Rekap
Kajian Online Hamba اللَّهِ SWT Ummi G1
Hari,
Tgl: Selasa, 27 Agustus 2019
Materi:
Dakwah keluarga
Nara
Sumber: Ustadz Undang
Waktu
Kajian: 16.00 - selesai WIB
Notulen:
Bunda Meita
•┈┈•┈•⊰✿ ✿⊱•┈•┈┈•
Materi
بِسْــــــــــــــمِ
اللّهِ الرَّحْمن الرَّحِيْمُ
السلام
عليكم و رحمة الله و بركاته
Segalanya
milik Alloh apa yang ada di langit dan bumi, kenikmatan dan kesusahan asalnya
dari Alloh sudah selayaknya kita panjatkan puji dan syukur hanya kepada Alloh
SWT.
Agama
Islam adalah agama yang mengangkat dan membebaskan manusia dari jaman jahiliah
jaman kegelapan menuju ke jaman yang terang benderang, sudah selayaknyalah kita
sebagai umatnya senantiasa menghaturkan sholawat dan salam hanya kepada Nabi
Muhammad SAW
Dakwah Keluarga
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS At Tahrim 6)
Keluarga
bahagia adalah impian kita. Ketika seseorang belum menikah, maka keluarganya
adalah orang tua dan saudara-saudaranya, sehingga keluarga inilah yang
seharusnya mendapatkan prioritas untuk didakwahi, tanpa menelantarkan kewajiban
berdakwah kepada yang lain.
Dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Rasulullah saw. bersabda,
“Tegakkan
aturan-aturan Allah walaupun kepada keluarga dekat atau kepada orang lain.
Jangan hiraukan celaan orang lain dalam menjalankan hukum-hukum Allah.”
Ketika
kita mengingat kembali pada periode awal dakwah ini, akan terlihat jelas betapa
pentingnya dakwah kepada keluarga. Bibit-bibit pertama pada periode sirriyah
(rahasia) terdapat dalam rumah Nabi saw. Orang-orang yang pertama kali masuk
Islam setelah Rasulullah saw. adalah istrinya, Khadijah; mantan budaknya, Zaid
bin Haritsah; serta anak pamannya, Ali bin Abi Thalib; dan juga anak-anak
perempuan beliau. Pada periode jahiriyah (terang-terangan), Nabi saw.
mengajarkan dakwah kepada keluarga dekat yaitu Bani Hasyim dan Bani Muthalib.
Bentuk
dakwah terang-terangan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dimulai dari
dakwah kepada keluarga. Namun dakwah ini tetap mengalami tantangan.
وَأَنْذِرْ
عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
“Dan
berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (QS. Asy-Syu’ara: 214)
Ketika
turun ayat tersebut, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai
orang-orang Quraisy, tebuslah diri kalian (dari siksa Allah dengan memurnikan
ibadah kepada-Nya). Aku tidak bisa berbuat apa-apa sedikit pun di hadapan Allah
untuk kalian. Wahai Abbas bin ‘Abdul Muththalib, aku tidak bisa berbuat apa-apa
sedikit pun di hadapan Allah untukmu. Wahai Shafiyah bibi Rasulullah, aku tidak
bisa berbuat apa-apa sedikit pun di hadapan Allah untukmu. Wahai Fatimah puteri
Rasulullah, mintalah kepadaku harta apa saja yang engkau suka, aku tidak bisa
berbuat apa-apa sedikit pun di hadapan Allah untukmu.” (HR. Bukhari-Muslim)
Apa
sebenarnya yang menjadi tujuan dakwah keluarga?
✅Mengembalikan keluarga ke dalam
pangkuan Islam yang benar
Kondisi
keluarga yang Islami dapat mempengaruhi ketenangan sang dai yang tentunya akan
berpengaruh juga terhadap langkah-langkah dakwah yang dijalankan. Dukungan dan
peran serta keluarga di dalam dakwah pun sangat penting dan berarti.
✅Menjadi kekuatan pendukung
Kalaupun
keluarga tak mengikuti jejak sang dai untuk berislam secara benar, diharapkan
mereka mendukung terhadap langkah dai atau paling tidak mereka tidak
menhalangi.
Strategi
nya harus bagaimana ?
Dakwah
kepada keluarga bukanlah sesuatu yang mudah. Ketika seseorang salah langkah,
maka akan dapat menimbulkan masalah yang besar, misalnya terputusnya hubungan
keluarga, timbulnya fitnah, dsb. sehingga diperlukan langkah-langkah yang
hati-hati.
✅Memulai dari diri sendiri
Tidak
jarang seorang dai mempunyai latar belakang kehidupan yang jahil. Bukan seuatu
hal yang mustahil, ketika dia berhijrah kemudian berdakwah kepada keluarganya
maka mereka menanggapinya dengan mengungkit-ungkit masa lalunya. Seorang dai
harus berupaya untuk menghapus citra negatif diri yang telah melekat dalam
pandangan keluarganya dan harus menunjukkan bahwa dia benar-benar telah berubah
serta memberikan pemahaman bahwa langkah-langkah di masa lalunya itu adalah
langkah-langkah yang keliru.
Sang
dai harus memulai segala sesuatunya dari dirinya sendiri dan senantiasa
memberikan keteladanan.
✅Menjalin kedekatan
Sang
dai harus berusaha senantiasa menjalin hubungan yang baik dengan keluarganya,
baik dengan komunikasi langsung maupun tidak langsung melalui surat, telepon,
sms, dll. Tak jarang, karena kesibukan aktivitas di kampus misalnya, dai menelantarkan
hubungan dengan keluarga sehingga hubungan yang terjadi hanyalah berupa
hubungan uang semata. Menjalin komunikasi yang rutin, mengirimkan hadiah
misalnya buku, memberikan perhatian kepada keluarga, insya Allah dapat
menumbuhkan kedekatan dengan keluarga yang akan dapat melahirkan ketsiqahan
(kepercayaan/ketentraman) mereka.
✅Menjaga kondisi keluarga
Dakwah
kepada keluarga memerlukan pemahaman terhadap kondisi keluarga,
permasalahan-permasalahan yang ada, karakter dari masing-masing anggota
keluarga dan juga kondisi dari lingkungan sekitar. Pemahaman terhadap seputar
keluarga sangat penting untuk menentukan cara dan sarana yang digunakan.
✅Sabar
Kesabaran
dan keuletan sang dai sangat diperlukan untuk membimbing dan mengarahkan
keluarga secara pelan, bertahap, berkesinambungan dan telaten dengan cara dan
sarana yang tentunya tidak bisa disamakan dengan berdakwah di luar rumah,
misalnya di kampus. Sang dai pun harus membekali diri dengan ilmu dan
senantiasa berusaha menambah ilmunya sehingga bisa memberikan hujjah yang jelas
dan tidak diremehkan,
✅Evaluasi
Evaluasi
sangat diperlukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dakwah keluarga yang
telah dilakukan serta untuk membenahi cara dan sarana dakwah yang digunakan.
Doa
merupakan suatu hal yang tidak boleh dilupakan, karena hanya Allahlah yang
kuasa memberikan hidayah dan petunjuk kepada seseorang.
Manusia
hanya bisa berusaha, tetapi Allahlah yang menentukan hasilnya.
Wallahu
a’lam.
•┈┈•┈•⊰✿ ✿⊱•┈•┈┈•
TANYA JAWAB
1.
Afwan
ustadz bertanya, apakah amar ma'ruf khususnya di keluarga harus dilakukan terus
menerus, atau harus tarik ulur?
Jawab:
Ada
satu kaidah yang tidak boleh diabaikan oleh orang yang hendak menerapkan amar
ma’ruf nahi mungkar, yaitu ‘menolak mafsadah (kerusakan) lebih diutamakan
daripada mengambil maslahat’. Oleh karena itu, menjadi keharusan mengetahui
maslahat yang dihasilkan dan mafsadah yang ditimbulkan dari penerapan amar
ma’ruf nahi mungkar.
✅Apabila
kemaslahatan yang dihasilkan lebih besar dibandingkan mafsadahnya, wajib
beramar ma’ruf nahi mungkar.
✅Apabila
yang terjadi kebalikannya, yakni mafsadahnya lebih besar dari maslahatnya,
menjadi tidak wajib menegakkannya bahkan diharamkan.
✅Jika
keadaannya seimbang antara maslahat dan mafsadahnya, atau yang ma’ruf dan yang
mungkar sama-sama dilakukan, maka tidak boleh memerintah kepada yang ma’ruf,
tidak pula mencegah yang mungkar. Artinya, dalam kondisi ini, menghindari
terjadinya mafsadah yang lebih besar diutamakan daripada mengambil maslahat.
✅Apabila
bercampur antara yang ma’ruf dengan yang mungkar, langkah yang diambil adalah
menyampaikan seruan/dakwah secara khusus kepada yang ma’ruf dan menyampaikan
ajakan secara khusus agar menjauh dari segala hal yang mungkar.
Sebenarnya,
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah telah menjelaskan kaidah ini dengan
gamblang. Beliau mengatakan, “Apabila maslahat dan mafsadah, kebaikan dan
kejelekan, sama-sama mencuat atau sama-sama menguat, yang wajib adalah
mendahulukan mana yang lebih dominan. Hal ini karena amar ma’ruf nahi mungkar,
sekalipun membawa misi untuk mewujudkan maslahat dan menolak mafsadah, tetap
harus mempertimbangkan apa yang menjadi rintangannya.
Wallahualam
2.
Ijin
bertanya ustadz, bagaimana cara berdakwah kepada orangtua yang notabene kejawen,
takut menyinggung kalau tidak hati-hati dalam mendakwahi.
Jawab:
Untuk
mendakwahi orang tua dengan meraih simpati mereka terlebih dulu dengan
melakukan kebaikan" yg dianjurkan agama, tentunya kebaikan yang disukai
orang tua.
Contohnya
: memberi hadiah pada mereka, lemah lembut pada mereka saat bicara, dampingi mereka
dalam berbagai kesempatan, membantu pekerjaannya, melaksanakan perintahnya
selama itu baik meski kita waktu itu sedang malas. Jangan pernah berfikir mereka
benci kita ketika marah, jangan meninggikan suara di hadapan mereka, jangan
tampakkan muka masam atau tidak suka ketika berhadapan dengan mereka, muliakan
kedua orang tua kita.
Bila
sudah berhasil meraih simpati mereka, baru kemudian kita memulai dakwah kita
dengan santun. Kita tunjukkan bahwa semakin orang dekat dengan agama, maka ia
semakin berkahlak mulia. Dan dakwah itu tidak mesti dengan berdebat, tidak
mesti dengan mengajari, tidak mesti dengan menyakiti hati. Ajak mereka
menghadiri pengajian, ajak mereka berkunjung silaturrahim ke rumah ustadz yang
ahli di dalam berdakwah
Kita
harus sadar bahwa Allah lah satu-satu Zat yang maha membolak-balikkan hati
manusia Jangan tertipu dengan keahlian kita berdakwah, jangan ujub diri, namun
kita sertai setiap langkah dakwah kita dengan mendoakan kebaikan bagi kedua
orang tua kita dengan tulus ikhlas. Kita minta pada Allah agar menyayangi
keduanya sebagaimana dahulu kedu aorang tua kita menyayangi kita di waktu kita
masih kecil.Dan terakhir minta bantuan dari orang yang disegani oleh orang tua
kita. Wallahu a’lam
3.
Ustadz,
Saya ijin nanya. Kalau untuk anak laki-laki, ketika puber, yang berhak dan
harus memberitahukan hal-hal yang berkaitan dengan masalah puber dan lain-lain,
ayahnya kan? Kalau sang ibu lebih andil banyak, gimana ya ustad? Karena anak
laki-laki tersebut, lebih nempel sama ibunya. Karena kalau suara ayahnya sudah
memberitahu, nadanya bagi sianak, ketinggian. Bagaimana ustadz? Peran si
ibu,boleh kah?
Jawab:
Boleh
saja tapi harus sesuai porsi peran masing masing saja. Ada pembagian peran ayah
dan ibu di dalam keluarga.
Peran
ayah
✅Ayah
sebagai Pemimpin Keluarga (Leader)
✅Ayah
sebagai Pelindung Keluarga dan Anak
✅Ayah
sebagai Pemberi Teladan Maskulinitas Anak
✅Ayah
sebagai Pemberi Contoh dalam Penyelesaian Masalah
✅Ayah
sebagai Sahabat Anak
✅Ayah
sebagai Guru dan Motivator Anak
✅Ayah
sebagai Peningkat Kecerdasan Emosional Anak
Peran
ibu
✅Ibu
sebagai Madrosah Pertama bagi Anak-Anaknya
✅Ibu
sebagai Motivator dan Inspirator bagi Anak
✅Ibu
sebagai Guru Bagi Sang Anak
✅Ibu
sebagai Penasehat bagi Anak
Usahakan
tetap pada koridor peran masing-masing jangan sampai ibu mengambil peran ayah
atau sebaliknya. Wallahualam
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Kita tutup dengan membacakan
istighfar....hamdalah..
Astaghfirullahal’adzim.....
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa Kafaratul Majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا
أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika
asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah,
dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan
diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh
★★★★★★★★★★★★★★
Badan Pengurus
Harian (BPH) Pusat
Hamba اللَّهِ SWT
Blog:
http://kajianonline-hambaallah.blogspot.com
FanPage : Kajian On
line-Hamba Allah
FB : Kajian On
Line-Hamba Allah
Twitter:
@kajianonline_HA
IG:
@hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT



0 komentar:
Post a Comment