Kajian Online WA Hamba الله SWT
Rabu, 10
Januari 2018
Narasumber
: Ustadz Trisatya
Tema : Kajian
Umum
Editor
: Rini Ismayanti
Dzat yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungkan-Nya...
Dzat yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya, yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untuk mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah... tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangakitkan ummat yang telah mati, mempersatukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing manusia yang tenggelam dalam lautan syahwat, membangun generasi yang tertidur lelap dan menuntun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan, kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma ba'd...
Ukhti fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya kita awali dengan lafadz Basamallah
Bismillahirrahmanirrahim...
MEMBANGUN IZZAH (KEMULIAAN) ISLAM
Sebelum terjadi peperangan Qadisiyah antara tentara Muslimin
pimpinan Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu dengan tentara Persia
pimpinan Rustum, Sa’ad terlebih dulu mengirim utusan kepada Rustum beberapa
kali. Di antara utusan tersebut adalah Rib’i bin ‘Amir Ats-Tsaqafi radhiyallahu
‘anhu.
Maka Rib’i pun segera masuk menemui Rustum sementara mereka
telah menghiasi pertemuan itu dengan bantal-bantal yang dirajut dengan benang
emas, serta permadani-permadani yang terbuat dari sutera. Mereka
mempertontonkan kepadanya berbagai macam perhiasan berupa yaqut,
permata-permata yang mahal, dan perhiasan lain yang menyilaukan mata, sementara
Rustum memakai mahkota dan sedang duduk di atas ranjang yang terbut dari emas.
Berbeda keadaannya dengan Rib’i. Beliau masuk dengan hanya mengenakan baju yang
sangat sederhana, dengan pedang, perisai, dan kuda yang pendek. Rib’i masih
tetap di atas kudanya hingga menginjak ujung permadani. Kemudian beliau turun
serta mengikatkan kuda tersebut di sebagian bantal-bantal yang terhampar.
Setelah itu beliau langsung masuk dengan senjata, baju besi, dan penutup
kepalanya.
Mereka berkata,”Letakkan senjatamu!” Beliau menjawab,”Aku tidak
pernah berniat mendatangi kalian tetapi kalianlah yang mengundangku datang
kemari. Jika kalian memerlukanku maka biarkan aku masuk dalam keadaan seperti
ini. Jika tidak kalian izinkan, maka aku akan segera kembali.”
Rustum berkata,”Biarkan dia masuk.”
Maka Rib’i datang sambil bertongkat dengan tombaknya dalam
keadaan posisi ujung tombak ke bawah sehingga bantal-bantal yang dilewatinya
penuh dengan lubang-lubang bekas tombaknya.
Mereka bertanya,”Apa yang membuat kalian datang ke sini?”
Beliau menjawab -perhatikan baik-baik jawaban ini-
“Allah telah mengutus
kami untuk mengeluarkan siapa saja yang Dia kehendaki dari penghambaan terhadap
sesama hamba kepada penghambaan kepada Allah, dari kesempitan dunia kepada
keluasannya, dari kezhaliman agama-agama kepada keadilan Al-Islam. Maka Dia
mengutus kami dengan agama-Nya untuk kami seru mereka kepadanya. Maka
barangsiapa yang menerima hal tersebut, kami akan menerimanya dan pulang
meninggalkannya. Tetapi barangsiapa yang enggan, kami akan memeranginya
selama-lamanya hingga kami berhasil memperoleh apa yang dijanjikan Allah”
Mereka bertanya,”Apa yang dijanjikan Allah (kepada kalian)?”
Beliau menjawab,”Surga bagi siapa saja yang mati dalam memerangi
orang-orang yang enggan dan kemenangan bagi yang hidup.
Rustum pun berkata,” Sungguh aku telah mendengar
perkataan-perkataan kalian. Tetapi maukah kalian memberi tangguh perkara ini
sehingga kami mempetimbangkannya dan kalian pun mempertimbangkannya?”
Beliau menjawab,”Ya, berapa lama waktu yang kalian sukai? sehari
atau dua hari?”
Rustum menjawab,”Tidak, tetapi hingga kami menulis surat kepada
para petinggi kami dan para pemimpin kaum kami.”
Maka beliau pun menjawab,”Rasul kami tidak pernah mengajarkan
kepada kami untuk menangguhkan peperangan semenjak bertemu musuh lebih dari
tiga (hari). Maka pertimbangkanlah perkaramu dan mereka, dan pilihlah satu dari
tiga pilihan apabila masa penangguhan telah berakhir.”
Rustum bertanya,”Apakah kamu pemimpin mereka?”
Beliau menjawab,”Tidak, tetapi kaum muslimin ibarat jasad yang
satu. Yang paling rendah dari mereka dapat memberikan jaminan keamanan terhadap
yang paling tinggi.”
Maka (akhirnya) Rustum mengumpulkan para petinggi kaumnya
kemudian berkata,”Pernahkah kalian melihat (walau sekali) yang lebih mulia dan
lebih benar dari perkataan lelaki ini?”
Mereka menjawab,”Kami minta perlindungan Allah dari (supaya
engkau tidak) terpengaruh kepada sesuatu dari (ajakan) ini dan dari menyeru
agamamu kepada (agama) anjing ini. Tidakkah engkau melihat kepada pakaiannya?”
Rustum menjawab,”Celaka kalian! Janganlah kalian melihat kepada
pakaian. Akan tetapi lihatlah kepada pendapat, perkataan, dan jalan hidupnya!
Sesungguhnya orang ‘Arab menganggap ringan masalah pakaian dan makanan. Tetapi
mereka menjaga harga diri mereka.”
Pada akhirnya mereka memilih untuk berperang, dan dengan izin
Allah, menanglah tentara kaum muslimin.
Akhwati Fillah, kisah diatas merupakan kisah kemuliaan seorang
muslim hasil celupan Allah dan tarbiyah Rasulullah. Bahwa ketika Islam yang
kaffah masuk dalam jasmani, pikiran, dan hati setiap muslim maka ia akan
meyakini dan merasakan adanya izzah Islam, ketinggian Islam, kemuliaan Islam,
dan kewibawaan Islam. Ia akan keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
sayang sesama mereka (sesuai QS. Al Fath: 29)
Lihatlah seorang Rib’i bin ‘Amir Ats-Tsaqafi radhiyallahu ‘anhu
ini, bisa jadi di kalangan musuh islam (orang-orang persia) yang berada dalam
ruangan bersama Raja Rustum kala itu dikatakan sombong (kibr). Tapi tidak,
sikap tersebut adalah sikap izzah, kemuliaan dan kewibawaan dihadapan musuh
yang justru sebenar benarnya sombong dengan mengatakan agama yang dibawa Rib’i
“anjing” dan menghinakan pakaiannya.
Menyikapi hal tersebut, jika memang itu bentuk “kesombongan” hal
itu dibolehkan sebagaimana kisah Miqdad bin Amr yang dikenal sebagai fursan
atau penunggang kuda pertama dalam
sejarah Islam, ketika naik kuda pada perang Badar dengan gagahnya di hadapan
tentara kafir. Sabda Nabi SAW, “Kalau bukan untuk Islam, seperti itu tidak
boleh”.
Sungguh benarlah perkataan ulama beberapa ratus tahun kemudian
Penulis kitab Bariqah Mahmudiyah mengatakan, “Bersikap sombong kepada orang
yang sombong adalah sedekah, karena jika kita bersikap tawadhu di hadapan orang
sombong maka itu akan menyebabkan dirinya terus-menerus berada dalam kesesatan.
Namun, jika kita bersikap sombong maka dia akan sadar.
Ini sesuai dengan nasihat Imam Syafi’i, ‘Bersikaplah sombong
kepada orang sombong sebanyak dua kali.’ Imam Az-Zuhri mengatakan, ‘Bersikap
sombong kepada pecinta dunia merupakan bagian ikatan Islam yang kokoh.’ Imam
Yahya bin Mu’adz mengatakan, ‘Bersikap sombong kepada orang yang bersikap
sombong kepadamu, dengan hartanya, adalah termasuk bentuk ketawadhuan.”
Akhwati fillah kembali pada membangun Izzah (kemuliaan), mengapa
dengan Islam dan keimanan kita mulia?
Allah Ta’ala berfirman,
”Dialah (Allah Ta’ala)
yang mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk dan agama yang benar untuk
dimenangkan-Nya (agama itu) atas semua agama (lainnya), walupun orang-orang
musyrik tidak menyukainya“. (QS At Taubah:33, dan QS Ash Shaff:9).
”…Padahal kemuliaan itu hanyalah milik Allah, milik Rasul-Nya
dan milik orang-orang yang beriman, tetapi orang-orang munafik itu tidak
memahaminya” (QS Al Munaafiquun:8).
”Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu
bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya),
jika kamu (benar-benar) beriman” (QS Ali ‘Imraan:139).”
”kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik”. QS 3:110
“dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.”QS 3:104
Dan memang pada dasarnya kemuliaan itu sudah melekat pada diri
manusia, diri seorang muslim, dan sebagai ummat Islam
Kemuliaan Sebagai Manusia (al insaan)
Sejak manusia lahir, ia sudah membawa potensi kebesaran itu,
karena:
1) Allah telah memuliakannya (at takrim) [QS.17:70]
2) Allah melebihkannya atas makhluk yang lain (at
tafdhil)[QS.17:70]
3) Allah menundukkan langit dan bumi untuknya (at
taskhir)[QS.31:20]
4) Allah memberikan amanah khilafah kepadanya (al
amanah)[QS.33:72].
Potensi ini bukti kehormatan manusia di antara makhluk Allah
yang ada (al izzatul insaan).[QS.17:70]
Sebagai Individu Muslim (al fardul muslim)
[Qs.63:8, 49:13]
Sebagai individu muslim ia memiliki potensi yanglebih besar
dibanding manusia lain. Sebab ia dikaruniai Allah aqidah (al aqidah), ibadah
(al ibadah) dan ketakwaan (at taqwa) yang semua berorientasi kepada Allah swt.
Aqidah, ibadah, dan ketakwaan itu menyimpan potensi yang sangat besar bagi
kejayaan Islam (al izzatul islamiyah)
Sebagai Ummat Islam (al ummatul islamiyah)
[QS. 3:110]
Ummat Islam adalah ummat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia
pada zamannya. Ummat yang memiliki “minhajul hayat” (kurikulum kehidupan)
sebagai pengganti minhaj ummat sebelumnya. Minhaj yang bersifat “syumuliah
takamuliah” (komprehensif dan integral), yang tidak ada satupun dimensi
kehidupan dibiarkan tanpa ada aturan atau hukum.
Al-Izzah Al- ummatul islamiyah ini bisa diraih Ummat apabila ada
karekter positif secara kolektif pada diri Ummat yang tercermin dari kekokohan
pesona Islam pada setiap individu muslim.
Ummat Islam bisa meraih kembali kemulyaan dan kejayaannya dengan
mengaplikasikan nilai-nilai Islam secara kolektif:
• Iman (al iman):
Iman merupakan azas yang mendasari seluruh gerak kehidupan mereka dan sekaligus
menjadi tali pengikat perstuan mereka yang sangat kokoh tak terkalahkan
• Kejujuran(ash
shidq): Iman yang kuat membuat mereka mengungkapkan hal yang benar, anti dusta,
dan anti kemunafikan
• Kepercayaan (ats
tsiqah): Kejujuranlah yang membuat mereka saling percaya, tidak saling curiga
kepada sesamanya
• Loyalitas (al
wala'): Berlandaskan kepercayaan, loyalitas diberikan kepada sesama muslim dan
bukankepada selain mereka
• Ketaatan(at tho'ah):
Dengan loyal kepada Allah, rasul dan ulil amri, menjadikan ketaatan sebagai pakaian mereka.
• Komitmen(al
iltizam) : Iman yang benar melahirkan komitmen yang kuat
• Pergerakkan(al
harokah): Keimanan tidak akan benar apabila tidak disertai dengan gerakkan
• Kekuatan(al
quwwah): Kaum muslimin secara keseluruhan adalah kekuatan yang sangat besar di
dunia yang menjanjikan kejayaan umat Islam (al izzatul jama'iyah) [QS.63:8,
3:139, 61:4]
Wallahu a’lam
TANYA JAWAB
G5
Q : Tanya ustadz.. tentang harokah, kenapa ada saudara muslim
kita yang masih alergi tentang harokah, padahal kita sebagai muslim harus
bergerak untuk berjuang, mentafkirkan ulama-ulama yang berjuang.. Sebaiknya
kita bagaimana?
A : Alergi karena harokah dinisbatkan kepada perkumpulan atau oranganisasi
tertentu yang mungkin menurut mereka tidak pernah dicontohkan langsung. Namun
klo melihat substansinya harokah itu bergerak, ketika diam ibarat air yang
tergenang tidak bisa berbuat apa apa dan hanya jadi tempat berkumpulnya bibit
penyakit. Dan ketika bergerak untuk
amalan besar tidak bisa dilakukan sendiri, ibarat satu lidi tidak bisa
membersihkan seonggok sampah. Butuh ikatan kuat mengikat ratusan lidi untuk
membersihkan, bergerak seiring kearah yang sama satu komando.
Seperti jaman rasul islam bergerak melakukan ekspansi dengan
satu komando dari rasulullah, kepada para panglimanya yang memimpin para jundi
(tentaranya). Maka carilah harokah itu.
Q : Membaca materi di atas sangat menarik, pertanyaan saya kenapa
umat islam sekarang terpuruk dan kurang keteladanan.
A : Karena ulama dan umaro belum bersatu. Sedangkan musuh islam
sudah pasti akan menyerang dari berbagai arah.Tugas ulama dan umat islam yang
msh peduli, sholihkan diri, keluarga, sholihkan umaro (pemimpin, lembaga legislatif),
sholihkan orang kaya.
G6
Q : Jika berlaku sombong di depan orang sombong diperbolehkan,
lalu bagaimana jika orang tersebut merasa tersakiti atas kesombongan kita?
Akankah kita kena hisab atas hal ini kelak? Karena pernah dengar, bahwa Allah
Maha Pemaaf , tetapi urusan dengan manusia, maka harus diselesaikan dengan
manusia (termasuk hal hal sakit menyakiti. Jika orang tersebut tidak memaafkan
maka akan sampai ke pengadilan akhirat). Mohon pencerahan Ustadz.
A : In syaa Allah ketika sombongnya kita sebagai bentuk
perlawanan kepada orang yang sombong akan agama Allah, itu akan mendapatkan
pahala, marah nya orang tsb tidak ada implikasinya di akhirat karena tertutup dengan
pahala tawadhu kita.
Q : Ustadz mau tanya: pada poin pergerakan (Al Harokah):
dikatakan bahwa, keimanan tidak akan benar apabila tidak disertai dengan
gerakan
Apakah yang di maksud gerakan disini salah satunya aksi bela
Islam di 212 tahun lalu? Kalau misalkan iya, bagaiman dengan sekelompok Muslim yang
tidak mau turut serta dalam gerakan tsb dan malah justru melarang..jazakallah
khoir
A : 212 salah satu gerakan untuk persatuan. Bagi yang tidak
setuju, atau tidak ikut kita berprasangka baik dulu semoga mereka bergerak dalam
jalan lain yang tujuannya sama, doakan. Kecuali mereka sudah jelas bersebrangan
dan pembela musuh islam. Bersatu bersama ulama Lawan lewat kekuasaan, hadapi,
lawan lewat lisan, tulisan, medsos dll, tetap doakan.
Q : Saya yang awam ilmu agama,dimasa sekarang ini sangat bingung
bagaimana saya harus berguru kepada ulama mana, ketika ambil referensi ini ada
salah satu yang menentang dengan dalil-dalil yang sama-sama mereka pegang.
Sedangkan saya benar-benar awam dalam ilmu agama
A : Lihat keseliling kita
cari teman teman yang berahlak mulia, ucapan
perbuatannya mulia , lihat siapa gurunya ulamanya. Imam asy Syafi’i
rahimahullah, beliau pernah berwasiat:
“Nanti diakhir zaman akan banyak Ulama’ yang membingungkan umat,
sehingga umat bingung untuk membedakan dan memilih yang mana Ulama’ Warosatul
Anbiya’ (penerus nabi) dan yang mana ulama’ suu’ (jahat) yang menyesatkan
umat.”
Maka Imam Syafi’i rahimahullah pun melanjuntukan:
“Carilah Ulama’ yang paling dibenci oleh orang-orang kafir dan
orang munafiq, dan jadikanlah ia sebagai Ulama’ yang membimbingmu, dan jauhilah
ulama’ yang dekat dengan orang kafir dan munafiq kerana ia akan menyesatkanmu,
menjauhimu dari keredhaan Alloh.”
G1
Q : Saya tertarik dengan bentuk kesombongan seseorang yang
menyikapi suatu masalah disertai dengan dalil, hadist atau potongan surat Al
Quran, padahal beliau sama-sama masih belajar dan kapabilitasnya bukan seorang
mufti atau ulama. Bagaimana sikap kita terhadap beliau ustadz??
A : Ambil kebaikannya (ilmu dan amal solihnya), tinggalkan sifat
keburukannya (sombongnya), jika kita setara dengan dia ingatkan dia, jika tidak
tetap doakan dia.
Q : Jika kita sesama muslim mengingatkan
seseorang padahal sudah wataknya sombong, seperti menggarami air laut.. karena
sombong dan tawadhu itu bertolak belakang.. tapi
jika memikirkan perkataan dia rasanya rugi juga ustadz.. Bagaimana
caranya memaafkan beliau ustadz??
A : Maafkan saja dan ingat selalu
memaafkan saudara seiman yang salah, ataupun mendoakan, meminta ampunkan umat
islam pada umunya adalah amalan yang dapat berbuah surga
G7
Q : Ustadz...apa beda antara izzah dan iffa...mohon
pencerahannya...
A : Izzah kemuliaan, setelah mulia kita harus mempertahankan,
menjaga, memelihara kemuliaan itu dari perbuatan haram atau perbuatan yang
menghacurkan kemuliaan, itulah iffah.
Q : Tanya ustadz, ummat Islam bisa
meraih kembali kemulyaan dan kejayaannya dgn mengaplikasikan nilai-nilai
Islam. Salah satunya adalah KEKUATAN (Al QUWWAH). Namun dewasa ini semakin hari
sepertinya kekuatan orang muslim berkurang. Terkadang malah
saling bermusuhan karena terkadang ada perbedaan persepsi atau pandangan.
Padahal sebaiknya meskipun berbeda persepsi atau pandangan asalkan tak
menyimpang dari ajaran agama, dari Al Quran dan Hadist harusnya bisa saling
toleransi. Namun kenyataannya terkadang ada gesekan sedikit jadi masalah besar.
Malah menjadi terpecah belah Kalau saya
melihat secara pribadi, berbeda dgn kaum Non Muslim, kenapa kekuatan mereka
begitu besar...saling membantu, saling tolong menolong begitu kuatnya mereka
membangun gereja besar dan tinggi menjulang, klenteng yang
megah dll. Rasanya orang Islam ada
sumbangan untuk membangun mushola atau masjid atau
sekedar renovasi mushola atau masjid begitu
susahnya mengumpulkan dana. Bagaimana
pandangan ustadz tentang hal tersebut. Afwan. Panjang dan lebar.
A : Kalo
non muslim terutama nasrani memang secara infak untuk agamanya minimal 10%, dan
mereka ketika berinfak hanya fokus kepada satu gereja dan pendeta yang biasa
mereka kunjungi untuk ibadahnya. jadi wajar ketika jamaahnya banyak maka uang
nya juga banyak, apalagi
sebagian besar mereka menyumbang untuk gereja merupakan amalan yang paling
gampang. Ini jauh berbeda dengan agama islam, infak 2,5%, dimana saja bisa disedekahin, dan
sedekah tidak harus dengan uang, ibadah dengan pahala yang besar sangat banyak,
tapi bukan itu masalah yang besar yang dihadapi umat islam khususnya di
Indonesia. Walau muslim terbesar didunia dengan 80% lebih penduduknya muslim,
ternyata sebagian besar islamnya KTP, islam abangan, islam hanya dimulut dan
banyak yang fakir miskin, ini fakta yang menjadi dasar mudahnya umat islam di
adu domba, di kerdilkan, dikriminalisasi, dan mudah di bujuk untuk pindah agama
oleh musuh musuh islam (yang sunatullahnya musuh islam akan ada
hingga akhir zaman). Ini menjadi PR bersama Umaro, Ulama, dan kita semua yang
peduli dengan agama berfungsi sebagai da'i (menyeru amar ma'ruf nahi munkar).
Umaro dan Ulama merupakan bagian dari ulil amri yang seharusnya ketika umaro
nya sholih maka mereka akan membangun aturan aturan yang baik, yang pro kepada
islam, ketika ulamanya sholih maka mereka akan menjadi teladan dengan ijtihad
fatwa fatwa yang membangun karakter umat
dan persatuan, kita sebagai pribadi
muslim juga harus berperan, menimba ilmu, mengamalkan, dan menjadi teladan bagi
keluarga, tetangga dan masyarakat. In syaa Allah jika ini bisa dilakukan
bertahap maka Indonesia akan menjadi soko guru peradaban islam bagi dunia.
Wallahu'alam.
G2
Q : Ustadz belakangan ini banyak sekali
ummat islam yang sangat garang kepada
sesama muslim tapi sangat toleran kepada
orang kafir dan munafiq. Ambil contoh kasus uas dan si hidung. Dia
minta kita beramai ramai memaklumi si hidung yang buka aurat
dan mencela uas bersama dengan orang
kafir dan liberal? Apakah mereka
punya alasan tertentu?
A : Memang demikian sunnatullahnya dari
zaman rasul hingga zaman ini berakhir, orang munafiq akan selalu ada dan pasti
akan menyerang, mengadudomba ulama, memecah umat dengan berbagai cara.
Alasannya ya ini bagian dari ujian yang umat islam. Iblis sudah berjanji untuk
melalaikan, mengeluarkan, menjatuhkan agama Allah ini salah satunya melalui
orang munafiq.
Q : Tentang
palestina, bukan kah kita harus menolong saudara kita
yang sedang kesusahan? Dg semampunya.. harta, jiwa paling kurang dengan
doa. Lalu kenapa
ada ustadz mengharamkan jihad ke palestina dan syria termasuk untuk
memberikan bantuan kemanusiaan? Apabila
mereka
diminta mengungsi, apakah ustadz tsb sudah
menyiapkan tempat dll nya?
A : Ya menjadi kewajiban kita membela
sesama muslim di belahan bumi manapun termasuk palestina, mengenai ada ustadz
yang menyuruh hijrah bahkan mengharamkan jihad disana, karena memang mungkin
beliau belum mempelajari dan memahami dengan benar berdasarkan sirah nabawiyah
atau mengambil dalil yang tidak utuh atau tidak komprehensif terkait masalah
hijrah taupun jihad dipalestina. Ini juga sudah sunnatullah karena
ada orang-orang islam yang tanpa mereka
sadari justru menjadi bagian dari kehancuran umat. Tugas kita sekarang belajar
islam dengan kaffah atau berguru kepada ulama yang faqih sehingga kita menjadi
pribadi-pribadi pejuang tegaknya dienal islam ini dengan benar. wallahu a'lam
Alhamdulillah,
kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan
berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala
yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baikloah
langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan
do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment