Kajian
Online Hamba Allah Link Ummi G4, G5 G6
Hari/Tgl:
Kamis, 25 Oktober 2018
Materi:
Parenting
Muwajih:
Bunda Azzam
-------------------------------
Assalamu'alaikum
أَﻋُﻮْﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺸَّﻴﻄَﺎﻥِ
ﺍﻟﺮَّﺟِﻴْﻢِ
بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيْم
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Semoga
kita semua ...
Para
jama'ah kajian HA, seluruh pengurus selalu mendapat pertolongan Allah dari
segala urusannya serta ditambahkan hidayah olehNya.
Tak
ada karunia yg lbh indah dari nikmatnya hidayah dari Nya dimana kita masih
diberi kesempatan untuk terus bljr dan memahami dien ini.
Betapa
tulusnya nabi mencintai kita. Meski kadang kita lalai atas sunnah2nya.
Semoga
kesejatian sebagai hamba terus kita gali, hingga Allah cukupkan umur kita pada
saatnya nanti.
Keep
hamasah.yaa...
Bunda
akan post materinya
4
HAL YG MEMBUAT ORTU KETETERAN SAAT MENDIDIK ANAK
Oleh
: ust Aad, Adriano Rusfi (psikolog)
Ada
minimal empat hal yang menyebabkan Orangtua merasa keteteran dalam mendidik
anak-anaknya :
Pertama:
mendidik anak terlalu "akademik". Kurang menggali kapasitas fitrah
kita sendiri (inside-out)
Kedua:
under-estimate pada kemampuan anak dan kehidupan dalam mengembangkan dirinya
sebdiri. Padahal anak dan kehidupan memiliki kemampuan self-education
Ketiga:
memasang target pendidikan yang terlalu tinggi terhadap anak. Padahal Allah dan
RasulNya tak pernah meminta kita untuk pasang target setinggi itu (misalnya :
bisa seperti Imam Syafi'i)
Keempat:
Mendidik anak sendirian. Ayahnya tak ikut. Menganggap pendidikan anak adalah
tugas ibu saja.
----------------------
TANYA
JAWAB
TJ
- G6
T:
Assalamualaikum
bunda Azzam. Ijin bertanya. Bunda, apakah self education yang dimiliki
anak? Apakah proses meniru termasuk di dalamnya?
J:
Self education anak itu itu penting. Ada
satu pepatah yang mengatakan bisa jadi anak lupa dengan segala omelan atau
nasehat orangtuanya. Tapi anak tidak akan pernah gagal menangkap apa yang ia
lihat di kesehariannya bersama orantuanya. Bapak yang selalu telat bangun,
ninggalin kewajiban sholat, ibu yang suka berbohong pada orang, bicara di luar
kenyataan pada orang-orang sekitarnya, dan lain-lain. Anak tahu, dan itu contoh
buat dia. Anak-anak yang di support untuk bisa mandiri meski hasil tidak akan maksimal
seperti saat dibantu orangtuanya akan menumbuhkn rasa pede yang tinggi, tak
perlu menuntut sempurna saat proses pembelajaran berlangsung.
Contoh:
Saat
mau pergi, biarkan anak memutuskn mau pakai baju yang mana, jilbab yang mana. Tidak
maching tidak masalah, kasih masukan, kalau warna baju ini bagusnya jilbab
ini dek... kalau dia keukeuh mau pakai yang beda hormati keputusannya. Sambil
di edukasi "ok boleh hari ini dede pakai yang itu, karena sekarang bukan
acara resmi, kalau acara resmi nanti pakai yang ini yaa..."
T:
Adakah dalil yang menegaskan bahwa Ayah juga wajib berperan dalam mendidik
anak, tidak hanya sebagai tugas ibu? Syukron.
J:
Masalah
dalil tentang harusnya ayah terlibat dalam pengasuhan anak, justru ada nama
laki-laki manusia biasa yang namanya abadi dalam Alqur'an. Dialah luqman. Kita
wajib tahu bagaimana Lukman mendidik anak-anaknya. Salah satunya adalah laa
tusyrik billah dan birrul walidain. Yakni mematangkn akidah anak-anaknya
dan mengajarkan anaknya bagaimana menjadi anak yang berbakti pada orangtuanya.
Bukankah Lukman itu laki-laki?
T:
Assalamu"alaikum wrwb ustadzah, mau tanya, maaf sedikit melenceng dari
tema, bagaimana ya cara bangunkan anak biar gampang, saya sedih sebagai
pengasuh kesulitan bangunin, jadi marah pada orangtuanya bangunnya siang, bagaimana
ini?
J:
Itulah
yang sebut dengan contoh nyata direkam anak dengan sempurna. Orangtua bangun
siang kan contoh nyata buat anak. Cara banguninnya ya beri kesadaran pada anak
kalau kamu bangun siang ini yang akan terjadi pada mu, sebutkan hal-hal
krusialnya. Contoh, jadi terburu-buru, tidak bisa sarapan tenang, kejebak
macet, ada yang ketinggalan, jadi dredeg kalau telat sampai sekolah dan ulangan
bisa lupa materi pelajarannya. Kalau bangun lebih pagi ini yang akan kamu
nikmati. Kebalikan dari yang krusial diatas
T:
Izin
bertanya bunda, pada umumnya usia berapa kira-kira anak mampu /bisa memahami
aqidah secara benar?
J:
Semua
tidak ada standar pastinya, karena pemahaman itu sesuai input yang diterima
anak. Contoh cucu saya usia 3 tahun sudah hafal cerita 25 nabi, dia tau benar
mana yang boleh dan tidak, dosa apa bukan. Sementara lihat anak orang lain usia
sama ya seperti kebanyakn anak-anak umumnya. Anak-anak dibawah 5 tahun itu
perlu input positif yang banyak. Semakin sering dikasih masukan tentang akidah
melalui cerita kenabian maka ia akan lebih mudah memahami ketika besar.
T:
Ijin
bertanya. Untuk point ke 4. Bagaimana cara terbaik menyampaikan ke suami agar
sama-sama mendidik anak tanpa ada kesan menggurui? Terimakasih.
J:
Jika
ada kelas parenting coba daftar bareng, atau sering-sering cari googling tentang
artikel parenting yang wajib melibatkan peran ayah. Coba lihat kisah umar yang
turut menggendong anaknya. Dan bagaimana rasul mengasuh cucunya hasan dan
husen. Memang benar ibu adalah madrasah utama bagi anak-anak. Tapi jangan lupa
madrasah itu ada kepala sekolahnya dan itu adalah ayah. Istri yang paling tahu
dan paham karakter suami, sehingga bagaimana trik menyampaikan jangan justru
memicu konflik baru dan membuat suami jadi tambah enggan terlibat di pengasuhan
anak. Ucapkan terima kasih, "makasih ya yah, tadi sudah bantuin jagain
dede sebentar, jadi kerjaan mama cepat beres". Selalu puji sikap
positifnya, saat terlibat dengan anak, lama-lama mulai kasih saran.
T:
Ijin
bertanya bunda. Bagaimana cara orang tua agar tak mengedepankan kemauan orang
tua semata? Orang tua ingin anak agar mengikuti lomba ini dan itu, namun sang
anak tak mau. Maksud orang tua biar anak punya pengalaman dan belajar mandiri.
Namun anak sering menolak meski itu yang menunjuk pihak guru di sekolahnya.
J:
Ini
bunda alamin pada 3 anak bunda. Ke 3 nya jadi duta sekolah dan duta pondok
sampai tingkat nasional. Dan itu ditunjuk guru dan sekolah. Awalnya mereka tidak
mau, takut kalah ntar diledekin dan malu, tidak pede, dan sebagainya. Bunda sebagai
ibu paham situasi psikologis anak yang dibebani suruh lomba. Maka ibu harus
tampil sebagai orang yang paham posisi mereka. Ini yang bunda lakukan setiap
anak-anak diturunkan diberbagai event lomba yang beda-beda.
"Kakak/adik
sekarang kan jadi duta sekolah/pondok, itu memang berat. Karena kalian
mengemban amanah lebih dari teman-teman yang tidak ikut lomba, harus belajar lebih
banyak, harus usaha lebih keras, dan itu memang tidak mudah, tapi bukan berarti
tak mungkin untuk bisa menang.”
Menjadi
duta artinya nilai positif buat kakak/adik, artinya kakak punya kemampuan lebih
dibidang itu, harus di syukuri. Bagaimana mensyukurinya adalah dengan
memaksimalkan kelebihan yang Allah karuniakan, ingat bahwa usaha itu tidak akan
mengkhianati hasil, kalau sungguh-sungguh usaha Allah akan berikan hasil yang
terbaik. Beda lagi kalau kakak ogah-ogahan ikhtiarnya. Wong usaha saja asal-asalan
bagaimana bisa dapat maksimal coba?
Jika
pun sudah usaha maksimal kakak gagal menang, bukan juara. Itu bukan kegagalan,
karena apa? Karena di atas langit ada langit. Yang namanya lomba itu pasti ada
yang kalah dan menang. Dan itu sudah ada takdirnya. Yang di tulis Allah sebelum
kakak lomba, jadi enjoy saja. Kalah saat ini, nyoba lagi lain kali, pengalaman
tak pernah bisa dibeli kak.
Dan
saat kakak kalah lomba, minimal kakak punya ilmu lebih dibanding yang tidak
ikut lomba, karena kakak lebih banyak tahu dari banyaknya sumber yang kakak
baca. Wawasan kakak jauh bertambah dibanding sebelum-sebelumnya bukan? Kalau
menang itu artinya Allah sedang menguji kakak, seberapa bersyukurnya kakak atas
kemudahan yang Allah berikan. Jangan smpai kemenangan itu justru membuat kakak
jumawa dan lupa bahwa karena Allah beri kemudahan maka kakak menjadi menang.
So...tetaplah tawadhu dan keep hamasah
T:
Assalaamu'alaikuum
bunda ijin bertanya, untuk poin pertama, kurang menggali kapasitas fitrah kita
sendiri (inside-out), jika sampai saat ini masih kesulitan, bagaimana
cara menggalinya?
J:
Terus
lakukan muhasabah diri. Suka tulis positif kita apa, negatif kita apa. Semakin
sering kita evaluasi diri, makin tahu mana yang perlu di kembangkn dan mana yang
harus pelan-pelan di kurangi dan disingkirkan. Coba biasakan sharing dengan tmn
dekat tanya sisi positif kita apa dan negatifnya yang mana. Bahkan ada pepatah
yang mengatakan, jika ingin tahu burukmu itu apa dengarkan kata orang yang
membencimu. Karena dia dengan kebenciannya akan lugas menguliti kekuranganmu.
Dan itu bisa jadi bahan evaluasi diri. Kalau meningkatkan sisi positif, perbanyak
ilmu, mengasah pengalaman dan lain-lain.
T:
Bunda ijin bertanya. Bagaimana mengatasi anak yang suka marah-marah. Kalau di
tegur (disapa) sama orang lain dia nunjukin reaksi tidak suka dan marah. Anak
saya usia 3 tahun.
J:
Anak
usia 3 tahun itu sedang menunjukkan egonya. Latih untuk mengendalikan diri.
Beri teguran (tidak di depan orang lain) saat ia berlaku negatif dan cabut
salah satu hak nya. Misal, karena tadi saat ada tamu dia marah-marah diajak
salim maka mama: tidak bacain cerita, tidak boleh main game, nonton kartun
kesukaannya dan lain-lain (pilih salah satu). Sebaliknya saat dia mau bersikap
manis, segera peluk dan katakan "alhamdulillah dede mau salim dan
bersikap manis, dede mau mama tambah ceritain nabi2nya? Atau mau coklat?"
T:
Kemudian
untuk mengejar ketertinggalan pada anak bagaimana ya?
J:
Tak
ada kata terlambat untuk menjadi lebih baik. Lebih baik terlambat daripada tidak
mulai kebaikan sama sekali. Upgrade diri sendiri dengan kafaah ilmu-ilmu yang
dibutuhkan, terus berusaha memperbaiki keadaan. Ikuti dengan doa yang sungguh-sungguh
maka Allah yang akan merubahnya, asal kita yakin saat berdoa
T:
Mau tanya Ustadzh. Bagaimana cara kita hadapi keadaan kakak beradik yang selalu
ribut hal-hal kecil, padahal kita sebagai orangtua tidak penah banding-bandingin,
tapi si anak pertama selalu merasa disalahkan?
J:
Coba
saat santai dan dunia damai, peluk anak pertama, dan ajak me time
berdua. Apa sih yang buat kakak merasa disalahkan terus, coba katakan pada
mama, mama akan koreksi diri dan minta maaf pada kaka. Biarkan dia koreksi
sikap-sikap mama yang dia nilai tak adil. Jika sudah maka segera evaluasi dan
minta maaf pada dia kalau memang itu benar.
=======
TJ
- G4
T:
Izin
bertanya untuk poin yang nomor dua, bagaimana jika kemampuan anak itu hanya
akan menjauhkannya dari agama dan ibadah? Sementara kita orangtua jadi serba
salah, syukron.
J:
Menjauhkan
dari agama? Yang seperti apa maksudnya ya? Kalau memang itu menbuat anak semakin
jauh dari agama, orangtua wajib meng-cutnya. Karena anak itu investasi
dunia akhirat. Salah jalan taruhannya orangtua di atas mizan kelak berat. Beri
rambu-rambu yang benar-benar bisa dipahami anak. Sejak awal sejak dini. Bahwa yang
seperti ini boleh, yang begini tidak boleh dilakukan. Jadi anak sudah paham sejak
awal bahwa kalau aku begini, orangtau pasti tidak ngijinin. Dan itu saya
lakukan pada anak-anak saya.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Kita tutup dengan
membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa Kafaratul Majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك
أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh
================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage: Kajian On line-Hamba Allah
FB: Kajian On Line - Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment