Home » , , , » MEMBANGUN IZZAH (KEMULIAAN) ISLAM

MEMBANGUN IZZAH (KEMULIAAN) ISLAM

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Friday, January 12, 2018

 Kajian Online WA  Hamba الله SWT

Rabu, 10 Januari 2018
Narasumber : Ustadz Trisatya
Tema : Kajian Umum
Editor : Rini Ismayanti



Dzat yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungkan-Nya...
Dzat yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya, yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untuk mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.

AlhamduliLlah... tsumma AlhamduliLlah...

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangakitkan ummat yang telah mati, mempersatukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing manusia yang tenggelam dalam lautan syahwat, membangun generasi yang tertidur lelap dan menuntun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan, kemuliaan, dan kebahagiaan.

Amma ba'd...
Ukhti fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya kita awali dengan lafadz Basamallah

Bismillahirrahmanirrahim...                       

MEMBANGUN IZZAH (KEMULIAAN) ISLAM

Sebelum terjadi peperangan Qadisiyah antara tentara Muslimin pimpinan Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu dengan tentara Persia pimpinan Rustum, Sa’ad terlebih dulu mengirim utusan kepada Rustum beberapa kali. Di antara utusan tersebut adalah Rib’i bin ‘Amir Ats-Tsaqafi radhiyallahu ‘anhu.

Maka Rib’i pun segera masuk menemui Rustum sementara mereka telah menghiasi pertemuan itu dengan bantal-bantal yang dirajut dengan benang emas, serta permadani-permadani yang terbuat dari sutera. Mereka mempertontonkan kepadanya berbagai macam perhiasan berupa yaqut, permata-permata yang mahal, dan perhiasan lain yang menyilaukan mata, sementara Rustum memakai mahkota dan sedang duduk di atas ranjang yang terbut dari emas. Berbeda keadaannya dengan Rib’i. Beliau masuk dengan hanya mengenakan baju yang sangat sederhana, dengan pedang, perisai, dan kuda yang pendek. Rib’i masih tetap di atas kudanya hingga menginjak ujung permadani. Kemudian beliau turun serta mengikatkan kuda tersebut di sebagian bantal-bantal yang terhampar. Setelah itu beliau langsung masuk dengan senjata, baju besi, dan penutup kepalanya.

Mereka berkata,”Letakkan senjatamu!” Beliau menjawab,”Aku tidak pernah berniat mendatangi kalian tetapi kalianlah yang mengundangku datang kemari. Jika kalian memerlukanku maka biarkan aku masuk dalam keadaan seperti ini. Jika tidak kalian izinkan, maka aku akan segera kembali.”
Rustum berkata,”Biarkan dia masuk.”

Maka Rib’i datang sambil bertongkat dengan tombaknya dalam keadaan posisi ujung tombak ke bawah sehingga bantal-bantal yang dilewatinya penuh dengan lubang-lubang bekas tombaknya.
Mereka bertanya,”Apa yang membuat kalian datang ke sini?”

Beliau menjawab -perhatikan baik-baik jawaban ini-
 “Allah telah mengutus kami untuk mengeluarkan siapa saja yang Dia kehendaki dari penghambaan terhadap sesama hamba kepada penghambaan kepada Allah, dari kesempitan dunia kepada keluasannya, dari kezhaliman agama-agama kepada keadilan Al-Islam. Maka Dia mengutus kami dengan agama-Nya untuk kami seru mereka kepadanya. Maka barangsiapa yang menerima hal tersebut, kami akan menerimanya dan pulang meninggalkannya. Tetapi barangsiapa yang enggan, kami akan memeranginya selama-lamanya hingga kami berhasil memperoleh apa yang dijanjikan Allah”

Mereka bertanya,”Apa yang dijanjikan Allah (kepada kalian)?”
Beliau menjawab,”Surga bagi siapa saja yang mati dalam memerangi orang-orang yang enggan dan kemenangan bagi yang hidup.
Rustum pun berkata,” Sungguh aku telah mendengar perkataan-perkataan kalian. Tetapi maukah kalian memberi tangguh perkara ini sehingga kami mempetimbangkannya dan kalian pun mempertimbangkannya?”
Beliau menjawab,”Ya, berapa lama waktu yang kalian sukai? sehari atau dua hari?”

Rustum menjawab,”Tidak, tetapi hingga kami menulis surat kepada para petinggi kami dan para pemimpin kaum kami.”

Maka beliau pun menjawab,”Rasul kami tidak pernah mengajarkan kepada kami untuk menangguhkan peperangan semenjak bertemu musuh lebih dari tiga (hari). Maka pertimbangkanlah perkaramu dan mereka, dan pilihlah satu dari tiga pilihan apabila masa penangguhan telah berakhir.”
Rustum bertanya,”Apakah kamu pemimpin mereka?”

Beliau menjawab,”Tidak, tetapi kaum muslimin ibarat jasad yang satu. Yang paling rendah dari mereka dapat memberikan jaminan keamanan terhadap yang paling tinggi.”

Maka (akhirnya) Rustum mengumpulkan para petinggi kaumnya kemudian berkata,”Pernahkah kalian melihat (walau sekali) yang lebih mulia dan lebih benar dari perkataan lelaki ini?”

Mereka menjawab,”Kami minta perlindungan Allah dari (supaya engkau tidak) terpengaruh kepada sesuatu dari (ajakan) ini dan dari menyeru agamamu kepada (agama) anjing ini. Tidakkah engkau melihat kepada pakaiannya?”

Rustum menjawab,”Celaka kalian! Janganlah kalian melihat kepada pakaian. Akan tetapi lihatlah kepada pendapat, perkataan, dan jalan hidupnya! Sesungguhnya orang ‘Arab menganggap ringan masalah pakaian dan makanan. Tetapi mereka menjaga harga diri mereka.”
Pada akhirnya mereka memilih untuk berperang, dan dengan izin Allah, menanglah tentara kaum muslimin.

Akhwati Fillah, kisah diatas merupakan kisah kemuliaan seorang muslim hasil celupan Allah dan tarbiyah Rasulullah. Bahwa ketika Islam yang kaffah masuk dalam jasmani, pikiran, dan hati setiap muslim maka ia akan meyakini dan merasakan adanya izzah Islam, ketinggian Islam, kemuliaan Islam, dan kewibawaan Islam. Ia akan keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka (sesuai QS. Al Fath: 29)

Lihatlah seorang Rib’i bin ‘Amir Ats-Tsaqafi radhiyallahu ‘anhu ini, bisa jadi di kalangan musuh islam (orang-orang persia) yang berada dalam ruangan bersama Raja Rustum kala itu dikatakan sombong (kibr). Tapi tidak, sikap tersebut adalah sikap izzah, kemuliaan dan kewibawaan dihadapan musuh yang justru sebenar benarnya sombong dengan mengatakan agama yang dibawa Rib’i “anjing” dan menghinakan pakaiannya.

Menyikapi hal tersebut, jika memang itu bentuk “kesombongan” hal itu dibolehkan sebagaimana kisah Miqdad bin Amr yang dikenal sebagai fursan atau penunggang kuda  pertama dalam sejarah Islam, ketika naik kuda pada perang Badar dengan gagahnya di hadapan tentara kafir. Sabda Nabi SAW, “Kalau bukan untuk Islam, seperti itu tidak boleh”.

Sungguh benarlah perkataan ulama beberapa ratus tahun kemudian Penulis kitab Bariqah Mahmudiyah mengatakan, “Bersikap sombong kepada orang yang sombong adalah sedekah, karena jika kita bersikap tawadhu di hadapan orang sombong maka itu akan menyebabkan dirinya terus-menerus berada dalam kesesatan. Namun, jika kita bersikap sombong maka dia akan sadar.

Ini sesuai dengan nasihat Imam Syafi’i, ‘Bersikaplah sombong kepada orang sombong sebanyak dua kali.’ Imam Az-Zuhri mengatakan, ‘Bersikap sombong kepada pecinta dunia merupakan bagian ikatan Islam yang kokoh.’ Imam Yahya bin Mu’adz mengatakan, ‘Bersikap sombong kepada orang yang bersikap sombong kepadamu, dengan hartanya, adalah termasuk bentuk ketawadhuan.”

Akhwati fillah kembali pada membangun Izzah (kemuliaan), mengapa dengan Islam dan keimanan kita mulia?

Allah Ta’ala berfirman,
 ”Dialah (Allah Ta’ala) yang mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya (agama itu) atas semua agama (lainnya), walupun orang-orang musyrik tidak menyukainya“. (QS At Taubah:33, dan QS Ash Shaff:9).

”…Padahal kemuliaan itu hanyalah milik Allah, milik Rasul-Nya dan milik orang-orang yang beriman, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahaminya” (QS Al Munaafiquun:8).

”Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu (benar-benar) beriman” (QS Ali ‘Imraan:139).”

”kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. QS 3:110

“dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”QS 3:104

Dan memang pada dasarnya kemuliaan itu sudah melekat pada diri manusia, diri seorang muslim, dan sebagai ummat Islam

Kemuliaan Sebagai Manusia (al insaan)
Sejak manusia lahir, ia sudah membawa potensi kebesaran itu, karena:
1) Allah telah memuliakannya (at takrim) [QS.17:70]
2) Allah melebihkannya atas makhluk yang lain (at tafdhil)[QS.17:70]
3) Allah menundukkan langit dan bumi untuknya (at taskhir)[QS.31:20]
4) Allah memberikan amanah khilafah kepadanya (al amanah)[QS.33:72].
Potensi ini bukti kehormatan manusia di antara makhluk Allah yang ada (al izzatul insaan).[QS.17:70]

Sebagai Individu Muslim (al fardul muslim)
[Qs.63:8, 49:13]
Sebagai individu muslim ia memiliki potensi yanglebih besar dibanding manusia lain. Sebab ia dikaruniai Allah aqidah (al aqidah), ibadah (al ibadah) dan ketakwaan (at taqwa) yang semua berorientasi kepada Allah swt. Aqidah, ibadah, dan ketakwaan itu menyimpan potensi yang sangat besar bagi kejayaan Islam (al izzatul islamiyah)

Sebagai Ummat Islam (al ummatul islamiyah)
 [QS. 3:110]
Ummat Islam adalah ummat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia pada zamannya. Ummat yang memiliki “minhajul hayat” (kurikulum kehidupan) sebagai pengganti minhaj ummat sebelumnya. Minhaj yang bersifat “syumuliah takamuliah” (komprehensif dan integral), yang tidak ada satupun dimensi kehidupan dibiarkan tanpa ada aturan atau hukum.
Al-Izzah Al- ummatul islamiyah ini bisa diraih Ummat apabila ada karekter positif secara kolektif pada diri Ummat yang tercermin dari kekokohan pesona Islam pada setiap individu muslim.

Ummat Islam bisa meraih kembali kemulyaan dan kejayaannya dengan mengaplikasikan nilai-nilai Islam secara kolektif:
•          Iman (al iman): Iman merupakan azas yang mendasari seluruh gerak kehidupan mereka dan sekaligus menjadi tali pengikat perstuan mereka yang sangat kokoh tak terkalahkan
•          Kejujuran(ash shidq): Iman yang kuat membuat mereka mengungkapkan hal yang benar, anti dusta, dan anti kemunafikan
•          Kepercayaan (ats tsiqah): Kejujuranlah yang membuat mereka saling percaya, tidak saling curiga kepada sesamanya
•          Loyalitas (al wala'): Berlandaskan kepercayaan, loyalitas diberikan kepada sesama muslim dan bukankepada selain mereka
•          Ketaatan(at tho'ah): Dengan loyal kepada Allah, rasul dan ulil amri, menjadikan ketaatan  sebagai pakaian mereka.
•          Komitmen(al iltizam) : Iman yang benar melahirkan komitmen yang kuat
•          Pergerakkan(al harokah): Keimanan tidak akan benar apabila tidak disertai dengan gerakkan
•          Kekuatan(al quwwah): Kaum muslimin secara keseluruhan adalah kekuatan yang sangat besar di dunia yang menjanjikan kejayaan umat Islam (al izzatul jama'iyah) [QS.63:8, 3:139, 61:4]

Wallahu a’lam

TANYA JAWAB

G5
Q : Tanya ustadz.. tentang harokah, kenapa ada saudara muslim kita yang masih alergi tentang harokah, padahal kita sebagai muslim harus bergerak untuk berjuang, mentafkirkan ulama-ulama yang berjuang.. Sebaiknya kita bagaimana?
A : Alergi karena harokah dinisbatkan kepada perkumpulan atau oranganisasi tertentu yang mungkin menurut mereka tidak pernah dicontohkan langsung. Namun klo melihat substansinya harokah itu bergerak, ketika diam ibarat air yang tergenang tidak bisa berbuat apa apa dan hanya jadi tempat berkumpulnya bibit penyakit.  Dan ketika bergerak untuk amalan besar tidak bisa dilakukan sendiri, ibarat satu lidi tidak bisa membersihkan seonggok sampah. Butuh ikatan kuat mengikat ratusan lidi untuk membersihkan, bergerak seiring kearah yang sama satu komando.
Seperti jaman rasul islam bergerak melakukan ekspansi dengan satu komando dari rasulullah, kepada para panglimanya yang memimpin para jundi (tentaranya). Maka carilah harokah itu.

Q : Membaca materi di atas sangat menarik, pertanyaan saya kenapa umat islam sekarang terpuruk dan kurang keteladanan.
A : Karena ulama dan umaro belum bersatu. Sedangkan musuh islam sudah pasti akan menyerang dari berbagai arah.Tugas ulama dan umat islam yang msh peduli, sholihkan diri, keluarga, sholihkan umaro (pemimpin, lembaga legislatif), sholihkan orang kaya.


G6
Q : Jika berlaku sombong di depan orang sombong diperbolehkan, lalu bagaimana jika orang tersebut merasa tersakiti atas kesombongan kita? Akankah kita kena hisab atas hal ini kelak? Karena pernah dengar, bahwa Allah Maha Pemaaf , tetapi urusan dengan manusia, maka harus diselesaikan dengan manusia (termasuk hal hal sakit menyakiti. Jika orang tersebut tidak memaafkan maka akan sampai ke pengadilan akhirat). Mohon pencerahan Ustadz.
A : In syaa Allah ketika sombongnya kita sebagai bentuk perlawanan kepada orang yang sombong akan agama Allah, itu akan mendapatkan pahala, marah nya orang tsb tidak ada implikasinya di akhirat karena tertutup dengan pahala tawadhu kita.

Q : Ustadz mau tanya: pada poin pergerakan (Al Harokah): dikatakan bahwa, keimanan tidak akan benar apabila tidak disertai dengan gerakan
Apakah yang di maksud gerakan disini salah satunya aksi bela Islam di 212 tahun lalu? Kalau misalkan iya, bagaiman dengan sekelompok Muslim yang tidak mau turut serta dalam gerakan tsb dan malah justru melarang..jazakallah khoir
A : 212 salah satu gerakan untuk persatuan. Bagi yang tidak setuju, atau tidak ikut kita berprasangka baik dulu semoga mereka bergerak dalam jalan lain yang tujuannya sama, doakan. Kecuali mereka sudah jelas bersebrangan dan pembela musuh islam. Bersatu bersama ulama Lawan lewat kekuasaan, hadapi, lawan lewat lisan, tulisan, medsos dll, tetap doakan.

Q : Saya yang awam ilmu agama,dimasa sekarang ini sangat bingung bagaimana saya harus berguru kepada ulama mana, ketika ambil referensi ini ada salah satu yang menentang dengan dalil-dalil yang sama-sama mereka pegang. Sedangkan saya benar-benar awam dalam ilmu agama
A :  Lihat keseliling kita cari teman teman yang berahlak mulia, ucapan  perbuatannya mulia , lihat siapa gurunya ulamanya. Imam asy Syafi’i rahimahullah, beliau pernah berwasiat:
“Nanti diakhir zaman akan banyak Ulama’ yang membingungkan umat, sehingga umat bingung untuk membedakan dan memilih yang mana Ulama’ Warosatul Anbiya’ (penerus nabi) dan yang mana ulama’ suu’ (jahat) yang menyesatkan umat.”
Maka Imam Syafi’i rahimahullah pun melanjuntukan:
“Carilah Ulama’ yang paling dibenci oleh orang-orang kafir dan orang munafiq, dan jadikanlah ia sebagai Ulama’ yang membimbingmu, dan jauhilah ulama’ yang dekat dengan orang kafir dan munafiq kerana ia akan menyesatkanmu, menjauhimu dari keredhaan Alloh.”


G1
Q : Saya tertarik dengan bentuk kesombongan seseorang yang menyikapi suatu masalah disertai dengan dalil, hadist atau potongan surat Al Quran, padahal beliau sama-sama masih belajar dan kapabilitasnya bukan seorang mufti atau ulama. Bagaimana sikap kita terhadap beliau ustadz??
A : Ambil kebaikannya (ilmu dan amal solihnya), tinggalkan sifat keburukannya (sombongnya), jika kita setara dengan dia ingatkan dia, jika tidak tetap doakan dia.


Q : Jika kita sesama muslim mengingatkan seseorang padahal sudah wataknya sombong, seperti menggarami air laut.. karena sombong dan tawadhu itu bertolak belakang.. tapi jika memikirkan perkataan dia rasanya rugi juga ustadz.. Bagaimana caranya memaafkan beliau ustadz??

A : Maafkan saja dan ingat selalu memaafkan saudara seiman yang salah, ataupun mendoakan, meminta ampunkan umat islam pada umunya adalah amalan yang dapat berbuah surga


G7
Q : Ustadz...apa beda antara izzah dan iffa...mohon pencerahannya...
A : Izzah kemuliaan, setelah mulia kita harus mempertahankan, menjaga, memelihara kemuliaan itu dari perbuatan haram atau perbuatan yang menghacurkan kemuliaan, itulah iffah.


Q : Tanya ustadz, ummat Islam bisa meraih kembali kemulyaan dan kejayaannya dgn mengaplikasikan nilai-nilai Islam. Salah satunya adalah KEKUATAN (Al QUWWAH). Namun dewasa ini semakin hari sepertinya kekuatan orang muslim berkurang. Terkadang malah saling bermusuhan karena terkadang ada perbedaan persepsi atau pandangan. Padahal sebaiknya meskipun berbeda persepsi atau pandangan asalkan tak menyimpang dari ajaran agama, dari Al Quran dan Hadist harusnya bisa saling toleransi. Namun kenyataannya terkadang ada gesekan sedikit jadi masalah besar. Malah menjadi terpecah belah  Kalau saya melihat secara pribadi, berbeda dgn kaum Non Muslim, kenapa kekuatan mereka begitu besar...saling membantu, saling tolong menolong begitu kuatnya mereka membangun gereja besar dan tinggi menjulang, klenteng yang megah dll. Rasanya orang Islam ada sumbangan untuk membangun mushola atau masjid atau sekedar renovasi mushola atau masjid begitu susahnya mengumpulkan dana. Bagaimana pandangan ustadz tentang hal tersebut. Afwan. Panjang dan lebar.

A : Kalo non muslim terutama nasrani memang secara infak untuk agamanya minimal 10%, dan mereka ketika berinfak hanya fokus kepada satu gereja dan pendeta yang biasa mereka kunjungi untuk ibadahnya. jadi wajar ketika jamaahnya banyak maka uang nya juga banyak, apalagi sebagian besar mereka menyumbang untuk gereja merupakan amalan yang paling gampang. Ini jauh berbeda dengan agama islam, infak  2,5%, dimana saja bisa disedekahin, dan sedekah tidak harus dengan uang, ibadah dengan pahala yang besar sangat banyak, tapi bukan itu masalah yang besar yang dihadapi umat islam khususnya di Indonesia. Walau muslim terbesar didunia dengan 80% lebih penduduknya muslim, ternyata sebagian besar islamnya KTP, islam abangan, islam hanya dimulut dan banyak yang fakir miskin, ini fakta yang menjadi dasar mudahnya umat islam di adu domba, di kerdilkan, dikriminalisasi, dan mudah di bujuk untuk pindah agama oleh musuh musuh islam (yang sunatullahnya musuh islam akan ada hingga akhir zaman). Ini menjadi PR bersama Umaro, Ulama, dan kita semua yang peduli dengan agama berfungsi sebagai da'i (menyeru amar ma'ruf nahi munkar). Umaro dan Ulama merupakan bagian dari ulil amri yang seharusnya ketika umaro nya sholih maka mereka akan membangun aturan aturan yang baik, yang pro kepada islam, ketika ulamanya sholih maka mereka akan menjadi teladan dengan ijtihad fatwa fatwa yang  membangun karakter umat dan  persatuan, kita sebagai pribadi muslim juga harus berperan, menimba ilmu, mengamalkan, dan menjadi teladan bagi keluarga, tetangga dan masyarakat. In syaa Allah jika ini bisa dilakukan bertahap maka Indonesia akan menjadi soko guru peradaban islam bagi dunia. Wallahu'alam.


G2
Q : Ustadz belakangan ini banyak sekali ummat islam yang sangat garang kepada sesama muslim tapi sangat toleran kepada orang kafir dan munafiq. Ambil contoh kasus uas dan si hidung. Dia minta kita beramai ramai memaklumi si hidung yang buka aurat dan mencela uas bersama dengan orang kafir dan liberal? Apakah mereka punya alasan tertentu?
A : Memang demikian sunnatullahnya dari zaman rasul hingga zaman ini berakhir, orang munafiq akan selalu ada dan pasti akan menyerang, mengadudomba ulama, memecah umat dengan berbagai cara. Alasannya ya ini bagian dari ujian yang umat islam. Iblis sudah berjanji untuk melalaikan, mengeluarkan, menjatuhkan agama Allah ini salah satunya melalui orang munafiq.

Q : Tentang palestina, bukan kah kita harus menolong saudara kita yang sedang kesusahan? Dg semampunya.. harta, jiwa paling kurang dengan doa. Lalu kenapa ada ustadz mengharamkan jihad ke palestina dan syria termasuk untuk memberikan bantuan kemanusiaan? Apabila mereka diminta mengungsi, apakah ustadz tsb sudah menyiapkan tempat dll nya?
A : Ya menjadi kewajiban kita membela sesama muslim di belahan bumi manapun termasuk palestina, mengenai ada ustadz yang menyuruh hijrah bahkan mengharamkan jihad disana, karena memang mungkin beliau belum mempelajari dan memahami dengan benar berdasarkan sirah nabawiyah atau mengambil dalil yang tidak utuh atau tidak komprehensif terkait masalah hijrah taupun jihad dipalestina. Ini juga sudah sunnatullah karena ada orang-orang islam  yang tanpa mereka sadari justru menjadi bagian dari kehancuran umat. Tugas kita sekarang belajar islam dengan kaffah atau berguru kepada ulama yang faqih sehingga kita menjadi pribadi-pribadi pejuang tegaknya dienal islam ini dengan benar. wallahu a'lam


Alhamdulillah, kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat. Aamiin....

Segala yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baikloah langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan do'a kafaratul majelis:


سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika


“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!