Kajian Online WA Hamba الله SWT
Rabu, 4 November
2015
Narasumber : Ustadzah
Lara
Rekapan Grup Nanda M101 (Zara)
Tema : Psikologi
Editor
: Rini Ismayanti
HISTORY AND HER STORY
بسم
الله
الر
حمن
الر
حيم
السلام
عليكم
ورحمة
الله
وبركاته
إِنّ
الْحَمْدَ
ِللهِ
نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ
بِاللهِ
مِنْ
شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا
و
مِنْ
َسَيّئَاتِ
أَعْمَالِنَا
مَنْ
يَهْدِهِ
اللهُ
فَلاَ
مُضِلّ
لَهُ
وَمَنْ
يُضْلِلْ
فَلاَ
هَادِيَ
لَهُ
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang masih memberikan kita nikmat iman, islam dan Al
Qur'an semoga kita selalu istiqomah sebagai shohibul qur'an dan ahlul Qur'an
dan dikumpulkan sebagai keluarga Al Qur'an di JannahNya..
Shalawat
beriring salam selalu kita hadiahkan kepada uswah hasanah kita, pejuang
peradaban Islam, Al Qur'an berjalan, kekasih Allah SWT yakninya nabi besar
Muhammad SAW, pada keluarga dan para sahabat nya semoga kita mendapatkan
syafaat beliau di hari akhir nanti. InsyaaLlah..
Aamiin
Materi dikutip dari
https://denisrahadian.wordpress.com/2013/05/10/history-and-her-story/
Oleh
Lara
Fridani
Sebuah
keluarga besar-extended family- sedang berkumpul untuk makan malam bersama
seraya menonton acara ‘berita’ di TV. Seperti biasa, pertanyaan dan komentar
dari kepala rumah tangga, ibu rumah tangga,
nenek, paman, bibi, anak, ponakan, bergulir bergantian seolah tak mau
ketinggalan untuk meramaikan berita tersebut.
“Gak
nyangka ya, ternyata orang ini sama saja jeleknya dengan yang lainnya!“ kata
sang bibi memulai pembicaraan.
“Iya,
beritanya lagi ramai di surat kabar. Bingung juga sih bacanya, kalau melihat
dari wajahnya, kok kayak orang baik-baik ya?!” sambung ibu rumah tangga
mengomentari.
“Ooooh,
ini ya orangnya yang lagi ramai dicaci-maki di group-group FB!Tapi kok banyak
juga ya yang membela dia. Memang parah ini orang!” Sang anak dan ponakan ikut
nimbrung.
“Yaaah,
jangan langsung percaya dong sama satu-dua surat kabar, apalagi cuma dengar
obrolan orang-orang. Cek juga dari sumber berita lainnya.
Terus…pakai nih logika, sama hati nurani!” nasehat sang paman tak kalah
semangatnya.
“Jadi
orang ini kena fitnah atau bukan?”Tanya sang nenek dengan polosnya
“Begini…..yang
namanya manusia itu kan bisa khilaf, tapi bisa juga dituduh, bisa juga dijebak. Kita yang tidak
tahu ini jangan ikutan sok tahulah. Apalagi buktinya tidak jelas. Kalau dia
memang jahat, Inshaa Allah dia akan dapat hukumannya cepat atau lambat. Tapi
kalau dia ternyata orang baik, yang ikutan caci maki dan mengolok-olok ini bakal rugi kena dosa
juga, jadi hati-hati kalau bicara!” Tegas kepala rumah tangga mengambil
alih pembicaraan. Semua terdiam.
Kita
memang memiliki keterbatasan untuk mengetahui keseharian orang-orang yang
akhir-akhir ini menjadi sorotan publik. Kita tidak tahu- atau memang tidak
diberitakan di media- keseharian mereka, apakah
rajin beribadah dan peduli pada
masyarakat atau sebaliknya suka melakukan maksiat dan mengambil hak-hak
rakyat. Namun demikian, tentunya ada orang-orang di sekelilingnya yang bisa
menjadi ‘saksi’ tentang sikap, perilaku/akhlak mereka sehari-hari. Jika orang-orang ini jujur, tentulah mereka ini yang lebih ‘berhak’ berkomentar, bukan
orang-orang yang hanya menduga-duga dari jauh, bukan pula mereka yang
semangat menyebar fitnah. Amat
menyedihkan jika sikap dan perilaku
impulsif seperti ini- cepat menuduh tanpa bukti jelas- terjadi pada masyarakat
kita, apalagi di kalangan yang mengaku dirinya beriman dan berpendidikan.
Allah
SWT berfirman dalam Surah Al-Ahzab (33:58) yang artinya, “Dan orang-orang yang
menyakiti orang-orang mukmin dan mukminah tanpa kesalahan yang mereka perbuat,
maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.”
Alangkah
indahnya jika kita mendahulukan prasangka baik terlebih dahulu pada sesama
muslim, apalagi yang selama ini dikenal sebagai orang baik-baik. Alangkah
nyamannya jika sesama mukmin kita menganggapnya sebagai saudara, dimana rasa
sayang, kasih dan doa kita panjatkan juga untuk mereka. Bukanlah akhlak seorang
muslim, jika saudaranya sedang terkena musibah, mereka malah ikut senang, puas
dan bahkan tertawa-tawa di atas penderitaan muslim yang lain. Seorang muslim
tidak boleh ‘diganggu’ dengan perkataan dan perbuatan, tanpa alasan yang benar.
Rasulullah
SAW bersabda:
“Perumpamaan
kaum Mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi, dan simpati ibarat satu
tubuh. Jika salah satu organ tubuhnya sakit, maka seluruh oragan tubuh yang
lain mengeluh sakit seperti demam dan tidak bisa tidur.”
Menguak
kebenaran sebuah berita bukanlah hal yang simple. Ada pihak- pihak yang
terkait, ada pihak-pihak yang berkepentingan, ada pihak-pihak yang berkuasa-
bahkan mungkin ada moment-moment
tertentu yang ‘dikejar’. Fakta sejarah
yang sudah sekian lama berlalu saja- dan
sudah lepas dari kekuasaan pihak tertentu- bisa jadi punya dua versi yang bersebrangan. Katakanlah beberapa ‘pendahulu’ kita yang
dulu masuk kategori pemberontak, penghianat dan sejenisnya, ternyata puluhan
tahun kemudian baru terkuak bahwa mereka sebenarnya adalah para pahlawan yang
taat beragama, yang berjuang untuk
kepentingan rakyat banyak, yang berjuang memberantas kedzaliman. Atau bisa sebaliknya, yang dulu dianggap
pahlawan dengan setumpuk jasa, kemudian
ketahuan ‘dosanya’ ternyata sangat besar pada rakyat. Citra baik atau buruk memang bisa dibentuk-salah satunya dari media-
sejarah bisa direkayasa. Sejarah bisa menjadi topik diskusi yang tiada akhir.
Penilaian pada seseorang sebagai
pemberontak atau pahlawan tergantung
pada beberapa hal- pandangan siapa yang menilai, juga melihat siapa saat itu
yang berkuasa- tak lepas dari kepentingan politik.
Semoga
sebagai muslim yang baik, kita memiliki kepekaan pikiran dan hati untuk bisa
membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang jujur dan bohong, mana yang
bijak dan dengki. Yakinlah bahwa pada akhirnya, truth will out.
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah satu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka ( yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka
(yang memperolok-olokkan) dan janganlah pula wanita-wanita (mengolok-olokkan)
wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih
baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu
sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.
Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim. (QS
Al-Hujuraat: 11).
Terima
Kasih
Wassalamualaikum
wr.wb.
Moga
bermanfaat
REKAP
TANYA-JAWAB
Q : Ustadzah,gmn
dengan keadaan saat pilpres yang banyak fitnah? Misalnya ketua KPU yang diisukan
bersaudara ipar dengan Pak
JK? Padahal ternyata tidak...isu ini ada di
web pkspiyungan. Apakah
ini termasuk fitnah? Sampai
sekarang,tidak ada permintaan
maaf dari pkspiyungan. Makasih
A : Saya
pribadi memilih no comment dan No Share untuk hal-hal yang kita tidak tahu kebenarannya. Kalaupun ada berita
benar tapi terkait aib, tak perlu disebarkan. Semua tergantung niat dan ikhtiar
kita. Biarlah pemimpin
kita jika ada aib nya, diselesaikan masalahnya oleh orang-orang yang punya
kapasitas untuk menyelesaikan masalah. Saat Pilpres lalu memang menyedihkan
dan mengerikan ya. Mudah-mudahan kita tak
termasuk orang-orang
yang menyebar kebencian dan fitnah.
Q : Hanya
ingin tahu,kenapa kalau dakwah adalah
kebaikan harus ditempuh dengan fitnah dan kebencian?
A : Ya
mbak ini introspeksi diri buat kita sebagai muslim untuk berdakwah dengan cara
sesuai yang Rasulullah SAW dan para sahabat contohkan. Jika ada kesempatan,
perlu juga menasihati teman-teman
yang terjebak dalam menebar fitnah
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Marilah
kita tutup majelis ilmu kita hari ini dengan membaca istighfar, hamdallah serta do'a kafaratul
majelis
الْحَمْدُ
لِلَّهِ
رَبِّ
الْعَالَمِين
dan
istighfar
أَسْتَغفِرُ
اَللّهَ
الْعَظيِمْ
:
Doa penutup majelis :
سُبْحَانَكَ
اللَّهُمَّ
وَبِحَمْدِكَ
أَشْهَدُ
أَنْ
لاَ
إِلهَ
إِلاَّ
أَنْتَ
أَسْتَغْفِرُكَ
وَأَتُوْبُ
إِلَيْكَ
٭
Artinya:
“Maha
suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan
melainkan Engkau. aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment