Kajian Online WA Hamba الله
SWT
Senin, 18 April 2016
Narasumber : Ustadz
Hizbullah Ali
Rekapan Grup Bunda M15 (Bd. Nining)
Tema : Kajian Umum
Editor
: Rini Ismayanti
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokaatuh...
Segala puji hanya milik Allah..kami memuji.. memohon pertolongan... meminta ampunan.. mengharap petunjuk dan berlindung kepada-Nya dari kejahatan jiwa kami dan keburukan perbuatan kami.. Siapa yang Allah beri petunjuk maka tak ada yang akan menyesatkannya dan siapa yang Allah sesatkan maka tak ada baginya petunjuk..
Alhamdulillah hari ini kita berkumpul lagi untuk menyimak kajian bersama Ustadz Hizbullah Ali
Dengan tema
Segala puji hanya milik Allah..kami memuji.. memohon pertolongan... meminta ampunan.. mengharap petunjuk dan berlindung kepada-Nya dari kejahatan jiwa kami dan keburukan perbuatan kami.. Siapa yang Allah beri petunjuk maka tak ada yang akan menyesatkannya dan siapa yang Allah sesatkan maka tak ada baginya petunjuk..
Alhamdulillah hari ini kita berkumpul lagi untuk menyimak kajian bersama Ustadz Hizbullah Ali
Dengan tema
DIKALA GALAU, RESAH DAN SEDIH MELANDA
Dalam kehidupan ini, terkadang seorang hamba didera berbagai
derita. Tak jarang hatinya dilanda beragam perasaan yang mengusik hati,
menyiksa jiwa dan membuat hidupnya menjadi keruh dan sempit. Ada tiga jenis
perasaan yang mengganggu jiwa seorang manusia; pertama huzn (kesedihan terhadap
apa yang terjadi di masa lalu), kedua hamm (keresahan lantaran kekhawatiran
akan masa depan) dan ketiga ghamm (perasaan gundah saat menghadapi kenyataan
yang sulit yang tengah dihadapi sekarang).
Tiga perasaan ini tak bisa lenyap dari jiwa seseorang kecuali melalui ketulusan penuh untuk kembali kepada Allah, kesempurnaan perasaan hina di hadapan-Nya, kerendahan hati kepada-Nya, ketundukan dan kepasrahan terhadap perintah-Nya, percaya akan ketentuan-Nya, mengenal-Nya dan mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya, percaya kepada kitab-Nya, selalu membaca dan merenungi serta mengamalkan segala kandungannya. Dengan itu semua -bukan dengan yang lain- segala kekacauan hati itu akan sirna, dada menjadi lapang, dan kebahagiaan pun akan datang.
Dalam Musnad Ahmad dan Shahih Ibni Hibban serta lainnya, 'Abdullah bun Mas'ud meriwayatkan bahwa Nabi bersabda, "Tidakalauah seorang hamba mengucapkan doa berikut (ini) tatkala ia didera keresahan atau kesedihan melainkan Allah pasti akan menghilangkan keresahannya dan akan menggantikan kesedihannya dengan kegembiraan. Para Sahabat bertanya, 'Wahai Rasulullah, sudah seharusnya kami mempelajari doa tersebut. Rasulullah menjawab, "Benar. Sudah seharusnya orang yang mendengarnya mau mempelajarinya(1)'
Doa yang dimaksud berbunyi:
"Ya Allah, sungguh aku ini adalah hamba-Mu, anak dari hamba-Mu, anak dari hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku ada di tangan-Mu, ketentuan-Mu berlaku pada diriku, keputusan-Mu adil terhadapku, Aku memohon kepada-Mu dengan semua nama yang merupakan milik-Mu, nama yang engkau lekatkan sendiri untuk menamai diri-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang di antara hamba-Mu, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang Engkau khususkan untuk diri-Mu dalam ilmu gaib di sisi-Mu, agar engkau menjadikan al-Qur'an sebagai penyejuk hatiku, cahaya dadaku, penghilang kesedihanku dan pelenyap keresahanku(2)"
Sudah selayaknya seorang Muslim mempelajari dan berupaya kuat untuk mengucapkannya kala ditimpa kesedihan, keresahan maupun kegalauan. Dan hendaknya ia juga tahu bahwa ungkapan-ungkapan doa tersebut hanya akan bermanfaat bila ia memahami maknanya, merealisasikan tujuannya dan mengamalkan kandungannya. Berdoa dengan doa-doa yang bersumber dari Nabi dan berdzikir dengan wirid yang disayaariatkan tanpa ada pemahaman terhadap maknanya dan tanpa mengejawantahkan kandungannya, tidak mendatangkan pengaruh baik dan manfaat yang banyak. Doa ini memuat empat pilar yang agung. Tak ada cara bagi seorang hamba untuk menggapai kebahagiaan dan melenyapkan keresahan, kegalauan dan kesedihan kecuali dengan merealisasikannya.
Pilar pertama,
Merealisasikan ibadah hanya untuk Allah, merasa hina di hadapan-Nya, mengaku bahwa dirinya adalah makhluk ciptaan-Nya sekaligus hamba-Nya, baik dirinya maupun kakek dan nenek moyangnya, mulai dari bapak ibu kandungnya yang terdekat sampai berpangkal pada Adam dan Hawa. Semua adalah hamba dari Allah. Dialah yang menciptakan mereka, Rabb mereka, Penguasa mereka, yang menangani segala urusan mereka.
Di antara bentuk realisasi pengakuan-pengakuan di atas adalah konsistensi seorang hamba dalam beribadah kepadaNya yang terwujud dalam rasa keterhinaan dan ketundukannya kepada Allah, melaksanakan titah dan menjauhi laranganNya, selalu merasa butuh kepada-Nya, berlindung kepada-Nya, meminta pertolongan kepada-Nya, tawakkal kepada-Nya, meminta perlindungan kepada-Nya, dan agar hati tak bertaut pada selain-Nya, baik dalam hal kecintaan, rasa takut, maupun pengharapan.
Pilar kedua,
hendaknya seorang hamba mengimani qadha dan qadar Allah. Juga meyakini apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi, sedang yang tidak dikehendaki-Nya tak akan terjadi. Demikian pula bahwa tidak ada yang sanggup mengintervensi hukum Allah (merubah ataupun membatalkannya), tak ada pula yang dapat menolak keputusan-Nya (QS. Fathir : 2).
Karena itulah, dalam doa tersebut dinyatakan, "Ubun-ubunku ada ditangan-Mu, ketentuan-Mu berlaku terhadapku, keputusan-Mu terhadapku adil semata" Ubun-ubun seorang hamba, yakni kepada bagian depan, ada di tangan Allah. Allah memperlakukannya sekehendak-Nya; juga memberi ketentuan terhadapnya sesuai dengan yang Dia kehendaki. Tak ada yang bisa mencampuri ketentuan-Nya, tidak ada pula yang bisa menolak keputusan-Nya, tidak ada pula yang bisa menolak keputusan-Nya. Maka dari itu, kehidupan seorang hamba, kematiannya, kematiannya, kebahagiaannya, kesengsaraannya, kesehatannya, cobaan yang ia terima, semua itu kembali pada Allah, tak ada sama sekali yang menjadi wewenang hamba.
Bila seorang hamba percaya bahwa ubun-ubunnya dan juga ubun-ubun semua hamba lainnya ada di tangan Allah, Dia akan memperlakukan mereka sesuai dengan kehendak-Nya, maka setelah itu ia tidakalauah takut kepada sesama hamba, tidak menaruh harap pada mereka, tidak memposisikan mereka sebagai pemilik dirinya, tidak menggantungkan asa dan harapannya pada mereka. Ketika itu, barulah tauhid, tawakkal dan penghambaannya kepada Alllah benar-benar terwujud (QS. Hud : 56).
Ungkapan dalam doa "ketentuan-Mu berlaku atas diriku" ini mencakup dua ketentuan; ketentuan dalam agama dan ketentuan dalam agama dan ketentuan takdir berkenaan dengan semesta. Dua ketentuan ini akan berlaku pada diri hamba, ia terima ataupun tolak. Hanya saja ketentuan takdir tidak mungkin untuk dilawan. Sedangkan ketentuan agama terkadang dilanggar oleh seorang hamba dan ia terancam mendapatkan hukuman siksa sesuai dengan pelanggaran yang ia lakukan.
Ungkapan "keputusan-Mu terhadapku adil semata", ini mencakup semua keputusan Allah terhadap hamba-Nya dari segala sisi, baik sehat atau sakit, kaya atau miskin, rasa nikmat atau rasa nyeri, hidup atau mati, mendapat siksa atau mendapat ampun; semua yang Allah putuskan terhadap hamba itu adalah adil semata.
Pilar ketiga adalah hendaknya seorang hamba mempercayai nama-nama Allah yang indah (asmaul husna) dan sifat-sifat-Nya yang agung yang terdapat dalam al-Qur'an dan Sunnah; bertawassul kepada Allah dengan nama dan sifat-Nya. Ini sebagaimana firman Allah, Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu (QS. al-'Araf : 180)
Semakin kuat seorang hamba mengenal Allah, nama dan sifat-Nya, maka ia akan semakin takut kepada Allah, semakin besar merasakan pengawasan-Nya terhadap dirinya dan akan semakin jauh dari kemaksiatan dan hal-hal yang Allah murkai.
Karena itulah, hal terbesar yang dapat mengusir rasa resah, sedih dan gelisah adalah kala hamba mengenal Rabbnya, memenuhi hatinya dengan pengetahuan tentang Allah dan bertawassul kepada-Nya dengan nama dan sifat-Nya. Karena itulah dalam doa tersebut dinyatakan, aku memohon kepada-Mu dengan segenap nama milik-Mu yang Engkau sandangkan pada diri-Mu, atau yang Engkau turunkan di kitab-Mu, atau Engkau ajarkan pada seseorang dari sekalian hamba-Mu, atau yang Engkau simpan sendiri di ilmu gaib yang ada pada sisi-Mu. Ini adalah wasilah kepada Allah yang paling Allah cintai.
Pilar keempat adalah memberikan perhatian pada al-Qur'anul Karim yang sama sekali tidak mengandung kebatilan sedikit pun, yang memuat petunjuk, kesembuhan, kecukupan dan keselamatan. Semakin besar perhatian seorang hamba pada al-Qur'an, baik dengan membaca, menghafal, mengkaji dan merenungkannya, mengamalkan, dan mengejawantahkannya, ia akan menggapai kebahagiaan, ketenangan, kelapangan dada, hilangnya resah, gelisah dan kesedihan sesuai dengan tingkat perhatiannya terhadap Kitabullah.
Inilah empat pilar yang agung yang dipetik dari doa yang penuh berkah ini. Sudah sepantasnya kita menghayatinya dan berupaya untuk mewujudkannya, agar kita bisa menggapai janji mulia dan keutamaan agung ini berupa sirnanya keresahan yang berganti dengan kebahagiaan dan jalan keluar. Diangkat dari at-Tabyin li Da'awatil Mardha wal Mushabin karya Sayaaikh 'Abdur Razzaq hlm. 40-45.
Catatan kaki:
(1) Musnad Ahmad 1/391 (Ash-Shahihah no 199)
(2) Mengenai penjelasan hadits ini lihat al-Fawa'id karya Imam Ibnul Qayyim hlm. 44
TANYA JAWAB
Q : Ustadz mau tanya...jika kita di daerah rasa resah,galau,sedih
kita berusaha semaksimal mungkin menurut ukuran kita untuk selalu ingat bahwa
jika kita yakin dan percaya inshaa Allah semua juga akan terlewati,, spertinya yang
terjadi sama saya adalah Huzn..kalau teringat kmbali kesedihan itu muncul kembali,,ya
ustadz..kira" tips" apa ya tadz yang dapat menghilangkan rasa sedih
gundah,dan resah tsb...karena kalau ingat kambuh lagi sedihnya..mohon
pencerahannya tadz..jazakallah tadz
A : Rasa resah, galau, dan sedih yang melanda adalah satu hal yang
wajar setiap kita pasti akan mengalaminya ketika mengingatnya hati akan
terpuruk kenapa bisa seperti itu karena tak ada keikhlasan dan kesadaran ikhlas
dan sadar bahwa semua ujian datangnya dari Allah dah Allah tak akan memberikan
ujian melebihi kemampuan hambanya ketika kita sadari itu maka semua akan terasa
lebih mudah untuk dilalui
Q : Assalamualaikum ustadz..apakah benar kalau perasaan
resah,galau dan sedih yang berlebihan itu sudah ada gangguan setan? Misalnya
ketika dtinggal meninggal orang terdekat,kmudian sampai bbrp waktu lamanya
terus bersedih..
A : Meratap adalah hal yang sangat dibenci oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan Allah
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَابِرٍ الْمُحَارِبِيُّ وَمُحَمَّدُ بْنُ كَرَامَةَ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ عَنْ مَكْحُولٍ وَالْقَاسِمِ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَعَنَ الْخَامِشَةَ وَجْهَهَا وَالشَّاقَّةَ جَيْبَهَا وَالدَّاعِيَةَ بِالْوَيْلِ وَالثُّبُورِ
A : Meratap adalah hal yang sangat dibenci oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan Allah
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَابِرٍ الْمُحَارِبِيُّ وَمُحَمَّدُ بْنُ كَرَامَةَ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ عَنْ مَكْحُولٍ وَالْقَاسِمِ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَعَنَ الْخَامِشَةَ وَجْهَهَا وَالشَّاقَّةَ جَيْبَهَا وَالدَّاعِيَةَ بِالْوَيْلِ وَالثُّبُورِ
"Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Jabir
al-Muharibi dan Muhammad bin Karamah keduanya berkata; telah menceritakan
kepada kami Abu Usamah dari ‘Abdurrahman bin Yazid bin Jabir dari Makhul dan
al-Qasim dari Abu Umamah berkata, "Rasulullah صلى
الله عليه وسلم melaknat wanita yang mencakar-cakar wajahnya, wanita yang
menyobek kantong bajunya dan wanita yang berdoa agar binasa dan rusak"
Q : Ada waktunya kita jenuh dengan aktifitas ibadah sehari-hari
dan kesadaran bahwa semua ujian datang dari Allah, bagaimana caranya aharbhati
kita tidak berubah dan melemah?
A : Sucikan niat, bersihkan niat hingga ibadah yang dilakukan hanya karena Allah, futur hadir untuk memperingatkan kita akan niat yang salah
Q : Ustadz, bagaimana menjaga hati agar ketika ada masalah tidak menjadi lemah, galau & putus asa
A : Sucikan niat, bersihkan niat hingga ibadah yang dilakukan hanya karena Allah, futur hadir untuk memperingatkan kita akan niat yang salah
Q : Ustadz, bagaimana menjaga hati agar ketika ada masalah tidak menjadi lemah, galau & putus asa
A : Sadarlah bahwa ujian datangnya dari ALLAH, Dan ALLAH tidak
akan berikan ujian melebihi dari kemampuan setiap hambanya, hanya kita yang
sering kurang sabar, sering mengeluh, belajarlah untuk menjadi pribadi sabar
agar kita bisa merah keikhlasan
Q : Ustadz...jawaban tentang belajar ikhlas , bagaimana caranya
supaya hati selalu ikhlas....
A : Banyak berdo'a
Sembunyikan amal dan kebajikan
Memandang rendah terhadap segala amal yang sudah kita lakukan
Adanya rasa takut amal kita tidak diterima oleh Allah
Tidak mudah terpengaruh atas perkataan manusia
Sadarilah bahwa kita bukan pemilik surga dan neraka
Ingin dicintai, namun tak ingin dibenci
Sembunyikan amal dan kebajikan
Memandang rendah terhadap segala amal yang sudah kita lakukan
Adanya rasa takut amal kita tidak diterima oleh Allah
Tidak mudah terpengaruh atas perkataan manusia
Sadarilah bahwa kita bukan pemilik surga dan neraka
Ingin dicintai, namun tak ingin dibenci
Q : Ilmu ikhlas itu bagaimana ustadz.....juga bagaimana ilmu
sabar...?
A : Ikhlas dan
sabar itu artinya ketika ada yang melanda, dalam setiap ujian yang mendera,
baik ujian dalam bentuk musibah suka, maupun ujian yang datang dalam bentuk
bahagia. Seseorang akan mudah menemukan kata ikhlas dan sabar ketika musibah
melanda, setidaknya kata itu kan selalu terucap dan jadi penguat hati, namun
ketika ujian datang dalam bentuk nikmat , banyak yang malah lupa. Lebih
takutlah ketika ujian hadir dalam nikmat, Karena datangnya musibah membuat kita
sabar mengingat ALLAH, sedang ketika datang dalam bentuk nikmat dunia, banyak
yang suka, dan banyak juga yang terlena.
Q : Ustadz, belajar ikhlas akan kehilangan seseorang itu berat
yaa,saya sudah berusaha ikhlaas tapi kadang kalau ga sadar lewat jalan yang
pernah kita lewati dalu bersama alm suami ato melihat barang yang suka dia pake
kok suka drop dan akhirnya gimana sih supaya saya kuat ? Apa benar sikap saya bisa memberatkan
alm di alam sana ?
A : Bukan masalah
memberatkan beliau, tapi jatuhnya hal tersebut sama dengan meratap, meratap
adalah hal yang dibenci oleh Allah. Lebih
baik barang-barang beliau yang pantas diinfaqkan lebih baik diinfaqan saja,
karena akan lebih berguna untuk beliau (pahala sedekah amal jariyah), dan move
on ... #tatapduniadenganpandanganbaru. Terus melangkah ke depan, do'akan selalu
kemudahan di alam kubur untuk beliau, ajarkan hal baik yang pernah beliau
ajarkan kepada orang lain (pahala ilmu yang bermanfaat) dan berikan serta
tanamkan pendidikan agama yang baik kepada anak cucu keturunan beliau (pahala
anak yang sholeh)
Q : Barang sudah saya sedekahkan tinggal cicin kawin yang masih saya
simpan dan kacamata alm... Apa harus saya jual ?
A : Cincin kawin
dan kacamata jika memang ketika melihatnya malah menghadirkan duka lara, lebih
baik cincin dijual uangnya disedekahkan, begitu pun kacamata lebih baik dicari
seseorang yang membutuhkan, sedekahkan saja kacamata itu pada orang tersebut
Q : Ustd mau
tanya,setiap ada masalah saya berusaha berbaik sangka sama Allah dan introspeksi
diri, mungkin semua karena kesalahan saya sendiri...tapi seiring bertubi-tubi masalah
yang datang kadang Saya berpikir begitu besar dosa shngga Allah menghukum saya...Bagaimna
caranya biar saya tidak merasa berkecil hati dan tetap optimis jalani smuanya
A : Bahkan seorang Rasulullah صلى الله
عليه وسلم pun diuji, dan ujian untuk beliau lebih berat dibanding kita,
diacuhkan, dihujat, diludahi, dilempari kotoran ... Begitu pun para sahabat
saat awal Islam, betapa mereka harus kelaparan, disiksa secara fisik dan mental
... Lalu kita yang baru dicoba dengan sedikit cobaan kecil langsung merasa
teraniyaya, merasa paling menderita. Bangkit wahai saudariku, perbanyak
istighfar ... setiap masalah pasti ada jalan keluar, setiap ujian yang datang
sejatinya karena Allah sayang dengan kita, dan ingin angkat derajat kita ...
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
"Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang
berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian
untuk mereka. Barangsiapa yang ridha, maka ia yang akan meraih ridho Allah.
Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka" (HR. Ibnu Majah)
Q : Afwan, Ustadz.. Mohon pencerahan. Bab Ikhlas. Bagaimana Jika
ada seorang yang beramal ( infak/sedekah) selalu disembunyikan ga ingin orang
sekitar tau, akan tetapi terkadang dia suka menceritakan pada ortu dengan
maksud berterimakasih, atas didikan ketika masa kecil yang selalu diajari bab
sedekah,infak,amal. Juga tuk membuat hati ortu tenang/bahagia dengan keadaan si
anak.??
A : Tidak usah di sampaikan nominalnya berapa, dan apa yang di
sedekahkan
Q : Afwan.. kalau misalnya yang ditinggalkan, meninggalkn anak, bagaimana
melupaknnya ?sbb.. pastinya akan truz mengingat lewat ank.. bagaimana biar ikhlas..
masa anaknya mesti di kasih orang.. afwan...
A : Biasanya anak malah menguatkan hati dan memupuk semangat agar lebih mudah move on
A : Biasanya anak malah menguatkan hati dan memupuk semangat agar lebih mudah move on
Q : Assalammualaikum ustadz, mau tanya, apakah menunjukkan atau
memberitahukan kabar tentang kegiatan ibadah kita, dapat merusak keikhlasan
beribadah? Ada kasus, ortu sering menegur anaknya karena dimata ortu anak tidak
tampak melaksanakan ibadah seperti tilawah, sholat sunnah. Padahal sang anak
tilawah tiap hari, dan memang tidak dijahr kan dalam membaca, sholat sunnah pun
dilakukan tertutup di kamarnya tidak di tempat sholat. Bagaimana menyikapinya
ustadz?
A : Jawab saja dengan santun, bahwa apa yang mereka minta sudah dilaksanakan, maksud mereka hanya mengingatkan
A : Jawab saja dengan santun, bahwa apa yang mereka minta sudah dilaksanakan, maksud mereka hanya mengingatkan
Q : Keikhlasan dalam beribadahnya gimana ustadz?
A : Ikhlas itu ada di niat, niat ada di dalam hati, pertanyakan ke diri masing-masing, apakah niat dalam beribadah murni karena Allah, ataukah tercampur dengan hal lainnya (contoh keinginan duniawi)
A : Ikhlas itu ada di niat, niat ada di dalam hati, pertanyakan ke diri masing-masing, apakah niat dalam beribadah murni karena Allah, ataukah tercampur dengan hal lainnya (contoh keinginan duniawi)
Q : Ustadz, nanya ( nanya terus ya bun) kadang kalau melakukan
suatu kebaikan, dalam pikiran ingin dilihat orang, tujuannya agar orang
lain juga bersikap/ bertingkah laku sama. Seperti itu gimana ustadz? Apakah
tindakan seperti itu termasuk tidak ikhlas ????
A : Jika memang mampu menahan hati, dalam artian tanpa orang lain
pun kita tetap melakukan ibadah tersebut, bahkan jauh lebih baik dari yang
ditampakkan, إن شآءالله tidak masalah ...
Q : Ustadz, jika dalam kehidupan rumah tangga, berbuat baik kepada suami, supaya suami juga berbuat baik kepada isteri,apa sikap tsb termasuk tidak ikhlas?
Q : Ustadz, jika dalam kehidupan rumah tangga, berbuat baik kepada suami, supaya suami juga berbuat baik kepada isteri,apa sikap tsb termasuk tidak ikhlas?
A : Berharap pamrih. Sahabatku,
tanpa berharap pun, ketika seorang istri memberikan perhatian sepenuh hati,
dengan cinta dan kasih sayang umpama samudera tanpa batas, seorang suami pasti
kan beri yang terbaik juga untuk apa yang telah ia dapatkan.
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baikalauah langsung saja kita
tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul
majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asayahadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment