MEMPERBAHARUI IMAN

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Thursday, November 23, 2017

 Kajian Online WA  Hamba الله SWT

Jumat, 15 September 2017
Rekapan Grup Bunda G5
Narasumber : Ustadz Undang
Tema : Kajian Umum
Editor : Rini 



Dzat yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungkan-Nya...
Dzat yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya, yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untukuk mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.

AlhamduliLlah... tsumma AlhamduliLlah...

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangkitkan ummat yang telah mati, memepersauntukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing manusia yang tenggelam dalam lautan sayaahwat, membangun generasi yang tertidur lelap dan menuntukun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan, kemuliaan, dan kebahagiaan.

Amma ba'd...
Ukhti fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya kita awali dengan lafadz Basamallah

Bismillahirrahmanirrahim...                       

MEMPERBAHARUI IMAN

Dimanakah iman
Apakah masih bersemayam dalam jiwa kita?
Atau sudah meninggalkan diri kita
Atau kita yang enggan menjaganya dalam ati kita?

Saat dusta menjadi tabiat
Saat perbuatan hina semakin menjerat
Saat tutur hadirkan khianat
Saat langkah menuju jalan yang sesat

Dimana iman berada?


Saat kata berbalut dusta
Saat kalimat berbungkus siasat
Saat sikap berhias perilaku tak beradab

Apakah kita masih beriman, kala kebohongan merajalela
Kala maksiat menjadi hal yang biasa
Kala nista merajai hawa nafsu kita

Apakah masih ada hasrat untuk taat
Apakah masih ada keinginan untuk bertauba
Apakah masih ada harapan untuk hidup bermartabat
Apakah masih ingin raih kemuliaan di akhirat

Mari kita jaga iman dalam diri kita dan menjadikannya energi dalam kehidupan hingga akhir usia

Tetap semangat dalam kebaikan hingga akhir kehidupan

Al imanu yazid wa yanqus

Iman itu adakalanya naik adakalanya turun...
Dan ketaatanlah yang menjadi penjaga keberadaan iman kita


*Al-Hakim* di dalam kitab Al Mustadrak juga *At-Tabrani* di dalam Al-Mu’jam meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasannya beliau bersabda:

إِنَّ الِإيْمَانَ لَيَخْلُقُ فِيْ جَوْفِ أَحَدِكُمْ كَمَا يَخْلُقُ الثَّوْبُ, فَسَلُوْا اللهَ أَنْ يُجَدِّدَ الِإيْمَانَ فِيْ قُلُوْبِكُمْ

“Sesungguhnya, iman di dalam hati kalian, akan usang, seperti usangnya pakaian; maka mohonlah kepada Allah agar Dia senantiasa membarukan keimanan itu di hati kalian!”

Maksudnya, bahwa iman di dalam hati itu akan menjadi rapuh, sebagaimana rapuhnya pakaian apabila umurnya telah tua dan kuno. Demikian pula hati itu pada suatu saat akan tertutup segumpal awan di antara awan-awan kemaksiatan, lalu ia merasakan kegelapan; ini adalah gambaran yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamdalan suatu hadits shahih:

مَا مِنَ الْقُلُوْبِ قَلْبٌ إِلَّا وَلَهُ سَحَابَةٌ كَسَحَابَةِ الْقَمَرِ, بَيْنَا الْقَمَرُ مُضِيْئٌ إِذْ عَلَّتْهُ سَحَابَةٌ فَأَظْلَمَ, إِذْ تَجَلَّتْ عَنْهُ فَأَضَاءَ

“Tidak ada satu hati pun di antara hati-hati manusia, kecuali baginya ada satu gumpalan awan, seperti gumpalan awan bagi bulan. Ketika sebuah bulan bercahaya, tiba-tiba segumpal awan naik kepadanya, maka bulan pun meredup; dan jika awan itu terbuka darinya, maka ia bersinar kembali.”

Begitulah adanya iman dlam diri
seorang Muslim untuk mengobati kelemahan imannya serta menghilangkan kekerasan hatinya, setelah menyandarkan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan memutuskan diri untuk bersungguh-sungguh:

Seperti apa yang bisa kita lakukan ?

Mentadabburi Al-Quran
Sebagai penjelas bagi segala sesuatu dan cahaya yang dapat menerangi hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki, tak ragu lagi di dalamnya terdapat obat yang agung dan terapi yang jitu; di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

“Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
 (Qs. Al-Isra’: 82)

Tadabur itu membersihkan jiwa. Rasulullah selalu mengulang membaca dan merasakannya tiap malam

Merasakan Keagungan Allah ‘Azza wa Jalla
mengenali nama-nama dan sifat-sifat-Nya, juga merenungkan dan memahami makna-maknanya, serta mempertahankan perasaan itu  di dalam hati dan menyalurkannya ke segenap anggota badan agar mencuat dalam bentuk amalan, sesuai dengan kecenderungan hatinya; Sebab hati adalah raja dan tuannya, sedangkan anggota badan adalah tentara-tentara dan pengikut setianya; Jika hati telah baik, maka baiklah semua anggota badan, namun jika hati rusak maka rusaklah seluruh anggota badan.

Menghadiri Halaqoh-halaqoh Dzikir
Menghadiri halaqah-halaqah dzikir akan mengantarkan seseorang kepada peningkatan keimanan karena beberapa faktor; di antaranya; aktifitas dzikrullah yang dapat ia lakukan di tempat itu, juga diperolehnya curahan rahmat, turunnya ketentraman jiwa, pengitaran malaikat terhadap orang-orang yang berdzikir, dan penyebutan Allah tentang mereka di atas langit yang tinggi, serta pembanggaan-Nya perihal mereka di hadapan para malaikat, juga ampunan-Nya akan dosa-dosa mereka, sebagaimana dalam suatu hadits shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

 “Tidaklah suatu kaum duduk dalam keadaan berdzikir kepada Allah, kecuali para malaikat akan mengitari mereka, curahan rahmat akan mendatangi mereka, ketentraman jiwa akan diturunkan kepada mereka, juga Allah akan menyebut-nyebut mereka di hadapan para malaikat di sekitar-Nya.”

Memperbanyak Amal Shaleh
Di antara faktor-faktor yang menguatkan iman, adalah dengan memperbanyak amal-amal shaleh dan memenuhi waktu kita dengannya. Inilah di antara terapi penyembuhan yang paling agung; ia merupakan perkara yang agung, dan pengaruhnya terhadap penguatan iman sangatlah menonjol. Abu Bakar As-Shiddiq telah memberi contoh yang agung dalam hal ini; Ketika Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallammenanyai para sahabatnya, “Siapakah di antara kalian yang pagi hari ini berpuasa?” Abu Bakar menjawab, “Aku!” Rasul bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini mengantarkan jenazah?” Abu Bakar menjawab, “Aku!” Rasul bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini menengok orang sakit?” Abu Bakar menjawab, “Aku!” Lalu Rasulullah berkata, “Tidaklah semua amalan itu terkumpul pada seseorang, kecuali ia akan masuk surga.”

Kisah ini menunjukkan, bahwa Abu Bakar As-Shiddiq radhiallahu ‘anhu memiliki ketamakan di dalam mengambil setiap kesempatan dan berbagai macam ibadah; di mana munculnya pertanyaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamsecara tiba-tiba seperti itu, menandakan hari-hari Abu Bakar senantiasa dipenuhi dengan ketaatan-ketaatan. Sungguh, kaum salaf (umat Islam terdahulu) –rahimahumullah-  di dalam peningkatan amal-amal shaleh mereka, dan pemenuhan waktu mereka dengan ketaatan-ketaatan telah mencapai tingkat yang sangat agung.

Melakukan Aneka Macam Ibadah
Di antara rahmat Allah dan kebijaksanaan-Nya, Dia menurunkan kepada kita ibadah-ibadah yang beraneka ragam; maka di antaranya ada yang berhubungan dengan badan seperti shalat, ada yang berhubungan dengan harta seperti zakat, dan ada yang berhubungan dengan kedua-duanya seperti haji; di antaranya juga ada yang berhubungan dengan lisan seperti dzikir dan do’a. Hingga, satu macam ibadah bisa terbagi lagi kepada beraneka ragam kewajiban dan sunnah-sunnah yang dianjurkan. 

Takut terhadap Keadaan Su’ul Khatimah(akhir hidup yang buruk)
Rasa takut ini akan mendorong seorang Muslim kepada ketaatan, serta dapat menyegarkan keimanan di hatinya. Adapun su’ul khatimah sendiri punya banyak sebab, di antaranya: lemah iman dan terbenamnya seseorang dalam kemaksiatan-kemaksiatan. Sungguh, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyebutkan salah satu gambaran su’ul khatimah itu, misalnya di dalam sabdanya:

مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيدَةٍ فَحَدِيدَتُهُ فِي يَدِهِ يَتَوَجَّأُ بِهَا فِي بَطْنِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ شَرِبَ سَمًّا فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ يَتَحَسَّاهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ يَتَرَدَّى فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا

“Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sebuah pisau, maka sebuah pisau di tangannya akan terus menikam perutnya di neraka jahannam yang kekal benar-benar kekal selama-lamanya; dan barangsiapa yang meminum racun, hingga ia membunuh dirinya, maka ia akan terus meminum racun itu dengan santai di dalam neraka jahannam yang kekal benar-benar kekal selama-lamanya; Dan barangsiapa yang menjatuhkan diri dari sebuah gunung, hingga ia membunuh dirinya, maka ia akan terus menjatuhkan diri di dalam neraka jahannam, yang kekal benar-benar kekal selama-lamanya.”

Memperbanyak Mengingat Kematian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Banyak-banyaklah kalian mengingat-ingat hadzim al-laddzat (pemutus segala kelezatan); yakni kematian.”[13] Mengingat-ingat kematian akan mencegah seseorang dari berbuat kemaksiatan, serta akan melembutkan hati yang keras. Tidaklah seseorang mengingat-ingatnya dalam kesumpekan hidupnya, kecuali ia akan melapangkannya; dan tidaklah seseorang mengingatnya di dalam kelapangan hidup kecuali ia akan menyempitkannya. Di antara langkah yang paling agung untuk mengingat-ingat kematian adalah dengan berziarah ke kuburan-kuburan. Karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk berziarah ke tempat-tempat itu, beliau bersabda:

كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ, أَلَا فَزُورُوهَا فَإَِنَّهَا تُرِقُّ الْقَلْبَ وَتُدْمِعُ الْعَيْنَ وَتُذَكِّرُ الْآخِرَةَ وَلَا تَقُولُوا هُجْرًا

“Aku pernah melarang kalian dari berziarah ke kuburan-kuburan; Ingat, [sekarang] berziarahlah kalian ke kuburan-kuburan, karena sesungguhnya ia akan melembutkan hati, mencucurkan air mata, dan mengingatkan kalian akan akhirat; Dan janganlah kalian mengucapkan kata-kata keji dan kotor.”

Masih banyak lagi cara untuk memperbaharui iman. Dengan tadabur ayat-ayatNya.
Dengan bertakziyah.
Dengan tafakur, dengan muhasabah dll

Bahkan berkumpulnya kita dengan orang beriman jangan pernah kita tinggalkan

Bahkan...
Iman semakin menggenap jika jalan taqwa senantiasa dijaga

Hindarilah dosa-dosa yang kecil dan yang besar; Itulah taqwa.

Dan berbuatlah, seperti seseorang yang berjalan di atas tanah berduri; niscaya ia berwaspada dengan apa yang ada di depannya.

Janganlah sekali-kali meremehkan yang kecil, karena sesungguhnya gunung-gunung itu terdiri dari batu-batu kerikil.”

Ibnu al-Jauzy berkata di dalam kitab Shaid al-Khathir: “Banyak di antara manusia yang menggampangkan perkara-perkara yang mereka duga remeh, padahal nyatanya ia sangat tercela; contohnya, membiarkan pandangan tertuju kepada perkara-perkara yang haram, dan seorang thalibul ilmi (penuntut ilmu) meminjam sesuatu tapi tidak mengembalikannya.

Tanpa iman hidup kita tak kan berarti. Jauh dari cahaya Ilahi.

Tanpa iman hati bagai ruang kosong tak berpenghuni.
Perangai jauh dari terpuji.

Dengan iman kesulitan tiada memberatkan.
Keterjatuhan tak akan memperburuk keadaan.
Kelelahan tak menyurutkan
Semua dinikmati sebagai tempaan.

Mari menjaga iman kita agar tak sengsara di dunia.
Mari menjaga iman kita agar tak menderita di akhirat sana.

Iman itu perbuatan. Saatnya kita merealisasikan keimanan kita dengan perjuangan hingga titik darah terakhir kita.

Bergerak dan segera tinggalkan kebekuan. Lantaran iman itu energi yang mampu memelesatkan kita.

Selayaknya anak panah yang tak pernah lepas dari busurnya maka sampai kapan anak panah itu hingga ke sasaran.

Jika kita tak berusaha untuk bergerak dan berusaha keras untuk ambil bagian dari perjuangan ini maka dimana keberadaan iman kita.

Tidaklah harapan akan sampai pada yang dicitakan bila kita tak segera bergegas untuk meraihnya.

Kata kuncinya adalah bergerak atau tergantikan.

Mari kita segera tinggalkan belenggu-belenggu  yang bisa menghentikan langkah kita. Tatap ke depan dan segera lah melaju.

Maju dan terus melaju hingga perjumpaan dengan Sang Penentu.

Jadikan iman sebagai kendaraan menuju haribaan Tuhan. Niscaya jiwa-jiwa kan terselamatkan.

Wallahu musta'an.


Demikian Paparan kali ini

Yang benar datang nya dari اللّه

Mohon maaf jika ada salah salah kata dalam penulisan , itu murni kesalahan ana yang masih fakir dalam ilmu Agama

من اراد الدنيا فعليه بالعلم، ومن ارادالاخرة فعليه بالعلم ومن ارادهما فعليه بالعلم

Barang siapa yang menginginkan dunia maka hal itu dapat dicapai dengan ilmu, barang siapa yg menginginkan akhirat hal itu bsa didapat dengan ilmu, maka yg mnginginkan keduanya dapat didapat dengan ilmu

العلم بلاعمل كا لشجر بلا ثمر

Ilmu itu apabila tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah


جزاكم الله خير جزاء شكرا وعفوا منكم...
فا استبقوا الخيرات...
والسلام عليكم ورحمة الله و بر كاته

TANYA JAWAB

Q : Doa apa yaa supaya iman dihati kita ini bs terjaga atau bertambah. Adakah amalan atau do'a khusus untuk mendapatkan hidayah Alloh dan memantapkan atau mempertebal iman kita biar tidak pasang surut
A : Ada beberapa doa

اَللهُمَّ اَعْطِنِىْ اِيْمَانًاصَادِقًا وَيَقِيْنًا لَيْسَ بَعْدَهُ كُفْرٌ وَرَحْمَةً اَنَالُ بِهَاشَرَفَ كَرَامَتِكَ فِى الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ

 Artinya :
Ya Allah, berikanlah aku keimanan yang sejati dan keyakinan yang tidak disusuli oleh kekufuran, dan berilah aku rahmat untuk memperoleh kemuliaan karomah-Mu di dunia dan di akhirat.

اَللَّهُمَّ يا مُصَرِّفَ الْقُلُوْبِ، صَرِّفْ قُلُوْبُنَا عَلَى دِينِكَ
“Wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agamaMu.” (HR. Muslim 2654)


 رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ (8) رَبَّنَا إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ (9) 

“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)”.

“Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya”. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. (QS. Ali Imran [3]: 8-9)

Q : Ukuran seseorang dikatakan beriman itu yang seperti apa ya? Hal ini saya tanyakan karena saya merasa sedih/miris melihat kondisi saat ini mudahnya orang mengatakan orang lain tidak beriman dengan menjelek-jelekan, mencaci maki keimanan seseorang dengan mengatakan hal2 yang buruk padahal sudah jelas-jelas orang tersebut saudara seiman kita. Jazakallah atas penjelasannya ustadz
A : Allah mensifati sifat orang-orang yang beriman sekaligus dalam 2 ayat, yaitu ayat ke 2 dan ke 3 dari surah Al-Anfal.
- Memiliki Rasa Takut di Dalam Hatinya
-    Adanya tambahan Iman ketika Ayat Quran√ Dibacakan
-    Tawakkal Hanya kepada Allah
- Mendirikan Shalat
- Senang Berinfak
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah memperingatkan bahaya mengkafirkan seorang muslim, beliau bersabda :

وَلَعْنُ الْمُؤْمِنِ كَقَتْلِهِ وَمَنْ رَمَى مُؤْمِنًا بِكُفْرٍ فَهُوَ كَقَتْلِهِ.

“Dan melaknat seorang mukmin sama dengan membunuhnya, dan menuduh seorang mukmin dengan kekafiran adalah sama dengan membunuhnya.” (HR Bukhari).

أَيُّمَا رَجُلٍ قَالَ لِأَخِيْهِ : يَا كَافِرَ فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا إِنْ كَانَ كَمَا قَالَ وَإِلاَّ رَجَعَتْ عَلَيْهِ.

“Siapa saja yang berkata kepada saudaranya,” Hai Kafir”. Maka akan terkena salah satunya jika yang vonisnya itu benar, dan jika tidak maka akan kembali kepada (orang yang mengucapkan)nya.” (HR Bukari dan Muslim).

لاَ يَرْمِى رَجُلٌ رَجُلاً بِالْفُسُوْقِ وَلاَ يَرْمِيْهِ بِالْكُفْرِ إِلاَّ ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِكَ.

“Tidaklah seseorang memvonis orang lain sebagai fasiq atau kafir maka akan kembali kepadanya jika yang divonis tidak demikian.” (HR Bukhari).

Imam Al Qurthubi berkata,”Bab takfir (kafir mengkafirkan) adalah bab yang berbahaya, banyak orang berani mengkafirkan, merekapun jatuh (dalam kesalahan) dan para ulama besar bersikap tawaquf (hati-hati) merekapun selamat, dan kita tidak dapat membandingkan keselamatan dengan apapun juga.”

Syaikhul islam ibnu Taimiyah berkata,” Tidak boleh bagi seorangpun untuk mengkafirkan salah seorang dari kaum muslimin sehingga ditegakkan kepadanya hujjah dan diterangkan padanya mahajjah, barang siapa yang telah eksis keislamannya secara yakin, tidak boleh dihilangkan (nama islam) darinya dengan sebatas dugaan, bahkan tidak hilang keislamannya kecuali setelah ditegakkan hujjah dan dihilangkan syubhatnya.

Dengan keterangan di atas jelaslah bahwa orang yg mengkafirkan orang lain tidak punya rasa takut sama Alloh dan Rasulullah 

Wallahu a'lam


Q : Allah bersama kita dengan ilmuNya atau dengan DzatNya?
A : Allah bersama kita dengan ilmu-Nya, mendengar dan melihat. Hal tersebut didasarkan pada Quran Surat Thaha Ayat 46 dimana Allah berfirman:

“Allah berfirman: Jangan kalian berdua takut sungguh Aku bersama kalian berdua mendengar dan melihat,” (QS Thaha: 46).


Alhamdulillah, kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat. Aamiin....

Segala yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan do'a kafaratul majelis:


سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

Subhanakallahumma wabihamdika asayahadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika


“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!