Dakwah Keluarga

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Sunday, April 5, 2020


Rekap Kajian Online  Hamba اللَّهِ SWT Ummi G1
Hari, Tgl: Selasa, 27 Agustus 2019 
Materi: Dakwah keluarga
Nara Sumber: Ustadz Undang
Waktu Kajian: 16.00 - selesai WIB
Notulen: Bunda Meita
┈┈ ✿⊱┈┈

Materi

بِسْــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمن الرَّحِيْمُ


السلام عليكم و رحمة الله و بركاته

Segalanya milik Alloh apa yang ada di langit dan bumi, kenikmatan dan kesusahan asalnya dari Alloh sudah selayaknya kita panjatkan puji dan syukur hanya kepada Alloh SWT.

Agama Islam adalah agama yang mengangkat dan membebaskan manusia dari jaman jahiliah jaman kegelapan menuju ke jaman yang terang benderang, sudah selayaknyalah kita sebagai umatnya senantiasa menghaturkan sholawat dan salam hanya kepada Nabi Muhammad  SAW

Dakwah Keluarga

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS At Tahrim 6)

Keluarga bahagia adalah impian kita. Ketika seseorang belum menikah, maka keluarganya adalah orang tua dan saudara-saudaranya, sehingga keluarga inilah yang seharusnya mendapatkan prioritas untuk didakwahi, tanpa menelantarkan kewajiban berdakwah kepada yang lain.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Rasulullah saw. bersabda,
Tegakkan aturan-aturan Allah walaupun kepada keluarga dekat atau kepada orang lain. Jangan hiraukan celaan orang lain dalam menjalankan hukum-hukum Allah.”

Ketika kita mengingat kembali pada periode awal dakwah ini, akan terlihat jelas betapa pentingnya dakwah kepada keluarga. Bibit-bibit pertama pada periode sirriyah (rahasia) terdapat dalam rumah Nabi saw. Orang-orang yang pertama kali masuk Islam setelah Rasulullah saw. adalah istrinya, Khadijah; mantan budaknya, Zaid bin Haritsah; serta anak pamannya, Ali bin Abi Thalib; dan juga anak-anak perempuan beliau. Pada periode jahiriyah (terang-terangan), Nabi saw. mengajarkan dakwah kepada keluarga dekat yaitu Bani Hasyim  dan Bani Muthalib.

Bentuk dakwah terang-terangan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dimulai dari dakwah kepada keluarga. Namun dakwah ini tetap mengalami tantangan.

وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (QS. Asy-Syu’ara: 214)

Ketika turun ayat tersebut, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Wahai orang-orang Quraisy, tebuslah diri kalian (dari siksa Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya). Aku tidak bisa berbuat apa-apa sedikit pun di hadapan Allah untuk kalian. Wahai Abbas bin ‘Abdul Muththalib, aku tidak bisa berbuat apa-apa sedikit pun di hadapan Allah untukmu. Wahai Shafiyah bibi Rasulullah, aku tidak bisa berbuat apa-apa sedikit pun di hadapan Allah untukmu. Wahai Fatimah puteri Rasulullah, mintalah kepadaku harta apa saja yang engkau suka, aku tidak bisa berbuat apa-apa sedikit pun di hadapan Allah untukmu.” (HR. Bukhari-Muslim)

Apa sebenarnya yang menjadi tujuan dakwah keluarga?

✅Mengembalikan keluarga ke dalam pangkuan Islam yang benar

Kondisi keluarga yang Islami dapat mempengaruhi ketenangan sang dai yang tentunya akan berpengaruh juga terhadap langkah-langkah dakwah yang dijalankan. Dukungan dan peran serta keluarga di dalam dakwah pun sangat penting dan berarti.

✅Menjadi kekuatan pendukung

Kalaupun keluarga tak mengikuti jejak sang dai untuk berislam secara benar, diharapkan mereka mendukung terhadap langkah dai atau paling tidak mereka tidak menhalangi.

Strategi nya harus bagaimana ?
Dakwah kepada keluarga bukanlah sesuatu yang mudah. Ketika seseorang salah langkah, maka akan dapat menimbulkan masalah yang besar, misalnya terputusnya hubungan keluarga, timbulnya fitnah, dsb. sehingga diperlukan langkah-langkah yang hati-hati.

✅Memulai dari diri sendiri

Tidak jarang seorang dai mempunyai latar belakang kehidupan yang jahil. Bukan seuatu hal yang mustahil, ketika dia berhijrah kemudian berdakwah kepada keluarganya maka mereka menanggapinya dengan mengungkit-ungkit masa lalunya. Seorang dai harus berupaya untuk menghapus citra negatif diri yang telah melekat dalam pandangan keluarganya dan harus menunjukkan bahwa dia benar-benar telah berubah serta memberikan pemahaman bahwa langkah-langkah di masa lalunya itu adalah langkah-langkah yang keliru.

Sang dai harus memulai segala sesuatunya dari dirinya sendiri dan senantiasa memberikan keteladanan.

✅Menjalin kedekatan

Sang dai harus berusaha senantiasa menjalin hubungan yang baik dengan keluarganya, baik dengan komunikasi langsung maupun tidak langsung melalui surat, telepon, sms, dll. Tak jarang, karena kesibukan aktivitas di kampus misalnya, dai menelantarkan hubungan dengan keluarga sehingga hubungan yang terjadi hanyalah berupa hubungan uang semata. Menjalin komunikasi yang rutin, mengirimkan hadiah misalnya buku, memberikan perhatian kepada keluarga, insya Allah dapat menumbuhkan kedekatan dengan keluarga yang akan dapat melahirkan ketsiqahan (kepercayaan/ketentraman) mereka.

✅Menjaga kondisi keluarga

Dakwah kepada keluarga memerlukan pemahaman terhadap kondisi keluarga, permasalahan-permasalahan yang ada, karakter dari masing-masing anggota keluarga dan juga kondisi dari lingkungan sekitar. Pemahaman terhadap seputar keluarga sangat penting untuk menentukan cara dan sarana yang digunakan.

✅Sabar

Kesabaran dan keuletan sang dai sangat diperlukan untuk membimbing dan mengarahkan keluarga secara pelan, bertahap, berkesinambungan dan telaten dengan cara dan sarana yang tentunya tidak bisa disamakan dengan berdakwah di luar rumah, misalnya di kampus. Sang dai pun harus membekali diri dengan ilmu dan senantiasa berusaha menambah ilmunya sehingga bisa memberikan hujjah yang jelas dan tidak diremehkan,

✅Evaluasi

Evaluasi sangat diperlukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dakwah keluarga yang telah dilakukan serta untuk membenahi cara dan sarana dakwah yang digunakan.

Doa merupakan suatu hal yang tidak boleh dilupakan, karena hanya Allahlah yang kuasa memberikan hidayah dan petunjuk kepada seseorang.
Manusia hanya bisa berusaha, tetapi Allahlah yang menentukan hasilnya.
Wallahu a’lam.


┈┈ ✿⊱┈┈
TANYA JAWAB


1.    Afwan ustadz bertanya, apakah amar ma'ruf khususnya di keluarga harus dilakukan terus menerus, atau harus tarik ulur?

Jawab:
Ada satu kaidah yang tidak boleh diabaikan oleh orang yang hendak menerapkan amar ma’ruf nahi mungkar, yaitu ‘menolak mafsadah (kerusakan) lebih diutamakan daripada mengambil maslahat’. Oleh karena itu, menjadi keharusan mengetahui maslahat yang dihasilkan dan mafsadah yang ditimbulkan dari penerapan amar ma’ruf nahi mungkar.
✅Apabila kemaslahatan yang dihasilkan lebih besar dibandingkan mafsadahnya, wajib beramar ma’ruf nahi mungkar.
✅Apabila yang terjadi kebalikannya, yakni mafsadahnya lebih besar dari maslahatnya, menjadi tidak wajib menegakkannya bahkan diharamkan.
✅Jika keadaannya seimbang antara maslahat dan mafsadahnya, atau yang ma’ruf dan yang mungkar sama-sama dilakukan, maka tidak boleh memerintah kepada yang ma’ruf, tidak pula mencegah yang mungkar. Artinya, dalam kondisi ini, menghindari terjadinya mafsadah yang lebih besar diutamakan daripada mengambil maslahat.
✅Apabila bercampur antara yang ma’ruf dengan yang mungkar, langkah yang diambil adalah menyampaikan seruan/dakwah secara khusus kepada yang ma’ruf dan menyampaikan ajakan secara khusus agar menjauh dari segala hal yang mungkar.

Sebenarnya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah telah menjelaskan kaidah ini dengan gamblang. Beliau mengatakan, “Apabila maslahat dan mafsadah, kebaikan dan kejelekan, sama-sama mencuat atau sama-sama menguat, yang wajib adalah mendahulukan mana yang lebih dominan. Hal ini karena amar ma’ruf nahi mungkar, sekalipun membawa misi untuk mewujudkan maslahat dan menolak mafsadah, tetap harus mempertimbangkan apa yang menjadi rintangannya.
Wallahualam


2.    Ijin bertanya ustadz, bagaimana cara berdakwah kepada orangtua yang notabene kejawen, takut menyinggung kalau tidak hati-hati dalam mendakwahi.

Jawab:
Untuk mendakwahi orang tua dengan meraih simpati mereka terlebih dulu dengan melakukan kebaikan" yg dianjurkan agama, tentunya kebaikan yang disukai orang tua.
Contohnya : memberi hadiah pada mereka, lemah lembut pada mereka saat bicara, dampingi mereka dalam berbagai kesempatan, membantu pekerjaannya, melaksanakan perintahnya selama itu baik meski kita waktu itu sedang malas. Jangan pernah berfikir mereka benci kita ketika marah, jangan meninggikan suara di hadapan mereka, jangan tampakkan muka masam atau tidak suka ketika berhadapan dengan mereka, muliakan kedua orang tua kita.
Bila sudah berhasil meraih simpati mereka, baru kemudian kita memulai dakwah kita dengan santun. Kita tunjukkan bahwa semakin orang dekat dengan agama, maka ia semakin berkahlak mulia. Dan dakwah itu tidak mesti dengan berdebat, tidak mesti dengan mengajari, tidak mesti dengan menyakiti hati. Ajak mereka menghadiri pengajian, ajak mereka berkunjung silaturrahim ke rumah ustadz yang ahli di dalam berdakwah
Kita harus sadar bahwa Allah lah satu-satu Zat yang maha membolak-balikkan hati manusia Jangan tertipu dengan keahlian kita berdakwah, jangan ujub diri, namun kita sertai setiap langkah dakwah kita dengan mendoakan kebaikan bagi kedua orang tua kita dengan tulus ikhlas. Kita minta pada Allah agar menyayangi keduanya sebagaimana dahulu kedu aorang tua kita menyayangi kita di waktu kita masih kecil.Dan terakhir minta bantuan dari orang yang disegani oleh orang tua kita. Wallahu a’lam


3.    Ustadz, Saya ijin nanya. Kalau untuk anak laki-laki, ketika puber, yang berhak dan harus memberitahukan hal-hal yang berkaitan dengan masalah puber dan lain-lain, ayahnya kan? Kalau sang ibu lebih andil banyak, gimana ya ustad? Karena anak laki-laki tersebut, lebih nempel sama ibunya. Karena kalau suara ayahnya sudah memberitahu, nadanya bagi sianak, ketinggian. Bagaimana ustadz? Peran si ibu,boleh kah?

Jawab:
Boleh saja tapi harus sesuai porsi peran masing masing saja. Ada pembagian peran ayah dan ibu di dalam keluarga.

Peran ayah
✅Ayah sebagai Pemimpin Keluarga (Leader)
✅Ayah sebagai Pelindung Keluarga dan Anak
✅Ayah sebagai Pemberi Teladan Maskulinitas Anak
✅Ayah sebagai Pemberi Contoh dalam Penyelesaian Masalah
✅Ayah sebagai Sahabat Anak
✅Ayah sebagai Guru dan Motivator Anak
✅Ayah sebagai Peningkat Kecerdasan Emosional Anak

Peran ibu
✅Ibu sebagai Madrosah Pertama bagi Anak-Anaknya
✅Ibu sebagai Motivator dan Inspirator bagi Anak
✅Ibu sebagai Guru Bagi Sang Anak
✅Ibu sebagai Penasehat bagi Anak

Usahakan tetap pada koridor peran masing-masing jangan sampai ibu mengambil peran ayah atau sebaliknya. Wallahualam

•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

Kita tutup dengan membacakan istighfar....hamdalah..
Astaghfirullahal’adzim..... Alhamdulillahirabbil'aalamiin

Doa Kafaratul Majelis:

 سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh


★★★★★★★★★★★★★★
Badan Pengurus Harian (BPH) Pusat
Hamba اللَّهِ SWT
Blog: http://kajianonline-hambaallah.blogspot.com
FanPage : Kajian On line-Hamba Allah
FB : Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!