Rekap Kajian
Online Hamba اللَّهِ SWT Akhwat, Ummi G1
Hari, Tgl:
Selasa, 2, 9 juli 2019
Materi:
Ramadhan yang membekas
Nara Sumber:
Ustadzah Tribuwhana
Notulen:
Restu, Bunda Meyta
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Ramadhan yang Membekas
Ramadhan telah berlalu meninggalkan kita.
Sebagai seorang muslim, kita patut merasa sedih dan berat hati berpisah dengan
bulan Ramadhan. Karena ia merupakan bulan penuh keberkahan, rahmat, maghfirah
dan keutamaan lainnya. Momen yang selalu dirindukan kehadirannya. Namun
demikian, kita harus ikhlas merelakan kepergiannya. Kita berharap dan berdoa
kepada Allah Swt agar amal ibadah kita padanya diterima oleh Allah Swt,
istiqamah dalam ibadah dan amal shalih, dan dipertemukan kembali dengan
Ramadhan yang akan datang.
Pada bulan Ramadhan, umat Islam
berlomba-lomba melakukan berbagai aktivitas ibadah dan amal shalih. Berbagai
kelebihan dan keutamaan yang dimiliki oleh bulan Ramadhan telah memberikan
motivasi dan semangat bagi kita untuk meraihnya. Maka, tidak mengherankan bila
pada bulan Ramadhan masjid dan mushalla penuh dengan jamaah shalat lima waktu,
tarawih, witir dan tadarus Al-Quran. Umat Islam berlomba-lomba berinfak,
bersedekah dan sebagainya.
Kini Ramadhan telah pergi meninggalkan
kita. Lantas, bagaimana status ibadah dan amal shalih kita pasca Ramadhan?
Apakah kita istiqamah beribadah dan beramal shalih seperti yang kita lakukan
selama Ramadhan? Lalu, sejauh mana Ramadhan memberi kesan dan pengaruh terhadap
perilaku kita sepeninggalnya? Dan bagaimana sepatutnya mengisi hari-hari pasca
kepergian Ramadhan? Beberapa pertanyaan ini patut mendapat perhatian kita,
dalam rangkamuhasabah dan meningkatkan keimanan kita, agar semangat
Ramadhan terus hidup di jiwa kita dan membekas dalam perilaku kita sehari-hari.
Sejatinya pasca Ramadhan kita diharapkan
istiqamah dan mampu serta terbiasa dengan melakukan berbagai ibadah dan amal
shalih selama sebelas bulan ke depan. Semangat Ramadhan membekas dalam diri
kita. Inilah tanda kesuksesan Ramadhan kita. Bulan Ramadhan kita telah
mentraining kita secara fulltime 30 hari berturut-turut untuk
melakukan berbagai aktivitas ibadah dan amal shalih. Tujuannya, agar kita
menjadi orang yang bertaqwa sepeninggalnya Ramadhan.
Ramadhan telah memberikan pembelajaran
yang banyak terhadap kepribadian seorang muslim dalam rangka melahirkan insan
yang bertakwa. Di antaranya yaitu:
Pertama, semangat beribadah dan
beramal shalih. Ramadhan mengajarkan kita untuk semangat beribadah dan
beramal shalih. Maka, pasca Ramadhan ini diharapkan kita mampu mempertahankan
kualitas dan kuantitas ibadah dan amal shalih seperti yang kita lakukan di
bulan Ramadhan. Ibadah dan amal shalih itu tidak hanya disyariatkan untuk bulan
Ramadhan saja, namun juga diperintahkan sepanjang masa selama kita hidup di
dunia yang fana ini. Inilah tujuan kita hidup di dunia sebagai makhluk Allah
Swt sesuai dengan firman-Nya, “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia
kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (Az-Zariyat: 56). Bahkan kita
diperintahkan untuk berlomba berbuat beribadah dan berbuat amal shalih
(kebaikan) setiap saat, bukan hanya pada bulan Ramadhan. Allah Swt
berfirman, “Maka berlomba-lombalah kamu dalam
kebaikan..” (Al-Baqarah: 148).
Kedua, senantiasa menjaga diri dari
maksiat. Ramadhan mengajarkan kepada kita bagaimana mengendalikan diri
dari hawa nafsu dan menjaga diri maksiat lewat ibadah puasa. Nabi Saw
bersabda: “Puasa itu penahan maksiat”(HR. Al-Bukhari dan Muslim). Pada
waktu berpuasa, kita dituntut untuk menahan diri dari hal-hal yang membatalkan
puasa seperti makan, minum dan hubungan suami istri, dan dari hal-hal diharamkan
oleh syariat. Jika hal-hal yang mubah seperti makan, minum dan hubungan istri
dilarang pada waktu berpuasa, maka terlebih lagi hal-hal yang diharamkan. Maka,
sudah sepatutnya setelah Ramadhan ini kita mampu menjaga diri dari maksiat,
baik berupa perkataan yang haram seperti ghibah, mencaci maki, menghina,
menipu, memfitnah dan sebagainya, maupun perbuatan yang haram seperti mencuri,
merampok, mencopet, korupsi, menzhalimi, memukul, membunuh, pamer aurat,
pacaran, pergaulan bebas laki dan perempuan non mahram dan sebagainya. Dengan
demikian, pasca Ramadhan ini kita diharapkan menjadi seorang muslim yang shalih
dan berakhlak mulia.
Ketiga, suka membantu dan mencintai
saudara seiman.Ramadhan mengajarkan kita untuk bersolidaritas dan peduli
terhadap saudara kita yang menderita hidupnya yaitu orang-orang fakir dan
miskin melalui perintah berinfak, shadaqah dan zakat. Maka, pasca
Ramadhan kita diharapkan selalu bersolidaritas dan membantu saudara-saudara
kita yang menderita hidupnya, baik saudara kita seiman di tanah air maupun di
berbagai belahan dunia seperti di Palestina, Suriah, Rohingya (Burma) dan
lainnya. Rasul saw juga bersabda, “Tidak sempurna iman salah
seorang di antara kamu sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai
dirinya.”(HR. Bukhari dan Muslim). Rasul Saw juga bersabda: “Perumpamaan
kaum mukmin dalam hal saling cinta, kasih sayang dan simpati di antara mereka
seperti satu tubuh; jika salah satu anggota tubuh sakit maka seluruh tubuh
demam dan tidak bisa tidur.”(HR. Muslim dan Ahmad)
Mengenai keutamaan berinfak, Allah Swt
berfirman, “Dan apa pun harta yang
kamu infakkan, maka (kebaikannya) untuk dirimu sendiri…” (Al-Baqarah:
272). Rasulullah saw bersabda, “Setiap hari, dua malaikat turun kepada
seorang hamba. Salah satunya berdoa, “Ya Allah, berikanlah pengganti kepada
orang yang berinfak. Dan yang lain berdoa, “Ya
Allah, hilangkan harta orang yang menolak infak.” (HR. Bukhari dan
Muslim). Jadi infak itu pada hakikatnya untuk kita diri sendiri. Mengenai
keutamaan menolong saudara seiman, Rasulullah saw bersabda, “Allah menolong hamba-Nya selama ia menolong
saudaranya”. (HR. Muslim).
Keempat, senantiasa menjaga shalat
berjamaah. Ramadhan mengajarkan kita untuk selalu menjaga shalat berjamaah
melalui shalat tarawih. Pada saat shalat tarawih, masjid-masjid dan
mushalla-mushalla penuh dengan jamaah. Maka, diharapkan pasca Ramadhan kita
terbiasa melakukan shalat fardhu berjamaah di masjid atau mushalla. Semangat
shalat berjamaah ini harus dipertahankan dan dilanjutkan pada shalat lima waktu
setelah Ramadhan. Shalat fardhu secara berjamaah sangat digalakkan dalam Islam.
Menurut sebahagian ulama hukumnya sunnat muakkad. Bahkan menurut sebahagian
ulama lainnya hukumnya wajib berdasarkan hadits-hadits yang mengancam orang
yang meninggalkan shalat berjamaah. Meskipun demikian, para ulama sepakat bahwa
shalat berjamaah sangat digalakkan dalam Islam dan tidak boleh disepelekan atau
dianggap hal biasa dengan meninggalkannya tanpa uzur syar’i (halangan yang
dibenarkan syariat) seperti hujan, cuaca panas atau dingin, banjir, binatang
buas dan sebagainya.
Banyak keutamaan shalat berjamaah. Di
antaranya yaitu pertama, orang yang shalat berjamaah mendapatkan 27
kali lipat pahala dibandingkan shalat sendirian (HR. Bukhari dan Muslim). Kedua, setiap
langkah orang yang shalat berjamaah dicatat satu pahala sekali gus dihapus satu
kesalahan (HR. Bukhari dan Muslim). Ketiga, orang yang shalat
berjamaah akan tetap di doakan oleh para malaikat setelah shalatnya sampai
shalat berikutnya selama ia masih di tempat shalatnya (HR.Bukhari dan
Muslim). Keempat,makmum yang berbarengan ucapan aminnya dengan para
malaikat, maka diampuni dosa-dosanya (HR. Bukhari). Dan lainnya.
Kelima, senantiasa menjaga shalat
sunnat. Ramadhan menggalakkan kepada kita untuk semangat melakukan ibadah
sunnah. Pahala amalan sunnat pada bulan Ramadhan dihitung seperti pahala wajib
di bulan selainnya (HR. Baihaqi). Oleh karena itu, orang berlomba-lomba
melakukan amalan sunnat seperti shalat tarawih, witir, tahajud, dan lainnya.
Maka, pasca Ramadhan kita diharapkan kita untuk tetap istiqamah menjaga
shalat-shalat sunnat baik Rawatib, dhuha, tahiyatul masjid, syuruq, setelah
wudhu’, tahajud, witir, dan shalat sunnat fajar.
Adapun keutamaan shalat Rawatib yaitu
dibangunkan rumah di surga (HR. Muslim). Keutamaan shalat Dhuha yaitu pahalanya
sama seperti bersedekah (HR. Muslim). Keutamaan shalat sunnat syuruq yaitu
pahalanya seperti haji. Keutamaan shalat sunat setelah wudhu adalah memasukkan
ke dalam surga sebagaimana disebutkan dalam hadits nabi saw yang bertanya
kepadanya penyebab ia masuk surga. (HR. Bukhari dan Muslim). Adapun keutamaan
shalat sunnat fajar adalah pahalanya lebih baik dari dunia dan isinya
(HR. Muslim)
Keenam, senantiasa menjaga puasa
sunnat. Ramadhan melatih dan mendidik kita untuk terbiasa berpuasa melalui
puasa wajib Ramadhan, agar kita menjadi orang bertakwa. Maka pasca Ramadhan
kita diharapkan mampu melakukan puasa-puasa sunnat seperti puasa enam hari di
bulan Syawal, puasa Senin dan kamis, puasa pertengahan bulan hijriah (hari ke
13, 14 dan 15), puasa Nabi Daud (sehari berpuasa dan sehari berbuka), puasa
sepuluh hari pertama bulan Zulhijjah khususnya puasa Arafah (hari ke 9
Zulhijjah), dan puasa Muharram khususnya tasu’a (9 Muharam) dan ‘Asyura (10
Muharram).
Keutamaan puasa yaitu; Pertama, orang
yang berpuasa dimasukkan dalam surga (HR. Ahmad, an-Nasa’i dan Hakim). Kedua,
orang yang berpuasa dijauhkan dari api neraka (HR. Al-Jama’ah kecuali Abu
Daud). Ketiga, orang yang berpuasa diberi syafaat pada hari Kiamat. Adapun
keutamaan puasa enam hari bulan Syawal pahalanya seperti puasa setahun (HR.
Muslim). Keutamaan puasa Arafah adalah diampuni dosa setahun yang lalu dan
setahun yang akan datang (HR. Al-Jama’ah kecuali Al-Bukhari dan At-Tirmizi).
Keutamaan puasa ‘asyura adalah diampuni dosa setahun yang lalu. (HR. Al-Jama’ah
kecuali Al-Bukhari dan At-Tirmizi). Adapun puasa ‘Asyura, puasa nabi Daud dan
puasa sepuluh pertama bulan Zulhijjah adalah puasa yang paling dicintai Allah
Swt setelah puasa Ramadhan.
Ketujuh, suka membaca Al-Quran.Ramadhan
menggalakkan kita untuk tadarus Al-Quran dengan membaca Al-Quran, memahaminya,
mengkhatamkannya, mentadabburinya, menghafalnya dan mempelajarinya. Pada bulan
Ramadhan, Umat Islam dengan semangat dan antusias bertadarus Al-Quran. Bacaan
Al-Quran menggema di mana-mana, di masjid, mushalla, rumah, dan di tempat
lainnya. Maka, sepeninggal Ramadhan kita diharapkan terbiasa dengan tadarus
al-Quran pada setiap saat. Tadarus Al-Quran itu tidak hanya diperintahkan pada
bulan Ramadhan saja, namun juga diperintahkan setiap saat pada bulan-bulan
lainnya.
Banyak sekali keutamaan orang yang
membaca Al-Quran, di antaranya yaitu;
Pertama: mendapatkan syafaat pada
hari Kiamat (HR. Muslim).
Kedua, orang
yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya adalah orang yang terbaik. (HR.
Bukhari).
Ketiga, orang
yang pandai membaca Al-Quran dimasukkan ke dalam surga bersama para malaikat
yang suci. (HR. Bukhari & Muslim).
Keempat,
orang yang membaca Al-Quran akan mendapatkansakinah, rahmat, doa malaikat dan
pujian dari Allah. (HR. Muslim).
Kelima,mendapat
pahala yang berlipat ganda, setiap huruf dibaca mendapat sepuluh pahala
(HR. At-Tirmizi), dan sebagainya.
Demikianlah hendaknya kita mengisi
hari-hari pasca Ramadhan selama sebelas bulan ke depan yaitu dengan istiqamah
melakukan berbagai ibadah dan amal shalih seperti pada bulan Ramadhan.
Indikator kesuksesan Ramadhan kita akan terlihat pada kuantitas dan kualitas
ibadah kita pada hari-hari setelah Ramadhan sebelas bulan ke depan ini. Jika
ibadah dan amal shalih yang kita lakukan pada waktu Ramadhan membekas pada diri
kita dengan ditandai semakin baik perilaku, ibadah dan amal shalih kita berarti
kita telah sukses di bulan Ramadhan yaitu menjadi orang yang bertakwa. Semoga
ibadah dan amal shalih kita di bulan Ramadhan diterima oleh Allah Swt. Dan
semoga kita termasuk kita termasuk orang-orang yang sukses dalam Ramadhan
dengan meraih berbagai keutamaan Ramadhan dan mendapat gelar
taqwa. Aamiin.
Wallahu a'lam
==
## == ## ==
TANYA
JAWAB G-1
1.
Izin bertanya ustadzah. Bagaimana caranya
menyemangati diri sndiri agar tetap istiqomah dalam melalukan amalan-amalan
tersebut pasca ramadhan?
Jawab:
Tiap orang berbeda dalam menyemangati
diri. Jadi tiap diri harus bisa memahami kelebihan dan kekurangan diri
masing-masing sehingga tahu bagaimana menyiasati diri. Ada yang dzikrul maut
saja bisa menjadikan dirinya selalu ingat akhirat. Jika saya beberapa kali
belakangan diminta tolong memandikan dan mengkafani jenazah rasanya sudah tidak
tertarik dengan dunia yang fana ini. Orang mati tidak membawa apa-apa kecuali
amalannya. Dunia secukupnya saja. Hanya untuk sarana ke akhirat.
2.
Afwan ustadzah bertanya. Bagaimana caranya kita
bisa memerangi hawanafsu diluar bulan Ramadhan atau ketika kita tidak sedang
berpuasa?
Jawab:
Hawa nafsu yang terlalu dominan bisa
membuat kita lengah dengan akhirat kita. Karena manusia bukan malaikat maka
tetap akan punya hawa nafsu, yang terpenting adalah mengendalikannya agar tidak
menganggu ibadah.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Kita
tutup dengan membacakan istighfar....hamdalah..
Astaghfirullahal’adzim.....
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa
Kafaratul Majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا
أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh
★★★★★★★★★★★★★★
Badan
Pengurus Harian (BPH) Pusat
Hamba
اللَّهِ SWT
Blog:
http://kajianonline-hambaallah.blogspot.com
FanPage
: Kajian On line-Hamba Allah
FB
: Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter:
@kajianonline_HA
IG:
@hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment