Rekapitulasi
Kajian Online Hamba Allah G5
Hari/Tgl:
Rabu, 29 Agustus 2018
Materi:
Respon Kita Terhadap Bencana
Asatidz:
Ustadzah Tribuwhana
Admin
G-5: Saydah, Nining
Editor:
Sapta
------------------------------------
Dulu semasa Rasulullah masih ada, pernah
terjadi gempa di Madinah. Agak mengherankan memang, mengingat secara geografis
Madinah bukanlah negeri yang dikelilingi gunung volcano aktif. Tanahnya juga
relatif datar. Tapi terjadi gempa bumi.
Saat itu, Rasulullah meletakkan dua telapak
tangannya ke tanah dan mengusap-usapnya. Beliau berkata, “Bersabarlah. Belum
datang saatnya bagi kami.” Kemudian Rasulullah memandang para sahabat dan
berkata juga, “Sesungguhnya Rabb kalian, menegur kalian. Maka jawablah!”
Demikian
Rasulullah bersabda kepada para sahabat kala itu. Maksud kalimat beliau yang
mengatakan, sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian dan Rasulullah meminta para
sahabat untuk menjawab adalah, Allah meminta kita agar memperbaiki diri. Dari
banyak hal.
Saat itu penduduk negeri adalah para
sahabat, orang-orang beriman, Allah dan Rasul-Nya meminta untuk memperbaiki
diri. Mungkin dari kelalaian. Mungkin dari kemungkinan-kemungkinan salah. Dari
banyak hal. Dan hal tersebut disambut oleh para sahabat dengan langsung
beristighfar dan memperbaiki diri.
Pernah juga terjadi satu gempa lagi, saat
Umat ibnul Khattab menjadi amirul mukminin. Maka Sayyidina Umar meniru apa yang
dilakukan Rasulullah. Dan sebagai khalifah, beliau memobilisasi ishlahul ummah.
Perbaikan ummat dari segala macam potensi maksiat yang mengundang
ketidak-ridha-an Allah.
Satu lagi kisah gempa, terjadi di masa
Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz. Banyak korban yang jatuh. Dan dengan
segera Amirul Mukminin mengirim surat kepada seluruh gubernur, wali nagari,
bupati dan walikota di seluruh negeri. Memobilisasi mereka untuk mengajak
rakyat dan penduduknya memperbaiki diri, bertaubat dan bersedekah.
Mereka diminta untuk mengeluarkan zakat,
dan jangan menahannya. Seluruh penduduk negeri ditetapkan, pada hari tertentu
untuk keluar rumah dan melayani sesama dan saudara.
Tiga kisah di atas adalah respon dan reaksi
para pemimpin tentang bencana alam yang di alami negerinya. Bukan suudzon dan
berburuk sangka, bahwa gempa bumi yang kita alami kemarin adalah hasil dari
kemaksiatan kita. Bukan begitu. Tapi reaksi dan respon yang dicontohkan oleh
Rasulullah, Sayyidina Umar dan Khalifah Umar bin Abdul Aziz perlu kita hidupkan
dalam kehidupan kita.
Memang kemaksiatan seolah menjadi hal yang
lumrah di negeri ini, namun bencana alam bukanlah azab Allah. Sesungguhnya
Allah SWT telah berfirman:
“Jikalau
Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan
ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatu pun dari makhluq yang melata, tetapi
Allah menangguhkan mereka sampai pada waktu yang ditentukan”.
(QS. An Nahl : 61)
Ayat diatas telah menjelaskan bahwa jika
Allah berniat menghukum/mengazab manusia karena kedzalimannya, niscaya tidak
akan ada binatang melata pun yang akan hidup pasca bencana itu, sebagaimana
azab yang ditimpakan kepada ummat nabi–nabi sebelum ummat Nabi Muhammad SAW.
Ummat Nabi Luth yang homoseks/lesbian diazab Allah dengan dihujani batu dari
neraka sijjil. Ummat Nabi Nuh ditimpa banjir bandang yang sangat besar. Ummat
Nabi Musa (Fir’aun dkk) yang ditenggelamkan di dalam laut. Semua peristiwa-peristiwa
tersebut menampakkan kedahsyatan bencana yang terjadi sehingga tidak satu pun makhluq
yang hidup kecuali orang–orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Sesungguhnya Bencana dan musibah adalah
ujian bagi orang–orang yang beriman lagi taat pada Allah. Diantara korban
bencana terdapat orang–orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, namun
tetap terkena musibah sebagai bagian ujian atas keimanan mereka kepada Allah
SWT.
Jikalau
mereka bersabar atas ujian itu niscaya Allah akan mengangkat derajat mereka.
Namun adakalanya juga bencana tersebut
merupakan teguran kepada orang – orang yang menyatakan beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya namun lalai dari menjalankan kewajiban Allah, bahkan melakukan
keharaman yang dilarang-Nya. Akibat kelalaian itulah mereka disiksa di dunia
padahal mereka telah mendapatkan banyak kenikmatan.
Allah
SWT berfirman, ”Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri Beriman dan
Bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’raf, 7: 96)
Mari membersihkan diri. Bertaubat kepada
Allah. Meminta ampun. Mengeluarkan sedekah. Ringan berinfaq. Membersihkan diri
dengan zakat. Dan melayani saudara dan sesama. Semoga dengan usaha yang ringan
dan sedikit ini, Allah menjadi ridha pada negeri ini dan memberikan kita
kebaikan dan rahmat-Nya. Aamiin….
Wallahu
a'lam
------------------------
TANYA
JAWAB
T:
Assalamu"alaikum ustadzah mau tanya akhir-akhir ini aku sering sakit apa
ini ujian atau teguran Allah padaku ya karena aku punya niat pengen puasa batal
juga sekarang sholatku pun duduk, bagaimana menurut ustadzah?
J:
وعليكم السلام ور حمة الله
وبر كا ته
Sudah
diperiksakan ke dokter bunda? Sahabat Ibnu ‘Abbas -yang diberi keluasan ilmu
dalam tafsir al-Qur’an- menafsirkan ayat ini: “Kami akan menguji kalian
dengan kesulitan dan kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan
kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan.”
(Tafsir Ibnu Jarir).
Dari
ayat ini, kita tahu bahwa berbagai macam penyakit juga merupakan bagian dari
cobaan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Namun di balik cobaan ini, terdapat
berbagai rahasia/hikmah yang tidak dapat di nalar oleh akal manusia. Jika kita
bersabar insyaAllah akan banyak pahalanya. Dan bisa menggugurkan dosa-dosa kita
T:
Assalamu'alaikum
Ustadzah ijin bertanya. Kalau seseorang terkena musibah, sakit, bencana, apakah
dia wajib bersabar? Adakah batasan sabarnya
manusia?
J:
Wajib
bersabar dan batasan kesabaran itu tidak bertepi.
T:
Seperti apa contoh perbuatan orang yang sabar dalam menghadapi musibah atau
sakit?
J:
tidak
meratap dan menambah kuantitas serta kualitas ibadah
T:
Assalamualaikum ustadzah, adakah hukumnya untuk yang melakukan ruqyah?
J:
Ruqyah
yang dibolehkan dalam islam adalah ruqyah yang bacaannya menggunakan ayat-ayat
Al Quran. Di ambil dari Fathul Majid , Imam As Suyuthi berkata:Ruqyah
boleh dilakukan apabila memenuhi 3 syarat: Bacaan ruqyah memakai ayat-ayat Al
Quran atau nama dan sifat Alloh Ta’ala. Bacaan ruqyah memakai bahasa Arab atau
yang memiliki makna. Meyakini bahwasanya ruqyah bisa berpengaruh karena izin
dari Alloh, buka karena bacaan-bacaannya.
Berikut
ini, kriteria-kriteria ruqyah syariah sesuai ajaran islam:
Bacaan
ruqyah memakai Ayat Al Quran, doa yang syari atau yang tidak bertentangan
dengan doa yang diajarkan. Memakai bahasa Arab, kecuali jika tidak bisa. Tidak
menjadikan ruqyah sebagai ketergantungan, karena ruqyah hanyalah sebab. Isi
ruqyah jelas maknanya. Tidak boleh mengandung doa dan harapan kepada selain
Alloh (misalnya kepada syetan dan jin). Tidak boleh mengandung kata-kata yang
diharamkan, contohnya celaan. Tidak memberi syarat kepada orang yang
diruqyah. (fatawal ‘Ulama fii’Ilaajus Sihr wal Mass wal’ain wal Jaan,
hal.310)
T:
Assalamualaikum bunda, mohon maaf ijin bertanya, bagaimana dengan yang menjadi
korban bencana bunda? Apakah termasuk syahid? Dan Kita tidak boleh menjudge
mereka yang menjadi korban itu akibat perbuatan mereka sendiri ya bunda?
J:
Insyaa
Allah mati syahid untuk orang orang mukmin. Bencana itu bisa ujian dan musibah.
Tergantung cara menyikapinya. Ada yang tidak pernah ditimpa bencana alam. Tapi
bukan berarti orang tersebut tidak diuji dan dicoba.
Kekayaan
juga ujian
Kecantikan
juga ujian
Kepintaran
juga ujian
Semua
bentuk pemberian dari Allah bisa dimaknai ujian, musibah, hadiah dan sebagainya.
Hebatnya, seorang mukmin itu jika diberi nikmat bersyukur
Jika
diberi musibah bersabar, tidak ada lagi kecuali itu.
T:
Assalamualaikum. Bagaimana dengan bencana gempa Lombok saat ini? Secara ilmiah
kan karena memang Indonesia sangat rentan terhadap musibah gempa dan gunung
meletus karena posisi peta Indonesia yang berada pada lingkaran cincin api
Pasifik dan dikelilingi pegunungan berapi yang sebagian besarnya adalah masih
aktif. Apakah setiap bencana itu adalah sebuah kesalahan/kemaksiatan manusia?
J:
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar
(dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuraa: 30)
Ali
bin Abi Tholib –radhiyallahu ‘anhu– mengatakan, “Tidaklah musibah tersebut
turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut
hilang melainkan dengan taubat.” (Al Jawabul Kaafi, hal. 87)
Gerakan
taubat nasional perlu dilakukan. Karena musibah tidak hanya menimpa orang-orang
yang fasik saja tapi juga orang-orang yang beriman.
T: Darimana
kita bisa memaknai bahwa apa yang kita alami tergolong ujian, musibah, teguran
atau hadiah ustadzah?
J:
Bahagia
secukupnya sedih seperlunya. Tidak usah terlalu lebay menyikapi kehidupan. Karena
sekelas nabi dan rasul pun mendapat ujian. Apalah kita yang hanya manusia biasa.
Dan jangan terlalu silau dengan dunia. Karena ada kampung akhirat yang abadi. Tujuan
kita hidup didunia adalah untuk meraih sebanyak-banyak bekal untuk akhirat kita.
Wallahu
a'lam
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Kita tutup dengan
membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa Kafaratul Majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك
أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh
================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage: Kajian On line-Hamba Allah
FB: Kajian On Line - Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment