Rekap Kajian
Online Hamba اللَّهِ Ummi
Link G1-G6 & Akhwat
Hari, Tgl:
Jum'at, 12 Juli 2019
Materi:
BAHAYA-BAHAYA MELUPAKAN AL QUR'AN
Narasumber:
Ustadz Farid Nu'man Hasan
Waktu
Kajian: 15.09-18.02 WIB
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
BAHAYA-BAHAYA MELUPAKAN AL QUR'AN
▫▫▫▫▪▪▪▪
Sejak 14-15 Abad lalu, Allah Ta'ala sudah
menyebutkan akan datangnya masa umat Islam menjauh dari Al Qur'an. Menjauh
artinya tidak membacanya, mentadabburinya, apalagi mengamalkannya.
Allah Ta'ala berfirman:
وَقَالَ
الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ
قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا
Dan
Rasul (Muhammad) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan
Al-Qur'an ini sesuatu yang dijauhi.” (QS. Al-Furqan, Ayat 30)
Sungguh, menjauh dari Al Qur'an adalah
berbahaya bagi seorang muslim, atau masyarakat muslim, bahkan bagi umat
manusia. Hal ini ditegaskan dalam banyak ayatNya.
Di antaranya:
1. Penghidupan yang sempit (Ma'isyatan
Dhanka)
Hal ini Allah Ta'ala tegaskan dalam Al
Qur'an:
وَمَنْ
أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ
لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا
Dan
barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani
kehidupan yang sempit, ... (QS. Tha-Ha, Ayat 124)
Maksud dari "berpaling dari
peringatanKu" adalah berpaling dari Al Qur'an.
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah
menjelaskan:
أي
خالف أمري وما أنزلته
على رسولي أعرض عنه وتناساه وأخذ
من غيره هداه
Yaitu
menyelisihi perintahKu dan menyelisihi apa-apa yang Aku turunkan kepada RasulKu
(Al Qur'an), berpaling darinya dan melupakannya dan menjadikan selainnya
sebagai petunjuk. (Tafsir Al Quran Al 'Azhim, 5/283)
Ada pun "penghidupan yang
sempit" yaitu kehidupan dunianya, baik hakiki yaitu sempit nafkahnya, atau
sempit secara maknawi yaitu dadanya sempit dan gelisah, karena dia hidup di
atas kesesatan, atau permasalahan yang
tidak kunjung usai, dan lainnya.
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah
menjelaskan:
أي
ضنكا في الدنيا، فلا
طمأنينة له ولا انشراح
لصدره، بل صدره ضيق
حرج لضلاله، وإن تنعم
ظاهره ولبس ما شاء
وأكل ما شاء وسكن
حيث شاء، فإن قلبه
ما لم يخلص إلى
اليقين والهدى فهو في
قلق وحيرة وشك، فلا
يزال في ريبة يتردد
فهذا من ضنك المعيشة.
Yaitu
sempit di dunia, tidak tenang, dan tidak lapang dadanya, tapi hatinya sempit
karena kesesatannya. Walau zahirnya menampakkan nikmat hidup, memakai pakaian
apa saja yang dia suka, memakan apa yang dia mau, dia tinggal dimana pun dia
suka, tapi hatinya belum bersih kepada keyakinan dan petunjuk, hatinya gelisah
dan dipenuhi keraguan, terus menerus dikuasai kebimbangan. Itulah kehidupan
dunia yang sempit. (Ibid)
Maka, jika kita dirundung kegelisahan,
ditimpa masalah demi masalah .. coba lihat dan evaluasi bagaimana hubungan kita
dengan Al Qur'an ..
Sementara itu, Abu Hurairah Radhiyallahu
'Anhu berkata: Rasulullah ﷺ
bersabda tentang makna "penghidupan yang sempit", maksudnya adalah
"Azab Kubur." Sanadnya jayyid.
(Imam Ibnu Katsir, Ibid, 5/284)
2. Dikumpulkan di akhirat dalam keadaan buta
Allah Ta'ala berfirman dalam ayat yang
sama dengan poin pertama:
وَنَحْشُرُهُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ
"
... dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.”
(QS. Tha-Ha, Ayat 124)
Ini sesuatu yang menakutkan. Di dunia,
kebutaan saja sudah tidak mengenakkan dan membingungkan, walau banyak manusia
yang dapat membantu kita. Lalu, bagaimana
kebutaan di akhirat, di mana manusia tidak bisa membantu satu sama
lainnya karena masing-masing bertanggungjawab atas amalnya sendiri?
Buta di sini bermakna hilangnya
penglihatan, hilangnya arah, petunjuk, dan kendali, di akhirat nanti ..
Imam Asy Syaukani Rahimahullah
menjelaskan:
أي
مَسْلُوبَ الْبَصَرِ، وَقِيلَ: المراد العمى عَنِ
الْحُجَّةِ، وَقِيلَ: أَعْمَى عَنْ جِهَاتِ الْخَيْرِ
لَا يَهْتَدِي إِلَى شَيْءٍ مِنْهَا
Yaitu
kaburnya penglihatan. Dikatakan bahwa maksud dari buta adalah buta dari hujjah.
Dikatakan pula, buta terhadap arah kebaikan, dan dia tidak ada petunjuk untuk
sedikit pun mencapai ke sana.
(Fathul Qadir, 3/462)
Sebab, Al Qur'an adalah kitab petunjuk
bagi manusia, ke arah yang lurus dan paling benar .. maka melupakannya akan
membuatnya jauh melenceng dari kebenaran. Penyesalan itu pun datang kemudian ..
Allah Ta'ala berfirman:
قَالَ
رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَىٰ
وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا
قَالَ
كَذَٰلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا ۖ وَكَذَٰلِكَ الْيَوْمَ
تُنْسَىٰ
Dia
berkata, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal
dahulu aku dapat melihat?”
Dia
(Allah) berfirman, “Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami,
dan kamu mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikan.”
(QS. Tha-Ha, Ayat 125-126)
3. Kesesatan yang jauh
Al Qur'an adalah huda lin naas, petunjuk
bagi semua manusia. Maka, ketika manusia berpaling darinya tentu mereka
berpaling dari panduan hidup .., sehingga mereka tersesat dan jauh tersesat.
Allah Ta'ala berfirman:
أَلَمْ
تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ
أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ
إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ
قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى
الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ
يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ
أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا
Tidakkah
engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah
beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu (Al Quran) dan kepada apa yang
diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada
Thaghut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari Thaghut itu. Dan
setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya.
(QS. An-Nisa', Ayat 60)
Ayat ini menceritakan tentang tersesatnya
manusia yang memakai Al Qur'an dan As Sunnah tapi juga menggunakan petunjuk,
ketetapan, dan hukum selain Al Qur'an dan As Sunnah. Mereka lebih memilih
selain Al Qur'an, dan Allah Ta'ala menyebutnya sebagai ketetapan Thaghut. Tapi
mereka mengklaim telah ikut Al Qur'an, Allah Ta'ala menyebut mereka tersesat. Ini
menunjukkan mengikuti Al Qur'an mesti tulus dan total.
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan
ayat ini:
هَذَا
إِنْكَارٌ مِنَ اللَّهِ عَزَّ
وَجَلَّ عَلَى مَنْ يَدَّعِي
الْإِيمَانَ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ
وَعَلَى الْأَنْبِيَاءِ الْأَقْدَمِينَ، وَهُوَ مع ذلك
يريد أن يتحاكم فِي
فَصْلِ الْخُصُومَاتِ إِلَى غَيْرِ كِتَابِ اللَّهِ
وَسُنَّةِ رَسُولِهِ، كَمَا ذُكِرَ فِي
سَبَبِ نُزُولِ هَذِهِ الْآيَةِ
أَنَّهَا فِي رَجُلٍ مِنَ
الْأَنْصَارِ ورجل من اليهود
تخصاما، فَجَعَلَ الْيَهُودِيُّ يَقُولُ: بَيْنِي وَبَيْنَكَ مُحَمَّدٌ،
وَذَاكَ يَقُولُ: بَيْنِي وَبَيْنَكَ كَعْبُ
بْنُ الْأَشْرَفِ، وَقِيلَ: فِي جَمَاعَةٍ مِنَ الْمُنَافِقِينَ مِمَّنْ أَظْهَرُوا الْإِسْلَامَ،
أَرَادُوا أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى حُكَّامِ الْجَاهِلِيَّةِ، وَقِيلَ غَيْرُ ذَلِكَ،
وَالْآيَةُ أَعَمُّ مِنْ ذَلِكَ
كُلِّهِ، فَإِنَّهَا ذَامَّةٌ لِمَنْ عَدَلَ عَنِ
الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ. وَتَحَاكَمُوا إِلَى مَا سِوَاهُمَا مِنَ
الْبَاطِلِ، وَهُوَ الْمُرَادُ بِالطَّاغُوتِ هَاهُنَا، وَلِهَذَا قَالَ يُرِيدُونَ أَنْ
يَتَحاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ إلىآخره.
Ayat
ini merupakan pengingkaran Allah terhadap orang yang mengklaim beriman kepada
apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ (Al Qur'an) dan apa yang diturunkan kepada
para nabi terdahulu. Saat yang bersamaan, mereka ingin mendamaikan pertengkaran
manusia tapi tidak menggunakan Al Qur'an dan sunnah RasulNya, sebagaimana
tertera di dalam sebab turunnya ayat ini.
Ayat
ini turun tentang pertengkaran seorang laki-laki Anshar, dengan org Yahudi. Si
Yahudi berkata: "Antara saya dan kamu ada Muhammad." Lalu laki-laki
Anshar berkata: "Antara saya dan kamu ada Ka'ab bin Asyraf (tokoh Yahudi
Madinah)." Ada yang mengatakan, ayat ini tentang segolongan orang-orang
munafiq yang menampakkan keislaman, tapi mereka hendak menetapkan perkara
dengan hukum jahiliyah. Ada pula versi lainnya.
Ayat
ini berlaku lebih umum dari semua itu. Ini merupakan kecaman bagi mereka yang mengadili dari Al Qur'an dan
As Sunnah, tapi juga menggunakan
ketetapan selain keduanya dengan batil. Inilah maksud berhukum dengan hukum
Thaghut di ayat ini. Oleh karenanya Allah berfirman: "Tetapi mereka masih menginginkan
ketetapan hukum kepada Thaghut." (Tafsir Al Quran Al 'Azhim, 2/305)
Inilah yang membuat mereka tersesat,
ketika tidak puas dengan Al Qur'an, mereka tambahkan lagi dengan ketetapan dari
sumber-sumber jahiliyah. Padahal semua itu mesti mereka ingkari, sebagaimana
penekanan dalam ayat tersebut:
وَقَدْ
أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ
"
.. padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari Thaghut itu."
Sebagian ahli tafsir generasi awal,
memaknai hukum Thaghut dalam konteks ayat itu maksudnya hukum yang ditetapkan
oleh tokoh Yahudi Madinah, Ka'ab bin Asyraf.
Imam Ibnul Jauzi Rahimahullah mengatakan:
والطاغوت:
كعب بن الأشرف، قاله
ابن عباس، ومجاهد، والضحاك،
والربيع، ومقاتل
Thaghut
yaitu Ka'ab bin Asyraf. Ini dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Adh Dhahak, Ar
Rabi', dan Muqatil. (Zaadul Masiir, 1/426)
Namun, yang terjadi bukannya Thaghut ini
diingkari justru malah diikuti. Akhirnya syetan menyesatkan mereka dengan
kesesatan yang begitu nyata.
Allah Ta'ala menutup ayat itu dengan:
وَيُرِيدُ
الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا
بَعِيدًا
Dan
setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya.
4. Shuhbatusy Syaithan (Bersahabat dengan
syetan)
Allah Ta'ala jadikan Al Qur'an sebagai
wiqayah (tameng) untuk manusia dari gangguan syetan. Ayat-ayat Al Qur'an sangat
menakutkan bagi mereka, oleh karena itu Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ
مِنْ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ
سُورَةُ الْبَقَرَةِ
Sesungguhnya
syetan itu lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al Baqarah. (HR.
Muslim no. 780)
Maka, sangat logis ketika manusia
melupakan Al Qur'an; tidak membacanya, menjauhi ajarannya, tidak mau
menjadikannya pedoman hidup, syetanlah yang akan mendekat bahkan menjadi
kawannya. Paradigma berpikirnya dipolakan oleh syetan; bagaimana dia mencari
rezeki, bertutur kata, bekerja, dsb, .. semuanya dipengaruhi oleh syetan,
karena syetan amat dekat dengannya.
Hal ini ditegaskan oleh Allah Ta'ala
dalam Al Qur'an:
وَمَنْ
يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَٰنِ
نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ
لَهُ قَرِينٌ
Dan
barangsiapa berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pengasih (yaitu
Al-Qur'an), Kami biarkan syetan (menyesatkannya) dan menjadi teman karibnya.
(QS. Az-Zukhruf, Ayat 36)
Imam Ibnul Jauzi Rahimahullah
menjelaskan:
قال
المفسرون: وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمنِ فلم يَخَف عِقابه
ولم يلتفت إِلى كلامه
نقيِّضْ له أي: نسبب
له شيطاناً فنجعل ذلك
جزاءَه فهو له قرين
لا يفارقه. وَإِنَّهُمْ يعني
الشياطين لَيَصُدُّونَهُمْ يعني الكافرين، أي:
يمنعونهم عن سبيل الهدى
Para
pakar tafsir mengatakan: "Dan barangsiapa berpaling dari pengajaran Allah
Yang Maha Pengasih (yaitu Al-Qur'an)", dia tidak takut dengan hukumanNya
dan tidak menengok pada firmanNya maka "Kami biarkan syetan dengannya"
yaitu Kami kaitkan dia dengan syetan sebagai balasannya dan dia menjadi
qorinnya (kawan yang lebih dekat dari karib), dia tidak pernah lepas darinya.
Sesungguhnya syetan benar-benar menghalangi mereka (orang-orang kafir) dari
jalan petunjuk. (Zaadul Masiir, 4/78)
Demikian. Wallahu a'lam
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
TANYA
JAWAB
1.
G6
Bismillaah. Ijin bertanya, Ustadz.
a. Bagaimanakah hukum membaca Al Qur'an
tapi dengan latinnya?
b. Lalu bagaimana hukumnya membaca Al
Qur'an dengan terbata-bata ya, Ustadz?
Jazakallah khoir.
Jawab:
Bismillahirrahmanirrahim ..
a. Jika membaca dari latinnya maka dia
tidak dikatakan sedang membaca Al Qur'an. Tapi buat belajar tidak apa-apa.
Namun, tidak boleh dibiasakan, harus mau belajar dengan bahasa Arabnya.
Berkata Imam Al Qadhi Abu Bakar bin Al
‘Arabi Rahimahullah:
وَأَوْضَحْنَا
أَنَّ التِّبْيَانَ وَالْإِعْجَازَ إنَّمَا يَكُونُ بِلُغَةِ
الْعَرَبِ ، فَلَوْ قُلِبَ
إلَى غَيْرِ هَذَا لَمَا
كَانَ قُرْآنًا وَلَا بَيَانًا ،
وَلَا اقْتَضَى إعْجَازًا
“Kami telah menjelaskan, bahwa bayan dan mu’jizat hanya
bisa direalisasikan dengan bahasa Arab, karena itu seandainya Al Quran diganti
dengan bahasa selain bahasa Arab tentulah penggantinya itu tidak dinamakan Al
Quran dan bayan, dan juga tidak
menimbulkan kemu’jizatan.” (Imam Ibnul ‘Arabi Al Maliki, Ahkamul Quran,
7/81).
b. Membaca Al Qur'an terbata-bata tetap
mendapatkan pahala ..
وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ
شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
Orang
yang membaca Al Qur'an dan terbata-bata, dia kesulitan, maka dia dapat dua
pahala. (HR. Muslim)
Wallahu a'lam
2.
G6
Bismillaah. Ustadz, apakah yang
diberitakan dalam Al Furqon: 30 sudah mulai terjadi saat ini terutama di
Indonesia ya, Ustadz?
Jawab:
Ya, sepertinya, bahkan di dunia Islam
secara umum. Wallahu a'lam
3.
G2
Apakah dengan membaca Al Qur'an saja
sudah bisa dikatakan dekat dengan Al Qur'an? Atau harus sepaket dengan tadabbur
Al Qur'an dan menghafal Al Qur'an baru kita bisa dikatakan dekat dengan Al
Qur'an?
Jawab:
Membaca Al Qur'an adalah awal untuk dekat
dengan Al Qur'an. Tapi, dekat Al Qur'an yang sebenarnya adalah baca, fahami,
amalkan. Wallahu a'lam
4.
G2
Saya pernah mendengar ada yang berkata,
bahwa ada yang membaca Al Qur'an tapi dilaknat oleh Al Qur'an. Manusia seperti
apa yang masuk kriteria ini?
Jawab:
Ada dua jenis:
1. Membaca Al Qur'an untuk target
kekayaan dunia.
2. Membaca Al Qur'an tidak mau mengamalkan
isinya bahkan melawan isinya.
Wallahu a'lam
5.
G2
Ijin bertanya. Tentang bacaan Al Qur'an
yang masih terbata-bata. Apakah ada batas waktunya terus begitu?
Jawab:
Tidak ada batasan waktu, tapi seharusnya
seorang muslim terus belajar dan jangan putus asa. Wallahu a'lam
6.
G4
Assalamu'alaykum, izin bertanya. Insyaa
Alloh diri ini paham akan adanya hari akhir dan dunia ini adalah saatnya
mengumpulkan bekal agar selamat melalui Sirathal Mustaqim. Sejauh ini baru bisa
mengusahakan melalui Ibadah wajib walaupun diri ini enggak yakin akan kualitas
ibadah tersebut. Sadar akan kekurangan tapi ketika akan melakukan yabg sunnah
untuk menambal kurangnya kualitas yang wajib, rasanya waktu dan kondisi selalu
saja jadi halangan, contoh Al Matsurat sore, dulu hafal tapi sekarang sudah
lupa sehingga yang dibaca yang ingat saja sambil mengerjakan tugas negara di
rumah sebagai IRT karena sudah coba diatur waktu dll selalu saja enggak bisa
meluangkan untuk duduk membaca buku almatsuratnya hingga tuntas bukan
setengah-setengah akhirnya berpikir daripada enggak sama sekali ya sudah deh
gpp seadanya saja. Bagaimana menyingkapi kondisi ini?
Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa
Barakatuh
Jangan Bangga Dengan Ibadah Sunnah Jika Yang
Wajib Amburadul
·
'Ujub dengan tahajud yang lama dan banyak
rakaatnya, tapi Shubuh kesiangan
·
Bangga dengan haji ke 2, 3, tapi fakir miskin
kelaparan kau diamkan
·
Narsis dengan shaum sunnahmu yang banyak, tapi
kewajiban terhadap suami atau orang tua kau abaikan
·
Kau ributkan jumlah rakaat tarawih, akhirnya
ukhuwah rusak dan tidak kau jaga
·
Bagus jika kau hati-hati terhadap makanan dan
minuman yang haram, tapi sayang sudah berapa banyak bangkai saudaramu kau makan
dalam gunjingan
·
Kau bertengkar karena wanita yang menutup atau
membuka wajah, padahal masih banyak wanita yang berpakaian tapi telanjang yang
mesti kau luruskan
Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu 'Anhu
berkata:
وَأنَّهُ
لاَ يَـقـْـبَلُ نَافِلَةً حَتَّى تُؤَدَّى الْفَريِْضَة
Tidaklah
diterima ibadah sunnah sampai ditunaikan yang wajibnya. (Imam Abu Nu'aim,
Hilyatul Auliya, 1/36)
Umar bin Abdul Aziz Rahimahullah berkata:
إن
أفضل العبادة أداء الفرائض
و اجتناب المحارم
Sesungguhnya
ibadah yang paling utama adalah menunaikan kewajiban dan menjauhi larangan.
(Jawaahir min Aqwaal As Salaf No. 65)
7.
G2
Motivasi apa yang bisa disampaikan kepada
orang yang sudah sepuh supaya istiqomah belajar tahsin, karena selalu di ganggu
keyakinan. Lidahnya sudah kaku.. Susah dibenerin. Sudah kebiasaan?
Jawab:
Bisa sampaikan hadits ini kepadanya:
والذي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ
وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ
شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
Orang
yang membaca Al Qur'an dan terbata-bata, dia kesulitan, maka dia dapat dua
pahala. (HR. Muslim)
Lalu, kawan-kawan tahsinnya tetap
memberikan sugesti dan semangat. Wallahu a'lam
8.
G6
Bismillaah. Ustadz, jika seseorang diberi
kesempitan hidup atau ujian dalam hidupnya, apakah ini bisa dikatakan karena
tidak mencintai Al Qur'an? Lalu, apakah boleh niat kita untuk mendekati dan
mencintai Al Qur'an merupakan cara kita untuk meminta Allah mengangkat
kesempitan hidup dan ujian hidup ya, Ustadz?
Jawab:
Bismillahirrahmanirrahim. Tidak selalu
masalah dan ujian yang kita hadapi karena jauhnya kita dari Al Qur'an. Sebab,
Rasulullah ﷺ dan sahabat pun
banyak ujian walau mereka dekat dengan Al Qur'an, bahkan paling dekat. Bisa
jadi memang itu ujian untuk meningkatkan derajat seseorang, atau menghapuskan dosa,
maka berbaik sangkalah. Kemudian mendekati Al Qur'an agar lapang hidup dan hilangnya
kesulitan, sebenarnya itu Fadilah dari Al Qur'an, tidak masalah itu sebagai
target tapi target utama adalah Ridha Allah. Wallahu a'lam
9.
G2
Bagaimana hukumnya ketika kita membaca Al
Qur'an tanpa berwudhu terlebih dahulu?
Jawab:
Ini ada dua keadaan ya:
·
Membaca saja tanpa menyentuh mushaf, ini boleh
berdasarkan ijma', kata Imam An Nawawi dalam At Tibyan. Tapi wudhu dulu lebih
utama.
·
Membaca dan menyentuh mushaf, maka ini wajib
wudhu dulu menurut mayoritas ulama, kecuali Ibnu Abbas, Hasan Al Bashri, Ibnu
Hazm, Asy Syaukani, Al Albani, dll.
Wallahu a'lam
10.
G4
Apakah interaksi paling minimal kita
terhadap Quran setiap harinya? Ada seorang teman yang sehari-hari sibuk
mengajar di sekolah Islam pernah berkomentar walaupun dia enggak tilawah hari
itu toh dia sudah mengamalkan dan mngajarkan isi Al Qur'an. Setahu saya yang
ilmu masih minim, setidaknya kita tilawah setiap hari.
Jawab:
Ya Tilawah di luar shalat tentu harus
diagendakan. Karena Rasulullah ﷺ
pun mengatakan iqra'ul quran, bacalah Al Qur'an. Membaca adalah jendela untuk
memahami dan mengamalkannya, bagaimana bisa mengamalkan jika belum memahami,
dan bagaimana bisa memahami jika belum membaca? Wallahu a'lam.
11.
G5
Ustadz bagaiman kalau yang dibaca
suratnya itu-itu saja misal surat Yasin dan surat Al Waqiah?
Jawab:
Itu masih baik daripada tidak sama
sekali, tapi sebaiknya dia mesti dari Al Fatihah sampai An Naas. Inilah yang
utama. Wallahu a'lam.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Kita
tutup dengan membacakan istighfar....hamdalah..
Astaghfirullahal’adzim.....
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa
Kafaratul Majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا
أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh
★★★★★★★★★★★★★★
Badan
Pengurus Harian (BPH) Pusat
Hamba
اللَّهِ SWT
Blog:
http://kajianonline-hambaallah.blogspot.com
FanPage
: Kajian On line-Hamba Allah
FB
: Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter:
@kajianonline_HA
IG:
@hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment