Kajian Online WA
Hamba الله SWT
Selasa, 6 Februari 2018
Rekap Kajian Grup Bunda G3
Narasumber : Ustadz
Dudi
Tema : Kajian Umum
Editor : Rn
Dzat yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan
mengagungkan-Nya...
Dzat yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi
diadzab-Nya...
Dzat yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap
manisnya Islam dan indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam
kecintaan kepadaNya, yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan
menghimpunkan kita untuk mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah... tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad
SAW. Yang memberi arah kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana
membangakitkan ummat yang telah mati, mempersatukan bangsa-bangsa yang tercerai
berai, membimbing manusia yang tenggelam dalam lautan syahwat, membangun
generasi yang tertidur lelap dan menuntun manusia yang berada dalam kegelapan
menuju kejayaan, kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma ba'd...
Ukhti fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya
kita awali dengan lafadz Basmallah
Bismillahirrahmanirrahim...
ORANGTUA YANG LURUS DALAM TAUHID DAN KOKOH DALAM SYARIAT
Oleh: Dudi Kurniawan
“Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan
fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi,
Nasrani, atau Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah
kalian melihat darinya buntung (pada telinga)?” (HR. Bukhari & Muslim)
Dari hadist di atas kita dapat menyerap suatu hikmah yang sangat
luar biasa, yaitu betapa besar peran orangtua dalam menentukan keselamatan
dunia akirat bagi anak-anaknya. Dimana di awal kelahiran seorang manusia,
orangtualah yang dapat menentukan kemana seorang anak akan memeluk agama yang
akan dia peluk. Kita patut bersyukur sebagai seorang anak yang dilahirkan dari
orangtua yang beragama Islam. Karena dengan demikian kita telah memeluk
satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah Swt.
Lantas bagaimana sikap kita sebagai orang tua dapat meluruskan
tauhid an mengokohkan syariat supaya dapat mendidik anak-anak kita menjadi anak
yang shaleh dan shalehah serta memegang erat agama Islam disertai selalu
menjalankan syariatnya.
Sebelum kita menjalankan dan mengajarkan akidah dan syariah yang
lurus, maka seyogyanya kita mengetahui apa dan bagaimana hubungan antara
keduanya, lalu setelah itu kita lanjutkan untuk menerapkannya dalam pendidikan
kita terhadap anak-anak kita.
A. Akidah dan Syariah Islam
Islam tidak bisa terlepas dari akidah dan syari’ah. Akidah sendiri
merupakan suatu pandangan yang menuntut keimanan semenjak awal, sebelum segala
sesuatu, keimanan tanpa keraguan dan
juga tanpa kecurigaan. Sementara istilah syariah dalam konteks kajian
hukum Islam lebih menggambarkan kumpulan norma-norma hukum yang merupakan hasil
dari proses tasyri’.
Adapun dalam segi istilah, Syeikh Mahmud Syaltut mendefiniskan
syari’ah sebagai “Ketentuan – ketentuan yang ditetapkan oleh Alah SWT atau
hasil pemahaman atas dasar ketentuan tersebut, untuk dijadikan pegangan oleh
umat manusia baik dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan umat manusia lainnya,
muslim dengan non muslim, dengan alam, maupun hubungannya dengan kehidupan.”
Dari definisi diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwansannya
ada dua sisi amal yaitu sisi ibadah (amal untuk mendekatkan diri kepada Allah
Swt) dan mu’amalah (amal bersama sesama manusia untuk saling memberikan manfaat
dan menolak kemadharatan).
Pengertian dari Syeikh Mahmud Syaltut ini dapat mewakili tiga
dimensi aspek hukum dalam syari’ah, yaitu ketentuan – ketentuan yang diturunkan
dan ditetapkan oleh Allah Swt., dan Rasul-Nya, serta norma-norma hukum hasil
kajian para ulama mujtahid dengan metodologi istinbathnya, serta aspek hukum
yang berkaitan dengan alam dan lingkungan sosial.
Al-Qur’an mengibaratkan akidah sebagai iman dan syari’ah sebagai
amal shaleh. Tidak mungkin Islam itu hanya akidah saja, begitu juga sebaliknya
Islam tidak mungkin hanya syari’ah saja, keduanya tidak bisa berdiri sendiri
satu sama lain. Akidah bagaikan pondasi yang mana syari’ah dibangun diatasnya,
syari’ah merupakan konsekuensi dari mengikuti akidah.
Syeikh Mahmud Syaltut
mengatakan “Orang yang beriman dengan persoalan-persoalan akidah tapi
mencampakkan syariat, atau mengambil syariat tapi menyia-nyiakan akidah; bukan
seorang Muslim di sisi Allah, tidak pula dihukumi sebagai Islam yang
menyelamatkan”
Namun kita juga jangan sampai melupakan satu aspek ajaran Islam
yang lain, yaitu Akhlak. Karena nabi Muhammad saw., sendiri diutus kepada seluruh umat manusia
adalah untuk menanamkan nilai akhlak budi pekerti yang luhur.
Apabila kita analogikan secara sederhana mungkin kita akan membuat
tahapan ajaran Islam yaitu pertama kali beriman, lalu beramal sesuai syari’ah,
lalu kita akan memiliki akhlak yang mulia atau ihsan. Jadi akhlak merupakan
cerminan dari akidah dan syari’ah seorang muslim.
Ihsan merupakan puncak kesempurnaan dari Iman dan Islam. Orang
yang telah sempurna keimanan dan keislamannya akan mencapai suatu keadaan
dimana ia dapat melakukan ibadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya, dan
apabila dia tidak dapat melihat Allah, dia yakin bahwasannya Allah selalu
melihatnya. Ihsan dapat menimbulkan amal saleh dan menjauhkan orang dari
perbuatan-perbuatan buruk. Imam al-Nawawi menegaskan bahwa ihsan itu merupakan
jawami’ul kalim, yaitu suatu ungkapan yang mencakup tujuan dari hakikat Iman
dan Islam.
B. Orangtua yang Lurus
dalam Tauhid dan Kokoh dalam Syariah
Tauhid dan syariah bagaikan
dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Lalu bagaimana kita bisa
mencontoh suatu sikap pendidikan tauhid dan syariah kepada anak kita? Kita dapat
mencontoh langkah-langkah mengajarkannya sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an
pada surah Luqman, yaitu sebagai berikut:
Pertama: Ajarilah anak-anak
untuk tidak mempersekutukan Allah.
Peran orantua yang pertama kali dan paling utama adalah mengajari
anaknya untuk percaya bahwa satu-satunya Tuhan di alam semesta adalah Allah
Swt. Lalu mengajarkan mereka supaya tidak sekali-kali mempersekutukan Allah
Swt.
Hal ini dapat diajarkan semenjak dia kecil hingga dewasa, bahkan
dijadikan sebagai wasiat sebelum kematian sebagaimana wasiat Nabi Ayub kepada
anak-anaknya:
"Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab:
"Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan
Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
(QS. Al-Baqarah: 133)
Kedua: Ajarilah anak-anak
untuk berbakti kepada orangtua
orangtua merupakan sosok yan banyak berkorban demi kebahagiaan
anak-anaknya. Maka seyogyanya anak diajarkan untuk bisa menghormati dan
menyayangi orangtua. Bagaimana caranya? Caranya adalah kita harus menjadi
contoh untuk anak-anak kita dengan selalu berbakti pada orangtua kita. Contoh,
apabila kita ingin disayang oleh anak-anak kita kelak maka kita harus bisa
sayang pada orangtua kita, merawat mereka apabila sudah tua dan selalu
menghormati mereka kapanpun serta senantiasa mendoakan mereka apabila mereka
telah tiada. Hal tersebut akan menjadi contoh yang nyata bagi anak-anak kita.
Ketiga: Ajarilah anak-anak
bahwa Allah Swt., Maha Mengetahui
Ajarilah anakmu dengan baik dan lembut dan ajarilah merka bahwa
setiap perbuatan meskipun seberat biji sawi dan disembunyikan didalam batu atu
di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan membalasnya. Maka ajarkanlah
dia akhlakul karimah, berperilaku yang baik, tutur kata yang baik, menebarkan
kasih sayang kepada sesama disertai penjelasan bahwa Allah Swt., Maha
mengetahui akan setiap perbautan yang ia lakukan sekecil apapun itu. Sehingga
apa yang dia lihat, rasakan dan dengarkan adalah kebaikan karena dia tahu bahwa
perbuatan baik atau buruk sekecil apapun, niscaya Allah Swt., mengetahuinya.
Keempat: Ajarilah anak-anak
untuk Shalat
Mengajarkan anak shalat merupakan kewajiban bagi orangtua. Lalu
bagaimana cara mengajarkannya? Ajarkanlah dengan menjadi contoh baginya.
Kerjakanlah shalat di depan anak-anak kita atau malah mengajak mereka untuk
shalat berjamaah bersama kita. Secara perlahan mereka akan tersadar bahwa
shalat merupakan rutinitas yang tidak boleh dilewatkan bagi setiap muslim dan
muslimah. Lalu ajarkanlah mereka gerakan-gerakan shalat dari semenjak kecil
secara perlahan dengan baik dan lemah lembut. Sehingga apa yang mereka kerjakan
didasari atas keinginan mereka sendiri. Saat usia mereka telah menginjak 7
tahun, maka wajib bagi orang tua memerintahkan anaknya untuk selalu mengerjakan
shalat.
Kelima: Ajarkan anak-anakmu
untuk mencegah kemungkaran
Ajarkan anak-anak kita untuk bisa menjaga diri dari kemungkaran
semenjak kecil. Apabila dia sudah dewasa dan dirasa mampu untuk mencegah
kemungkaran, maka perintahkalah ia untuk bisa mencegah kemungkaran dan mengajak
orang lain menuju kebaikan. Mencegah kemungkaran tidaklah perlu dengan
kekerasan, tapi cegahlah kemungkaran dengan kebaikan tanpa mencela apalagi
mencaci orang lain. Apabila ia belum mampu mencegah kemungkaran, maka cukuplah
dikuatkan dalam hati untuk tidak melakukan kemungkaran tersebut.
Keenam: Ajarkanlah
anak-anakmu untuk selalu bersabar.
Sabar mudah diucapkan namun sangat sulit untuk dilakukan. Oleh
sebab itulah Allah Swt., berfirman berkali-kali dalam Al-Qur’an bahwa
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian
itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS. Al-Baqarah:
45).
Ajarilah anak-anak untuk bersabar dengan mencontohkan mereka
bagaimana cara kita bersabar. Jangan sampai kita marah apalagi mencaci maki
orang di depan anak-anak kita. Tunjukanlah bahwa kita sebagai orangtua dapat
mengajarkan kepada mereka arti sabar yang sesungguhnya.
Ketujuh: Ajarilah anakmu
untuk tidak berlaku sombong.
Ajarilah anak-anak kita untuk tidak memalingkan muka dari manusia
(karena sombong) dan tidak berjalan di muka bumi dengan angkuh serta
menyederhanakan diri dalam berjalan dan selalu melunakan suara di depan
manusia. Rendah hati itu penting dan boleh, yang tidak boleh adalah rendah
diri. Rendah hati bukan berarti tidak PD. Tidak PD adalah rendah diri. Rendah
hati itu bagus dan indah. Rendah diri itu yang membawa musibah.
Dari penjelasan di atas kita harus menjadi orang tua yang dapat
menjadikan iman dan syariah menjadi satu kesatuan yang selalu mengiringi
langkah anak-anak kita sehingga ia bisa mencapai derajat ihsan. Semoga kita
semua dapat menjadi orangtua yang dapat menjadi taudalan yang baik dalam
penerapan tauhid dan syariah yang baik bagi anak-anak kita, sehingga kita dan
anak-anak kita dapat merasakan tingkatan yang dinamakan ihsan. Amin ya
rabbal’alamin.
Wallahu’alam bishawab.
TANYA JAWAB
Q : Assalamualaikum ustadz, untuk yg ke-tiga, penerapan yg mudah
dalam kehidupan sehari-hari contoh nya seperti apa ya ustadz? Kita udah ajarin
tapi anak-anak kdg susah untuk mempraktekkan, contoh nya mengajak sholat
berjamaah di masjid, kita bilang ALLAH tau loh kalau kita sholat nya tidak
jamaah atau tidak? Tapi kadang anak susah di ajak ke masjid, solusinya seperti
apa ya ustadz agar sholat dan baca Al Qur'an bukan suatu hal yang dipaksa untuk
anak? Makasih
A : Kita harus menjadi contoh bagi anak kita karena pendidikan
dengan pemberian contoh yang baik adalah sebaik-baik pendidikan. Lama kelamaan
anak akan melihat kita dan mengikuti apa yang kita lakukan. Selain itu, mungkin
diawal kita kasih reward apabila dia rajin ke mesjid, tapi jangan sampai reward
tersebut jadi ketergantungan bagi dia. Itu dilakukan sekali-sekali saja. Lama
kelamaan dia akan terbiasa.
Alhamdulillah, kajian kita hari
ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari Allah
semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita tutup
dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika
asayahadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engakau ya Allah,
dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment