Home » , , » Bersiap Menghadapi Kematian Sebagai Tanda Adanya Iman

Bersiap Menghadapi Kematian Sebagai Tanda Adanya Iman

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Wednesday, September 19, 2018


Hasil gambar untuk bekal menghadapi kematian
Rekap Kajian Online Hamba Allah G1
Hari/Tgl: Senin 09 Juli 2018
Materi: Bersiap Menghadapi Kematian Sebagai Tanda Adanya Iman
NaraSumber: Ustadz Endang Abu Umar
Waktu Kajian: 09.00 -12.00
Editor: Sapta
★★★★★★★★★★★★★★



Bismillahirrahmaanirrahiim

Kematian merupakan suatu proses yang pasti akan dirasakan setiap makhluk hidup. Tapi kapan kematian itu akan datang? Hanya ALLAH SWT saja yang maha mengetahuinya. Yang jelas, kematian yang dirasakan seseorang tidak sama dengan orang lain. Waktu dan penyebabnya sangat beragam, apalagi keadaan manusia setelah kematian juga bermacam-macam. Begitulah ALLAH SWT berkehendak. Semua yang menimpa manusia di saat-saat kematian, sangat tergantung dari bagaimana manusia tatkala menjalani kehidupannya di dunia.

Bagi orang yang mengalami sakaratul maut, sebelum ruhnya sampai di tenggorokan, ALLAH SWT berkenan membukakan baginya alam malakut (alamnya para malaikat). Jika seandainya lidah orang yang sedang sakaratul maut mampu berucap, niscaya ia akan berbicara tentang keberadaan para malaikat. Tetapi kebanyakan keinginan bicara dari apa yg dilihatnya pada saat itu, hanya ia simpan dalam dirinya sendiri. Lidah terasa kaku sehingga terasa sulit untuk mengucapkannya.

Malaikat tersebut menarik ruh dari ruas dan ujung jari sehingga ruh akan telepas dari jasad. Orang yang durhaka, ruhnya akan terlepas laksana panggangan yang ditarik dari benang wol yang basah. Orang tersebut menyangka perutnya penuh dengan duri, seakan-akan jiwanya dikeluarkan dari  lubang jarum, sehingga terasa sesak dan seakan-akan langit bersatu dengan bumi sedangkan ia berada di antara keduanya.

Nabi Muhammad saw., pernah bersabda, “Sungguh sakaratul maut itu lebih dahsyat dari tebasan 300 pedang”.

Maka ketika sedang terjadi proses sakaratul maut, keringat bercucuran membasahi tubuh, matanya mendelik, puncak hidungnya terasa memanjang, tulang-tulang iganya terangkat, jasadnya menegang dan warna kulitnya menguning.

Pernah ketika istri Rasulullah saw., Aisyah memeriksa Rasulullah di saat sakaratnya, sedangkan Nabi pada saat itu sedang berbaring di kamarnya. Berlinang airmata Aisya sambil berkata, “Diriku tebusan sesuatu yang menyedihkanmu dari ketakutan dan kesakitan. Engkau tidak pernah tersentuh jin sebelum ini dan tidak ada rasa takut di wajahmu. Mengapa kini aku melihat sesuatu seperti celupan yang terendam. Jika orang mati memancarkan cahaya, maka cahaya-cahaya wajahmu kini pun telah memancar.”

Jika ruh seseorang sudah sampai ke hati, lidah orang tesebut akan terkunci, tidak dapat berbicara dan ia tidak dapat berucap ketika ruhnya telah terkumpul di dadanya. Sungguh keadaan yang tidak akan bisa dirasakan sebelum menjalaninya sendiri. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Hal ini bisa terjadi karena dua hal.

Pertama, kejadian ini merupakan kejadian yang sangat besar sehingga dadanya telah sempit sebab ruh terkumpul di situ.

Kedua, karena rahasia yang terkandung di dalam gerakan suara yang keluar dari lisan berasal dari hawa panas tubuh. Namun ketika hawa panas dalam tubuh menghilang, maka ia tidak dapat berbicara lagi. Keadaan tubuh pada saat sakaratul maut hanya akan mengalami dua keadaan, yaitu menegang dan keadaan dingin, karena ia telah kehilangan hawa panas tubuh. Pada akhirnya, keadaan pada saat itulah yang menyebabkan mengapa keadaan orang yg meninggal berbeda-beda.

