Kajian Online WA Hamba الله SWT
Rabu, 17
Januari 2018
Narasumber
: Ustadz Trisatya
Tema
: Kajian SI
Editor
: Rini Ismayanti
Dzat yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan
mengagungakan-Nya...
Dzat yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi
diadzab-Nya...
Dzat yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap
manisnya Islam dan indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam
kecintaan kepadaNya, yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan
menghimpunkan kita untukuk mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah... tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad
SAW. Yang memberi arah kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana
membangakitkan ummat yang telah mati, memepersauntukan bangsa-bangsa yang
tercerai berai, membimbing manusia yang tenggelam dalam lautan sayaahwat,
membangun generasi yang tertidur lelap dan menuntukun manusia yang berada dalam
kegelapan menuju kejayaan, kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma ba'd...
Ukhti fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangakah
indahnya kita awali dengan lafadz Basamallah
Bismillahirrahmanirrahim...
ADAB SEORANG MUSLIM
Materi diambil dari https://ukhuwahislamiah.com/adab-seorang-muslim/
Akhlaq (budi pekerti) dan adab
(tatakrama) adalah dua hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Oleh
karena itu Islam menaruh perhatian yang sangat tinggi akan dua hal ini. Tidak
mengherankan jika para ulama dahulu menasehati para penuntut ilmu untuk belajar
adab sebelum belajar yang lainnya. Seorang muslim hendaknya selalu menjaga adab
dan menghiasi dirinya dengan akhlaq yang mulia dalam berinteraksi dengan siapapun.
Akhlaq yang mulia menjadi tolok ukur kebaikan seseorang. Rasulullah bersabda
“Sesungguhnya diantara yang terbaik dari
kalian adalah yang paling mulia akhlaknya.” (HR Bukhari no. 3559 dan Muslim no.
2321).
Secara umum kalau dilihat dari objeknya
maka adab seorang muslim dapat dibagi menjadi:
– adab terhadap sang Khaliq,
– adab terhadap RasulNya,
– adab terhadap diri sendiri,
– adab terhadap makhluq yang lain (orang
tua, anak, kerabat, tetangga, sesama muslim, non-muslim dan adab terhadap
makhluq lainnya).
1.
Adab kepada Al Khaliq
Adab yang paling utama untuk kita jaga
adalah adab kepada Al Khaliq, yaitu Allah yang telah menciptakan dan mengatur
alam semesta. Sungguh aneh jika seseorang menjaga adab dengan sesama makhluq
tetapi dia tidak peduli dengan adabnya terhadap Dzat yang telah menciptakan
dirinya. Berikut ini diantara adab kepada Allah:
a) Mensyukuri nikmatNya.
Allah telah memberi kita berbagai
kenikmatan maka sudah selayaknya kita mensyukurinya, ini adalah bagian dari
adab. Allah berfirman,
“Dan apa saja ni’mat yang ada pada kamu, maka
dari Allah-lah (datangnya)” (QS. An Nahl: 53)
b) Menjalankan syariatNya
Allah yang telah menciptakan kita dan
Dia yang Maha Mengetahui akan kebaikan bagi kita maka sudah semestinya kita
mengikuti aturan atau syariatNya. Tidak boleh menolak sedikitpun syariat yang
telah diturunkanNya karena itu termasuk su’ul adab (adab yang jelek) pada Allah
ta’ala. Sama saja menolak karena ingkar, sombong, ataupun karena menyepelekan.
c) Malu berbuat maksiat
Allah Maha Mengetahui dan selalu
mengawasi apa yang kita lakukan maka sudah selayaknya kita malu berbuat maksiat
kepadaNya. Malu untuk melalaikan ketaatan kepadaNya. Allah berfirman,
“Dan Allah mengetahui apa yang kamu rahasiakan
dan apa yang kamu lahirkan.” (QS. An Nahl: 19)
d) Bersandar pada Allah dan mengharap
rahmatNya
Allah Maha Mampu atas segala sesuatu dan
Dia Maha Penyayang atas seluruh makhluqNya. Sudah semestinya kita bersandar
kepadaNya dan mengharap rahmatNya. Allah berfirman,
“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.” (QS.
Al A’raf: 156)
e) Takut kepada adzabNya
Allah adalah Dzat yang Maha Perkasa dan
berat siksaNya, sedang manusia adalah makhluq yang lemah. Maka sudah
sepantasnya kita takut akan adzabNya dengan berusaha semaksimal mungkin
menjalankan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap
ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat. dan Allah Maha Perkasa lagi
mempunyai balasan (siksa).” (QS. Ali Imran: 4)
f) Berhusnudzan pada Allah dan sabar
terhadap takdirNya
Allah mentakdirkan segala sesuatu sesuai
dengan kehendak dan hikmahNya. Allah menjadikan kehidupan dunia ini sebagai
ujian bagi manusia. Hendaknya kita bersabar atas apa yang Allah takdirkan dan
selalu husnudzan padaNya. Barangsiapa beriman dan beramal shaleh Allah pasti
akan memberi balasan terbaik baik di dunia maupun di akhirat, dan kita harus
yakin akan janji Allah tersebut.
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.” (QS. An Nahl: 97)
g) Beradab terhadap Al Qur’an
Termasuk bagian dari adab terhadap Allah
adalah beradab terhadap firmanNya, yaitu Al Qur’an. Kita baca, tadaburi dan
amalkan apa yang ada dalam Al Qur’an. Kita benarkan berita yang terkandung di
dalamnya. Allah ta’ala adalah Dzat yang paling benar perkataanNya maka wajib
bagi setiap muslim membenarkan dan yakin dengan segala yang diberitakan Allah
baik dalam al Qur’an ataupun lewat rasulNya. Termasuk su’ul adab (adab yang
jelek) jika mendustakan atau ragu dengan apa yang Allah kabarkan.
“Dan siapakah orang yang lebih benar
perkataan(nya) dari pada Allah?” (QS. an Nisa: 87)
2.
Adab terhadap RasulNya
Nabi Muhammad diutus sebagai rasul yang
terakhir dan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Allah mengutus beliau untuk
mengajarkan petunjuk bagi manusia agar bahagia dunia akhirat. Allah juga
mewajibkan manusia untuk mencintai dan mentaati beliau. Maka sudah selayaknya
kita beradab pada beliau shallallahu alaihi wasallam. Allah juga mengajarkan
beberapa adab terhadap beliau sebagaimana dalam surat Al Hujurat ayat 1-4.
Diantara bentuk adab terhadap beliau:
a) Mentaati perintahnya.
Allah berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah
dan taatilah Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu.” (QS.
Muhammad: 33)
b) Mencintainya
Rasulullah bersabda,
“Tidak beriman salah seorang diantara kalian
sampai aku lebih dicintainya dari anaknya, orang tuanya dan manusia
seluruhnya.” (HR. Bukhari no. 15)
c) Loyal terhadapnya dan terhadap orang
yang mengikuti ajarannya serta berlepas diri dari orang-orang yang memusuhinya
atau memusuhi ajarannya.
d) Mengagungkan beliau sesuai
pengangungan yang semestinya dan bersalawat saat namanya disebut.
e) Membenarkan berita yang beliau
sampaikan.
f) Menghidupkan sunnahnya dalam seluruh
sendi kehidupan.
3.
Adab terhadap diri sendiri
Salah satu kunci utama mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat adalah dengan beradab terhadap diri sendiri,
mensucikan jiwa (tazkiyatun nafs) dan memperbaiki kekurangan yang ada. Allah
berfirman yang artinya,
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS.
Asy Syams: 9-10).
Setiap muslim hendaknya selalu berusaha
menjaga ketaqwaan dirinya dan melakukan yang terbaik baik untuk dirinya sendiri
maupun orang lain. Rasulullah bersabda,
“Bertaqwalah kepada Allah dimana pun kamu
berada, ikutilah setiap perbuatan jelek dengan kebaikan (pasti akan)
menghapusnya dan bergaulah dengan manusia dengan akhlaq yang baik.” (HR.
Tirmidzi no. 1987)
Berikut ini diantara tahapan memperbaiki
diri dan meningkatkan kualitas kehidupan kita:
a) Taubat
Yaitu dengan menyesali dan meninggalkan
seluruh dosa dan kesalahan yang telah lalu. Taubat adalah sebab keberuntungan
yang paling utama karena dengannya seseorang menyadari kesalahan dan kekurangan
dirinya dan kemudian melakukan perbaikan. Allah berfirman,
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah,
hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An Nuur: 31)
b) Muraqabah
Merasa selalu merasa diawasi oleh Allah
sehingga berhati-hati dalam berbuat dan beramal. Orang yang menghadirkan pada
dirinya muraqabatullah (adanya pengawasan dari Allah) akan menjadi orang yang
muhsin (yang selalu berusaha melakukan kebaikan) dan ini adalah derajat agama
atau keislaman yang paling tinggi. Allah berfirman,
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari
pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun muhsin
(mengerjakan kebaikan), dan mengikuti ajaran Nabi Ibrahim yang lurus.” (QS. An
Nisa’: 125)
c) Muhasabah
Selalu mengevaluasi dengan apa yang
telah dilakukan karena yang namanya manusia tidak luput dari kekurangan dan
kesalahan. Apakah kita telah melakukan segala sesuatu dengan semestinya? Baik
itu dalam urusan dunia terlebih lagi dalam urusan akhirat. Allah berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (QS. AL Hasyr: 18)
d) Mujahadah
Selalu bersungguh-sungguh dan
mengupayakan yang terbaik dalam segala hal. Termasuk bermujahadah dalam
mengalahkan nafsu diri kita sendiri karena itu adalah musuh yang paling
berbahaya. Orang yang selalu bersungguh-sungguh maka Allah akan bukakan
jalan-jalan kebaikan baginya. Allah berfirman,
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari
keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
Kami.” (QS. Al Ankabut: 69)
4.
Adab sesama makhluq
Adab sesama makhluq meliputi adab
terhadap orang tua, anak, pasangan suami/istri, saudara, kerabat, tetangga,
sesama muslim dan juga adab terhadap non-muslim. Bahkan juga ada terhadap
mahluq Allah yang lainnya seperti hewan-hewan.
– Adab kepada orang tua
Hak kedua orang tua atas diri kita
sangat besar karena lewat mereka kita ada di dunia ini. Mereka yang merawat
kita dengan penuh kepayahan sampai bisa mandiri. Allah pun mewajibkan setiap
muslim untuk berbakti kepada kedua orang tua. Allah berfirman,
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al Isra’: 23)
Maka sudah selayaknya beradab dengan
sebaik-baiknya kepada kedua orang tua kita, diantaranya dengan hal-hal berikut:
a) Mentaati mereka selama bukan dalam
hal maksiat.
b) Menghormati dan memuliakan mereka
baik dengan perbuatan maupun perkataan. Jangan pernah berbuat atau berkata
kasar kepada keduanya karena itu dosa besar.
c) Berbakti kepada keduanya dengan
semaksimal mungkin seperti dengan melayani dan mencukupi kebutuhan mereka.
d) Mendoakan mereka, menjaga kerhormatan
keduanya, serta menyambung silaturahmi dengan kerabat dan orang-orang terdekat
mereka.
– Adab kepada anak
Anak juga memiliki hak dari orang tuanya
seperti nafkah, kasih sayang dan pendidikan yang layak. Orang tua harus beradab
yang baik kepada anak-anak mereka karena itu bagian dari kasih sayang dan
keteladanan. Mulai sejak lahir dipilihkan nama yang terbaik, diaqiqahi kemudian
dididik sampai dewasa dan bisa mandiri. Bahkan jauh sebelum, hendaknya memilih
pasangan hidup (calon suami/istri) yang baik agar kelak bisa maksimal dalam
mendidik anak. Orang tua harus mengarahkan anak-anak mereka untuk menjalankan
syariat Allah terutama sholat dan menegur jika lalai. sabda Rasulullah,
“Perintahkan anak-anak kalian untuk shalat
saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah (jika melalaikannya) dalam usia
sepuluh tahun, dan pisahkan diantara mereka dalam tempat tidur” (HR. Ahmad no.
6753, Abu Dawud no. 495, Hakim no. 951, Tirmidzi no. 407 dan Ibnu Khuzaimah no.
1002)
– Adab suami-istri
Untuk menjaga keharmonisan rumah tangga
maka suami-istri harus menjaga adab dan menunaikan kewajiban masing-masing.
Diantara adab yang harus diperhatikan:
a) Amanah satu dengan yang lainnya,
jangan berkhianat baik urusan besar maupun kecil.
b) Menjaga mawaddah wa rahmat (sikap
lembut dan kasih sayang) diantara keduanya. Allah berfirman, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa
kasih dan sayang.” (QS. Ar Ruum: 21)
c) Memberikan yang terbaik. Rasulullah
bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang
paling baik terhadap keluarganya” (HR. Tirmidzi 3904).
d) Menjaga adab-adab yang umum seperti
saling menghormati dan menghargai, bersikap dan bertutur kata yang baik. Allah
befirman yang artinya, “Dan pergauli
mereka secara ma’ruf” (QS. An Nisa: 19)
e) Bagi seorang suami wajib memberikan
nafkah baik lahir maupun batin, membimbing untuk menjalankan syariat Allah dan
jika memiliki istri lebih dari satu wajib bersikap adil diantara mereka.
f) Wajib bagi seorang istri untuk taat
kepada suaminya selama bukan dalam kemaksiatan. Tidak keluar rumah atau safar
kecuali atas seizin suami. Mejaga harta dan kehormatan dirinya dan keluarga
dengan sebaik-baiknya.
– Adab kepada saudara dan kerabat
Saudara dan kerabat adalah orang yang
paling dekat kepada kita secara nasab maka sudah semestinya kita menjaga adab
dan memperlakukan mereka dengan baik. Yang muda menghormati yang tua, yang tua
menyayangi yang muda dan saling membantu. Allah dalam ayatnya memerintahkan
kita untuk silaturahmi dan membantu kaum kerabat. Diantaranya Allah berfirman,
“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
(QS. An Nisa’: 1)
Allah juga berfirman,
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku
adil dan berbuat kebajikan, dan memberi kepada kaum kerabat.” (QS. An Nahl: 90)
– Adab terhadap tetangga
Tetangga memiliki hak yang istimewa
karena mereka adalah orang yang terdekat secara tempat tinggal. Islam
mengarahkan setiap muslim untuk berbuat baik dan menjaga adab terhadap
tetangga. Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia memuliakan tetangganya”
(HR. Muslim no. 74).
Diantara adab terhadap tentangga:
a) Tidak mengganggu atau menyakiti. Jika
kita diganggu atau disakiti hendaknya bersabar. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari
akhir maka jangan menyakiti tetangganya” (HR. Bukhari no 6018 dan Muslim).
b) Berbuat baik terhadap mereka seperti
membantu yang membutuhkan, memulai salam, dan menjaga komunikasi. Secara umum
orang yang berbuat baik terhadap tentangga akan diperlakukan baik juga oleh
tetangganya. Sehingga pada hakikatnya kebaikan akan kembali pada diri kita
sendiri.
c) Memuliakan mereka. Jika memungkinkan
sesekali memberi hadiah atau minimal memberikan makanan yang kita miliki atau
kita masak. Seorang muslim harus peka terhadap tentanggannya. Jangan sampai
dirinya serba berkecukupan ternyata tentangga sebelahnya penuh dengan
kekurangan. Rasulullah bersabda, “Bukan
seorang mukmin orang yang kenyang (penuh kecukupan) sedang tentangganya lapar
disisinya.” (HR. Bukhari dalam adabul mufrad)
– Adab sesama muslim
Secara umum setiap muslim memiliki hak
atas muslim yang lainnya. Jika hak-hak tersebut dijaga insyaallah akan tercipta
suasana ukhuwah islamiah (persaudaraan Islami) dalam masyarakat muslim.
Diantara adab seorang muslim terhadap muslim yang lainnya adalah:
a) Mengucapkan salam jika bertemu. Jika
ada yang mendahului salam maka wajib menjawabnya.
b) Memenuhi undangannya,
c) Menasehati jika diminta atau
diperlukan,
d) Mendo’akan “yarhamukallah” jika dia
bersin dan memuji allah “Alhamdulillah”,
e) Menjenguk jika sakit,
f) Mengikuti pengurusan jenazahnya jika
meninggal seperti mensholati, menguburkan dan lainnya.
Rasulullah bersabda tentang enam hak
ini:
“Hak muslim atas muslim lainnya ada enam.
Beliau ditanya, apa itu ya Rasulullah? Beliau menjawab: Jika engkau
menjumpainya maka ucapkan salam, jika ia mengundangmu maka penuhi, jika minta
nasehat maka nasehati, jika dia bersin dan mengucapkan Alhamdulillah maka jawab
yarhamukallah, jika dia sakit maka jenguklah dan jika meninggal maka ikuti
(pengurusan) jenazahnya.” (HR. Muslim no 2162)
g) Mencintai kebaikan untuk saudaranya.
Rasulullah bersabda, “Tidak beriman seseorang di antara kamu
sehingga ia mencintai bagi saudaranya (sesama muslim) seperti ia mencintai
sesuatu bagi sendiri” (HR. Bukhari no. 13, Muslim no. 45)
h) Menolong mereka.
Rasulullah bersabda, “Allah senantiasa
menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu suka menolong saudaranya” (HR. Muslim
no. 2699).
i) Tidak menganggu atau mendzolimi
mereka dalam bentuk apapun baik dalam harta, jiwa maupun kehormatan.
Rasulullah bersabda, “Seorang muslim itu adalah saudara bagi
muslim yang lain, maka tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya,
mendustainya dan menghinakannya. Taqwa itu ada di sini (seraya menunjuk dada
beliau tiga kali). Seseorang telah dikatakan berbuat jahat jika ia menghina
saudaranya sesama muslim. Setiap muslim haram darahnya bagi muslim yang lain,
demikian juga harta dan kehormatannya”. (HR. Muslim no. 2564)
j) Menghindari hal-hal yang dapat
merusak ukhuwah seperti saling merendahkan, su’udzan, mencari-cari kesalahan,
ghibah dan semisalnya. (Lihat QS. Al Hujurat ayat 11-13)
– Adab pada non muslim
Islam tidak melarang untuk berbuat baik
dan berlaku adil bahkan terhadap non muslim sekalipun. Allah berfirman yang
artinya, “Allah tidak melarang kamu untuk
berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu
karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al Mumtahanah: 8). Tidak
boleh kita mendzolimi mereka dan bahkan kita diperintahkan untuk membantu
mereka untuk hal-hal yang sifatnya umum seperti memberi makan orang yang
kelaparan, menolong orang yang dalam bahaya dan lainnya.
– Adab terhadap makhluq yang lain
Agama Islam adalah rahmat untuk seluruh
alam. Allah befirman yang artinya, “Kami
tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh
manusia” (QS. Al Anbiya: 107).
Allah mewajibkan berbuat ihsan (yang
baik) atas segala sesuatu. Termasuk terhadap hewan dan makhluq lainnya.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah
mewajibkan berlaku baik pada segala hal, maka jika kamu membunuh hendaklah
membunuh dengan cara yang baik dan jika kamu menyembelih maka sembelihlah
dengan cara yang baik dan hendaklah menajamkan pisau dan menyenangkan hewan
yang disembelihnya” (HR. Muslim no. 1955).
Rasulullah juga bersabda, “Orang-orang yang mengasihi dirahmati oleh
Ar-Rahman (Dzat yang Maha Pengasih), kasihilah yang ada di bumi nicaya Yang di
langit akan mengasihi kalian” (HR Abu Dawud)”
(dan adab-adab islami lainnya seperti
adab bergaul, adab bermajelis, adab makan dan minum dan lainnya, akan dibahas
dilain kesempatan)
Wallau a’lam
TANYA JAWAB
Q
: Ada yang saya dapati ahli ibadah yang lupa akan Adab nya kepada sesama... Iya
beliau ahli ibadah menurut yang saya lihat, tapi kepada sesama Muslim pilih2
untuk beriteraksi ataupun sekedar tegur sapa..
Bagaimana
memyikapi hal sprt ini..? Bukankah harus loyal juga kepada sesama..?
A
: Jikalau kita mampu menyampaikan secara lisan, sampaikanlah, beritahu, atau
bisa lewat teman dekatnya, orang yang dia hormati, atau jika kita aktif di
takmir masjid, nitip tema ke ustadz yang akan ceramah dimana ia ikut taklimnya.
Terakhir tetap doakan saja semoga ia dapat hidayah agar habluminallah dan
habluminannas nya sinkron.
Q
: Terkait Adab kepada sang khaliq.. Kadangkala sholat serasa terburu buru dan tidak
khusyuk...bagaimana agar segera kembali khusyuk..?
Kadangkala
tiba-tiba terlintas ingat ini dan itu
A
: Saya terkadang juga demikian bunda, solusinya buang (hindari) hal hal yang
membuat nantinya tidak khusyu:
-
tergesa-gesa, persiapkan dengan wudhu yang sempurna, pakaian yang baik,
tinggalkan (silen) hp.
-
perbanyak istighfar sebelum sholat, dengan mengingat kita akan sholat yang
"bercakap-cakap" dengan Allah
-
hindari menutup mata saat sholat
-
mengerti dan menghayati bacaan sholat, bacaan dengan berbisik yang telinga kita
mendengarnya
-
jika sempat lalai segera kembalikan pandangan fokus ke sajadah
-
perbanyak istighfar setelah sholat dan sempurnakan dengan ba'diyah sholat
sunnah (jika ada)
Q
: Di jaman Now wanita muslimah yang berkerudung,bayak yang menjadi iklan
Kosmetik ,yang artinya bertabaruj berlebihan, Bagaimana cara menyikapinya
ustadz
A
: Ya jika jatuhnya tabaruj memang hal ini harusnya bisa dihindari. Setiap
muslimah harus menjaga izzah dan iffah nya. Semoga ada muslim muslimah yang
bisa membangun tv syariah dan jaringan pendukungnya, dengan tayangan dan iklan yang
sesuai syar'i.
Q
: Allah mewajibkan kita mencintai dan menaati Rosullulah Shallallahu alaihi
wasallam... Maksud 'menaati' in Syaa Allah bisa dipahami. Bagaimana dengann
maksud 'mencintai' di sini? Apa sama
artinya (maaf) cinta seorang istri pada
suami?
A
: Orang yang beriman akan merasakan manisnya iman jika hanya allah dan Rasul-Nya
yang paling ia cintai.
Rasulullah
Saw bersabda “ ada tiga perkara yang
apabila ada pada diri seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman, yaitu
hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari pada selain keduanya,…(HR.
Bukhari dan Muslim)
Salah
satu tanda cinta kepada Rasulullah adalah mengamalkan sunnahnya, mengajak kaum
muslim untuk mengamalkannya, serta berjuang membelanya dari orang-orang yang
mengingkarinya.
Mencintai
Rasulullah dengan cara:
1.
mengagungkan, memuliakan, dan meneladaninya.
2.
Mentaati perintah Rasulullah SAW
Allah
memerintahkan setiap Muslim dan Muslimah untuk taat kepada Rasulullah.
“Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul…” (QS. An-Nisa’ :
59)
3.
Membenarkan ucapan Rasulullah. Sebab Rasulullah Saw tidak berkata menurut hawa
nafsu, melainkan atas dasar hukum syara.
4.
Beribadah sesuai dengan petunjuk Rasulullah.
Rasulullah
diutus oleh Allah sebagai suri tauladan yang paling baik, baik mengenai
akhlaknya, ibadahnya atau pun amalan lainnya. Karena itu umat islam wajib taat
kepada Rasulullah supaya dapat meraih cintanya.
Wallahua'lam
Q
: Assalamu'alaikum ustd ijin bertanya setiap orang punya masa lalu, mungkin
masa lalunya kurang baik dan jauh dari akhlak mulia karena kurangnya pengethuan
tentang syariat islam. Setiap hari saya dihantui/terbayang akan masa lalu saya
sebelum hijrah ustd, alhamdulillah saya sudah hijrah mendalami islam berusaha
memperbaiki diri menjadi pribdai yang baik dari masa lalu saya. Mnta
pencerahannya ustd kenapa saya masih sering teringgat/terbayang hal-hal negatif
masa lalu saya? Apakah taubat saya tidak diterima/bagaimana ustdz
A
: Manusiawi bunda, dan wajar jika teringat akan dosa, betapa buruknya dosa dan
betapa besar bahayanya.. jalan untuk menutupnya adalah taubat (alhamdulillah
bunda insya Allah sdh).
Selanjutnya
jikalau teringat dosa yang telah lalu kuatkan dengan tujuan untuk menyemangati
diri untuk banyak beribadah supaya bisa masuk surga dan selamat dari Neraka
karena merasa banyak dosa yang telah dilakukan pada masa lalu.
sebaliknya
jika mengingat atau teringat dosa dengan disertai perasaan menikmati dosa
tersebut maka ini tidak boleh, karena ini menunjukkan bahwa Taubatnya tidak
sungguh-sungguh.
Q
: Jika salah satunya antara habluminAllah dan habluminannas tidak baik, tidak
di terima amalan-amalan..?
A
: Betul bunda
Alhamdulillah,
kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan
berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala
yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baikalauah
langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan
do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asayahadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engakau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan
yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment