Kajian Online WA Hamba الله SWT
Jumat, 15 September 2017
Rekapan
Grup Bunda G5
Narasumber : Ustadz Undang
Tema : Kajian Umum
Editor : Rini
Dzat
yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungkan-Nya...
Dzat
yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat
yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan
indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya,
yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untukuk
mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah...
tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat
dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah
kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangkitkan ummat
yang telah mati, memepersauntukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing
manusia yang tenggelam dalam lautan sayaahwat, membangun generasi yang tertidur
lelap dan menuntukun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan,
kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma
ba'd...
Ukhti
fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya kita awali dengan
lafadz Basamallah
Bismillahirrahmanirrahim...
MEMPERBAHARUI IMAN
Dimanakah iman
Apakah masih bersemayam dalam jiwa kita?
Atau sudah meninggalkan diri kita
Atau kita yang enggan menjaganya dalam
ati kita?
Saat dusta menjadi tabiat
Saat perbuatan hina semakin menjerat
Saat tutur hadirkan khianat
Saat langkah menuju jalan yang sesat
Dimana iman berada?
Saat kata berbalut dusta
Saat kalimat berbungkus siasat
Saat sikap berhias perilaku tak beradab
Apakah kita masih beriman, kala
kebohongan merajalela
Kala maksiat menjadi hal yang biasa
Kala nista merajai hawa nafsu kita
Apakah masih ada hasrat untuk taat
Apakah masih ada keinginan untuk
bertauba
Apakah masih ada harapan untuk hidup
bermartabat
Apakah masih ingin raih kemuliaan di
akhirat
Mari kita jaga iman dalam diri kita dan
menjadikannya energi dalam kehidupan hingga akhir usia
Tetap semangat dalam kebaikan hingga
akhir kehidupan
Al imanu yazid wa yanqus
Iman itu adakalanya naik adakalanya
turun...
Dan ketaatanlah yang menjadi penjaga
keberadaan iman kita
*Al-Hakim* di dalam kitab Al
Mustadrak juga *At-Tabrani* di dalam Al-Mu’jam meriwayatkan dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasannya beliau bersabda:
إِنَّ الِإيْمَانَ لَيَخْلُقُ فِيْ جَوْفِ أَحَدِكُمْ كَمَا يَخْلُقُ الثَّوْبُ, فَسَلُوْا اللهَ أَنْ يُجَدِّدَ الِإيْمَانَ فِيْ قُلُوْبِكُمْ
“Sesungguhnya, iman di dalam hati
kalian, akan usang, seperti usangnya pakaian; maka mohonlah kepada Allah agar
Dia senantiasa membarukan keimanan itu di hati kalian!”
Maksudnya, bahwa iman di dalam hati itu akan
menjadi rapuh, sebagaimana rapuhnya pakaian apabila umurnya telah tua dan kuno.
Demikian pula hati itu pada suatu saat akan tertutup segumpal awan di antara
awan-awan kemaksiatan, lalu ia merasakan kegelapan; ini adalah gambaran yang
disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamdalan suatu hadits
shahih:
مَا مِنَ الْقُلُوْبِ قَلْبٌ إِلَّا وَلَهُ سَحَابَةٌ كَسَحَابَةِ الْقَمَرِ, بَيْنَا الْقَمَرُ مُضِيْئٌ إِذْ عَلَّتْهُ سَحَابَةٌ فَأَظْلَمَ, إِذْ تَجَلَّتْ عَنْهُ فَأَضَاءَ
“Tidak ada satu hati pun di antara
hati-hati manusia, kecuali baginya ada satu gumpalan awan, seperti gumpalan
awan bagi bulan. Ketika sebuah bulan bercahaya, tiba-tiba segumpal awan naik
kepadanya, maka bulan pun meredup; dan jika awan itu terbuka darinya, maka ia
bersinar kembali.”
Begitulah adanya iman dlam diri
seorang Muslim untuk mengobati kelemahan
imannya serta menghilangkan kekerasan hatinya, setelah menyandarkan diri kepada
Allah ‘Azza wa Jalla, dan memutuskan diri untuk bersungguh-sungguh:
Seperti apa yang bisa kita lakukan ?
Mentadabburi Al-Quran
Sebagai penjelas bagi segala sesuatu dan
cahaya yang dapat menerangi hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki, tak ragu lagi
di dalamnya terdapat obat yang agung dan terapi yang jitu; di mana
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu
yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
(Qs. Al-Isra’: 82)
Tadabur itu membersihkan jiwa. Rasulullah
selalu mengulang membaca dan merasakannya tiap malam
Merasakan Keagungan Allah ‘Azza wa Jalla
mengenali nama-nama dan sifat-sifat-Nya,
juga merenungkan dan memahami makna-maknanya, serta mempertahankan perasaan
itu di dalam hati dan menyalurkannya ke segenap anggota badan agar
mencuat dalam bentuk amalan, sesuai dengan kecenderungan hatinya; Sebab hati
adalah raja dan tuannya, sedangkan anggota badan adalah tentara-tentara dan
pengikut setianya; Jika hati telah baik, maka baiklah semua anggota badan,
namun jika hati rusak maka rusaklah seluruh anggota badan.
Menghadiri Halaqoh-halaqoh Dzikir
Menghadiri halaqah-halaqah dzikir akan
mengantarkan seseorang kepada peningkatan keimanan karena beberapa faktor; di
antaranya; aktifitas dzikrullah yang dapat ia lakukan di tempat itu, juga
diperolehnya curahan rahmat, turunnya ketentraman jiwa, pengitaran malaikat
terhadap orang-orang yang berdzikir, dan penyebutan Allah tentang mereka di
atas langit yang tinggi, serta pembanggaan-Nya perihal mereka di hadapan para
malaikat, juga ampunan-Nya akan dosa-dosa mereka, sebagaimana dalam suatu
hadits shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Tidaklah suatu kaum duduk dalam
keadaan berdzikir kepada Allah, kecuali para malaikat akan mengitari mereka,
curahan rahmat akan mendatangi mereka, ketentraman jiwa akan diturunkan kepada
mereka, juga Allah akan menyebut-nyebut mereka di hadapan para malaikat di
sekitar-Nya.”
Memperbanyak Amal Shaleh
Di antara faktor-faktor yang menguatkan
iman, adalah dengan memperbanyak amal-amal shaleh dan memenuhi waktu kita
dengannya. Inilah di antara terapi penyembuhan yang paling agung; ia merupakan
perkara yang agung, dan pengaruhnya terhadap penguatan iman sangatlah menonjol.
Abu Bakar As-Shiddiq telah memberi contoh yang agung dalam hal ini; Ketika
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallammenanyai para sahabatnya, “Siapakah di
antara kalian yang pagi hari ini berpuasa?” Abu Bakar menjawab, “Aku!” Rasul
bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini mengantarkan jenazah?”
Abu Bakar menjawab, “Aku!” Rasul bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang
hari ini menengok orang sakit?” Abu Bakar menjawab, “Aku!” Lalu Rasulullah
berkata, “Tidaklah semua amalan itu terkumpul pada seseorang, kecuali ia akan
masuk surga.”
Kisah ini menunjukkan, bahwa Abu Bakar
As-Shiddiq radhiallahu ‘anhu memiliki ketamakan di dalam mengambil
setiap kesempatan dan berbagai macam ibadah; di mana munculnya pertanyaan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamsecara tiba-tiba seperti itu, menandakan
hari-hari Abu Bakar senantiasa dipenuhi dengan ketaatan-ketaatan. Sungguh, kaum
salaf (umat Islam terdahulu) –rahimahumullah- di dalam peningkatan
amal-amal shaleh mereka, dan pemenuhan waktu mereka dengan ketaatan-ketaatan
telah mencapai tingkat yang sangat agung.
Melakukan Aneka Macam Ibadah
Di antara rahmat Allah dan
kebijaksanaan-Nya, Dia menurunkan kepada kita ibadah-ibadah yang beraneka
ragam; maka di antaranya ada yang berhubungan dengan badan seperti shalat, ada
yang berhubungan dengan harta seperti zakat, dan ada yang berhubungan dengan
kedua-duanya seperti haji; di antaranya juga ada yang berhubungan dengan lisan
seperti dzikir dan do’a. Hingga, satu macam ibadah bisa terbagi lagi kepada
beraneka ragam kewajiban dan sunnah-sunnah yang dianjurkan.
Takut terhadap Keadaan Su’ul Khatimah(akhir hidup yang buruk)
Rasa takut ini akan mendorong seorang
Muslim kepada ketaatan, serta dapat menyegarkan keimanan di hatinya.
Adapun su’ul khatimah sendiri punya banyak sebab, di antaranya: lemah
iman dan terbenamnya seseorang dalam kemaksiatan-kemaksiatan. Sungguh,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyebutkan salah satu
gambaran su’ul khatimah itu, misalnya di dalam sabdanya:
مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيدَةٍ فَحَدِيدَتُهُ فِي يَدِهِ يَتَوَجَّأُ بِهَا فِي بَطْنِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ شَرِبَ سَمًّا فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ يَتَحَسَّاهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ يَتَرَدَّى فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا
“Barangsiapa yang membunuh dirinya
dengan sebuah pisau, maka sebuah pisau di tangannya akan terus menikam perutnya
di neraka jahannam yang kekal benar-benar kekal selama-lamanya; dan barangsiapa
yang meminum racun, hingga ia membunuh dirinya, maka ia akan terus meminum
racun itu dengan santai di dalam neraka jahannam yang kekal benar-benar kekal
selama-lamanya; Dan barangsiapa yang menjatuhkan diri dari sebuah gunung,
hingga ia membunuh dirinya, maka ia akan terus menjatuhkan diri di dalam neraka
jahannam, yang kekal benar-benar kekal selama-lamanya.”
Memperbanyak Mengingat Kematian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah bersabda: “Banyak-banyaklah kalian
mengingat-ingat hadzim al-laddzat (pemutus segala kelezatan); yakni
kematian.”[13] Mengingat-ingat kematian akan mencegah seseorang dari
berbuat kemaksiatan, serta akan melembutkan hati yang keras. Tidaklah seseorang
mengingat-ingatnya dalam kesumpekan hidupnya, kecuali ia akan melapangkannya;
dan tidaklah seseorang mengingatnya di dalam kelapangan hidup kecuali ia akan
menyempitkannya. Di antara langkah yang paling agung untuk mengingat-ingat
kematian adalah dengan berziarah ke kuburan-kuburan. Karena itulah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk
berziarah ke tempat-tempat itu, beliau bersabda:
كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ, أَلَا فَزُورُوهَا فَإَِنَّهَا تُرِقُّ الْقَلْبَ وَتُدْمِعُ الْعَيْنَ وَتُذَكِّرُ الْآخِرَةَ وَلَا تَقُولُوا هُجْرًا
“Aku pernah melarang kalian dari
berziarah ke kuburan-kuburan; Ingat, [sekarang] berziarahlah kalian ke
kuburan-kuburan, karena sesungguhnya ia akan melembutkan hati, mencucurkan air
mata, dan mengingatkan kalian akan akhirat; Dan janganlah kalian mengucapkan
kata-kata keji dan kotor.”
Masih banyak lagi cara untuk
memperbaharui iman. Dengan tadabur ayat-ayatNya.
Dengan bertakziyah.
Dengan tafakur, dengan muhasabah dll
Bahkan berkumpulnya kita dengan orang
beriman jangan pernah kita tinggalkan
Bahkan...
Iman semakin menggenap jika jalan taqwa
senantiasa dijaga
Hindarilah dosa-dosa yang kecil dan yang
besar; Itulah taqwa.
Dan berbuatlah, seperti seseorang yang
berjalan di atas tanah berduri; niscaya ia berwaspada dengan apa yang ada di
depannya.
Janganlah sekali-kali meremehkan yang
kecil, karena sesungguhnya gunung-gunung itu terdiri dari batu-batu kerikil.”
Ibnu al-Jauzy berkata di dalam
kitab Shaid al-Khathir: “Banyak di antara manusia yang menggampangkan
perkara-perkara yang mereka duga remeh, padahal nyatanya ia sangat tercela;
contohnya, membiarkan pandangan tertuju kepada perkara-perkara yang haram, dan
seorang thalibul ilmi (penuntut ilmu) meminjam sesuatu tapi tidak
mengembalikannya.
Tanpa iman hidup kita tak kan berarti.
Jauh dari cahaya Ilahi.
Tanpa iman hati bagai ruang kosong tak
berpenghuni.
Perangai jauh dari terpuji.
Dengan iman kesulitan tiada memberatkan.
Keterjatuhan tak akan memperburuk
keadaan.
Kelelahan tak menyurutkan
Semua dinikmati sebagai tempaan.
Mari menjaga iman kita agar tak sengsara
di dunia.
Mari menjaga iman kita agar tak
menderita di akhirat sana.
Iman itu perbuatan. Saatnya kita
merealisasikan keimanan kita dengan perjuangan hingga titik darah terakhir
kita.
Bergerak dan segera tinggalkan kebekuan.
Lantaran iman itu energi yang mampu memelesatkan kita.
Selayaknya anak panah yang tak pernah
lepas dari busurnya maka sampai kapan anak panah itu hingga ke sasaran.
Jika kita tak berusaha untuk bergerak
dan berusaha keras untuk ambil bagian dari perjuangan ini maka dimana
keberadaan iman kita.
Tidaklah harapan akan sampai pada yang
dicitakan bila kita tak segera bergegas untuk meraihnya.
Kata kuncinya adalah bergerak atau tergantikan.
Mari kita segera tinggalkan
belenggu-belenggu yang bisa menghentikan langkah kita. Tatap ke depan dan
segera lah melaju.
Maju dan terus melaju hingga perjumpaan
dengan Sang Penentu.
Jadikan iman sebagai kendaraan menuju
haribaan Tuhan. Niscaya jiwa-jiwa kan terselamatkan.
Wallahu musta'an.
Demikian Paparan kali ini
Yang benar datang nya dari اللّه
Mohon maaf jika ada salah salah kata
dalam penulisan , itu murni kesalahan ana yang masih fakir dalam ilmu Agama
من اراد الدنيا فعليه بالعلم، ومن ارادالاخرة فعليه بالعلم ومن ارادهما فعليه بالعلم
Barang siapa yang menginginkan dunia
maka hal itu dapat dicapai dengan ilmu, barang siapa yg menginginkan akhirat
hal itu bsa didapat dengan ilmu, maka yg mnginginkan keduanya dapat didapat
dengan ilmu
العلم بلاعمل كا لشجر بلا ثمر
Ilmu itu apabila tidak diamalkan
bagaikan pohon yang tidak berbuah
جزاكم الله خير جزاء شكرا وعفوا منكم...
فا استبقوا الخيرات...
والسلام عليكم ورحمة الله و بر كاته
TANYA JAWAB
Q : Doa apa yaa supaya iman dihati kita
ini bs terjaga atau bertambah. Adakah amalan atau do'a khusus untuk mendapatkan
hidayah Alloh dan memantapkan atau mempertebal iman kita biar tidak pasang
surut
A : Ada beberapa doa
اَللهُمَّ اَعْطِنِىْ اِيْمَانًاصَادِقًا وَيَقِيْنًا لَيْسَ بَعْدَهُ كُفْرٌ وَرَحْمَةً اَنَالُ بِهَاشَرَفَ كَرَامَتِكَ فِى الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ
Artinya :
Ya Allah, berikanlah aku keimanan yang
sejati dan keyakinan yang tidak disusuli oleh kekufuran, dan berilah aku rahmat
untuk memperoleh kemuliaan karomah-Mu di dunia dan di akhirat.
اَللَّهُمَّ يا مُصَرِّفَ الْقُلُوْبِ، صَرِّفْ قُلُوْبُنَا عَلَى دِينِكَ
“Wahai Tuhan yang membolak-balikkan
hati, teguhkanlah hatiku pada agamaMu.” (HR. Muslim 2654)
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ (8) رَبَّنَا إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ (9)
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan
hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami,
dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya
Engkau-lah Maha pemberi (karunia)”.
“Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau
mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada
keraguan padanya”. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. (QS. Ali Imran
[3]: 8-9)
Q : Ukuran seseorang dikatakan beriman
itu yang seperti apa ya? Hal ini saya tanyakan karena saya merasa sedih/miris
melihat kondisi saat ini mudahnya orang mengatakan orang lain tidak beriman
dengan menjelek-jelekan, mencaci maki keimanan seseorang dengan mengatakan hal2
yang buruk padahal sudah jelas-jelas orang tersebut saudara seiman kita.
Jazakallah atas penjelasannya ustadz
A : Allah mensifati sifat orang-orang
yang beriman sekaligus dalam 2 ayat, yaitu ayat ke 2 dan ke 3 dari surah
Al-Anfal.
- Memiliki Rasa Takut di Dalam Hatinya
-
Adanya tambahan Iman ketika Ayat Quran√
Dibacakan
-
Tawakkal Hanya kepada Allah
- Mendirikan Shalat
- Senang Berinfak
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah
memperingatkan bahaya mengkafirkan seorang muslim, beliau bersabda :
وَلَعْنُ الْمُؤْمِنِ كَقَتْلِهِ وَمَنْ رَمَى مُؤْمِنًا بِكُفْرٍ فَهُوَ كَقَتْلِهِ.
“Dan melaknat seorang mukmin sama dengan
membunuhnya, dan menuduh seorang mukmin dengan kekafiran adalah sama dengan
membunuhnya.” (HR Bukhari).
أَيُّمَا رَجُلٍ قَالَ لِأَخِيْهِ : يَا كَافِرَ فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا إِنْ كَانَ كَمَا قَالَ وَإِلاَّ رَجَعَتْ عَلَيْهِ.
“Siapa saja yang berkata kepada
saudaranya,” Hai Kafir”. Maka akan terkena salah satunya jika yang vonisnya itu
benar, dan jika tidak maka akan kembali kepada (orang yang mengucapkan)nya.”
(HR Bukari dan Muslim).
لاَ يَرْمِى رَجُلٌ رَجُلاً بِالْفُسُوْقِ وَلاَ يَرْمِيْهِ بِالْكُفْرِ إِلاَّ ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِكَ.
“Tidaklah seseorang memvonis orang lain
sebagai fasiq atau kafir maka akan kembali kepadanya jika yang divonis tidak
demikian.” (HR Bukhari).
Imam Al Qurthubi berkata,”Bab takfir
(kafir mengkafirkan) adalah bab yang berbahaya, banyak orang berani
mengkafirkan, merekapun jatuh (dalam kesalahan) dan para ulama besar bersikap
tawaquf (hati-hati) merekapun selamat, dan kita tidak dapat membandingkan
keselamatan dengan apapun juga.”
Syaikhul islam ibnu Taimiyah berkata,”
Tidak boleh bagi seorangpun untuk mengkafirkan salah seorang dari kaum muslimin
sehingga ditegakkan kepadanya hujjah dan diterangkan padanya mahajjah, barang
siapa yang telah eksis keislamannya secara yakin, tidak boleh dihilangkan (nama
islam) darinya dengan sebatas dugaan, bahkan tidak hilang keislamannya kecuali
setelah ditegakkan hujjah dan dihilangkan syubhatnya.
Dengan keterangan di atas jelaslah bahwa
orang yg mengkafirkan orang lain tidak punya rasa takut sama Alloh dan
Rasulullah
Wallahu a'lam
Q : Allah bersama kita dengan ilmuNya
atau dengan DzatNya?
A : Allah bersama kita dengan ilmu-Nya,
mendengar dan melihat. Hal tersebut didasarkan pada Quran Surat Thaha Ayat 46
dimana Allah berfirman:
“Allah berfirman: Jangan kalian berdua
takut sungguh Aku bersama kalian berdua mendengar dan melihat,” (QS Thaha: 46).
Alhamdulillah,
kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan
berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala
yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah
langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan
do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asayahadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment