Kajian Online WA Hamba الله SWT
Senin, 2 Oktober 2017
Rekapan
Grup Bunda G5
Narasumber : Ustadz Robin
Tema : Kajian Umum
Editor : Rini Ismayanti
Dzat
yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungkan-Nya...
Dzat
yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat
yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan
indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya,
yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untukuk
mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah...
tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat
dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah
kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangkitkan ummat
yang telah mati, memepersauntukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing
manusia yang tenggelam dalam lautan sayaahwat, membangun generasi yang tertidur
lelap dan menuntukun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan,
kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma
ba'd...
Ukhti
fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya kita awali dengan
lafadz Basamallah
Bismillahirrahmanirrahim...
3 HAL YANG
DI LAKUKAN NABI KETIKA DI MADINAH
Materi
kali ini saya ambilkan dari transkrip dakwah Tuan Guru Bajang, semoga dapat diambil
hikmahnya
Ketika
dulu nabi besar Muhammad saw berhijrah dari mekkah menuju madinah, ada tiga hal
yang pertama kali dilakukan oleh nabi Muhammad saw. Pertama, Ia membangun
Masjid. Kenapa nabi membangun masjid? Kenapa nabi tidak pertama kali membangun
rumah? Kenapa nabi pertama kali tidak membangun gedung? Membangun istana?
Membangun kantor? Sebagai lambang bahwa umat islam adalah umat yang selalu
menyandarkan diri pada nilai-nilai keilahian.
Dalam
kaitannya dengan ini, saya berharap sebagaimana dahulu masjid difungsikan oleh
nabi Muhammad saw bukan hanya tempat shalat, bukan hanya tempat berdzikir,
tetapi juga markas untuk membangun islam. Tetapi juga tempat untuk
memusyawarahkan segala perrmasalahan umat. Itulah sebabnya seluruh perkara-perkara
yang timbul di tengah-tengah masyarakat islam di Madinah, dapat diselesaikan
dengan baik karena berdasarkan musyawarah yang dibangun atas dasar ketakwaan
kepada Allah swt.
Kedua,
yang dibangun oleh nabi Muhammad saw ketika beliau berhijrah dari mekkah ke
madinah adalah pasar. Kenapa nabi membangun pasar? Untuk menunjukkan kepada
umat islam bahwa di dalam islam itu tidak ada pemisahan antara dunia dan
akhirat. Islam tidak hanya mengajarkan kita untuk selamat nanti di surga,
tetapi islam juga mengajarkan kita bagaimana selamat dzhohir dan bathin.
Itu
sebabnya, di antara doa-doa yang ada di dalam al-Qur’an , ada satu doa yang
disebut dengan doa sapu jagat, doa sapu jagat itu adalah doa yang berada pada
ayat 201 dari surah al-Baqarah, apa bunyi doa sapu jagat?
“dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah
Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa
neraka"
Makna
dari ayat ini adalah permohonan kepada Allah, ya Allah berikanlah kami kebaikan
di dunia dan kebaikan di akhirat. Maknanya, selain nanti di akhirat memperoleh
surga, memperoleh kebaikan, memperoleh keselamatan, memperoleh kesukesan, maka
mudah-mudahan begitu pula di dunia kita dapat hidup dengan sukses, dapat hidup
dengan selamat, dapat membangun bumi Allah ini dengan sebaik-baiknya.
Ketiga,
yang dilakukan oleh nabi ketika berhijrah ke madinah adalah mempersaudarakan
antara orang Muhajirin dan orang Anshar. Orang Muhajirin datang dari Mekkah,
termasuk masyarakat yang ahli di dalam perdagangan. Sementara Masyarakat Anshar
adalah masyarakat yang tinggal di Madinah, ahli di dalam masalah pertanian.
dipersaudarakan oleh nabi dari latarbelakang yang berbeda, suku yang berbeda,
warna kulit yang berbeda, asal-usul yang berbeda, dan bukan menjadi sebab
saling menjauhi. Bukan sebab saling terpecah belah.
Di
dalam al-Qur’an surah al-Hujurat Allah berfirman;
“Hai
manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Beda
asal-usul kita, beda suku kita, beda warna kulit kita, beda kampung kita, beda
pulau kita, beda Negara kita, semua perbedaan itu bukan menjadi sebab kita
saling memusuhi. Tetapi menjadi sebab untuk kita saling mengisi, saling
membantu, saling ajak nasihat-menasihati, di dalam kebaikan, saling
tolong-menolong, dan saling membantu di dalam amal shaleh. Itulah yang
diajarkan oleh nabi kita Muhammad saw.
Suatu
peradaban atau masyarakat akan mampu menjadi masyarakat yang maju kalau
orang-orang yang tinggal di tempat itu terikat dengan mahabbah, mahabbah
artinya rasa cinta-mencintai, saling sayang bukan saling benci, saling
menasehati bukan saling mengumpat, kalau kita saling cinta, saling nasehat dan
menasehati, maka akan tercipta peradaban yang maju. Itulah peradaban masyarakat
yang diridhoi oleh Allah swt.
Tiga
hal yang dilakukan oleh nabi besar Muhammad saw ini merupakan pelajaran bagi
kita. Pertama nabi membangun masjid, maknanya kemuliaan umat islam bukan karena
rumahnya yang besar, pangkatnya tinggi, bukan ukurannya kegagahan parasnya, dia
gagah, dia cantik bukan itu ukurannya. Tetapi kemajuan umat islam tergantung
sejauh mana umat islam dapat menghidupkan agama di dalam masyarakatnya, maka
mari kita hidupkan tuntunan-tuntunan agama. Jangan kita hanya berislam di
masjid saja. Kalau sudah keluar dari masjid lupa diri kita, kalau sudah di masjid
sangat saleh, dzikir, shalat, menundukkan kepala, keluar dari masjid, pergi ke
pasar, lupa tuntunan agama.
Ingat!
Kita berislam tidak hanya di masjid, karena Allah selalu melihat kita, bukan
hanya di masjid; dimana pun kita berada. Disebutkan hatta bersembunyi di bagian
lapisan bumi yang paling dalam, semua berada dalam pengawasan Allah swt. kalau
mau berislam, berislamlah di masjid, di rumah.
Berislam
di rumah maksudnnya apa? Kita hidupkan rumah kita menjadi rumah yang diridhoi
oleh Allah swt. Artinya apa? Nasihat- menasihati antar istri. Kalau kita cinta
dengan istri kita, bukan membiarkannya berbuat maksiat, tapi kita cintai dengan
memberikan nasihat.
Demikian
pula sebagai istri, kita cinta kepada suami, bukan dengan mengiyakan apa yang
diminta suami sekalipun berbuat maksiat. Kalau kita cinta kepada suami, maka
ingatkan apabila suami khilaf dan keliru. Jadi, kita berislam dimanapun karena
Allah selalu bersama kita dimanapun kita berada.
Kedua,
nabi mendirikan pasar sebagai isyarat bahwa mulianya seorang hamba bukan
tergantung karena rajinnya shalat atau puasa; tetapi tergantung juga bagaimana
berusaha dan berikhtiar di atas dunia. Kalau ada orang yang sehat tetapi
kerjaannya berdiri di perempatan minta uang itu adalah manusia yang hina di
hadapan Allah. Walaupun shalatnya lima waktu, walaupun puasa Ramadhannya
sempurna, tetapi dia tidak mau kerja, dia senang meminta-minta. Nabi Muhammad
saw menyebutkan kalau ada orang yang suka meminta-minta di dunia, nanti dia
akan menghadap Allah di hari kiamat, tidak ada kulit di mukanya, habis kulit
mukanya, yang tersisa hanyalah tulang-belulang. Itulah orang yang hina karena
di dunia tidak mau bekerja dan berikhtiar, hanya menggantungkan diri kepada
orang lain.
Ketiga,
nabi mempersaudarkan muhajirin dan anshar, bahwa masyarakat yang maju adalah
masing-masing anggota masyarakat yang hidup di tempat itu saling
cinta-mencintai di dalam kebaikan.
Selain
hal2 tersebut di atas, ada bbrp hal yang dilakukan Nabi saw sbg pondasi
peradaban Islam.
Namun
kali ini kita fokus pada urgensi 3 pondasi peradaban yang disebut di atas;
1.
Kekuatan Ruhiyah
2.
Persatuan
3.
Kekuatan Ekonomi.
Selanjutnya
kita eksplor di tanya jawab ya.. tafadhdholuu disambi aktivitas pagi
TANYA JAWAB
Q :
Semua kegiatan yang dilakukan nabi kita Muhammad saw...luar biasaa...dan kita
sebagai umatnya ingin seperti itu....namun dengan adanya keterbatasan sebagai
manusia biasa...apakah berkurang pahala kita jika tidak melakukan nya seperti
yang dilakukan Beliau....
A :
Pahala dihitung berdasarkan amal sholih, smakin banyak amal sholih kita, smakin
besar pahala di sisi Allah, jika kita ikhlas. Yang banyak meniru Rasulullah, akan besar tabungan
pahalanya, yang sdikit meniru Rasulullah akan sesuai dengan amal-amalnya. Semua dengan catatan; harus ikhlas.
Q :
Ustdz...ummat Islam makin berlomba membangun mesjid yang besar dan megah,, miris sekali sama jamaahnya yang bisa dihitung
jari,,, bahkan saya pernah mampir mesjid besar, mau sholat gak Bisa , karena
mesjid itu dalam keadaan terkunci.. Miriss sedih.. Bagaimana menurut Pendapat
Ustdz..?
A :
Masjid yang penting bukan megahnya, tapi kemakmurannya.
Terkadang
memang ada masjid yang dikunci, di satu sisi sulit disalahkan pengurusnya lgsg karena
memang sbagian masyarakat juga ga peduli mencuri di masjid. tapi di sisi lain,
masjid yang banyak dikunci menunjukkan kekurang makmurannya. klo makmur, maka
masjid sering ramai, dan klo sering ramai maka tidak perlu dikunci.
Q : Bagaimana dengan baca yasin pas ada yang
meninggal? Setau saya bid'ah. Afwan klu mlnceng dari materi, karena teman-teman masih banyak yang berdebat masalah ini.
A :
Membaca Al-Quran untuk Orang Meninggal
Adapun
membaca Al-Quran dengan niat agar pahalanya disampaikan kepada orang yang sudah
wafat, memang menjadi perbedaan di kalangan para ulama. Bukan karena tidak ada
dalilnya, namun karena dalil itu multi tafsir, bisa ditafsirkan dengan beragam
versi. Di antaranya:
Dari
Ma’qil bin Yasar ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Bacakanlah surat
Yaasiin atas orang yang meninggal di antara kalian.” (HR Abu Daud, An-Nasaa’i
dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban)
Jantungnya
Al-Quran adalah surat Yaasiin. Tidak seorang yang mencintai Allah dan negeri
akhirat membacanya kecuali dosa-dosanya diampuni. Bacakanlah (Yaasiin) atas
orang-orang mati di antara kalian.” (ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Al-Hakim)
Hadits
ini dicacat oleh Ad-Daruquthuny dan Ibnul Qathan, namun Ibnu Hibban dan
Al-Hakim menshahihkannya.
Dari
Abi Ad-Darda’ dan Abi Dzar ra. berkata, “Tidaklah seseorang mati lalu dibacakan
atasnya surat Yaasiin, kecuali Allah ringankan siksa untuknya.” (HR Ad-Dailami dengan
sanad yang dhaif sekali)
Adalah
Ibnu Umar ra. gemar membacakan bagian awal dan akhir surat Al-Baqarah di atas
kubur sesudah mayat dikuburkan. (HR. Al-Baihaqi dengan sanad yang hasan).
Masjid
Agung Jawa Tengah (MAJT) di Jln. Gajah Semarang
Mereka
yang menolak terkirimnya pahala bacaan untuk orang meninggal berargumen bahwa
semua hadits tentang perintah Rasulullah SAW untuk membacakan Al-Quran atas
orang meninggal itu harus dipahami bukan kepada orang meninggal, melainkan
kepada orang yang hampir meninggal. Jadi menjelang kematiannya, bukan pasca
kematiannya atau setelah dikuburkannya.
Namun
argumentasi mereka dibantah oleh As-Syaukani, penyusun kitab Nailul Authar.
Beliau mengatakan bahwa lafadz yang ada di dalam hadits itu jelas-jelas
menyebutkan kepada orang yang meninggal. Kalau ditafsirkan kepada orang yang
belum mati, mereka harus datang dengan qarinah. (Lihat Nailur Authar jilid 4
halaman 52)
Sedangkan
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah menuliskan dalam kitab Riyadhush-Shalihin dalam
judul: Doa untuk mayyit setelah dikuburkan dan berdiri di kuburnya sesaat untuk
mendoakannya dan memintakan ampunan untuknya serta membacakan Al-Quran,
menyebutkan bahwa Al-Imam As-syafi’i rahimahullah berkata, “Sangat disukai
untuk dibacakan atasnya Al-Quran. Kalau sampai bisa khatam, tentu sangat baik.”
Ibnu
Qudamah dalam Al-Mughny halaman 758 menuliskan bahwa disunnahkan untuk membaca
Al-Quran di kubur dan dihibahkan pahalanya.
Diriwayatkan
bahwa Imam Ahmad pernah mengatakan bahwa hal itu bid’ah, namun kemudian beliau
mengoreksi kembali pernyataannya.
Imam
Abu Hanifah dan Imam Malik rahimahumallah berpendapat bahwa membacakan Al-Quran
buat orang yang sudah wafat itu tidak ada dalam sunnah. Namun Al-Qarafi dari
ulama kalangan mazhab Al-Malikiyah mengatakan yang berbeda dengan imam
mazhabnya.
Jadi
intinya, masalah ini memang khilaf di kalangan ulama. Sebagian mengakui
sampainya pahala bacaan Al-Quran untuk orang yang telah meninggal, sedangkan
sebagian lainnya tidak menerima hal itu. Dan perbedaan pendapat ini adalah hal
yang amat wajar. Tidak perlu dijadikan bahan permusuhan, apalagi untuk saling
menjelekkan satu dengan lainnya.
Wallahu
a’lam bishshawab,
saya
kutipkan dr Ustadz Ahmad Sarwat
Q : Ustadz mau tanya biar perasaan plong ,
saat para sahabat hijrah kmd dipersaudarakan dengann kaum anshar ada 1
peristiwa yang saya masih ngeganjel mohon dijelaskan karena ilmu saya masih cetek, saat itu abdurahman bin auf
dipersaudarakan (saya lupa namanya) dari kaum anshar kemudian beliau ditawari harta termasuk memilih salah satu
istrinya tapi abdurahman bin auf ra menolak dn meminta ditunjukkan pasar. di
point nawarin istri kok saya jadi nyesek ya ust kalo jadi istrinya, mhn penjelasannya ust,
jazakallah
A : Tidak perlu nyesek karena bunda
bukan istri sahabat tersebut. Saya sndiri juga mungkin klo jadi suami seperti itu, ya ga mungkinlah nawarin istri sendiri.
Tapi
itu kan saya, bukan sahabat tersebut. dan istri saya, bukan istri sahabat
tersebut. dan saya hidup di zaman yang berbeda dengan zaman sahabat tersebut.
Dengan kondisi masyarakat islam, yang berbeda dengan sahabat tersebut.
Sama
seperti poligami. Bunda ga mau dipoligami, silahkan saja. Tapi misalnya istri
Umar bin Khattab ridho dengan poligami mereka, ya kita tidak perlu komentari yang
buruk-buruk. Intinya, banyak perbedaan dari segi personal, zaman, lingkungan,
dst. Jangan mudah memposisikan diri kita
pada kondisi orang lain, karena seringnya tidak pas. Kita berhusnuzhon kepada para sahabat, bahwa apa yang mereka lakukan adalah
sesuai syariah, di zaman, kondisi, dan lingkungan saat itu.
Q : Bisa minta tolong , di jelaskan
bagaimanakah kita bisa memilih seorang guru yang benar ? Maaf saya ko bingung dengan
kondisi sekarang ini ya ustadz.
A : Klo tidak punya bekal sama sekali akan sulit memilih guru. Seperti anak SD, apa yang disodorkan gurunya itulah
kebenaran menurut dia. Tapi bisa jadi gurunya salah. Nah, kita yang sudah dewasa harus punya bekal juga. Guru yang mana saja insya Allah baik,
klo kita melihatnya sebagai orang yang terbuka ajarannya (ga sembunyi2),
apalagi klo dia berafiliasi dengan organisasi yang sudah dikenal, atau masyarakat umum
menerima dia, dan kita melihat penjelasannya logis, dalil2nya selalu disebutkan
dst. Maka insya Allah dia guru yang baik. Dan sebaiknya kita tidak memilih satu dua
guru, tapi banyak guru, sehingga kita bisa memperluas wawasan dan klo ada satu
guru yang tidak baik, dapat terkoreksi karena kita juga punya referensi lain.
Saran saya tuk belajar dr situs
seperti dakwatuna.com, atau rumahfiqih.com, dst. dan ikuti channel ustadz yang sudah diketahui kebaikannya, seperti ust
Abdullah Haidir, ust Oni Sahroni, ust Hepi Andi Bastoni (ada youtubenya juga)
Alhamdulillah,
kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan
berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala
yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah
langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan
do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment