Home » , , , » SEBAB HILANGNYA SIKSA DAN KURANGNYA DOSA

SEBAB HILANGNYA SIKSA DAN KURANGNYA DOSA

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Friday, August 28, 2015

Beberapa SEBAB yang bisa menghilangkan siksa dan mengurangi dosa.

Tidak ada dimuka bumi ini manusia sekarang yang terbebas dari salah dan dosa, bahkan ada sebuah kalimat yang sering dinyanyikan bahwa "manusia itu adalah tempatnya salah dan dosa".

Apakah benar pelaku maksiat ini bisa dikurangi siksaannya dan dikurangi dosanya...?
Sesungguhnya pelaku maksiat dapat digugurkan dosa dan siksanya di akhirat dengan beberapa sebab, yaitu:

1. Taubat
Dimana اللّهُ  ta’ala berfirman:

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا * إِلا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلا يُظْلَمُونَ شَيْئًا

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikit pun” [QS. Maryam : 59-60].

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا * إِلا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَاعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ لِلَّهِ فَأُولَئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) اللّهُ  dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena اللّهُ.  Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak اللّهُ  akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar” [QS. An-Nisaa’ : 145-146].

Para ulama sepakat bahwa taubat dapat menghapus segala dosa hingga dosa syirik akbar seorang hamba, selama nyawanya belum sampai di kerongkongannya.

2. Istighfar
Dimana اللّهُ  ta’ala berfirman:

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

“Dan اللّهُ  sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) اللّهُ  akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun” [QS. Al-Anfaal : 33].

Istighfar sebenarnya masuk dalam cakupan taubat, yaitu memohon ampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukan dan menyesalinya. Namun taubat lebih mencakup dan lebih unggul dibandingkan istighfar, karena ia mengandung tekad kuat untuk tidak mengulangi dosa/maksiat yang telah dilakukan di masa yang akan datang.

Ibnu ‘Abbaas radliyallaahu ‘anhumaa berkata:

لا كَبِيرَةَ مَعَ اسْتِغْفَارٍ، وَلا صَغِيرَةَ مَعَ إِصْرَارٍ

“Tidak ada dosa besar jika diiringi dengan istighfar, dan tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus-menerus” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabariy dalam Jaami’ul-Bayaan 8/245, Ibnul-Mundzir dalam Tafsiir-nya no. 1670, Ibnu Abi Haatim dalam Tafsiir-nya no. 5217, dan yang lainnya; shahih].

3.  Melakukan amal shaalih
Dimana اللّهُ  ta’ala berfirman:

إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ

“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk” [QS. Huud : 114].

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الصَّلاةُ الْخَمْسُ، وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ، كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ، مَا لَمْ تُغْشَ الْكَبَائِرُ

Dari Abu Hurairah : Bahwasannya Rasulullah ﷺ  pernah bersabda : “Shalat fardlu yang lima, shalat Jum’at hingga shalat Jum’at berikutnya, dan puasa Ramadlaan hingga puasa Ramadlaan berikutnya adalah penghapus dosa-dosa yang ada di antaranya, apabila orang tersebut meninggalkan dosa-dosa besar” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 233].

4. Tertimpa musibah yang bersifat keduniaan

عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: دَخَلْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُوعَكُ، فَمَسِسْ تُهُ بِيَدِي، فَقُلْتُ: إِنَّكَ لَتُوعَكُ وَعْكًا شَدِيدًا، قَالَ: أَجَلْ، كَمَا يُوعَكُ رَجُلَانِ مِنْكُمْ، قَالَ: لَكَ أَجْرَانِ، قَالَ: نَعَمْ، مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مَرَضٌ فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا

Dari Ibnu Mas’uud radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Aku masuk menemui Nabi ﷺ  ketika beliau sakit. Lalu aku raba beliau, lalu aku berkata : "Sesungguhnya demammu bertambah keras". Beliau ﷺ  menjawab : “Benar, sebagaimana demamnya dua orang di antara kalian". Aku berkata : “Semoga engkau mendapatkan dua pahala". Beliau ﷺ  bersabda : "Tidaklah seorang muslim ditimpa cobaan berupa sakit dan sebagainya, kecuali اللّهُ  akan gugurkan dosa-dosanya sebagaimana sebatang pohon yang menggugurkan daunnya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5667].

5. Syafa’at dari orang-orang yang diberikan izin oleh اللّهُ  ta’ala.
Dimana اللّهُ  ta’ala berfirman:

يَوْمَئِذٍ لا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ إِلا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَرَضِيَ لَهُ قَوْلا

“Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang اللّهُ  Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridai perkataannya” [QS. Thaha : 109].

Telah menceritakan kepadaku Suwaid bin Sa'iid, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Hafsh bin Maisarah, dari Zaid bin Aslam, dari 'Athaa' bin Yasaar, dari Abu Sa'iid Al-Khudriy secara marfu’ : “……اللّهُ  lalu berfirman : ‘Para Malaikat, Nabi, dan orang-orang yang beriman telah memberi syafa’at, dan tinggallah Dzat Yang Maha Pengasih” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 302].

5.1. Syafa’at dari Nabi ﷺ :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " ....... أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ، مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ "

Dari Abu Hurairah, ia bekata : Telah bersabda Rasulullah ﷺ  : “Orang yang paling berbahagia memperoleh syafa’atku pada hari Kiamat adalah orang yang mengucapkan Laa ilaha illallaa ikhlas dari lubuk hatinya atau jiwanya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 99].

5.2. Syafa’at syuhadaa’ (orang yang mati syahid di jalan اللّهُ )

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءَ يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " يُشَفَّعُ الشَّهِيدُ فِي سَبْعِينَ مِنْ  أَهْلِ بَيْتِهِ

Dari Abud-Dardaa’, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah ﷺ  : “Orang yang mati syahiid memberikan syafa’at kepada 70 orang dari keluarganya” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 2522; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih Sunan Abi Daawud 2/103].

5.3. Syafa’at orang yang menshalati jenazah kaum muslimin.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مَا مِنْ رَجُلٍ مُسْلِمٍ يَمُوتُ، فَيَقُومُ عَلَى جَنَازَتِهِ أَرْبَعُونَ رَجُلًا لَا يُشْرِكُونَ بِاللَّهِ شَيْئًا، إِلَّا شَفَّعَهُمُ اللَّهُ فِيهِ

Dari ‘Abdullah bin ‘Abbaas, dari Rasulullah ﷺ  beliau bersabda : “Tidaklah seorang muslim meninggal dunia lalu jenazahnya dishalati oleh empat puluh orang yang tidak menyekutukan اللّهُ  dengan sesuatu pun kecuali mereka akan memberikan syafa’at baginya” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 948].

5.4. Syafa’at dari anak-anak yang telah meninggal dunia semasa kecil.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَمُوتُ لَهُمَا ثَلَاثَةُ أَوْلَادٍ لَمْ يَبْلُغُوا الْحِنْثَ، إِلَّا أَدْخَلَهُمَا اللَّهُ وَإِيَّاهُمْ بِفَضْلِ رَحْمَتِهِ الْجَنَّةَ، وَقَالَ: يُقَالُ لَهُمْ: ادْخُلُوا الْجَنَّةَ، قَالَ: فَيَقُولُونَ: حَتَّى يَجِيءَ أَبَوَانَا ، قَالَ: ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، فَيَقُولُونَ: مِثْلَ ذَلِكَ، فَيُقَالُ لَهُمْ: ادْخُلُوا الْجَنَّةَ أَنْتُمْ وَأَبَوَاكُمْ

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah ﷺ  : “Tidaklah dua orang muslim (suami istri) yang tiga orang anak mereka yang meninggal dunia sebelum mencapai usia dewasa, kecuali اللّهُ  akan memasukkan keduanya dan anak-anak mereka ke surga dengan keutamaan rahmat-Nya". Beliau bersabda : "Dikatakan kepada anak-anak tersebut: 'Masuklah kalian ke surga'. Mereka berkata : '(Kami tidak akan masuk) hingga bapak-bapak kami juga masuk!’. Lalu dikatakan kepada mereka : 'Masuklah kalian dan bapak-bapak kalian ke surga” [Diriwayatkan oleh Ahmad, 2/510; shahih. Dishahihkan sanadnya oleh Al-Arna’uth dan ‘Aadil Mursyid dalam takhrij-nya atas Musnad Al-Imaam Ahmad, 16/364].

6. Pemaafan اللّهُ  ta’ala tanpa melalui syafa’at.
Dimana اللّهُ  ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Sesungguhnya اللّهُ  tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya” [QS. An-Nisaa’ : 48].

7. Doa orang-orang mukmin, baik yang didoakan masih hidup ataupun telah meninggal.
Dimana اللّهُ  ta’ala berfirman:

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang" [QS. Al-Hasyr : 10].

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلا تَبَارًا

“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang lalim itu selain kebinasaan"[QS. Nuuh : 28].

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ، إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Dari Abu Hurairah : Bahwasannya Rasulullah ﷺ  pernah bersabda : “Apabila seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal : shadaqah jariyyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shaalih yang mendoakannya” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1631, Ahmad 2/372, At-Tirmidziy no. 1376, Al-Bukhaariy dalam Al-Adabul-Mufrad no. 38, dan yang lainnya].

8. Amal shalih yang dilakukan orang lain.
Amal shalih yang dilakukan orang lain yang dapat bermanfaat bagi seseorang tidak berlaku secara mutlak, namun harus berlandaskan dalil. Misalnya, tidak boleh seseorang mewakili shalat wajib orang lain, namun ia boleh mewakili haji orang lain dengan syarat ia sendiri sudah menunaikan haji.

8.1. Haji

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ رَجُلًا، يَقُولُ: لَبَّيْكَ عَنْ شُبْرُمَةَ، قَالَ: " مَنْ شُبْرُمَةُ؟ " قَالَ: أَخٌ لِي، أَوْ قَرِيبٌ لِي، قَالَ: " حَجَجْتَ عَنْ نَفْسِكَ "، قَالَ: لَا، قَالَ: " حُجَّ عَنْ نَفْسِكَ، ثُمَّ حُجَّ عَنْ شُبْرُمَةَ "

Dari Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma, bahwasannya Nabi ﷺ  mendengar (ketika berhaji) seorang laki-laki mengucapkan talbiyyah haji : ‘Labbaika (kupenuhi panggilan-Mu ya اللّهُ)  atas nama hajinya Syubrumah’. Nabi ﷺ  bertanya : “Siapa Syubrumah?”. Ia menjawab : “Saudara saya (atau kerabat saya)”. Nabi bertanya : ”Apakah engkau telah berhaji untuk dirimu sendiri?”. Ia menjawab : “Belum”. Maka beliau bersabda : ”Berhajilah untuk dirimu sendiri, kemudian (kelak) kamu berhaji untuk Syubrumah” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 1811, Ibnu Majah no. 2903 dan Ibnu Hibban 962; dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud 1/509 dan Shahih Sunan Ibni Majah 3/10 no. 2364].

8.2. Shadaqah:

عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّيَ افْتُلِتَتْ نَفْسَهَا وَلَمْ تُوصِ،  وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ، أَفَلَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا؟، قَالَ: " نَعَمْ "

Dari ’Aisyah, bahwasannya ada seorang laki-laki yang mendatangi Nabi ﷺ  dan berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia secara mendadak dan tidak sempat berwasiat. Aku kira, jika ia sempat berbicara niscaya ia akan bershadaqah. Adakah baginya pahala jika saya bershadaqah untuknya ?”. Maka beliau ﷺ  menjawab : ”Ya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 1322 dan Muslim no. 1004].

8.3. Puasa : 
Kewajiban puasa yang belum ditunaikan semasa hidup:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ، صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ

Dari ‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhaa, bahwasannya Rasulullah ﷺ  pernah bersabda : ”Barangsiapa yang meninggal dunia dan ia masih memiliki kewajiban puasa, maka hendaklah walinya berpuasa untuknya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1952, Muslim no. 1147, Abu Dawud no. 2400, dan yang lainnya].

8.4. Pelunasan hutang:
Hadits Abu Qatadah radliyallaahu ‘anhu dimana ia pernah menanggung (melunasi) hutang sebesar dua dinar dari si mayit yang kemudian dengan itu Nabi ﷺ  bersabda :

الآنَ حِينَ بَرَدَتْ عَلَيْهِ جِلْدُهُ

“Sekarang, menjadi dinginlah kulitnya” [Diriwayatkan oleh Al-Haakim 2/74 bersama At-Tattabu’ no. 2401. Ia berkata : “Isnadnya shahih namun tidak dikeluarkan oleh Al-Bukhaariy dan Muslim].
والله أعلم بالصواب

DISKUSI

1. Maksudnya orang yang mengsholati jenazah bisa memberi safa at itu gimana ya pak?
Jawab
Ketika ada 40 orang atau lebih yang mensholati mayit dan semua orang tersebut keimanannya kuat, tauhidnya bagus, maka akan mendapatkan keuntungan bagi sang mayit. Bisa mendapatkan syafaat atau kemudahan bagi dia.

2. Pak  apakah jika kita dapat ujian itu karena  dosa kita? Dan apakah dengan adanya ujian mampu mengurangi dosa kita??
Jawab
Bunda Lia...  Iya setiap ujian itu pasti ada konsekuensinya. In sha اللّهُ berkurang dosa selama kita melihatnya dan bersabarnya atas karena اللّهُ Ta'ala.

3. Soal anak belum baligh meninggal bisa jadi syafaat orang tuanya, harus 3 orang ust?
Jawab
Ada juga dalil yang mengatakan 1 orang anak juga bisa memberikan syafaat Ustadzah

4. Apakah karena hal tersebut orang tua merasa sudah ada tabungan istilahnya di akhirat sehingga bisa santai-santai saja tidak mau belajar tentang agama?
Jawab
Masalahnya masuk surga itu juga berlandaskan mutlak kepada RIDHO اللّهُ semata sajaa. Jadi kalau hati kecilnya terbesit berleha leha dan mengesampingkan agama, bukankah اللّهُ Maha Tahu...?

5.Kalau berhutang nya karena terpaksa bagaimana pak ustad? Apakah tetap akan membuat akhlak menjadi berubah, dan berubah nya menjadi seperti apa?
Jawab
Kebanyakan dari kita begitu membutuhkan hutang, maka mencari cari orang yang bersedia membantunya. Dan setelah diberikan bantuan, seharusnya kita menjadi jauh lebih baik kepada pihak yang meminjamkannya. Karena apa...? Karena dia yang sudah membantu kita. Ini kaidah normalnya. Tetapi buanyaaakkk sekali termasuk didalamnya ikhwan atau akhwat didalamnya yang akhirnya menjadi kucing kucingan sama yang memberikan bantuan.
- Menghindar ketika ditelfon
- Dusta begitu ditagih, "iya, minggu depan"
- Dusta setelah akad, "saya akan mengembalikan perbulan segini dan segitu"
- Bahkan cenderung jauh lebih galak yang ditagih daripada yang menagih
- dan banyak sifat lainnya.
Makanya ada dalil khusus dan otoritas khusus dari اللّهُ bahwa ini akan menyangkut seumur hidup sampai akhirat kelak tanpa intervensi bahwa kesalahan itu harus diselesaikan dengan manusianya.

Doa penutup majelis :

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ ٭

Artinya:
“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”

Wassalamualaikum wr.wb

--------------------------------------------------
Hari / Tanggal : Jumat, 28 Agustus 2015
Narasumber : Ustadz Dodi Kristono 
Tema : Kajian Islam
Notulen : Ana Trienta

Kajian Online Telegram Hamba اَﻟﻠﱣﻪ Ta'ala

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!