Ketika meninggal, keadaan yang dialami manusia sangat beragam. Ada yang meninggal dalam keadaan tersenyum, terasa cepat tanpa menimbulkan rasa sakit. Terkadang ada pula yang meninggal dalam keadaan yang menyedihkan, sehingga membuat orang yg melihatnya merasa iba dan ketakutan. Sulit atau mudahnya ruh keluar dari jasad, tergantung dari amal yang dilakukan manusia ketika hidup di dunia.

Apabila orang yang mati sedang air ludahnya terus mengalir, mengerut dua bibirnya, menghitam wajahnya dan menguning dua matanya, maka itulah tanda-tanda bahwa ia orang yang sengsara, karena pada saat itu terlihat baginya hakikat kesengsaraan di akhirat nanti. Namun bila si mayit mengering mulutnya dan seakan-akan dia sedang tertawa, wajahnya berseri, matanya terkatup, maka tanda-tanda bahwa ia orang yang akan mendapatkan kesenangan di akhirat, karena pada saat itu ia telah melihat hakikat kemuliaan dirinya.

Ketika ruh sudah di ambang pintu keluar dari jasad, semua panca indera manusia tidak akan dapat berfungsi lagi, kecuali indera pendengaran. Ketika ruh terlepas dari hati, ia akan merusak pandangan mata. Sedangkan pendengarannya belum hilang hingga ruh terlepas dari jasad. Karena itu Rasulullah saw. bersabda, “Talkinkanlah orang yang akan mati dari kalian dengan dua kalimat syahadat, yaitu tiada Tuhan selain ALLAH dan Muhammad adalah utusan ALLAH.

Anjuran untuk men-talkin-kan pada saat sakaratul maut (membantu mengarahkan menyebut dua kalimat syahadat) sangat membantu si mayit dalam sakaratnya. Meskipun semua panca inderanya sudah tidak dapat berfungsi lagi, tetapi pendengarannya masih berfungsi, sehingga ia akan dapat mendengar suara orang-orang yang berada di sekelilingnya. Dengan bantuan talkin tersebut, bisa saja si mayit akan selalu teringat kepada ALLAH SWT, sehingga ia menolak semua ajakan iblis yang mencoba untuk menjerumuskannya pada saat sakaratul maut. Tetapi hanya ALLAH SWT saja yang Maha Mengetahui dan Maha Berkehendak tentang keadaan manusia ketika sekaratnya.

Begitulah hakikat dari kematian yang akan menimpa setiap makhluk ciptaan ALLAH SWT. Begitu dahsyatnya kematian itu terjadi, sehingga mau tidak mau kita harus selalu mendekatkan diri kepada ALLAH SWT serta memperbanyak amal kebaikan.

Kematian adalah peringatan ALLAH SWT kepada makhluk-NYA agar selalu dapat mengambil pelajaran darinya. Hanya kepada ALLAH lah kita menyembah dan hanya kepada ALLAH pula lah kita memohon pertolongan. Semoga ALLAH SWT berkenan memudahkan kematian kita dan mengaruniakan kepada kita khusnul khotimah, amin.

Datangnya Kematian Menurut Al Qur’an:

1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha menghindarkan resiko-resiko kematian.
Katakanlah:
“Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan ALLAH (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. ALLAH Maha Mengetahui isi hati”. (QS. Ali ‘Imran [3]: 154)

2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi ALLAH”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”.
Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi ALLAH”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS. An-Nisaa’ [4]: 78)

3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
Katakanlah:
 “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (ALLAH), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Al-Jumu’ah [62]:

4. Kematian datang secara tiba-tiba.
Sesungguhnya ALLAH, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya ALLAH Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Luqman [31]: 34)

5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat.
Dan ALLAH sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan ALLAH Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Munaafiquun [63]: 11)

Dahsyatnya Rasa Sakit Saat Sakaratul Maut

Sabda Rasulullah SAW:
“Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi)

“Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek?” (HR Bukhari)

Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan berdoa pada ALLAH SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin ALLAH melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari salah satu kuburan. “Wahai manusia !”, kata pria tersebut. “Apa yang kalian kehendaki dariku? Lima puluh tahun yang lalu aku mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang dariku.”

Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan tidak dapat dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-

Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah rencana ALLAH.

Amalan yang perlu kita siapkan sebelum maut datang menjemput

1.  Bertaubat
Betapa pun besar dosa yang kita lakukan, Allah tetap membuka pintu taubat selama nyawa masih di kandung badan dan matahari belum terbit dari barat. Allah berfirman,

قُلْ يَاعِبَادِي الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لاَتَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)

2.  Menjaga Tauhid
Jangan nodai tauhid kita dengan kesyirikan. Jangan sekali-kali kita beribadah kepada selain Allah, seperti berdoa dan memohon kepada selain Allah, berkurban kepada selain Allah (seperti menyembelih binatang sebagai tumbal atau membuat sesaji). Demikian juga janganlah beribadah agar dipuji manusia (riya), mengerjakan ibadah agar mendapatkan dunia, memakai jimat, penangkal maupun susuk.

Jangan pula percaya dengan ramalan bintang, dukun, paranormal, peramal, dan orang-orang yang mengaku mengetahui yang ghaib. Termasuk syirk pula adalah bersumpah dengan nama selain Allah (baik dengan nama nabi maupun nama lainnya). Jangan kita ber-tabarruk (ngalap berkah) dengan barang-barang tertentu seperti mencari keberkahan dari pohon, batu, dan benda-benda yang dikeramatkan. Jangan pula mempelajari sihir, apalagi mempraktikkannya. Jangan pula percaya dengan hari-hari sial, bulan sial, dsb. Semua ini adalah syirk.

Jika kita menjaga diri kita dari syirk, maka Allah akan memasukkan kita ke surga. Rasulullah shallallahu  ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ لَقِىَ اللَّهَ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ دَخَلَ النَّارِ

“Barangsiapa yang menghadap Allah dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu (menjaga tauhid), maka ia akan masuk surga, dan barangsiapa yang menghadap-Nya dalam keadaan menyekutukan-Nya dengan sesuatu (berbuat syirk), maka ia akan masuk neraka.” (HR. Muslim: 270)

3.  Menjaga Shalat Lima Waktu
Jagalah shalat yang lima waktu dan kerjakanlah dengan berjamaah. Rasulullah  shallallahu  ‘alaihi wa sallam bersabda:

صَلَاةُ أَحَدِكُمْ فِي جَمَاعَةٍ تَزِيدُ عَلَى صَلَاتِهِ فِي سُوقِهِ وَبَيْتِهِ بِضْعًا وَعِشْرِينَ دَرَجَةً وَذَلِكَ بِأَنَّهُ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِدَ لَا يُرِيدُ إِلَّا الصَّلَاةَ لَا يَنْهَزُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلَّا رُفِعَ بِهَا دَرَجَةً أَوْ حُطَّتْ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ

“Shalat salah seorang di antara kamu dengan berjamaah melebihi shalat (sendiri) di pasar maupun di rumahnya dengan 20 derajat lebih (yakni 27 derajat). Hal itu karena apabila di antara kamu berwudhu, lalu memperbagus wudhunya, kemudian mendatangi masjid untuk shalat, hanya untuk shalat saja ia datang, tidaklah ia melangkah satu langkah kecuali akan ditinggikan satu derajat atau digugurkan satu dosa…dst.” (HR. Bukhari)

4.  Menunaikan Zakat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلَا فِضَّةٍ لاَ يُؤَدِّيْ مِنْهَا حَقَّهَا إِلاَّ إِذَا كاَنَ يَوْمُ اْلقِيَامَةِ صُفِّحَتْ لَهُ صَفَائِحُ مِنْ نَارٍ فَأُحْمِيَ عَلَيْهَا فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ وَجَبِيْنُهُ وَظَهْرُهُ كُلَّمَا بَرَدَتْ أُعِيْدَتْ لَهُ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ اْلعِبَادِ

“Tidaklah pemilik emas maupun perak yang enggan membayar zakatnya kecuali pada hari kiamat akan dibuatkan untuknya lempengan-lempengan dari api, lalu dipanaskan kemudian dibakar dahi, lambung dan punggungnya dengannya. Setiap kali menjadi dingin, maka diulangi lagi dalam sehari yang lamanya 50.000 tahun sampai diputuskan masalah di kalangan manusia.” (HR. Muslim)

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُهُ العَظِيْمَ الجَلِيْلَ لِيْ وَلَكُمْ، وَلِجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ؛ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ

5.  Berpuasa di Bulan Ramadhan
Rasulullah shallallahu  ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari)

6.  Berhaji Jika Mampu
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فِيهِ ءَايَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَّقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَن دَخَلَهُ كَانَ ءَامِنًا وَللهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah, barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Ali Imraan: 97)

7.  Mengerjakan Perintah-perintah yang Wajib dan Menjauhi Larangan
Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu  ‘alaihi wa sallam:

أَرَأَيْتَ إِذَا صَلَّيْتُ الْمَكْتُوْبَاتِ, وَصُمْتُ رَمَضَانَ وَأَحْلَلْتُ الْحَلاَلَ , وَحَرَّمْتُ الْحَرَامَ وَلَمْ أَزِدْ عَلَى ذَلِكَ شَيْاً أَأَدْخُلُ الْجَنَّةَ ؟ قَالَ – نَعَمْ

“Bagaimana pendapatmu, jika aku mengerjakan shalat lima waktu, berpuasa Ramadhan, menghalalkan yang halal dan menjauhi yang haram dan tidak menambah lebih dari itu (yakni tanpa mengerjakan amalan yang sunat), apakah aku bisa masuk surga?” Beliau menjawab: Ya.” (HR. Muslim)

Tidak disebutkan dalam hadis di atas kewajiban zakat dan hajji serta ajaran Islam lainnya, karena sudah termasuk ke dalam kata-kata “menjauhi yang haram”.

Saudaraku, kerjakanlah perintah-perintah yang wajib dahulu, kemudian tambahkan dengan perintah yang sunat untuk memperbanyak pahala (seperti mengerjakan shalat sunat dan puasa sunat).

Saudaraku, amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang rutin dikerjakan meskipun sedikit. Misalnya mengerjakan wasiat Rasulullah shallallahu  ‘alaihi wa sallam kepada Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berikut:

أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ بِصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْ الضُّحَى وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَرْقُدَ

“Kekasihku (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) berpesan kepadaku agar berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, mengerjakan dua rak’at Dhuha dan berwitir sebelum tidur.” (HR. Muslim)

Dan hindarilah larangan, dari mulai dosa-dosa besar kemudian dosa-dosa kecil. Ketahuilah bahwa dosa-dosa besar adalah penyebab utama seseorang binasa di akhirat, sedangkan dosa-dosa kecil bila sering dilakukan akan mengarah kepada dosa-dosa besar dan banyaknya dosa-dosa kecil yang dilakukan tanpa diiringi dengan istighfar dan taubat akan menjadikan hati tertutup. Di antara dosa besar adalah seperti yang disebutkan dalam hadis berikut:

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ

“Jauhilah oleh kalian tujuh dosa yang membinasakan”, Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa sajakah itu?” Beliau menjawab, “Syirk kepada Allah, melakukan sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah untuk dibunuh kecuali dengan alasan yang benar, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari peperangan dan menuduh berzina wanita mukminah yang baik-baik yang tidak tahu-menahu.” (HR. Bukhari)

8.  Berakhlak Mulia
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang sebab yang paling banyak memasukkan ke surga, Beliau menjawab:

تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُق
“Yaitu takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia.” (HR. Tirmidzi dan dihasankan oleh Syaikh Al Bani)

Ulama menjelaskan tentang ciri orang berakhlak mulia, yaitu:

Sangat pemalu, sedikit sekali mengganggu, banyak kebaikannya, jujur lisannya, sedikit bicara, banyak bekerja, sedikit tergelincir, tidak berlebihan terhadap sesuatu (selain yang bernilai ibadah), berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali silaturrahim, sabar, suka berterima kasih, rela, santun (tidak lekas marah), suka menepati janji, tidak suka melaknat, memaki dan mengadu domba, tidak tergesa-gesa, tidak pendendam, tidak bakhil (kikir), tidak hasad (dengki), wajahnya berseri-seri dan senang, cinta karena Allah dan benci pun karena Allah.

9. Menjaga Lisan
Rasulullah shallallahu  ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkata-katalah yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hindarilah banyak bicara, karena banyak bicara adalah kunci pembuka pintu dusta, ghibah video pengajian celupan (menggunjing), dan namimah (mengadu domba) serta pintu-pintu maksiat lisan lainnya. Pergunakanlah lisan untuk kebaikan, di antaranya adalah dengan menggunakannya untuk membaca Alquran, berdzikr, beramr ma’ruf (menyuruh mengerjakan perintah Allah) dan bernahy munkar (melarang orang mengerjakan maksiat), bershalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, memberi nasehat, berdoa kepada Allah dsb.

10. Menaati Suami bagi Wanita
Rasulullah shallallahu  ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَّنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا، قِيْلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Apabila seorang wanita menjaga shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya dan menaati suaminya, maka akan dikatakan kepadanya, “Masuklah ke surga dari pintu mana saja yang kamu suka.” (HR. Ibnu Hibban, dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)

Demikianlah di antara amalan yang perlu kita siapkan, semoga Allah membantu kita semua untuk dapat mengerjakannya serta dapat tetap istiqamah hingga akhir hayat. Aamin yaa Rabbal ‘aalamiin.


=========

TANYA JAWAB


T: Afwan ustadz ijin bertanya. Apakah ada tanda-tanda bagi orang yang akan meninggal? Karena dari beberapa kasus kematian orang yang ditinggal baru merasakan tanda-tandanya misal tidak mau makan; sebelum meninggal selalu ngomong tentang kematian; minta dikafani; dll. Dan bagaimana sebaiknya orang yang akan meninggal berwasiat? Jazakillah khoyir ustadz atas penjelasannya.
J: Tidak ada tanda-tanda kematian yang dijelaskan menurut islam dan Al-Qur’an. Tidak ada sumber yang jelas mengatakan adanya tanda-tanda kematian mulai dari 100 hari sampai tiba ajal. Akan tetapi, fakta yang sering kita jumpai cerita tentang adanya perubahan sikap, perilaku ataupun tingkah laku dari mereka sebelum meninggal. Fakta tersebut paling sering didapat dari keluarga maupun kerabat dekat orang yang telah meninggal tersebut. Bahwa mereka yang ditinggalkan merasakan adanya perubahan sikap tersebut. Apakah ini yang dikatakan tanda tanda kematian menurut islam mulai dari 100 hari hingga ajal tiba itu sebagai berikut?

--------------------------------------------------------
Seratus Hari Sebelum Kematian Tiba

Ini merupakan tanda pertama yang disampaikan kepada manusia yang sudah akan datang waktunya. Hal ini hanya bisa dirasakan hanya bagi hamba yang dikehendaki-Nya. Mereka yang akan tiba waktunya akan mendapatkan tanda-tanda yang pertama ini walau mereka menyadari atau tidak. Tanda ini lazimnya berlaku selepas waktu Ashar, seluruh tubuh seakan menggigil dan kedinginan, bergetar mulai dari ujung rambut hingga ke ujung kuku, bergetar kuat dan terasa berbeda seperti biasanya.

Hal ini merupakan nikmat bagi orang yang beriman karena mereka dapat merasakan akan adanya tanda ini. dengan demikian, mereka akan semakin memperkuat keimanan dengan memperbanyak istighfar dan amal ibadah untuk memohon ampun kepada Allah SWT dan juga sebagai bekal ketika mereka telah tiada di dunia ini lagi. Tanda ini akan hilang setelah mereka menyadari akan adanya tanda ini.

Sebaliknya, bagi mereka yang cinta akan dunia, mereka tidak akan memperdulikan adanya tanda ini. tanda ini akan hilang begitu saja dan tidak memberikan manfaat apapun bagi mereka yang sudah mendekati waktunya. Mereka hanya di sibukkan dengan urusan dunia saja dan lupa untuk bersegera bertaubat kepada Allah SWT.

Bagi mereka yang sadar akan datangnya tanda ini akan menjadi peluang yang sangat baik karena mendapat kesempatan untuk memperbaiki dan mempersiapkan diri serta memanfaatkan waktu yang tersisa untuk menjadikan diri lebih baik.

Empat Puluh Hari Sebelum Kematian
Sama halnya seperti tanda seratus hari di atas, berlaku selepas Ashar. Tanda ini ditandai dengan berdenyut-denyut pada bagian pusat. Pada saat ini, daun pohon Arashy yang bertuliskan nama orang yang akan meninggal akan gugur, kemudian diambil oleh malaikat maut dan akan mengikuti orang yang akan dicabut nyawanya. Sesekali malaikan maut ini akan memperlihatkan wajahnya sekilas, dan menjadikan mereka yang terpilih merasa bingung dan linglung. Sekalipun malaikat maut hanya satu, atas izin Allah SWT akan dapat mencaput nyawa lebih dari satu orang di dunia ini secara bersamaan.

Tujuh Hari Sebelum Kematian
Tanda ini semakin jelas terlihat dan terasa oleh keluarga maupun kerabat yang akan meninggal. Hal ini diisyaratkan dengan perubahan kebiasaan maupun keadaan fisik, seperti selera makan yang meningkat secara tiba-tiba bagi mereka yang sedang sakit dan tidak selera makan. Atau hal-hal lain yang diluar dugaan maupun kebiasaan orang tersebut.

Tiga Hari Sebelum Kematian
Pada masa ini, mereka akan merasa di bahagian tengah dahi mereka berdenyut di antara dahi kanan maupun dahi kiri. Setelah itu, sinar pada mata akan hilang dan dan terlihat hitam. Bagi mereka yang merasakan akan adanya tanda ini, hendaklah bagi mereka agar berpuasa untuk mengurangi najis atau kotoran yang ada dalam perut, guna  mempermudah urusan bagi orang yang akan memandikan.

Bagi mereka yang sedang sakit, terlihat hidungnya perlahan-lahan akan semakin layu dan terlihat benam ke dalam. Kaki akan terasa lemas dan kedua telapak kaki yang telunjur akan condong ke depan secara perlahan-lahan dan sulit untuk ditegakkan.

Sehari Sebelum Kematian
Adanya tanda-tanda kematian lainnya yaitu sehari sebelum kematian pada selepas waktu Ashar yang ditandai dengan adanya satu denyutan bagian ubun-ubun. Hal ini mengisyaratkan bahwa hari itu merupakan hari terakhir berjumpa dengan waktu Ashar dan tidak akan dijumpai lagi esok harinya.

Tanda Terakhir Sebelum Kematian Tiba
Ini merupakan masa krusial bagi orang yang menjelang ajal. Ditandai dengan rasa sejuk pada pusat yang kemudian menjalar ke pinggang dan akhirnya menyentuh tenggorokan. Inilah yang dikatakan dengan sakaratul maut.


T: Ijin bertanya ustadz. Menyimak materi tersebut, saya pernah dengar tapi tidak tahu ini sumbernya dari hadits atau bagaimana? Kalau kita mati nanti, katanya caranya mati nanti diliat kebiasaan orang tersebut. Misalnya, biasa  ngajar di majlis TPA. Makanya meninggalnya ketika dalam keadaan sedang ngajar. Menurut ustadz, gimana menyikapi hal tersebut??
J: In syaa Allah benar bunda atau setidak-tidaknya mendekati seperti itu. Akhir kehidupan kita adalah seperti kebiasaan hidup kita. Maka itu Islam mengajarkan kita untuk selalu bertaqwa dimanapun dan kapanpun berada, karena kita tidak tahu pasti kapan datang kematian kepada kita.


T: Apakah dengan mengikuti kajian-kajian seperti ini salah satu upaya kita menjaga keistiqomahan ustadz? Tapi ada pendapat medsos buatan yahudi; jika kita memanfaatkan nanti dianggap kita mengikuti yahudi?
J: Ini adalah bentuk memanfaatkan medsos yang baik. Para ulama kontemporer sepakat akan manfaat medsos untuk hal-hal baik semacam ini. Kita di halalkan muammalah dengan semua manusia baik yahudi, nashrani,  majusi,  atau atheis sekalipun. Termasuk mengambil manfaat produksi mereka dengan cara yang ma'ruf. Apapun itu, teknologi, militer, dll. In syaa Allah medsos bisa menunjang kita untuk isiqomah dalam kebaikan dan kebenaran.


T: Apakah diri kita sendiri tahu dan merasakan tanda tanda kematian atau apakah orang lain dapat melihat tanda tanda kematian kita?
J: Tanda kematian yang bisa kita sadari adalah:
1. Kita melewati siang dan malam yang membuat kita semakin dekat dengan kematian.
2. Kita bernafas tanpa henti. Aktifitas bernafas hakikatnya adalah aktivitas yang mendekatkan kita kepada kematian. Bernafas adalah proses pembakaran sel2 tubuh, sehingga kita beruban, kulit keriput, lebih lemah dari sebelumnya itu adalah hasil dari proses pembakaran sel akibat dari aktifitas bernafas.
3. Tanda-tanda yang kita sendiri yang akan merasakannya, karena kematian adalah pristiwa spiritual yang sangat privat sifatnya


T: Kalau untuk yang sedang diberi nikmat sakit mungkin bisa terlihat tanda tanda 7 hari dan 3 hari sebelum kematian, tapi yang dalam keadaan sehat gimana pak ustadz?
J: Prinsipnya tidak ada kematian yang tidak di dahului tanda-tandanya. Bahkan kematian mendadak sekalipun ada tanda-tandanya. Hanya mungkin tanda itu tidak mudah dikenali oleh kebanyakan anggota keluarganya. Karena kematian adalah peristiwa spiritual maka biasanya orang-orang dengan ruhiyah yang bagus yang akan tajam membaca tanda-tanda kematian.



•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

Kita tutup dengan membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin

Doa Kafaratul Majelis:

 سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh


================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage: Kajian On line-Hamba Allah
FB: Kajian On Line - Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official


Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!