Rekapitulasi Kajian HA Ummi G-5
Hari /Tgl: Rabu, 11 Juli 2018
Materi: Belajar Santun Pada Diri
sendiri
Narasumber : Ustadzah Tribuwhana
Waktu kajian : Ba'da Zuhur
Editor: Sapta
➖➖➖➖➖➖➖➖➖
“Barangsiapa yang memiliki
rambut maka hendaklah dia memuliakannya.” (HR. Abu Dawud)
Santun pada diri sendiri artinya kita
harus beretika, punya perasaan, mengenali apa yang menjadi hak kita dan apa
yang menjadi kewajiban kita. Dengan itu kita akan mendapatkan gelar kemuiaan
sebagai seorang manusia dalam pandangan Allah, dalam pandangan kita sendiri,
dan juga dalam pandangan orang lain.
Allah sendiri telah berbuat santun
pada kita, sebagaimana firman-Nya,”Dan sesungguhnya telah Kami muiakan
anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka
rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Isra’:70)
Ayat ini begitu lugas menceritakan,
bahwa Allah ternyata tilam hanya membuat sempurna penciptaan-Nya atas diri
kita. Tetapi juga memuliakan kita. Dia melebihkan kita atas makhluk-makhluk
yang lain. Maka, adakah kita juga berbuat yang sama pada diri sendiri. Apakah
kita memiliki sikap santun terhadapnya? Dan bagaimana seharusnya kita melakukan
hal itu?
@Menghargai Keindahan
Peforma dan Penciptaan
Bentuk tubuh yang sempurna dan menawan
yang Allah SWT berikan pada kita adalah salah satu keindahan dunia ini.
Keindahan itu tentulah harus selalu dijaga sebagai bentuk rasa syukur kita
kepada-Nya. Maka, merawat diri dengan senantiasa memperlihatkan penampilan
menarik tidak hanya sekedar memenuhi anjuran agama, tetapi juga merupakan satu
kesopanan dan penghargaan pada diri yang telah dicipta begitu menarik oleh Sang
Al-Mushawwir.
Ibnu Handhaliyah menceritakan, bahwa
Nabi SAW pernah bersabda kepada para sahabatnya ketika mereka hendak mendatangi
saudara mereka,”Kalian akan mendatangi saudara-saudara kalian. Karenanya
perbaikilah kendaraan kalian, dan pakailah pakaian yang bagus sehingga kalian
menjadi seperti tahi lalat (yang indah) di tengah-tengah umat manusia.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai sesuatu yang buruk.”(HR. Abu Dawud dan
Hakim).
Bukan hanya mandi dan memakai
wewangian yang dianjurkan, tetapi terhadap hal-hal kecil pun perhatian Islam
begitu besar. Memotong kuku, menipiskan kumis, mencabut bulu ketiak, yang
mungkin sering kita abaikan, bahkan disebut sebagai fitrah.
Rasulullah SAW bersabda, ”Lima hal
yang termasuk fitrah (kesucian): mencukur bulu kemaluan, khitan, menipiskan
kumis, mencabut bulu ketiak dan memotong kuku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kebersihan gigi dan mulut, yang
dengannya kita berdzikir dan berkomunikasi dengan sesame, juga sangat
diperhatikan. Tentang hal ini Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa makan
bawang putih atau bawang merah, maka janganlah ia mendekati masjid kami dan
hendaklah ia sholat dirumahnya, karena sesungguhnya malaikat itu juga terganggu
dengan apa-apa yang mengganggu manusia.” (HR. Bukhari)
Islam juga menganjurkan kita untuk
selalu merawat rambut karena dia adalah mahkota. Maka rambut hendaklah selalu
dijaga kebersihannya, disisir, dirapikan serta diperindah bentuknya. Maka
perbaiki penampilan kita. Jaga dan tata peforma kita, karena tubuh kita adalah
amanah yang keindahannya harus selalu dipelihara dengan baik. Dengan
memperhatikan hal-hal ini sama artinya kita telah menjaga kesantunan pada diri
sendiri.
@Memberi Manfaat kepada
Orang Lain
Memberi manfaat kepada orang lain,
dengan cara apapun, juga merupakan bagian dari sikap santun kita pada diri
sendiri. Maka, jangan pernah kita beranggapan bahwa apa yang kita lakukan untuk
orang lain, manfaatnya hanya untuk orang lain. Sedangkan kita hanya merasakan
keletihan, atau barangkali mengalami defisit harta jika yang kita lakukan
adalah memberi bantuan materi.
Ketika kita berkontribusi untuk
memberikan rasa gembira pada orang lain yang sedang kesusahan, menolong mereka
dari kesulitan hidupnya, membuatnya tersenyum dari beban yang menghimpitnya,
menuntunnya kepada jalan yang benar, mencegahnya dari perbuatan buruk, semua
adalah bagian dari sikap santun kita pada diri sendiri. Sebab, semua itu
merupakan sedekah bagi setiap ruas yang terdapat dalam tubuh kita.
Prinsip berbagi yang diajarkan
Al-Qur’an kepada kita adalah, kebaikan yang dilakukan kepada orang lain, pada
akhirnya akan kembali kepada pelakunya sendiri. Kitalah yang akan lebih banyak
menerima manfaat daripada orang yang menerima pertolongan kita. Allah SWT
berfirman, “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.”
(QS. Al-Isra’:7)
Telah banyak kisah yang pernah kita
dengar tentang orang yang sembuh dari penyakitnya; tentang pedagang yang
bertambah maju usahanya; tentang orang yang dalam situasi sulit yang menemukan
kemudahan dalam urusannya, karena sedekah dan atau karena memberi pertolongan
kepada orang lain, dalam bentuk apapun. Karena itu, bersikap santunlah kita
pada diri sendiri dengan berbagi kepada sesama.
@Memaksimalkan Fungsi
Sumber Daya
Karunia Allah SWT yang terhimpun dalam
struktur tubuh kita ini, adalah satu kesatuan yang memiliki potensi besar untuk
melakukan hal-hal yang besar. Kaki, tangan, mulut, mata, hati, akal, dan
seluruh anggota tubuh yang ada, dengan perannya masing-masing saling bersinergi
untuk melahirkan daya cipta yang luar biasa, meski pada akhirnya hanya anggota
tertentu yang terlihat dominan atas yang lain.
Ada orang yang dengan kemampuan olah
kakinya, kemudian menjadi pesepak bola hebat. Ada yang dengan kelincahan
tangannya mampu mengubah benda-benda rongsokan yang tak berharga, menjadi
karya-karya seni yang indah nan bernilai tinggi. Ada pula orang dengan
kelenturan lidahnya menjadi orator hebat, yang memesona dan menyihir orang
dengan kata-katanya.
Ada banyak lagi orang dengan
keahlian-keahlian tertentu yang memukau dan mengagumkan, begitu juga dengan
kita yang mungkin sudah mencipta suatu karya yang berbeda. Tetapi apapun
keahlian itu, kita tak boleh lupa bahwa Allah-lah yang telah memberi kita
sumber daya yang dahsyat, sehingga bias bertahan hidup seperti sekarang. Maka
siapakah di antara kita yang mau menjual sebelah tangannya, sebelah kakinya,
atau sebelah matanya, lalu menukarnya dengan tangan, kaki, serta mata imitasi
yang tak berfungsi. Tidak ada, kecuali orang yang terdapat gangguan di akalnya.
Allah SWT berfirman, ”…dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan, dan berbuat
baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
(QS. Al-Baqarah:195)
Memelihara sumber daya ini adalah
bentuk sikap santun kita kepada diri sendiri. Karena, dengan diri yang kuat,
Allah SWT akan menempatkan kekuasaan di tangan kita. “Dan Allah telah
berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka,
sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap
menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan
barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu,maka mereka itulah
orang-orang yang fasik.” (QS.An-Nur:55)
@Menciptakan Keseimbangan
dalam Hidup
Dunia ini dan perputarannya diciptakan
Allah SWT mengikuti sunnah-sunnah yang telah Dia tentukan. Sunnah-sunnah itu
kokoh dan tak akan pernah berubah. Salah satunya adalah Sunnah keseimbangan,
atau yang kita sebut dengan tawazun.
Jika amati makhluk-makhluk yang ada di
sekeliling kita,dari sungai, gunung, hewan dan tumbuh-tumbuhan, semua berjalan
di atas sunnah keseimbangan itu. Baik secara fisik, kualitas, kuantitas hingga
pada bagian-bagian terkecil dari tubuh makhluk-makhluk itu. Hanya kadang,
manusia seringkali mengganggu keseimbangan itu dengan tingkah polahnya yang
suka merusak dan mengeksploitasi lingkungan dan ekosistem.
Allah SWT menciptakan kita terdiri
dari banyak unsur. Ada raga, hati, akal, dan ada jiwa. Semua unsur ini punya
kebutuhan yang harus kita penuhi secara berimbang. Semua harus mendapatkan
perhatian yang sama, juga hak-haknya mesti ditunaikan sesuai kebutuhannya. Raga
perlu diberi makan, hati dan akal serta jiwa pun juga perlu makan. Dengan
mencukupi makan dan kebutuhan-kebutuhannya yang lain maka kita bias hidup
dengan tenang dan damai.
Kita tidak boleh hanya memperhatikan
makanan untuk fisik, sementara lupa memberi makan akal, hati dan jiwa kita.
Tetapi semua harus berimbang. Keseimbangan itu terlihat dari sabda Rasulullah
SAW, ”Manusia tidak mengisi suatu tempat yang lebih buruk daripada perutnya.
Cukup baginya beberapa suapan sekedar menegakkan tulang sulbinya. Jika tidak
mampu melakukannya, maka hendaknya ia jadikan sepertiga untuk makanan,
sepertiga untuk minum dan sepertiga lagi untuk nafasnya.” (HR. Ahmad, Ibnu
Majah dari Hakim)
Rasulullah juga memerintahkan kepada
kita menjaga keseimbangan spiritual. Karenanya, ia menolak rencana tiga orang
yang akan sholat malam selamanya, puasa selamanya, dan ketiga tidak akan
menikahi wanita. Bahkan itu bentuk melanggar sunnahnya.
@Tidak Mengabaikan
Kekuatan Spiritual
Beribadah secara berlebih memang tidak
dianjurkan. Tetapi minim ibadah lebih tidak dianjurkan. Sebab tidak ada
keselamatan tanpa kekuatan spiritual. Dan kekuatan spiritual tak mungkin
dicapai tanpa ibadah. Maka beribadah adalah bentuk kecintaan dan kasih saying
kita kepada diri sendiri.
Rasanya tidak ada orang yang
menginginkan raganya yang tampan dan mengagumkan di dunia, dibakar dan
dihanguskan dengan api neraka di akhirat kelak. Kita semua ingin selamat, dan
kunci keselamatan itu adalah kedekatan dengan Allah yang diperoleh melalui
modal ruhiyah yang baik.
Secara umum, diri kita terbagi dua.
Jasad dan ruh. Keberadaan ruh sangat menentukan hidup matinya jasad manusia.
Tidak berfungsinya anggota badan manusia secara total (mati) adalah karena
dicabutnya ruh dalam dirinya. Namun kita sering menyaksikan bahwa pembinaan
ruhiyah terkadang kurang mendapat perhatian. Sementara pemenuhan terhadap
kebutuhan jasmaniah yang bersifat materi, dengan berbagai cara, berusaha
dipenuhi walaupun itu diluar kemampuan. Tanpa bekal kekuatan ruhiyah, seseorang
akan berani melakukan perbuatan-perbuatan amoral.
Seseorang yang memiliki kekuatan
ruhiyah yang baik, akan dengan cepat merespon keadaan yang tidak baik
disekelilingnya. Dia akan memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap
lingkungan, kemudian melakukan usaha-usaha perbaikan agar dirinya tidak ikut
binasa karena keadaan yang buruk itu.
Sedangkan ruhiyah yang lemah, akan
memudahkan diri kita terpedaya oleh godaan dunia, gampang terperangkap ke dalam
jebakan-jebakan syaithon, dan tentu saja cenderung menyimpang dari jalan yang
benar. Minim dalam ibadah sesungguhnya sama dengan menyiksa diri sendiri dan
tidak menyayanginya. Dengan sebab itu, hati akan sering gelisah, gampang putus
asa, dan banyak lagi efek negative yang bias muncul dari diri yang jauh dari
Allah SWT. Maka, sekali lagi, menyayangi diri harus pula dilakukan dengan
selalu memberinya makanan rohani (ghiza’ruhiy) yang memadai, selain hal-hal
yang lain.
Wallahu a’lam
➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Tanya Jawab
T: Afwan bunda. Kekuatan spiritual itu apa
berpengaruh dengan Amal ibadah yang Kita lakukan jika Kita tetap dijalan yg
Allah ridhoi? Terkadang saya merasa amat bersyukur karena apa yang saya
rencanakan, misal niat bertemu teman, Alhamdulillah Allah permudah; jalan ga
macet, ga janjian pun ketemu.
J: Betul bunda, jika hubungan kita dengan
Allah kuat, kondisi apapun yang menimpa kita akan membuat kita optimis
melangkah
T: Bagaimana dengan tabarujnya wanita dan
memakai parfum untuk keluar rumah ustadzah, apakah termasuk santun untuk diri
sendiri?
J: Santun jika tidak berlebihan
T: Ustadzah, bagaimana hukumnya kalau bekerja
di salon, dimana di situ merias wajah perempuan, membuat rambut yang tadinya
keriting menjadi lurus (smoothing) apakah boleh?
J: …”Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat
siksaan-Nya.”
Dalam AQ surat al-maidah ayat 2
dijelaskan seperti itu. Jika bisa pindah tempat kerja akan lebih baik lagi.
T: Bagaimana dengan Salon Khusus muslimah ustadzah,
pastinya di dalam salon itu kan juga ada aktifitas seperti salon salon pada
umumnya?
J: Tidak apa-apa jika aktifitasnya tidak
ditujukan untuk merubah ciptaan asli dari Allah
T: Bagaimana dengan rambut kriting mengembang
di lurusin?
J: Ya ga boleh juga, merubah ciptaan Allah
T: Bagaimana hukumnya membuat gigi palsu dan
menyemir rambut , apa itu termasuk merubah ciptaan Alloh?
J: Gigi palsu jika diperuntukkan untuk
kesehatan tidak apa-apa.. menyemir rambut juga tidak apa-apa asal warnanya tidak
sama dengan rambut asli.
T: Bagaimana hukumnya pasang Behel ustadz? Dan
jika sudah dipasang belum sempat dilepas namun tidak ada umur. Lalu bagaimana,
apakah harus dilepas sebelum dikebumikan, sedangkan lepas behel tidak mudah?! Mohon
pencerahan Ustadzah .
J: Tidak apa-apa, jika tidak memungkinkan untuk
dilepas; karena memperlakukan mayat harus sama ketika kita memperlakukan ketika
dia hidup; ya tidak usah dilepas
T: Bagaimana dengan seseorang yang sedang
sakratul maut, sedangkan perhiasannya belum sempat di lepas, lalu meninggal,
apakah perhiasanya juga ikut di kubur atau kita lepasin dulu ustdzah?
J: Dilepas saja pas dimandikan, mungkin bisa
disedekahkan atas nama si mayat
T: Ustadzah
mau nanya. Untuk meluruskan rambut ITU hukumnya haram dengan alasan apa
pun atau ada terkecuali? Karena pernah dengar Kalau tujuannya untuk suami
katanya boleh.
J: Boleh meluruskan rambut jika tujuannya
hanya untuk ditampakkan pada suaminya.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Kita tutup dengan
membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa Kafaratul Majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك
أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh
================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage: Kajian On line-Hamba Allah
FB: Kajian On Line - Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment