Kajian Online WA Hamba الله SWT
Senin, 1 dan 8 Agustus 2016
Narasumber : Ustadz Hizbullah Ali
Rekapan Grup Bunda M11-M12
Tema : Kajian Umum
Editor : Rini Ismayanti
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang masih memberikan kita
nikmat iman, islam dan Al Qur'an semoga kita selalu istiqomah sebagai shohibul
qur'an dan ahlul Qur'an dan dikumpulkan sebagai keluarga Al Qur'an di
JannahNya.
Shalawat beriring salam selalu kita hadiahkan kepada uswah
hasanah kita, pejuang peradaban Islam, Al Qur'an berjalan, kekasih Allah SWT
yakaninya nabi besar Muhammad SAW, pada keluarga dan para sahabat nya semoga
kita mendapatkan syafaat beliau di hari akhir nananti. InsyaAllah aamiin
SEPUTAR JODOH
Jika suatu ketika seseorang atau mungkin kamu ditanya tentang
jodohmu maka akan muncul beragam jawaban. Jika belum punya tambatan hati sama
sekali biasanya jawabannya ingin jodoh yang serba sempurna contoh: maunya jodoh
yang shaleh, tampan, mapan, hafalan al-Qur'an sekian juz, ibadah hariannya
bagus, dari keturunan yang baik-baik yang pada intinya ketika masih kosong hati
dan pikiran dari keterikatan hati dengan seseorang pada umumnya akan membuat
pilihan target jodoh impian yang serba sempurna.
Tapi jika sudah punya tambatan hati, maka jawabannya beda lagi.
Jika ditanya tentang jodohnya jawaban akan mengarah pada ciri-ciri
pasangannya. Tak peduli lagi tentang kelebihan dan kekurangan yang dimiliki
oleh "pasangannya" yang jelas maunya sama si dia.
Jawabannya akan berbeda lagi jika kita tanyakan kepada orang
yang pernah gagal, gagal menuju pernikahan mungkin orang yang didambakan
menikah duluan dengan orang lain atau karena satu sebab lainnya memang tidak
bisa menikah dengan bakal pasangannya. Biasanya kalau yang ini jawabannya agak
rada pesimis, "semua laki-laki itu sama saja", "saya tidak
percaya lagi dengan laki-laki", "saya sakit hati dengan
laki-laki", "untuk saat ini tidak mikirin jodoh dulu", "trauma
nanti takut gagal lagi".
Tapi jika usia sudah mulai lanjut, teman-teman sudah punya
momongan, keluarga dan saudara sudah mulai bertanya "kapan menikah",
maka jawabannya tentang jodoh menjadi lebih simple. "Yang penting islam,
shaleh, taat dan mampu membiayai keluarga".
Ya, kurang lebih begitulah jawaban umum jika ditanya tentang
jodoh ke beberapa orang, masing-masing orang tentu punya persepsi dan defenisi
sendiri tentang jodohnya. Ada yang optimis dengan jodohnya, ada yang subjektiv
dalam memberikan penilaian , ada yang pesimis dan ada juga yang sangat
sederhana dan simple. Semua tentu bergantung pada pengalaman masa lalu, kondisi
saat ini dan tentang bagaimana pengetahuannya terhadap jodoh.
Banyak orang yang galau tentang jodohnya, tak sedikit yang
khawatir salah pilih atau malah tidak ada yang memilih sehingga memilih jalan
maksiat pacaran sebagai ikhtiar untuk mendapatkan jodohnya. Bahkan ada sebagian
kaum muslim yang mengambil langkah pintas yang salah kaprah, mereka pacaran
atau bertunangan, padahal jangankan mendapat solusi yang ada malah menambah
masalah sehingga memandang pesimis perkara perjodohan. Di lain pihak ada juga
yang semakin hari semakin gelisah karena Allah belum pertemukan ia dengan
jodohnya sementara usia makin hari makin bertambah.
Kenapa banyak yang gelisah dan galau ketika berbicara jodoh?,
karena kebanyakan diantara kita memaksakan definisi dan persepsi pribadi kita
tentang jodoh, mengikuti "ego" yang bahkan sudah bercampur dengan
nafsu syahwat dalam menentukan jodoh kita. Jodoh memang misteri, tidak ada yang
tau tentang siapa jodoh kita, namun kabar baiknya Allah sudah kasih sedikit
bocoran tentang jodoh kita yang mana jika hal ini kita jadikan sebagai acuan
tentu akan menjadi solusi utama kegalauan dan kegelisahan kita.
Allah membocorkan Rahasia tentang jodoh di dalam QS. an-Nur :
26,
"Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak
baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula.
Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang
baik"
Pada ayat di atas Allah تعالى jelaskan laki-laki yang baik hanya untuk wanita yang baik
begitu juga sebaliknya. Disini kita mendapatkan
sebuah "clue" kalau jodoh itu adalah cerminan diri kita, ia
sebagaimana diri kita. Jika kita shaleh, taat, suka membaca al-Qur'an, baik
akhlak dan prilakunya إن شآءالله, Allah تعالى akan pertemukan
juga dengan orang yang seperti itu.
Setelah mengetahui ini, tentu kita sama-sama memahami, meyakini
dan tentu juga mengamalkannya. Diharapkan setelah mengetahui hal ini bisa mengubah
persepsi kita dalam memahami jodoh, yang padamulanya mungkin
fokus "pada siapa" jodohnya menjadi fokus "bagaimana
pribadi saya" agar mendapatkan jodoh sesuai impian dan harapan saya.
والله أعلم
TANYA JAWAB
Q : Kalau misalkan ada yang menikah dengan non islam, tetap
bersikeras menikah karena berfikir bahwa mereka berjodoh. Apa itu jg trmasuk
jodoh yang dimaksud diatas ustadz?
A : Pernikahan wanita muslim dengan lelaki non muslim tidak sah,
haram hukumnya.
Q : Klo ada pasangan yang salah satunya sholeh/ha dan satunya
lagi bisa dibilang ngga baik gamana itu ustadz?
A : Artinya Allah berikan tugas untuk berdakwah.
Q : Bagaimana klo laki-laki muslim dengan wanita non muslim, dan
sampai anaknya 2. Anak-anaknya ikut dengann agama ibunya yaitu non muslim. Apa
hukum yang akan ditimpa kan kepada ayahnya?
A : Seorang lelaki non muslim, memang diperkenankan menikah
dengan wanita ahlul kitab (yahudi atau nasrani), namun dengan catatan dengan
pernikahan yang dilakukan tersebut, istrinya yang awalnya non muslim akan
menjadi muslim. Lalu bagaimana dengan kasus, si istri yang tetap bertahan
dengan agamanya, bahkan anak-anaknya pun tetap ingkar (dalam artian tidak masuk
islam, mereka lebih memilih agama ibunya). Jika kita membuka sejarah, salah
seorang Nabi, yaitu Nuh عليه السلام bagaimana beliau
telah berdakwah secara maksimal untuk mengislamkan istri dan anaknya, namun
karena kehendak Allah, mereka mati dalam keadaan kafir. Poinnya adalah, apakah
sudah maksimal si suami tadi berdakwah kepada istri dan anak-anaknya, karena
jika tidak, ada kelalaian atas dirinya, dan ia akan dimintakan pertangung
jawaban atas kelalaiannya. Namun, jika sudah maksimal, namun dakwahnya tidak
berhasil, maka qadarullah
Q : Ustadz bagaimana dengan pasangan yang bercerai...apkah
berarti mereka tidak berjodoh?
A : Naam, perceraian adalah pemisah, baik dilakukan secara
sukarela atau terpaksa.
Q : Maksudnya pemisah bagaimana ustadz? Cerai itu boleh hukumnya
kalau apa? Karena saya punya teman sudah 2x nikah. Yang pertama keluarga suami
tidak suka dia dan mantan suami lebih pro kluarganya akhirnya dia ditinggal.
Yang kedua dia bersedia dipoligami tapi ternyata sebulan setelah nikah dia
dicerai karena ternyata istri pertama tidak setuju sama skali. Kasihan saya
liat teman saya karena dari 2 pernikahan ini ada 2 anak. Dia seperti trauma
ustadz.
A : Cerai itu diperbolehkan jika memang diperlukan, misal:
1. Suami yang tidak berikan nafkah lahir batin kepada istri
2. Suami yang bersikap kejam, suka mencela, memukul istri
3. Atau dalam kasus di atas, merebut kebahagiaan orang lain (menjadi istri kedua bagi orang lain, sedang istri pertama tidak setuju, atau menikah diam-diam tanpa sepengetahuan istri pertama)
2. Suami yang bersikap kejam, suka mencela, memukul istri
3. Atau dalam kasus di atas, merebut kebahagiaan orang lain (menjadi istri kedua bagi orang lain, sedang istri pertama tidak setuju, atau menikah diam-diam tanpa sepengetahuan istri pertama)
Jadikanlah pembelajaran berharga, jika ingin menikah lagi untuk
selanjutnya perhatikan bibit dan bobotnya, perhatikan agamanya, pastikan tidak
ada masalah yang ada disebalik pernikahan, terutama dari pihak calon suami.
Q : Assalamualaikum ustadz, mau bertanya apabila seorang istri
atau suami ditinggalkan pasangannya karena meninggal dunia. Apakah boleh tidak
menikah lagi? Ada kasus seorang istri yang tidak menikah walaupun hidupnya
berat memiliki banyak anak karena kuatir tidak dipasangkan kembali diakherat.
Ini bagaimana ustadz?
A : Boleh ...ini masalah hati seseorang, dan jika seorang wanita
menikah lagi sebab ditinggalkan suaminya, otomatis jodohnya terputus dengan
suami yang sudah meninggalkannya terlebih dahulu.
Q : Kalau suami yang menikah lagi ustadz, apakah bisa tidak
bertemu lagi dengan istrinya atau bagaimana ustadz?
A : Insya Allah, selama tetap bersama dalam artian tidak
bercerai tetap akan bersama.
Q : Ustadz apa betul seorang suami yang istrinya meninggal maka
dia disunnahkan untuk menikah lagi? Dan apaka betul jika dia akan disatukan
dengan semua istrinya di akhirat kelak?
A : Hukumnya flexible saja, sunah jika memang ditakutkan akan
membawa mudharat atas dirinya, misal ia seorang yang tidak mampu menahan hawa
nafsu, jika ndak menikah, ia akan terjerumus dalam zina, maka sunah untuknya
menikah. Apakah dipertemukan dan dikumpulkan dengan seluruh istrinya والله أعلم
M12
Q : Jika posisi kita sudah usia
lanjut tapi belum dipertemukan dengan jodohnya. Orang-orang disekitar kita baik
teman ataupun kerabat pasti akan bertanya: "kenapa belum nikah?" Jawaban
apa yang terbaik yang seharusnya cara kita berikan sama orang-orang yang
bertanya.
A : Jawab saja dengan kalimat “insya Allah”jika Allah pertemukan
dengan jodoh di dunia, maka saya pasti akan menikah, namun jika tidak Allah تعال tentunya siapkan jodoh terbaik untuk
saya di syurga.
Q : Apakah iya gangguan jin berpengaruh
juga dalam masalah jodoh ustad?? Berhubung temanku dah 3x taarufan bahkan sudah
sampe menyebar undangan sebelum hari H si calon mempelai laki-laki meninggal
kecelakan semua.
A : Tidak. Kasian jinnya
kalau disalahkan, kecelakaan adalah akibat dari kelalaian, dan sebuah takdir
dari Allah.
Segala yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala
kekurangan. Baiklah langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing
sebanyak-banyakanya dan do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta
astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa
tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon
pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment