidak tegas dalam menanamkan aqidahnya maka ia akan mudah
terbawa lingkungannya daripada mendengar ibundanya. Jadi dalam hal ini orangtua
perlu bersikap tegas kepada anak dalam penerapan Aqidah dan Syariat Islam. Betapa
banyak anak yang usia remaja sulit untuk diajak kembali ke agama karena sejak
dari kecilnya orangtua terlalu fleksibel tidak tegas dalam penekanan
nilai-nilai Agama dari dalam rumahnya. Sehingga ketika tanpa orangtua sadari
anak tumbuh dengan cepat dan merayap kepada pergaulan yang dialami kemudian
menyerap dengan cepat apa yang mereka lihat dari pergaulan tersebut. Dalam
kondisi seperti ini bisa dikatakan orangtua sudah kehilangan moment emas dalam
mendidik anaknya.
Oleh karena itu ketegasan orangtua dalam pendidikan Agama harus
dimulai dari mereka usia dini. Mungkin dari usia 4 tahun (pra sekolah) sudah
bisa mulai diterapkan. InsyaAllah dengan penerapan dini orangtua akan lebih
mudah mengendalikan ahlaq anak ketika mereka sudah mulai kenal dengan sistem
sosialisasi bermasyarakat dengan teman sekolah ataupun lingkungan pergaulan di
sekitar rumahnya.
Singkat kata pendidikan Agama harus dimulai daitanam dari rumah
baik berupa memahamkan makna-makna nilai Islam maupun penerapan ibadahnya serta
ahlaq yang baik sesuai tuntunan nabi shalallahu 'alaihi wassalam.
M3 dan M6
Q : Mau Tanya.. Saya sedang hamil.. Saya punya rencana
agar anak saya diajarkan agama sedari kecil. Pengen banget nanti anaknya
jadi anak yang soleh/solehah. Bagaimana caranya mendidik anak kita dari sejak
dalam kandungan ibu nya? Dan gimana caranya agar kita sebagai ibu itu istiqamah
sama tujuan kita? Ga terpengaruh sama lingkungan , sama keluarga besar juga.
A : Ketika sejak dalam kandungan anak sudah bisa dikenalkan
dengan Al Qur'an yakni dengan ibundanya rajin membaca Qur'an minimal membacanya
1 juz perhari, jika lebih dari itu maka lebih baik. Selain membaca Qur'an
biasakan untuk berdzikir dan membaca buku Agama apa saja yang bisa menguatkan
keimanan kita - bacalah dengan suara agak keras agar kandungan kita bisa
mendengarnya.
Lakukan sholat malam dan banyak berdoa kepada Allah agar anak
yang akan dilahirkan sehat sempurna jasmani dan ruhani serta mendapat jaminan
hidayah Allah dari sejak kecilnya. Ketika anak sudah terlahir jangan sibuk
selalu hingga lupakan diri dari menuntut ilmu dan terus menjaga dzikir kepada
Allah. Karena ini yang insyaAllah akan menjaga kita dari pengaruh buruk dari
luar (pergaulan). Karena dengan dzikir kita yang kita lazimkan terus akan
mendatangkan turunnya penjagaan Allah subhanahu wata'ala. Jika anak sudah
tumbuh dan mulai menginjak usia balita dan batita ... Kenalkan Al Qur'an dan
juga ajarkan sholat serta bina terus ahlaqnya.
Al Qurthubi mengingatkan lagi : “Hak anak terhadap orang tua,
hendaklah orang tua memberikan nama yang baik, mengajarkannya tulis menulis dan
menikahkan bila telah baligh. Tidak ada pemberian orang tua terhadap anak yang
lebih baik daripada mendidiknya dengan didikan yang baik. Perintahlah anak-anakmu
sholat jika sudah berumur 7 tahun, dan pukullah jika umur 10 th, jika
meninggalkan sholatnya, pisahkan tempat tidur mereka.” Demikian bunda semoga
menjadi tambahan bekal ilmu yang bermanfaat. Aamiin
M17
Q : Kalo mengutamakan perkembangan moral dan behaviour itu
termasuk sudah tepat kah?
A : Hal yang harus diutamakan dari pendidikan anak adalah
*AQIDAH* dan *AHLAQ* serta Syariat (tata cara ibadah). Jadi aqidah harus
menjadi dasar utama dan pertama, sedangkan bersamaan dengan pembinaan aqidah
orangtua harus mulai menuntut ahlaqnya.
Jika kita hanya memperhatikan ahlaq anak (mungkin dari sikap
santunnya, taatnya kepada orangtua dll) tanpa membekali aqidah kepada mereka
maka akan sulit kita harapkan anak akan muncul rasa taqwanya kepada Allah.
Mereka akan asing dengan syariat Islam , bahkan akan lebih cenderung memuji
bagaimana orang barat berattitude.
Ketika ahlaq - behavior baik teyapi tidak dilandasi atas dasar
aqidah iman kepada Allah dan ketaatannya kepada Rasulullah ﷺ - anak akan
cenderung humanis tetapi tidak religius. Dan inilah bagaimana kita lihat cara
hidup orang barat. Attitude mereka menawan tetapi tidak ada nilainya disisi
Allah ta'ala karena segala kebaikkan mereka bukan atas dasar iman kepadaNya. Amal
yang seperti ini tidak diterima oleh Allah.
Karena keIslaman seseorang itu akan diterima oleh Allah
subhanahu wata'ala ketika didasari oleh IMAN & AMAL SHOLIH , amal sholih
inipun harus sesuai dengan Al Qur'an dan Hadist. Jadi terikat. Islam itu mengikat
penganutnya pada syariat (aturan) Allah. Tidak lepas bebad dan hanya asal baik
prilakunya saja.
Q : Bagaimana memberikan pemahaman yang benar kepada anak bahwa
menuntut ilmu akhirat itu pnting, tapi ilmu dunia juga tak kalah
pnting...soalnya ketika kami menyampaikan materi matematika misalnya, si anak
cnderung cuek karena katanya nanti diakhirat gak bakalan ditanya matematika.
Ini pengalaman saya dilapangan ustadz..saya mengajar diponpes yang ada
sekolahnya..
A : Anak yang menjawab seperti itu berarti pikirannya dangkal
dan sebelumnya kering dari doa dan kesholihan orangtuanya. Karena ada bibit
penentangan dan penolakan sebelum ia mencerna dengan dalam tentang apa yang ia
ucapkan. Hal ini bisa dilakukan pendekatan secara intensif baik dari cara memberi
pemahaman yang logis dan tepat juga dari sisi usaha orangtuanya dalam
memperbaiki kesholihannya. Sehingga anaknya diberi kelembutan hati dan mudah
dalam menerima nasihat-nasihat agama yang diberikan kepadanya.
M10
Q : Karena kami merasa ilmu kami sedikit dalam penddikan secara
Islam, kami mempercayakan pendidikan anak kami ke sekolah Islam terpadu
ketika TK dan SD dan pesantren ketika SMP dan SMA, tetapi kesadaran untuk
beribadah atas kemauan sendiri belum terlihat, shalat, tilawah al
quran atau ke masjid juga masih harus sering diingatkan. Dimanakah
kesalahan kami? Mohon bantuannya ustadzah.
A : Menyekolahkan anak disekolah Islam sudah bagus. Akan tetapi
sebaiknya orangtua tidak menyerahkan pendidikan Agama dan ahlaq kepada sekolah.
Di rumah harus terus disemarakkan suasana islami yang dimulai dari orangtua. Qur'an
dan belajar Qur'an serta mempelajari Hadist secara bersama-sama dari seluruh
anggota keluarga sebaiknya dijadikan tradisi. Sehingga ada kesan kebersamaan
menuju kepada Allah.
Perhatikan juga bagaimana pergaulan anak yang sudah kita
sekolahkan di sekolah Islam. Karena disana mereka bergaul dengan berbagai macam
bentuk karakter dan juga jenis pendidikan dari rumahnya. Pastikan anak memiliki
teman dekat yang baik yang bisa mempengaruhinya dalam kebaikan. Periksa juga
hasil nafkah orangtua. Apakah sudah bida kita pastikan kehalalanya. Perhatikan
makanan apa yang sudah biasa kita berikan, apakah kita sudah memastikan semua
bahan halal walapun sekedar camilan mereka pastikan ada sertifikasi halal dari
POM MUI. Dan juga terkait doa. Sudahkah kita maksimal dalam mendoakan mereka ?
Semua bisa menjadi bahan introspeksi orangtua. InsyaAllah akan menjadi kel yang
islami dan mulia dunia akhirat. Aamiin
Q : Soal nafkah yang didapatkan. Misalnya "uang tidak
jelas" dibagi ke karyawan dan uang itu dibelanjakan untuk baju atau barang
elektronik untuk keluarga. Apa tidak apa? Karena takut jika belanjakan
makanan.. Jazakillah ustdzah.
A : Allah hanya akan menerima yang baik. Jika kita tahu suatu
itu dari asal yang tidak baik atau tidak halal sebaiknya tidak mengambil
darinya untuk keperluan apapun. Karena pasti akan mempengaruhi keberkahan
keluarga. Jagalah Allah niscaya Allah akan menjaga kita. Menolong kita dan
menuntun kita ke jalan yang benar dan diridhoiNya. Hal ini harus dijaga dalam
hal ini adalah menjauhi yang diharamkanNya. Dan melaksanakan apa yang
diperintahkanNya. Hasil yang haram atau kita ragukan kehalalannya smapai
kapanpun tidak akan berubah menjadi suatu yang baik hasilnya. Pasti kekacauan
yang akan kita dapatkan dikemudian hari. Karena itu menjaga kehalalan
penghasilan adalah mutlak harus diperjuangkan jika kita ingin anak kita mudah
diatur dan kehidupan keluarga kita jauh dari prahara.
M9
Q : Mulai usia berapakah seorang anak itu dmasukkan ke Pondok..?
Apakah ada beda usia antara laki-laki dan perempuan.?
A : Tergantung bagaimana pembekalan dari rumahnya. Jika dirumah
orangtua powerfull dan berkarisma tinggi sehingga anak bisa kita pegang
sendiri, termasuk orangtua bisa ketat dalam menjaga pergaulannya maka ini lebih
ideal. Tetapi jika hal ini tidak bisa bersikap tegas maka SMP bisa sudah bisa
masuk ke Pesantren asal kondisi pesantrennya juga juga melalui seleksi yang
ketat. Dan sejak masuk pesantren orangtua harus tetap memantau perkembangan
anak setiap saat. Karena kita tidak bisa mengandalkan pesantren. Doa orangtua
juga tidak boleh lepas untuk penjagaan mereka. Pantau juga bagaimana
perkembangan ahlaq dan urusan ibadahnya. Kedekatan emosional juga harus terus
dirajut agar anak tidak menjadi jauh dengan orangtuanya.
Q : Dalam berbusana..bagaimana dengan pakaian yang bermotif
hewan..? Bagaimana Islam memandang hal tsb Syukron wa jazakillahu atas jwbnya.
A : Sebaiknya segala bentuk gambar mahluk bernyawa tidak dipakai
untuk hiasan rumah (lukisan) ataupun motif baju dll. Karena banyak pendapat
ulama berdasarkan hadist yang mengharamkannya.
M19
Q : Ihsan adalah salah satu kunci agar kita selalu
berhati-hati dalam bersikap dan bertindak. Bagaimana caranya mentransfer hal
tersebut kepada anak balita agar mudah dipahami olehnya?
A : Ketika orangtua sholih dan sholihah sebaiknya kesholihannya
dan semua ilmunya berusaha disyiarkan kepada anak-anaknya. Ini dalam rangka
memberi pembinaan kepada mereka dan cara yang efektif adalah memberi
keteladanan terus menerus. Melakukan hubungan yang dekat secara intensif dan
menjalin komunikasi dalam segala peristiwa menjadi topik bahasan yang diangkat
dalam forum diskusi keluarga. Ajak mereka selalu berdiskusi dalam berbagai
peristiwa yang dialami keluarga atau yang menimpa orang lain (sebagai contoh
dan pelajaran). Sisipkan nilai2 ajaran al Qur'an dan Hadist Rasulullah ﷺ sehingga anak
terbiasa menganalisa suatu masalah dan menjadikan Qur'an dan Hadist sebagai
rujukan kebenarannya.
InsyaAllah dengan ini karakter anak akan kuat dan keimanannya
kokoh terbangun. Ahlaqnya juga bisa diharapkan lebih baik karena sudah banyak
wacana yang bisa mereka teladani.
Alhamdulillah, kajian kita hari ini berjalan dengan lancar.
Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala
kekurangan. Baikloah langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing
sebanyak-banyakanya dan do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asayahadu allaailaaha illa anta
astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa
tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon
pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment