Home » , » BAHAYA-BAHAYA MELUPAKAN AL QUR'AN

BAHAYA-BAHAYA MELUPAKAN AL QUR'AN

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Saturday, March 28, 2020


Rekap Kajian Online Hamba اللَّهِ Ummi Link G1-G6 & Akhwat
Hari, Tgl: Jum'at, 12 Juli 2019 
Materi: BAHAYA-BAHAYA MELUPAKAN AL QUR'AN
Narasumber: Ustadz Farid Nu'man Hasan
Waktu Kajian: 15.09-18.02 WIB
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

BAHAYA-BAHAYA MELUPAKAN AL QUR'AN

▫▫▫▫▪▪▪▪

Sejak 14-15 Abad lalu, Allah Ta'ala sudah menyebutkan akan datangnya masa umat Islam menjauh dari Al Qur'an. Menjauh artinya tidak membacanya, mentadabburinya, apalagi mengamalkannya.

Allah Ta'ala berfirman:

وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا
Dan Rasul (Muhammad) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur'an ini sesuatu yang dijauhi.” (QS. Al-Furqan, Ayat 30)

Sungguh, menjauh dari Al Qur'an adalah berbahaya bagi seorang muslim, atau masyarakat muslim, bahkan bagi umat manusia. Hal ini ditegaskan dalam banyak ayatNya.

Di antaranya:

1. Penghidupan yang sempit (Ma'isyatan Dhanka)

Hal ini Allah Ta'ala tegaskan dalam Al Qur'an:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, ... (QS. Tha-Ha, Ayat 124)

Maksud dari "berpaling dari peringatanKu" adalah berpaling dari Al Qur'an.

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan:

أي خالف أمري وما أنزلته على رسولي أعرض عنه وتناساه وأخذ من غيره هداه
Yaitu menyelisihi perintahKu dan menyelisihi apa-apa yang Aku turunkan kepada RasulKu (Al Qur'an), berpaling darinya dan melupakannya dan menjadikan selainnya sebagai petunjuk. (Tafsir Al Quran Al 'Azhim, 5/283)

Ada pun "penghidupan yang sempit" yaitu kehidupan dunianya, baik hakiki yaitu sempit nafkahnya, atau sempit secara maknawi yaitu dadanya sempit dan gelisah, karena dia hidup di atas kesesatan, atau  permasalahan yang tidak kunjung usai, dan lainnya.

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan:

أي ضنكا في الدنيا، فلا طمأنينة له ولا انشراح لصدره، بل صدره ضيق حرج لضلاله، وإن تنعم ظاهره ولبس ما شاء وأكل ما شاء وسكن حيث شاء، فإن قلبه ما لم يخلص إلى اليقين والهدى فهو في قلق وحيرة وشك، فلا يزال في ريبة يتردد فهذا من ضنك المعيشة.
Yaitu sempit di dunia, tidak tenang, dan tidak lapang dadanya, tapi hatinya sempit karena kesesatannya. Walau zahirnya menampakkan nikmat hidup, memakai pakaian apa saja yang dia suka, memakan apa yang dia mau, dia tinggal dimana pun dia suka, tapi hatinya belum bersih kepada keyakinan dan petunjuk, hatinya gelisah dan dipenuhi keraguan, terus menerus dikuasai kebimbangan. Itulah kehidupan dunia yang sempit.  (Ibid)

Maka, jika kita dirundung kegelisahan, ditimpa masalah demi masalah .. coba lihat dan evaluasi bagaimana hubungan kita dengan Al Qur'an ..

Sementara itu, Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu berkata: Rasulullah bersabda tentang makna "penghidupan yang sempit", maksudnya adalah "Azab Kubur." Sanadnya jayyid.  (Imam Ibnu Katsir, Ibid, 5/284)

2. Dikumpulkan di akhirat dalam keadaan buta

Allah Ta'ala berfirman dalam ayat yang sama dengan poin pertama:

وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ
" ... dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Tha-Ha, Ayat 124)

Ini sesuatu yang menakutkan. Di dunia, kebutaan saja sudah tidak mengenakkan dan membingungkan, walau banyak manusia yang dapat membantu kita. Lalu, bagaimana  kebutaan di akhirat, di mana manusia tidak bisa membantu satu sama lainnya karena masing-masing bertanggungjawab atas amalnya sendiri?

Buta di sini bermakna hilangnya penglihatan, hilangnya arah, petunjuk, dan kendali, di akhirat nanti ..

Imam Asy Syaukani Rahimahullah menjelaskan:

أي مَسْلُوبَ الْبَصَرِ، وَقِيلَ: المراد العمى عَنِ الْحُجَّةِ، وَقِيلَأَعْمَى عَنْ جِهَاتِ الْخَيْرِ لَا يَهْتَدِي إِلَى شَيْءٍ مِنْهَا
Yaitu kaburnya penglihatan. Dikatakan bahwa maksud dari buta adalah buta dari hujjah. Dikatakan pula, buta terhadap arah kebaikan, dan dia tidak ada petunjuk untuk sedikit pun mencapai ke sana.
(Fathul Qadir, 3/462)

Sebab, Al Qur'an adalah kitab petunjuk bagi manusia, ke arah yang lurus dan paling benar .. maka melupakannya akan membuatnya jauh melenceng dari kebenaran. Penyesalan itu pun datang kemudian ..

Allah Ta'ala berfirman:

قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَىٰ وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا
قَالَ كَذَٰلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا ۖ وَكَذَٰلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَىٰ
Dia berkata, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?”
Dia (Allah) berfirman, “Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikan.” (QS. Tha-Ha, Ayat 125-126)


3. Kesesatan yang jauh

Al Qur'an adalah huda lin naas, petunjuk bagi semua manusia. Maka, ketika manusia berpaling darinya tentu mereka berpaling dari panduan hidup .., sehingga mereka tersesat dan jauh tersesat.

Allah Ta'ala berfirman:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا
Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu (Al Quran) dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada Thaghut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari Thaghut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisa', Ayat 60)

Ayat ini menceritakan tentang tersesatnya manusia yang memakai Al Qur'an dan As Sunnah tapi juga menggunakan petunjuk, ketetapan, dan hukum selain Al Qur'an dan As Sunnah. Mereka lebih memilih selain Al Qur'an, dan Allah Ta'ala menyebutnya sebagai ketetapan Thaghut. Tapi mereka mengklaim telah ikut Al Qur'an, Allah Ta'ala menyebut mereka tersesat. Ini menunjukkan mengikuti Al Qur'an mesti tulus dan total.

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan ayat ini:

هَذَا إِنْكَارٌ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى مَنْ يَدَّعِي الْإِيمَانَ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْأَنْبِيَاءِ الْأَقْدَمِينَ، وَهُوَ مع ذلك يريد أن يتحاكم فِي فَصْلِ الْخُصُومَاتِ إِلَى غَيْرِ كِتَابِ اللَّهِ وَسُنَّةِ رَسُولِهِ، كَمَا ذُكِرَ فِي سَبَبِ نُزُولِ هَذِهِ الْآيَةِ أَنَّهَا فِي رَجُلٍ مِنَ الْأَنْصَارِ ورجل من اليهود تخصاما، فَجَعَلَ الْيَهُودِيُّ يَقُولُ: بَيْنِي وَبَيْنَكَ مُحَمَّدٌ، وَذَاكَ يَقُولُ: بَيْنِي وَبَيْنَكَ كَعْبُ بْنُ الْأَشْرَفِ، وَقِيلَ: فِي جَمَاعَةٍ مِنَ الْمُنَافِقِينَ مِمَّنْ أَظْهَرُوا الْإِسْلَامَ، أَرَادُوا أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى حُكَّامِ الْجَاهِلِيَّةِ، وَقِيلَ غَيْرُ ذَلِكَ، وَالْآيَةُ أَعَمُّ مِنْ ذَلِكَ كُلِّهِ، فَإِنَّهَا ذَامَّةٌ لِمَنْ عَدَلَ عَنِ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ. وَتَحَاكَمُوا إِلَى مَا سِوَاهُمَا مِنَ الْبَاطِلِ، وَهُوَ الْمُرَادُ بِالطَّاغُوتِ هَاهُنَا، وَلِهَذَا قَالَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ إلىآخره.

Ayat ini merupakan pengingkaran Allah terhadap orang yang mengklaim beriman kepada apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad   (Al Qur'an) dan apa yang diturunkan kepada para nabi terdahulu. Saat yang bersamaan, mereka ingin mendamaikan pertengkaran manusia tapi tidak menggunakan Al Qur'an dan sunnah RasulNya, sebagaimana tertera di dalam sebab turunnya ayat ini.
Ayat ini turun tentang pertengkaran seorang laki-laki Anshar, dengan org Yahudi. Si Yahudi berkata: "Antara saya dan kamu ada Muhammad." Lalu laki-laki Anshar berkata: "Antara saya dan kamu ada Ka'ab bin Asyraf (tokoh Yahudi Madinah)." Ada yang mengatakan, ayat ini tentang segolongan orang-orang munafiq yang menampakkan keislaman, tapi mereka hendak menetapkan perkara dengan hukum jahiliyah. Ada pula versi lainnya.
Ayat ini berlaku lebih umum dari semua itu. Ini merupakan kecaman  bagi mereka yang mengadili dari Al Qur'an dan As Sunnah, tapi juga  menggunakan ketetapan selain keduanya dengan batil. Inilah maksud berhukum dengan hukum Thaghut di ayat ini. Oleh karenanya Allah berfirman: "Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada Thaghut." (Tafsir Al Quran Al 'Azhim, 2/305)

Inilah yang membuat mereka tersesat, ketika tidak puas dengan Al Qur'an, mereka tambahkan lagi dengan ketetapan dari sumber-sumber jahiliyah. Padahal semua itu mesti mereka ingkari, sebagaimana penekanan dalam ayat tersebut:

وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ
" .. padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari Thaghut itu."

Sebagian ahli tafsir generasi awal, memaknai hukum Thaghut dalam konteks ayat itu maksudnya hukum yang ditetapkan oleh tokoh Yahudi Madinah, Ka'ab bin Asyraf.

Imam Ibnul Jauzi Rahimahullah mengatakan:

والطاغوت: كعب بن الأشرف، قاله ابن عباس، ومجاهد، والضحاك، والربيع، ومقاتل
Thaghut yaitu Ka'ab bin Asyraf. Ini dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Adh Dhahak, Ar Rabi', dan Muqatil. (Zaadul Masiir, 1/426)

Namun, yang terjadi bukannya Thaghut ini diingkari justru malah diikuti. Akhirnya syetan menyesatkan mereka dengan kesesatan yang begitu nyata.

Allah Ta'ala menutup ayat itu dengan:

وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا
Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya.


4. Shuhbatusy Syaithan (Bersahabat dengan syetan)

Allah Ta'ala jadikan Al Qur'an sebagai wiqayah (tameng) untuk manusia dari gangguan syetan. Ayat-ayat Al Qur'an sangat menakutkan bagi mereka, oleh karena itu Rasulullah bersabda:

 إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنْ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
Sesungguhnya syetan itu lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al Baqarah. (HR. Muslim no. 780)

Maka, sangat logis ketika manusia melupakan Al Qur'an; tidak membacanya, menjauhi ajarannya, tidak mau menjadikannya pedoman hidup, syetanlah yang akan mendekat bahkan menjadi kawannya. Paradigma berpikirnya dipolakan oleh syetan; bagaimana dia mencari rezeki, bertutur kata, bekerja, dsb, .. semuanya dipengaruhi oleh syetan, karena syetan amat dekat dengannya.

Hal ini ditegaskan oleh Allah Ta'ala dalam Al Qur'an:

وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
Dan barangsiapa berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pengasih (yaitu Al-Qur'an), Kami biarkan syetan (menyesatkannya) dan menjadi teman karibnya. (QS. Az-Zukhruf, Ayat 36)

Imam Ibnul Jauzi Rahimahullah menjelaskan:

قال المفسرونوَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمنِ فلم يَخَف عِقابه ولم يلتفت إِلى كلامه نقيِّضْ له أي: نسبب له شيطاناً فنجعل ذلك جزاءَه فهو له قرين لا يفارقه. وَإِنَّهُمْ يعني الشياطين لَيَصُدُّونَهُمْ يعني الكافرين، أي: يمنعونهم عن سبيل الهدى 
Para pakar tafsir mengatakan: "Dan barangsiapa berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pengasih (yaitu Al-Qur'an)", dia tidak takut dengan hukumanNya dan tidak menengok pada firmanNya maka "Kami biarkan syetan dengannya" yaitu Kami kaitkan dia dengan syetan sebagai balasannya dan dia menjadi qorinnya (kawan yang lebih dekat dari karib), dia tidak pernah lepas darinya. Sesungguhnya syetan benar-benar menghalangi mereka (orang-orang kafir) dari jalan petunjuk. (Zaadul Masiir, 4/78)

Demikian. Wallahu a'lam


➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
TANYA JAWAB

1.       G6
Bismillaah. Ijin bertanya, Ustadz.
a. Bagaimanakah hukum membaca Al Qur'an tapi dengan latinnya?
b. Lalu bagaimana hukumnya membaca Al Qur'an dengan terbata-bata ya, Ustadz?
Jazakallah khoir.
Jawab:
Bismillahirrahmanirrahim ..
a. Jika membaca dari latinnya maka dia tidak dikatakan sedang membaca Al Qur'an. Tapi buat belajar tidak apa-apa. Namun, tidak boleh dibiasakan, harus mau belajar dengan bahasa Arabnya.
Berkata Imam Al Qadhi Abu Bakar bin Al ‘Arabi Rahimahullah:

وَأَوْضَحْنَا أَنَّ التِّبْيَانَ وَالْإِعْجَازَ إنَّمَا يَكُونُ بِلُغَةِ الْعَرَبِ ، فَلَوْ قُلِبَ إلَى غَيْرِ هَذَا لَمَا كَانَ قُرْآنًا وَلَا بَيَانًا ، وَلَا اقْتَضَى إعْجَازًا
Kami telah menjelaskan, bahwa bayan dan mu’jizat hanya bisa direalisasikan dengan bahasa Arab, karena itu seandainya Al Quran diganti dengan bahasa selain bahasa Arab tentulah penggantinya itu tidak dinamakan Al Quran dan  bayan, dan juga tidak menimbulkan kemu’jizatan.” (Imam Ibnul ‘Arabi Al Maliki, Ahkamul Quran, 7/81).

b. Membaca Al Qur'an terbata-bata tetap mendapatkan pahala ..

 وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
Orang yang membaca Al Qur'an dan terbata-bata, dia kesulitan, maka dia dapat dua pahala. (HR. Muslim)
Wallahu a'lam


2.       G6
Bismillaah. Ustadz, apakah yang diberitakan dalam Al Furqon: 30 sudah mulai terjadi saat ini terutama di Indonesia ya, Ustadz?
Jawab:
Ya, sepertinya, bahkan di dunia Islam secara umum. Wallahu a'lam


3.       G2
Apakah dengan membaca Al Qur'an saja sudah bisa dikatakan dekat dengan Al Qur'an? Atau harus sepaket dengan tadabbur Al Qur'an dan menghafal Al Qur'an baru kita bisa dikatakan dekat dengan Al Qur'an?
Jawab:
Membaca Al Qur'an adalah awal untuk dekat dengan Al Qur'an. Tapi, dekat Al Qur'an yang sebenarnya adalah baca, fahami, amalkan. Wallahu a'lam


4.       G2
Saya pernah mendengar ada yang berkata, bahwa ada yang membaca Al Qur'an tapi dilaknat oleh Al Qur'an. Manusia seperti apa yang masuk kriteria ini?
Jawab:
Ada dua jenis:
1. Membaca Al Qur'an untuk target kekayaan dunia.
2. Membaca Al Qur'an tidak mau mengamalkan isinya bahkan melawan isinya.
Wallahu a'lam


5.       G2
Ijin bertanya. Tentang bacaan Al Qur'an yang masih terbata-bata. Apakah ada batas waktunya terus begitu?
Jawab:
Tidak ada batasan waktu, tapi seharusnya seorang muslim terus belajar dan jangan putus asa. Wallahu a'lam


6.       G4
Assalamu'alaykum, izin bertanya. Insyaa Alloh diri ini paham akan adanya hari akhir dan dunia ini adalah saatnya mengumpulkan bekal agar selamat melalui Sirathal Mustaqim. Sejauh ini baru bisa mengusahakan melalui Ibadah wajib walaupun diri ini enggak yakin akan kualitas ibadah tersebut. Sadar akan kekurangan tapi ketika akan melakukan yabg sunnah untuk menambal kurangnya kualitas yang wajib, rasanya waktu dan kondisi selalu saja jadi halangan, contoh Al Matsurat sore, dulu hafal tapi sekarang sudah lupa sehingga yang dibaca yang ingat saja sambil mengerjakan tugas negara di rumah sebagai IRT karena sudah coba diatur waktu dll selalu saja enggak bisa meluangkan untuk duduk membaca buku almatsuratnya hingga tuntas bukan setengah-setengah akhirnya berpikir daripada enggak sama sekali ya sudah deh gpp seadanya saja. Bagaimana menyingkapi kondisi ini?
Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh
Jangan Bangga Dengan Ibadah Sunnah Jika Yang Wajib Amburadul
·         'Ujub dengan tahajud yang lama dan banyak rakaatnya, tapi Shubuh kesiangan
·         Bangga dengan haji ke 2, 3, tapi fakir miskin kelaparan kau diamkan
·         Narsis dengan shaum sunnahmu yang banyak, tapi kewajiban terhadap suami atau orang tua kau abaikan
·         Kau ributkan jumlah rakaat tarawih, akhirnya ukhuwah rusak dan tidak kau jaga
·         Bagus jika kau hati-hati terhadap makanan dan minuman yang haram, tapi sayang sudah berapa banyak bangkai saudaramu kau makan dalam gunjingan 
·         Kau bertengkar karena wanita yang menutup atau membuka wajah, padahal masih banyak wanita yang berpakaian tapi telanjang yang mesti kau luruskan

Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu 'Anhu berkata:

وَأنَّهُ لاَ يَـقـْـبَلُ نَافِلَةً حَتَّى تُؤَدَّى الْفَريِْضَة
Tidaklah diterima ibadah sunnah sampai ditunaikan yang wajibnya. (Imam Abu Nu'aim, Hilyatul  Auliya, 1/36)

Umar bin Abdul Aziz Rahimahullah berkata:

إن أفضل العبادة أداء الفرائض و اجتناب المحارم
Sesungguhnya ibadah yang paling utama adalah menunaikan kewajiban dan menjauhi larangan.  (Jawaahir min Aqwaal As Salaf No. 65)


7.       G2
Motivasi apa yang bisa disampaikan kepada orang yang sudah sepuh supaya istiqomah belajar tahsin, karena selalu di ganggu keyakinan. Lidahnya sudah kaku.. Susah dibenerin. Sudah kebiasaan?
Jawab:
Bisa sampaikan hadits ini kepadanya:

 والذي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
Orang yang membaca Al Qur'an dan terbata-bata, dia kesulitan, maka dia dapat dua pahala. (HR. Muslim)

Lalu, kawan-kawan tahsinnya tetap memberikan sugesti dan semangat. Wallahu a'lam


8.       G6
Bismillaah. Ustadz, jika seseorang diberi kesempitan hidup atau ujian dalam hidupnya, apakah ini bisa dikatakan karena tidak mencintai Al Qur'an? Lalu, apakah boleh niat kita untuk mendekati dan mencintai Al Qur'an merupakan cara kita untuk meminta Allah mengangkat kesempitan hidup dan ujian hidup ya, Ustadz?
Jawab:
Bismillahirrahmanirrahim. Tidak selalu masalah dan ujian yang kita hadapi karena jauhnya kita dari Al Qur'an. Sebab, Rasulullah dan sahabat pun banyak ujian walau mereka dekat dengan Al Qur'an, bahkan paling dekat. Bisa jadi memang itu ujian untuk meningkatkan derajat seseorang, atau menghapuskan dosa, maka berbaik sangkalah. Kemudian mendekati Al Qur'an agar lapang hidup dan hilangnya kesulitan, sebenarnya itu Fadilah dari Al Qur'an, tidak masalah itu sebagai target tapi target utama adalah Ridha Allah. Wallahu a'lam


9.       G2
Bagaimana hukumnya ketika kita membaca Al Qur'an tanpa berwudhu terlebih dahulu?
Jawab:
Ini ada dua keadaan ya:
·         Membaca saja tanpa menyentuh mushaf, ini boleh berdasarkan ijma', kata Imam An Nawawi dalam At Tibyan. Tapi wudhu dulu lebih utama.
·         Membaca dan menyentuh mushaf, maka ini wajib wudhu dulu menurut mayoritas ulama, kecuali Ibnu Abbas, Hasan Al Bashri, Ibnu Hazm, Asy Syaukani, Al Albani, dll.
Wallahu a'lam


10.   G4
Apakah interaksi paling minimal kita terhadap Quran setiap harinya? Ada seorang teman yang sehari-hari sibuk mengajar di sekolah Islam pernah berkomentar walaupun dia enggak tilawah hari itu toh dia sudah mengamalkan dan mngajarkan isi Al Qur'an. Setahu saya yang ilmu masih minim, setidaknya kita tilawah setiap hari.
Jawab:
Ya Tilawah di luar shalat tentu harus diagendakan. Karena Rasulullah pun mengatakan iqra'ul quran, bacalah Al Qur'an. Membaca adalah jendela untuk memahami dan mengamalkannya, bagaimana bisa mengamalkan jika belum memahami, dan bagaimana bisa memahami jika belum membaca? Wallahu a'lam.


11.   G5
Ustadz bagaiman kalau yang dibaca suratnya itu-itu saja misal surat Yasin dan surat Al Waqiah?
Jawab:
Itu masih baik daripada tidak sama sekali, tapi sebaiknya dia mesti dari Al Fatihah sampai An Naas. Inilah yang utama. Wallahu a'lam.





•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

Kita tutup dengan membacakan istighfar....hamdalah..
Astaghfirullahal’adzim..... Alhamdulillahirabbil'aalamiin

Doa Kafaratul Majelis:

 سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh


★★★★★★★★★★★★★★
Badan Pengurus Harian (BPH) Pusat
Hamba اللَّهِ SWT
Blog: http://kajianonline-hambaallah.blogspot.com
FanPage : Kajian On line-Hamba Allah
FB : Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!