Kajian Online WA
Hamba الله SWT
Senin, 13 Agustus 2018
Rekap Kajian Grup Bunda G3
Narasumber : Ustadzah
Yeni
Tema : Kajian Umum
Dzat yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan
mengagungkan-Nya...
Dzat yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi
diadzab-Nya...
Dzat yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap
manisnya Islam dan indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam
kecintaan kepadaNya, yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan
menghimpunkan kita untuk mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah... tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad
SAW. Yang memberi arah kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana
membangkitkan ummat yang telah mati, mempersatukan bangsa-bangsa yang tercerai
berai, membimbing manusia yang tenggelam dalam lautan syahwat, membangun
generasi yang tertidur lelap dan menuntun manusia yang berada dalam kegelapan menuju
kejayaan, kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma ba'd...
Ukhti fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya
kita awali dengan lafadz Basmallah
Bismillahirrahmanirrahim...
TAFAKUR KU MENGANTAR SYUKUR KU
Sahabat Rahimahullah....
Saat pagi telah beranjak. Tampak asyik dua orang di sebuah
musholla berbincang.
Seorang santri (S)
dan gurunya (U) .
S : Ustadz saya pernah membaca hadits begini , "Rasulullah
saw. pernah bersabda, “Tafakkuruu fii khalqiLlahi wa laa tafakkaruu fiiLlahi,
berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah, dan janganlah kamu berpikir tentang
Dzat Allah.
(Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dari Ibnu Abbas hasan.)
Apa maksud dari hadits tersebut?
Guru sambil membenarkan letak kopyahnya
U : "Hadits itu berbicara tentang salah satu ciri khas
manusia yang membedakanya dari makhluk yang lain, bahwa manusia adalah makhluk
yang berpikir."
Dengan kemampuan itulah manusia bisa meraih berbagai kemajuan,
kemanfaatan, dan kebaikan. Namun, sejarah juga mencatat bahwa tidak sedikit
manusia mengalami kesesatan dan kebinasaan akibat berpikir.
S : maaf Guru, apakah termasuk bencana yang sering melanda negeri
kita? Itu juga akibat cara berpikir manusia?
U : (tersenyum) betul. Oleh karenanya Rasulullah saw. menghendaki
kita, kaum muslimin, untuk punya budaya tafakur yang akan bisa mengantarkan
kita kepada kemajuan, kemanfaatan, kebaikan, ketaatan, keimanan, dan ketundukan
kepada Allah Ta’ala.
S : Bagaimana tafakur itu guru ?
U : Agar tafakur itu sesuai
tujuannya Rasulullah saw. memberi rambu-rambu agar kita tidak salah dalam
bertafakur. Rasulullah saw. memerintahkan kita untuk bertafakur mengenai
makhluk ciptaan Allah swt. Beliau melarang kita berpikir tentang Dzat Allah
karena kita tidak akan mampu menjangkaunya, dan berpikir tentang Dzat Alllah
bisa mengantarkan kita kepada kesesatan dan kebinasaan.
S : (manggut-manggut tampak berpikir keras).
Sahabat Rahimahullah....
Mengapa manusia perlu bertafakur?
FADHAAILUT TAFAKKURI (KEUTAMAAN TAFAKUR)
Setidaknya ada empat keutamaan tafakur, yaitu:
1. Allah memuji orang-orang yang senantiasa bertafakur dan
berdzikir dalam setiap situasi dan kondisi dengan menceritakannya secara khusus
dalam Al-Qur’an di surat Ali Imran ayat 190-191.
Sa’id Hawa dalam Al-Mustakhlash Fi Tazkiyatil Anfus halaman 93
berkata, “Dari ayat ini kita memahami bahwa kemampuan akal tidak akan terwujud
kecuali dengan perpaduan antara dzikir dan pikir pada diri manusia. Apabila
kita mengetahui bahwa kesempurnaan akal berarti kesempurnaan seorang manusia,
maka kita bisa memahami peran penting dzikir dan pikir dalam menyucikan jiwa
manusia. Oleh karena itu, para ahli suluk yang berupaya mendekatkan diri kepada
Allah senantiasa memadukan antara dzikir dan pikir di awal perjalanannya menuju
Allah. Sebagai contoh, di saat bertafakur tentang berbagai hal, mereka
mengiringinya dengan tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil.”
2. Tafakur termasuk amal yang terbaik dan bisa mengungguli ibadah.
Ada atsar yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban berbunyi,
Berpikir sesaat lebih utama daripada ibadah setahun
Kenapa begitu? Karena, berpikir bisa memberi manfaat-manfaat yang
tidak bisa dihasilkan oleh suatu ibadah yang dilakukan selama setahun.
3. Tafakur bisa mengantarkan kita kepada kemuliaan dunia dan
akhirat. Ka’ab bin Malik berkata,
Barangsiapa menghendaki
kemuliaan akhirat, maka hendaknyalah ia memperbanyak tafakur
4. Tafakur adalah pangkal segala kebaikan. Ibnul Qayyim berkata,
Berpikir akan membuahkan
pengetahuan, pengetahuan akan melahirkan perubahan keadaan yang terjadi pada
hati, perubahan keadaan hati akan melahirkan kehendak, kehendak akan melahirkan
amal perbuatan
Sahabat Rahimahullah.....
NATAAIJUT TAFAKKURI (BUAH TAFAKUR)
1. Kita akan mengetahui hikmah dan tujuan penciptaan semua makhluk
di langit dan bumi sehingga menambah keimanan dan rasa syukur.
2. Kita bisa membedakan mana yang bermanfaat sehingga bersemangat
untuk meraihnya, mana yang berbahaya hingga berusaha mengindarinya.
3. Kita bisa memiliki keyakinan yang kuat mengenai sesuatu, dan
menghindari diri dari sikap ikut-ikutan terhadap opini yang berkembang.
Katakanlah: “Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu
hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau
sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit
gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan
bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras. (Saba: 46)
4. Kita bisa memperhatikan hak-hak diri kita untuk mendapatkan
kebaikan, sehingga tidak hanya berusaha memperbaiki orang lain dan lupa pada
diri sendiri.
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat)?
Maka tidaklah kamu berpikir? (Al-Baqarah: 44)
5. Kita bisa memahami bahwa akhirat itu lebih utama, dan dunia
hanya sarana untuk membangun kebahagiaan akhirat.
(Yusuf: 109)
(Al-Qashash: 60).
6. Kita bisa menghindari diri dari kebinasaan yang pernah menimpa
orang-orang sebelum kita.
-(QS. Muhammad: 10)
7. Bisa menghindari diri dari siksa neraka karena bisa memahami
dan mengamalkan ajaran agama dan meninggalkan kemaksiatan dan dosa-dosa, terutama
syirik.
Lihat (Al-Mulk: 10)
(Al-Anbiyaa’ : 67)
DHAWABITHUT TAFAKKURI (BATASAN TAFAKUR)
Imam Al-Ghazali berkata, “Ketahuilah bahwa semua yang ada di alam
semesta, selain Allah, adalah ciptaan dan karya Allah Ta’ala. Setiap atom dan
partikel, apapun memiliki keajaiban dan keunikan yang menunjukkan
kebijaksanaan, kekuasaan, dan keagungan Allah Ta’ala. Mendata semuanya adalah
sesuatu yang mustahil, karena seandainya lautan adalah tinta untuk menuliskan
semua itu niscaya akan habis sebelum menuliskan sepersepuluhnya saja dari semua
ciptaan dan karya-Nya.”
Jadi, tafakur adalah ibadah yang bebas dan terlepas dari ikatan
segala sesuatu kecuali satu ikatan saja, yaitu tafakur mengenai Dzat Allah.
Saat bertafakur sebenarnya seorang muslim sedang berusaha
meningkatkan ketaatan, menghentikan kemaksiatan, menghancurkan sifat-sifat
destruktif dan menumbuhkembangkan sifat-sifat konstruktif yang ada dalam
dirinya. Berhasil tidaknya hal itu dicapai sangat dipengaruhi banyak faktor, di
antaranya:
#. Kedalaman ilmu
#. Konsentrasi pikiran
#. Kondiri emosional dan rasional
#. Faktor lingkungan
#. Tingkat pengetahuan tentang objek tafakur
#. Teladan dan pergaulan
#. Esensi sesuatu
#. Faktor kebiasaan
Sahabat Rahimahullah...
MENGAPA KITA DILARANG TAFAKKUR MENGENAI DZAT ALLAH SWT
Setidaknya ada dua alasan, yaitu:
1. Kita tidak akan sanggup menjangkau kadar keagunganNya.
Allah swt. tidak terikat ruang dan waktu. Abdullah bin Mas’ud
berkata, “Bagi Tuhanmu tidak ada malam, tidak pula siang. Cahaya seluruh langit
dan bumi berasal dari cahaya wajah-Nya, dan Dia-lah cahaya langit dan bumi.
Pada hari kiamat, ketika Allah datang untuk memberikan keputusan bumi akan
tenang oleh cahayaNya.
(Asy-syuuraa: 11)
Ibnu Abbas berkata, “Dzat Allah terhalang oleh tirai
sifat-sifat-Nya, dan sifat-sifat-Nya terhalang oleh tirai karya-karya-Nya.
Bagaimana kamu bisa membayangkan keindahan Dzat yang ditutupi dengan
sifat-sifat kesempurnaan dan diselimunti oleh sifat-sifat keagungan dan
kebesaran.”
2. Kita akan terjerumus dalam kesesatan dan kebinasan.
Memberlakukan sifat Sang Khalik terhadap makhluk ini adalah sikap
ghulluw (berlebihan). Itulah yang terjadi di kalangan kaum Rafidhah terhadap
Ali r.a. Sebaliknya, memberlakukan sifat makhluk terhadap Sang Khalik ini sikap
taqshir (merendahkan). Perbuatan ini dilakukan oleh aliran sesat musyabihhah
yang mengatakan Allah memiliki wajah yang sama dengan makhluk, kaki yang sama
dengan kaki makhluk, dan seterusnya. Semoga kita bisa terselamatkan dari kesesatan
yang seperti ini.
Aamiin
TANYA JAWAB
-
Alhamdulillah, kajian kita hari
ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari Allah
semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita tutup
dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika
asayahadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah,
dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment