Home » , , , » Menutupi Aib Sesama Muslim

Menutupi Aib Sesama Muslim

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Friday, October 19, 2018


Gambar terkait
Kajian Online HA Ummi G2 & G5
Hari/Tgl: Rabu, 05 September 2018 
Materi: Menutupi Aib Sesama Muslim
NaraSumber:  Ustadz Trisatya Hadi
Waktu Kajian: 16.00 - 19.00
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖







Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:

لَا يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا فِي الدُّنْيَا إِلَّا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Tidaklah seorang hamba menutupi aib hamba lainnya di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak.” (HR. Muslim no. 2590)

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ مَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ بِهَا كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Seorang muslim dengan muslim yang lain adalah bersaudara, dia tidak boleh berbuat zhalim dan aniaya kepada saudaranya. Barangsiapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Barangsiapa yanga membebaskan seorang muslim dari suatu kesulitan, maka Allah akan membebaskannya dari kesulitan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat kelak.” (HR. Muslim no. 2850)

Dari Ibnu Umar radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menaiki mimbar lalu menyeru dengan suara yang lantang:

يَا مَعْشَرَ مَنْ أَسْلَمَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يُفْضِ الْإِيمَانُ إِلَى قَلْبِهِ لَا تُؤْذُوا الْمُسْلِمِينَ وَلَا تُعَيِّرُوهُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنْ تَتَبَّعَ عَوْرَةَ أَخِيهِ الْمُسْلِمِ تَتَبَّعَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ تَتَبَّعَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ وَلَوْ فِي جَوْفِ رَحْلِهِ

Wahai sekalian orang yang hanya berislam dengan lisannya namun keimanan belum tertancap di dalam hatinya. Janganlah kalian menyakiti kaum muslimin, jangan pula kalian memperolok mereka, dan jangan pula kalian menelusuri.mencari-cari aib mereka. Karena barangsiapa yang mencari-cari aib saudaranya niscaya Allah akan mencari-cari aibnya, dan barang siapa yang aibnya dicari-cari oleh Allah niscaya Allah akan mempermalukan dia meskipun dia berada di dalam rumahnya sendiri.” (HR. Abu Daud no. 4236 dan At-Tirmizi no. 2032)

Penjelasan ringkas: Allah Subhanahu wa Ta’ala senang untuk menutupi kesalahan hamba-hambaNya, dan Dia menganjurkan agar para hamba-Nya juga melakukannya di antara sesama mereka. Untuk itu Allah Ta’ala telah menyediakan bagi mereka pahala yang sesuai dengan amalan baik mereka, yaitu Allah Ta’ala akan menyembunyikan aib dan mengampuni dosa mereka pada hari kiamat karena mereka telah menyembunyikan aib saudaranya di dunia.

Al-Qadhi Iyadh rahimahullahu berkata, _“Tentang ditutupnya aib si hamba pada hari kiamat, maka ada dua kemungkinan makna:
- Pertama: Allah akan menutupi kemaksiatan dan aibnya dengan cara tidak mengumumkannya kepada manusia di padang mahsyar.
- Kedua: Allah Ta’ala tidak akan menghisab aibnya dan tidak akan menyebut aibnya tersebut.” (Lihat Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim: 16/360)_

Makna pertama di atas di dukung oleh hadits Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ يُدْنِي الْمُؤْمِنَ فَيَضَعُ عَلَيْهِ كَنَفَهُ وَيَسْتُرُهُ فَيَقُوْلُ: أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا، أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا؟ فَيَقُوْلُ: نَعَمْ، أَيْ رَبِّ. حَتَّى إِذَا قَرَّرَهُ بِذُنُوْبِهِ وَرَأَى فِي نَفْسِهِ أَنَّهُ هَلَكَ، قَالَ: سَتَرْتُهَا عَلَيْكَ فِي الدُّنْيَا، وَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ. فَيُعْطِي كِتَابَ حَسَنَاتِهِ

Sesungguhnya (pada hari kiamat) Allah akan mendekatkan seorang mukmin, lalu Allah meletakkan tabir dan menutupinya. Lalu Allah berfirman, “Apakah kamu mengetahui dosa ini? Apakah engkau tahu dosa itu?” Dia menjawab, “Ia, betul saya tahu wahai Rabbku.” Hingga ketika Allah telah membuat dia mengakui semua dosanya dan dia mengira dirinya sudah akan binasa,, Allah berfirman kepadanya, “Aku telah menutupi dosa-dosa ini di dunia, maka pada hari ini Aku mengampuni dosa-dosamu itu.” Lalu diberikanlah padanya catatan kebaikan-kebaikannya.” (HR. Al-Bukhari no. 2261)

Sebaliknya, Allah Ta’ala telah melarang dan mengharamkan untuk memata-matai dan mencari-cari aib seorang muslim, walaupun itu dalam rangka amar ma’ruf nahi mungkar. Dan Allah telah mempersiapkan hukuman yang menghinakan bagi pelakunya di dunia dan di akhirat. Adapun di dunia maka Allah pasti akan menghinakan dirinya walaupun dia tengah bersembunyi di dalam rumahnya. Adapun di akhirat, maka siksaan akhirat lebih besar dan lebih hina, yaitu Allah akan membukan secara terang-terangan semua dosa dan aibnya ketika di dunia, agar seluruh makhluk di padang mahsyar bisa melihatnya, wal ‘iyadzu billah.Ini dosa jika dia sekedar mencari-cari aib sesama muslim, walaupun dia tidak menceritakannya kepada orang lain. Akan tetapi jika setelah dia mencari-cari tahu aib saudaranya lalu dia menceritakannya kepada orang lain, maka dia telah terjatuh ke dalam dosa besar kedua yang tidak kalah kecil dosanya dibandingkan dosa yang pertama, yaitu dosa ghibah. Karena sungguh, barangsiapa yang melakukan hal itu maka dia adalah termasuk orang-orang yang menghendaki kejelekan tersebar di tengah-tengah kaum muslimin.

Dan jika demikian keadaannya, maka atasnya firman Allah Ta’ala:

إِنَّ الَّذِيْنَ يُحِبُّوْنَ أَنْ تَشِيْعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِيْنَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ

_“Sesungguhnya orang Orang yang menyenangi tersebarnya kekejian di tengah-tengah orang-orang yang beriman, mereka akan memperoleh azab yang pedih di dunia dan di akhirat.” (QS. An-Nur: 19)"

 Wallahu a'lam


➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
TANYA JAWAB


T: Afwan ustadz ijin bertanya, beda antara aib sama tabayyun bagaimana ya? Jika suami lalai kemudian kita nyari solusi ke keluarganya tidak bisa, akhirnya ke pihak lain sebagai penengah, termasuk aib kah? Afwan ustadz
J: Aib itu hal, keadaan, sifat, atau prilaku yang tidak baik (negatif) yang dasarnya ada rasa malu jika diketahui orang lain. Sedangkan tabayyun itu mengklarifikasi, menanyakan kebenaran, ricek. Jika menutupi aib sesama Muslim dianjurkan, tentu menjaga aib orang-orang terdekat semisal suami atau istri lebih diutamakan.
Seorang istri yang salehah juga mampu menjaga diri mereka sekaligus menjaga kehormatan suami. Saat suami tak di rumah, istri yang menjadi penjaga kehormatan suaminya di rumah. Istri adalah representasi suami. Begitu juga sebaliknya. Allah SWT berfirman, "Sebab itu maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)." (QS an-Nisa [4]: 34)
Menceritakan aib dibolehkan dengan syarat aib tersebut membahayakan pada akhirnya seperti penyakit ke dokter, (dokter terikat kode etik). Sedangkan aib sendiri sesuai syariat kita disuruh menutupinya, sampai kita memperbaikinya (taubat), begitu pula aib pasangan kita atau org lain. Dibolehkan aib diceritakan tujuannya agar si pelaku bertaubat dengan cara Yaitu hendaklah dilakukan dengan cara bijaksana, menjunjung tinggi adab kesantunan, cara yang baik, kalimat yang indah, menenangkan, dan bisa melapangkan dada, dengan lemah-lembut tanpa kekerasan, nasihat secara diam-diam, sindiran dan bukan dengan cara terang-terangan. Demikian ini akan lebih mudah diterima; karena adab dalam menyampaikan, ungkapan cinta dan pujian memiliki pengaruh yang sangat kuat.
Oanrg tempat kita ceritakan hendaknya terpercaya yang bisa menjaga amanah, yang diharapkan dapat memberikan solusi. Wallahu a'lam.


T: Pas banget materinya. Tanya ustadz, misal saya tanpa sengaja diberitahukan aib orang (masih tetangga), dan saya sering berinteraksi dengan beliau, jujur pertama kali tahu aibnya lansung istighfar banyak-banyak dan diam, tidak ada sedikit pun niat untuk menceritakan lagi pada orang lain walau untuk diambil ibrohnya, karena beliau pun seusia ibu saya. Yang ingin saya tanyakan, apakah saya ikut berdosa ketika diceritakan tentang aib tersebut karena yang menceritakan pun temannya (yang punya aib) sendiri dan apakah hal tersebut termasuk ghibah? Walau yang memulai pembicaraan bukan saya?
J: Mencerikan aib orang lain ghibah, yang mendengarkan tidak masuk pelaku ghibah, dengan segera mengingatkan atau menghindar.


T: Ustadz, jika kita mencari-cari aib sesama muslim dan menceritakan kepada orang lain itu termasuk dosa besar, jika itu pernah kita lakukan, apakah yang harus kita lakukan untuk mendapatkan ampunan Allah dari dosa besar tersebut. Karena kadang tidak sengaja kita mendengar maupun menambahi sesuatu hal yang kita tahu kepada orang lain?
J: Segera beristighfar dan ber-azzam tidak melakukan lagi. Dan segera menghindar, mendoakan semoga dapat hidayah, atau mengingatkan pelaku ghibah akan dosanya.


T: Ijin bertanya ustadz. Ada seseorang yang menceritakan aibnya bahwa dia pernah mengugurkan kandungan padahal belum menikah, ternyata beliau juga cerita ke teman saya A, dan Saya taunya dari teman A. Apakah saya pura-pura tidak tahu saja ya ustadz, daripada panjang cerita?
J: Betul, Itu aib, cukup doakan saja dia (pelaku), untuk penyebar ingatkan, dan keep silent


T: Ustadz, jika kita menonton tayangan televisi yang isinya berita gosip selebriti apakah termasuk mencari cari aib?
J: Iya, lebih baik hindari, boleh mendengar yg tujuannya untuk mengambil ibroh, dan tidak disebar.


T: Ustadz, ketika sahabat curhat, lalu kita ngobrol dengan suami dan kembali menceritakan kisah sahabat tersebut, apakah termasuk membuka aib?
J: Ya, kecuali sebagai pelajaran untuk dicari solusi, atau ibrohnya, tanpa menyebut nama/identitasnya.


T: Ustadz, andai kita buka aib orang, apakah tidak ada ampunan sama sekali dari Allah meski sudah tobat?
J: Ampunan Pasti ada, Allah maha pengampun. Istighfar, tidak mengulanginya lagi.


T: Ustadz, andai kita harus berbohong ke banyak orang demi menutupi aib seseorang apakah diperbolehkan?
J: Boleh jika tujuannya untuk islah, atau menjaga agar tidak berselisih.
Berkata Ummu Kultsum radhiyallahu ‘anha, “Aku tidak pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan keringanan (rukhshah pada apa yang diucapkan oleh manusia (berdusta) kecuali dalam tiga perkara, yakni: perang, mendamaikan perseteruan/perselisihan di antara manusia, dan ucapan suami kepada istrinya, atau sebaliknya”.


T: Bagaimana hukumnya membuka aib seseorang untuk kebutuhan mencari solusi agar aib tersebut tidak berkepanjangan ustadz ?
J: Boleh untuk mencegah mudhorot dan kerusakan yang lebih besar dengan merahasiakan indentitas pelakunya, atau darurat, boleh diungkap karena harus berurusan dengan aturan negara atau norma yang berlaku, jika dilindungi kode etik atau hukum yang berlaku.


T: Ustad, semisalnya ada yang menyebar aib seseoranf ke semua orang, dan ternyata itu tidak benar? haruskah orang tersebut mengklarifikasi? karena dengan adanya fitnah soal aib itu membuat orang itu terganggu dan itu tidak benar, tetapi membuat semua orang yang tidak tahu apa-apa soal kebenaranya, jadi malah ikut-ikutan membenci orang yang di fitnah mengenai adanya aib tersebut, kita memang tidak bisa menutup mulut semua orang ustadz, dan itu sebenarnya ladang pahala buat orang yang difitnahkan, menjadi tranfer pahala buat dia, tapi apa yang harus di lakukan ustadz, kasian orang yang di fitnah itu.
J: Itu fungsi tabayyun, saring sebelum sharing, harus diklarifikasi kebenaran, segera mencegah beredar lebih luas. Makanya kita harus sangat berhati hati, jika sdh viral, bola liar, dosanya juga akan terus mengalir. Naudzubillah. Segera meminta maaf ke yang bersangkutan, taubatan nasuhah semoga Allah mengampuni dan orang yang bersangkutan memaafkan.





•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

Kita tutup dengan membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin

Doa Kafaratul Majelis:

 سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh


================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage: Kajian On line-Hamba Allah
FB: Kajian On Line - Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official


Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!